A. Index Sefalik
Alat dan Bahan
1. APD level 3
2. Spreading caliper
Tahapan Kerja
1. Preface
a. Cuci tangan 6 langkah WHO
b. Gunakan APD level 3 berupa handscoon, masker, gown, faceshield, google,
headcap sesuai urutan
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien
d. Siapkan alat dan bahan → gaboleh jatoh ke lantai
e. Persilahkan pasien duduk di DU. Persiapan pasien → posisi pasien duduk tegak,
bidang oklusal // lantai
f. Posisi operator sesuai area kerja
2. Ukur lebar kepala dari eurion-eurion (titik paling lateral cranium) menggunakan
spreading caliper
3. Ukur panjang kepala dari glabella-occipital menggunakan spreading caliper
4. Hitung index sefalik menggunakan rumus
Lebar
Index Sefalik : Panjang x 100
Tahapan Kerja
1. Preface
a. Cuci tangan 6 langkah WHO
b. Gunakan APD level 3 berupa handscoon, masker, gown, faceshield, google,
headcap sesuai urutan
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien
d. Siapkan alat dan bahan → gaboleh jatoh ke lantai
e. Persilahkan pasien duduk di DU. Persiapan pasien → posisi pasien duduk tegak,
bidang oklusal // lantai
f. Posisi operator sesuai area kerja
2. Ukur panjang wajah dari nasion - gnation menggunakan sliding caliper
3. Ukur lebar wajah dari zigoma kanan – zigoma kiri menggunakan sliding caliper
4. Hitung index facial menggunakan rumus
Panjang
Index Facial : x 100
Lebar
Tahapan Kerja
1. Preface
a. Cuci tangan 6 langkah WHO
b. Gunakan APD level 3 berupa handscoon, masker, gown, faceshield, google,
headcap sesuai urutan
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien
d. Siapkan alat dan bahan → gaboleh jatoh ke lantai
e. Persiapan pasien → posisi pasien duduk tegak, pandangan lurus ke depan,
midsagital tegak lurus lantai, bidang oklusal // lantai
f. Posisi operator berada di depan pasien
2. Foto pasien
3. Periksa keseimbangan proporsi wajah pasien dari hasil foto
4. Buat 4 garis horizontal pada :
a. Trichion : batas rambut
b. Glabella : diantara alis
c. Subnasal : inferior hidung
d. Menton : inferior dagu
5. Garis horizontal tersebut idealnya membagi wajah secara vertikal 1⁄3 bagian sama
besar
D. Kesimetrisan Wajah
Alat dan Bahan
1. APD level 3 3. Penggaris
2. Kamera 4. Marker
Tahapan Kerja
1. Preface
a. Cuci tangan 6 langkah WHO
b. Gunakan APD level 3 berupa handscoon, masker, gown, faceshield, google,
headcap sesuai urutan
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien
d. Siapkan alat dan bahan → gaboleh jatoh ke lantai
e. Persiapan pasien → posisi pasien duduk tegak, pandangan lurus ke depan,
midsagital tegak lurus lantai, bidang oklusal // lantai
f. Posisi operator berada di depan pasien
2. Foto pasien
3. Periksa kesimetrisan wajah pasien dari hasil foto
4. Buat 6 garis vertikal pada :
a. Helical rim kanan & kiri : titik terluar telinga
b. Lateral chantus kanan & kiri : lateral sudut mata
c. Medial chantus kanan & kiri : medial sudut mata
5. Garis vertikal tersebut idealnya membagi wajah secara horizontal 1⁄5 bagian sama
besar
E. Profil Wajah Menurut Graber (1972)
Untuk menentukan profil wajah digunakan 4 titik anatomis:
1. Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah
diantara alis mata kanan dan kiri
2. Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas
3. Lip contour bawah (Lcb) : Titik terdepan bibir bawah
4. Pogonion (Pog) : Titik terdepan dari dagu di daerah symphisis mandibula
Tahapan Kerja
1. Preface
a. Cuci tangan 6 langkah WHO
b. Gunakan APD level 3 berupa handscoon, masker, gown, faceshield, google,
headcap sesuai urutan
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien
d. Siapkan alat dan bahan → gaboleh jatoh ke lantai
e. Posisi pasien duduk tegak, FHP // lantai
f. Posisi operator sesuai area kerja
2. Tentukan titik anatomical landmark:
a. N (Nasion) : titik pada tengah-tengah sutura frontonasalis yang
terdapat pada pangkal hidung dan merupakan titik
potong antara bidang sagital dengan
suturafrontonasalis
b. SNA (Spina nasalis anterior) : titik yang paling anterior dari spina nasalisanterior
pada bidang sagital
c. Gn (Gnation) : titik yang paling bawah dari kontur dagu pada
bidang sagital
3. Posisikan rahang pasien dalam keadaan rest position
4. Ukur jarak antara titik N – titik SNA dengan sliding caliper
5. Hitung jarak N-Gn Normal
Jarak N-SNA = 43% dari jarak titik N- Gn.
Jarak N-Gn disebut total facial high atau tinggi muka total sebesar 100%.
100
Jarak N-Gn Normal = x Jarak N-SNA
43
6. Letakkan 2 potong wax yang telah dilunakkan sepanjang oklusal gigi P1 sampai M1
RB kanan dan kiri. Lebar wax 2 cm
7. Instruksikan pasien untuk menggigit wax perlahan hingga mencapai jarak N-Gn
normal. Cek menggunakan sliding caliper
8. Cek ketebalan wax dan deepbite pasien
2. Tahap Pengukuran
1) Ukur jarak inter P1 sebenarnya
(titik terdistal cekung mesial gigi P1 rahang atas kanan dan kiri)
atau jika P1 RA tidak ada atau malposisi, maka digantikan P1 RB (jarak puncak
tonjol bukal P1 rahang bawah kanan dan kiri)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑜𝑑𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑖𝑔𝑖 12,11,21,22
Indeks Premolar = × 100
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟 𝑃
3. Ukur lebar inter fossa canina, acuannya apeks P1 kanan kiri RA dan diukur
menggunakan jangka sorong
4. Membandingkan hasilnya,
a. Lebar inter IFC > inter P1, artinya gigi posterior di region premolar
KONVERGEN dan indikasi ekspansi
b. Lebar inter IFC < inter P1, artinya gigi posterior di region premolar DIVERGEN
dan kontraindikasi ekspansi
D. Metode Korkhaus
1. Letakkan penggaris pada permukaan oklusal gigi P1 kanan dan kiri pada titik
pengukuran pont, kemudian ambil jangka sorong
2. Letakkan unjung pangkal jangka sorong pada permukaan labial didekat insisal gigi
I1 kanan dan kiri
3. Catat hasil pengukuran sebagai tinggi lengkung gigi sebenarnya
4. Bandingkan tinggi lengkung gigi yang didapat dari pengukuran dengan tinggi
lengkung ideal sesuai prediktor yaitu lebar mesiodistal keempat insisivus RA lalu
dimasukkan ke dalam tabel
Σ MD I RA Tinggi Lengkung (I-P1)
27 16
27,5 16,3
28 16,5
28,5 16,8
29 17
29,5 17,3
30 17,5
30,5 17,8
31 18
31,5 18,3
32 18,5
32,5 18,8
33 19
33,5 19,3
34 19,5
34,5 19,8
35 20
35,5 20,5
36 21
5. Jika hasilnya,
a. Nilai tabel – nilai ukuran sebenarnya = + (retroklinasi)
b. Nilai tabel – nilai ukuran sebenarnya = - (proklinasi)
c. Nilai tabel – nilai ukuran sebenarnya = 0 (normal)
E. Analisis Bolton
Analisis Bolton digunakan untuk mengetahui abnormalitas ukuran gigi.
Analisa ukuran gigi untuk menentukan oklusi yang ideal, membantu
mempertimbangkan overbite dan overjet yang ideal setelah perawatan.
Bolton mengukur diskrepansi ukuran gigi dengan menjumlahkan lebar mesiodistal
gigi (MD)pada rahang atas dan rahang bawah.
Dari hasil penelitiannya, rasio anterior yang ideal adalah 77,2% dan rasio
keseluruhan yang ideal adalah 91,3%
1. Rasio Anterior
Lebar mesiodistal enam gigi anterior pada kedua rahang diukur dan kemudian
dijumlahkan. Pengukuran dimulai dari kaninus kiri hingga kaninus kanan, sehingga
gigi yang diukur adalah gigi 13 sampai dengan gigi 23 pada rahang atas dan gigi 33
sampai dengan gigi 43 pada rahang bawah. Jumlah lebar mesiodistal gigi anterior pada
rahang bawah dibagi dengan jumlah lebar mesiodistal gigi anterior pada gigi rahang
atas dan dikali seratus. Angka yang dihasilkan merupakan persentase hubungan lebar
mesiodistal gigi rahang bawah dengan lebar mesiodistal pada rahang atas. Rasio
anterior dapat dirumuskan dengan: MD gigi 33-43 x 100%
MD gigi 13-23
Nilai normal 77,2%
Bila > 77,2% = kesalahan di RB (Jika Jika rasio anterior lebih besar dari 77,2%,
maka diskrepansi terjadi karena lebar gigi anterior rahang bawah berlebihan)
Bila < 77,2% = kesalahan di RA (jika rasio anterior lebih kecil dari 77,2%, maka
diskrepansi yang terjadi disebabkan oleh lebar gigi anterior rahang atas yang
berlebihan)
2. Rasio keseluruhan
Lebar mesiodistal dua belas gigi pada kedua rahang diukur dan kemudian
dijumlahkan. Pengukuran dimulai dari molar pertama kiri hingga molar pertama
kanan, sehingga gigi yang diukur adalah gigi 16 sampai dengan gigi 26 pada rahang
atas dan gigi 36 sampai dengan gigi 46 pada rahang bawah. Kemudian, jumlah lebar
mesiodistal gigi pada rahang bawah dibagi dengan jumlah lebar mesiodistal gigi pada
rahang atas dan dikali seratus. Rasio keseluruhan dapat dirumuskan dengan :
MD 36-46 x 100%
MD 16-26
Nilai normal 91,3%
Bila > 91,3% = kesalahan di RB (jika rasio keseluruhan lebih besar dari 91,3%,
maka diskrepansi terjadi karena lebar gigi rahang bawah berlebihan)
Bila < 91,3% = kesalahan di RA (jika rasio keseluruhan lebih kecil dari 91,3%,
maka diskrepansi yang terjadi disebabkan oleh lebar gigi rahang atas yang
berlebihan)
F. Metode Nance
Analisis ruang mix dentition dengan foto tontgen
Dasar : adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi
pengganti
Untuk mengetahui lee way space (perbandingan lebar gigi c-m1-m2 dengan C-P1-P2
dari radiografi, untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup
tersedia/lebih/kurang ruang.
Lee way space: selisih ruang antara ruang yang tersedia dan ruang yang digunakan.
Required space (tempat yang dibutuhkan) : lebar gigi C-P1-P2 dari radiografi
Available space (tempat yang tersedia) : lebar gigi c-m1-m2
Cara mengukur tempat yang tersedia (available space ) :Ada 2 cara pengukuran:
1. Pengukuran dengan menggunakan brasswire (lihat metode Nance)
2. Pengukuran dengan cara segmental, yaitu sbb:
Bagi lengkung rahang menjadi 4 segmen yaitu segmen I1-I2 kanan, segmen I1-
I2 kiri, segmen distal I2-mesial M1 kanan dan segmen distal I2-mesial M1 kiri.
Hitung masing-masing segmen dengan menggunakan kawat atau kaliper.
Jumlahkan hasil pengukuran lebar segmen I1-I2 kanan+lebar
segmen I1-I2 kiri+ lebar segmen distal I2-mesial M1 kanan+ segmen distal I2-
mesial M1 kiri.
Catat hasil pengukuran yang didapat sebagai sebagai required space (tempat yang
dibutuhkan) untuk rahang atas dan rahang bawah.
B. Desain Piranti
1. Cek region gigi! Regio 1 berada pada depan sisi kiri operator
2. Gambar desain : Spidol biru → piranti aktif / pasif
Spidol merah → basis akrilik / bite plane (diarsir)
Spidol hitam → gigi geligi
3. Pada keterangan piranti :
Kelompokan piranti berdasarkan alat aktif, alat pasif, dan retentif
Tulis keterangan lokasi piranti dan diameter wire
Contoh:
Alat aktif : Misal labial bow dengan U loop pada gigi 13 hingga 23 dengan diameter
klamer 0,7 mm
Alat Retentif : Adam pada gigi 16 dan 26
Basis akrilik di palatal hingga distal gigi M2
A. Alat Aktif
1. Labial Bow Aktif
Menggunakan klamer dengan diameter 0,7 mm
U-loop melewati 2/3 distal gigi
Short labial bow dari C-C
Long labial bow dari P-P → digunakan bila gigi C ingin di koreksi
Bar labial bow diletakan pada 1/3 incisal untuk intrusi gigi
Bar labial bow diletakan pada 1/3 servikal untuk ekstrusi gigi
Kurangi bagian palatal/lingual plat akrilik saat aktivasi
4. Expansion Screw
Arah putaran ke anterior
Aktivasi sebesar ¼ putaran / 90o atau 0,2 mm per minggu
Diletakkan diantara gigi C dan P di palatal
Jenis expansi:
a. Ekspansi Lateral Paralel Simetris
A. Labial Bow
Aktivasi sebanyak 1 mm dengan menekan U-loop
Gunakan tang pipih-bulat
Dasar U-loop dipegang dengan tang
Sempitkan lup dengan tang sebanyak 1 mm
Lengan horisontal busur yang bergerak ke arah insisal diperbaiki ke posisi semula (1/2
serviko insisal gigi)
Kurangi plat akrilik pada permukaan palatal gigi anterior sebanyak 1-2 mm
E. Expansion Screw
Aktivasi sebesar ¼ putaran / 90o ke anterior sehingga menghasilkan 0,2 mm per
minggu
F. IPR (interproximal reduction)/slashing/stripping
Menggunakan interproximal enamel removal
Kurangi sebanyak yg dibutuhkan
- Gigi posterior maksimal 1 mm tiap kontak -> 0.5 mm persisi proksimal per gigi
- Gigi insisif RB maksimal 0,75 mm tiap kontak -> 0.375 mm persisi proksimal per
gigi
Finishing and polishing enamel
Aplikasi TAF
LANDMARK SEFALOMETRI
B. Jaringan Lunak
1. Glabela (G) : Titik paling prominen di midsagittal plane pada dahi
2. Pronasal (Pr) : Titik paling prominen dari ujung hidung
3. Labrale superius (Ls) : Titik median dimargin teratasbibir atas
4. Labrate Inferius (Li) : Titik median dimargin terbaweah bibir bawah
5. Soft tissue pogonion (Pog) : Titik paling prominen pada kontur jaringan lunak dagu
ANALISIS SEFALOMETRI
A. KIE Retainer
Dipakai selama 6 bulan, 3 bulan pertama 24 jam yang 3 bulan kedua 8 jam ,
dilepas ketika makan, dicuci mengguanakan air mengalir, dan disikat dengan sikat
gigi hangat tanpa detergen
disimpan pada kedap udara dan kering
ingatakan apabila tidak dipakai akan relaps