Anda di halaman 1dari 12

Stresor

Norepinefrin ↓
Korteks dan system limbic, amigdala Serotonin ↓
Stresor psikososial : Dopamin ↓
kehilangan traumatic, putus
hubungan social,
lingkungan baru Hipotalamus
Radikal bebas
Teori rantai silang
CR
Kekurangan gizi
Autoimmune teori
Akumulasi lemak Hipofisis
Teori sel 'usang' dan rusak
Genetic ACTH

Korteks adrenal

kortisol

Perubahan denyut jantung, fungsi ginjal, sel darah putih,


penurunan mekanisme pertahanan tubuh,

Manifestasi fisik : Manifestasi psikis :


Sakit kepala Menyalahkan diri sendiri/orang lain
Mual Kehilangan minat/anhedonia
Sakit pada organ tubuh tertentu Perasaan kesepian, merasa sendiri
Kesulitan tidur atau tidur berlebihan Merasa gagal, kesedihan, merasa tidak berguna
Disfungsi sexual Kesulitan berhubungan dg orang lain

Masalah keperawatan yang terkait :


Harga diri rendah Menarik diri
Koping tidak efektif Gangguan konsep diri

Sumber : Nurmiati Amir, 2001


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian

Harga diri rendah situasional adalah berkembangnya persepsi diri yang negatif dalam
berespon terhadap situasi yang sedang terjadi (spesifik) (NANDA, 2005). Menurut
CMHN (2006), harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.
Faktor Predisposisi

Bio Psiko Sosio-kultural

Stressor Presipitasi

Sifat Asal Waktu Jumlah

Penilaian terhadap Stressor

Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial

Sumber-sumber koping

Kemampuan Personal Dukungan sosial Aset materi Keyakinan positif

Mekanisme koping

Konstruktif Destruktif

Respon adaptif Respon Maladaptif


Diagnosa Keperawatan
antara lain : mekanisme koping individu tidak efektif, koping keluarga tidak efektif :
ketidakmampuan, harga diri rendah, dll

Gambar 1. Komponen biopsikososial dari model stress adaptasi


(Stuart and Laraiaa, 2001)
B. Data yang perlu dikaji

Menurut NANDA (2005), batasan karakteristik pada klien harga diri rendah adalah :
1. Klien mengungkapkan tantangan situasional yang sedang terjadi terhadap harga
diri
2. Mengungkapkan diri yang negatif
3. Bimbang, perilaku yang non asertif
4. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi
5. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna
Menurut CMHN (2006), menjelaskan tanda dan gejala harga diri yang rendah adalah:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktifitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
6. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan
kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara
lambat dengan nada suara lemah.
C. Pohon masalah

Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Mekanisme koping tidak efektif


D. Intervensi
1. Generalis
Tujuan :
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan /memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
d. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
e. Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya
Tindakan Keperawatan:
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
dengan cara mendiskusikan bahwa klien masih memiliki kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan di rumah, adanya keluarga dan lingkungan
terdekat klien dan beri pujian yang realistik
b. Membantu klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara
mendikusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan, bantu
klien menyebutkannya dan meberi penguatan, beri respon yang kondusif dan
menjadi pendengar yang aktif
c. Membantu klien memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan
dengan cara mendiskusikan dengan klien beberapa aktifitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan klien sehari-hari.
d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
e. Membantu klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya dan
menyusun rencana kegiatan
Tindakan Keperawatan pada keluarga:
Tujuan :
a. Keluarga dapat membantu klien menidentifikasi kemampuan yang dimiliki
b. Keluarga memfasilitasi aktifitas klien yang sesuai kemampuan
c. Keluarga memoivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan
yang dilakukan, dan memberikan pujian atas keberhasilan klien
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
Tindakan keperawatan pada keluarga:
a. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
b. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien dan memuji klien
atas kemampuannya
c. Anjurkan keluarga untuk memotivasi klien dalam melakukan kegiatan yang
sudah dilatihkan klien dengan perawat
d. Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku klien
2. Spesialis
Terapi individu :
a. Terapi gestalt
b. Terapi penghentian pikiran
c. Terapi asertive
Terapi keluarga :
a. Terapi sistem keluarga
b. Terapi psikoedukasi keluarga
Terapi kelompok :
a. Terapi suportif
b. Terapi musik
c. Terapi psikoterapi kelompok
STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI GESTALT
Sp-1 : Pasien
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengungkapkan perasaannya,
membantu pasien menyadari masalahnya, mampu menceritakan penyebab masalah dan
menceritakan tindakan ketika menghadapi masalah, mengidentifikasi keuntungan dan
kerugian tindakan ketika menghadapi masalah, mengetahui tindakan adaptif dan
maladaptif.

Orientasi :
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, saya suster Mamnu’ah , panggil saya
Nuah. Saya perawat dari FIK UI hari ini bertugas merawat ibu disini dari jam
12.00 sampai jam 17.30 . Nama Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu saat ini?”
c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita membicarakan perasaan yang membuat Ibu
merasa tidak nyaman. Diharapkan setelah pertemuan ini Ibu dapat
mengungkapkan perasaannya. Sebelumnya saya akan menjelaskan bahwa
diskusi kita ini terdiri dari tiga tahap.” Tahap pertama, kita diskusikan
perasaan yang membuat Ibu merasa tidak nyaman. Tahap kedua, kita akan
belajar menyelesaikan masalah, tahap ketiga kita akan latihan
mengintegrasikan kegiatan ini dalam kehidupan sehari-hari Ibu. Bagaimana,
Bu?”
Tempat : “ Dimana kita akan berbicara? Di sini saja ya, Bu?”
Waktu : “ Berapa lama kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau kita
berbicara selama 30 menit?”
1. Kerja
“ Baiklah Bu, mari kita mulai, bisa Ibu ceritakan apa yang membuat Ibu merasa
tidak nyaman (pasien menyebutkan)? Bagus sekali Ibu sudah mau
mengungkapkan perasaannya. Jadi, masalah Ibu adalah.......(sebutkan). Menurut
Ibu, apa yang menjadi penyebab masalah Ibu? Apakah penyebab masalahnya
berasal dari luar atau dari dalam diri Ibu sendiri? Apa yang Ibu lakukan ketika
menghadapi masalah tersebut? Apakah keuntungan dan kerugian tindakan Ibu?
Bagus Ibu sudah menyampaikan tindakan apa yang dilakukan, apakah merugikan
atau menguntungkan. Baiklah Bu, selanjutnya saya akan menjelaskan bagaimana
tindakan yang adaptif dan maladaptif ketika menghadapi masalah.
2. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Nah ...Ibu kita sudah berbincang – bincang tentang masalah yang Ibu
rasakan. Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Bisa Ibu jelaskan tindakan yang
adaptif dan maladaptif ketika menghadapi masalah? Adakah manfaat yang
Ibu dapatkan dari hasil diskusi kita?”
b. Evaluasi Obyektif
Ibu dapat menjelaskan tindakan yang adaptif dan maladaptif ketika
menghadapi masalah.
c. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah Ibu karena waktu yang kita sepakati sudah habis, maka kita
cukupkan sekian. Selanjutnya Ibu bisa mengingat perasaan lainnya, apa
penyebab masalah, tindakan yang dilakukan, keuntungan dan kerugian
tindakan tersebut.
d. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : “Ibu, kita akan melanjutkan diskusi pada pertemuan yang akan
datang, pada pertemuan berikutnya kita akan belajar cara mengintegrasikan
kegiatan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Tempat : “Dimana sebaiknya kita bertemu nanti, Bu? Bagaimana kalau di sini
saja, Bu ?”
Waktu : “ Bagaimana kalau besok saya kesini lagi?” Sebaiknya jam berapa,
Bu?
“Baiklah Ibu .... Saya permisi dulu . Assalamu’alaikum Wr.Wb.”
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN
PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Oleh :

Wahyu Ekowati
NIM. 0606027505

PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2007
STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI EMOTIF RASIONAL
Sp-1 : Pasien
Membina hubungan saling percaya, diskusi tentang ide atau keyakinan tertentu yang
menimbulkan stress dan perasaan klien yang tidak bahagia.
Orientasi :
e. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, saya suster Nurlis , panggil saya Nurlis. Saya
perawat dari FIK UI hari ini bertugas merawat ibu disini dari jam 10.00 sampai jam
11.30 . Nama Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
f. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu saat ini?”
g. Kontrak
Topik : “Baiklah bu A, bagaimana kalau kita mendiskusikan tentang pikiran dan
perasaan yang menimbulkan emosi sehingga membuat ibu stress dan merasa tidak
bahagia, tetapi sebelumnya saya akan menjelaskan bahwa diskusi kita ini terdiri dari
tiga tahap.” Tahap pertama kita diskusikan pikiran dan perasaan apa saja yang membuat
ibu tidak bahagia, tujuannya agar ibu mengetahui pikiran dan perasaan yang membuat
ibu tidak bahagia, tahap kedua kita akan mendiskusikan tentang pikiran dan perasaan
emosi yang tidak rasional, tujuannya ibu mengetahui bahwa pikiran dan perasaan ibu
tersebut tidak rasional dan tidak realistis, tahap ketiga kita akan mendiskusikan
bagaimana meningkatkan pikiran dan perasaan yang rasional dan realistis, tujuannya
ibu mengetahui bagaimana meningkat pikiran dan perasaan secara rasional dan realistis
serta menyangkal pikiran dan perasaan yang tidak realistis. tetapi sebelumnya saya
akan menjelaskan bahwa diskusi kita ini terdiri dari tiga tahap.” Tahap pertama kita
diskusikan pikiran dan perasaan apa saja yang membuat ibu tidak bahagia, tujuannya
agar ibu mengetahui pikiran dan perasaan yang membuat ibu tidak bahagia, tahap
kedua kita akan mendiskusikan tentang pikiran dan perasaan emosi yang tidak rasional,
tujuannya ibu mengetahui bahwa pikiran dan perasaan ibu tersebut tidak rasional dan
tidak realistis, tahap ketiga kita akan mendiskusikan bagaimana meningkatkan pikiran
dan perasaan yang rasional dan realistis, tujuannya ibu mengetahui bagaimana
meningkat pikiran dan perasaan secara rasional dan realistis serta menyangkal pikiran
dan perasaan yang tidak realistis. Bagaimana , Bu?”
Tempat : “ Dimana kita akan berbicara? Di ruang tamu ini, Bu?”
Waktu : “ Berapa lama kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau kita berbicara
selama 20 menit?”
3. Kerja
“ Baiklah bu mari kita mulai membicarakan tentang pikiran dan perasaan Ibu yang
menimbulkan stress dan rasa tidak bahagia. Coba ibu sebutkan hal hal atau masalah apa
saja yang menimbulkan pikiran dan perasaan ibu menjadi stres dan tidak bahagia”.
”Bagus bu, ibu sudah mampu menyebut hal-hal dan masalah yang membuat ibu stres
dan merasa idak bahagia”.
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Nah ...Ibu kita sudah berbincang – bincang tentang Ibu. Bagaimana perasaan Ibu
sekarang ?Adakah manfaat yang Ibu dapatkan dari hasil diskusi kita?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba Ibu sampaikan apa yang sudah ibu dapatkan dari hasil kita diskusikan ini?
Betul sekali bu...... bagus Ibu sudah menyampaikan dengan baik.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah Bu sesuai dengan waktu yang kita sepakati kita telah berbincang – bincang
selama 20 menit. Kalau begitu Bu ..kita istirahat dulu kemudian bagaimana kalau kita
membicarakan tahap kedua?.”Sambil istirahat coba ibu ingat-ingat kembali apakah
pikiran dan perasaan yang membuat ibu stres dan merasa tidak nyaman tersebut
rasional atau tidak ?”
d. Kontrak Yang Akan Datang
Topik : “Ibu ..... nanti saya akan kesini lagi . Kita akan melanjutkan diskusi kita
tentang pikiran dan perasaan ibu yang tidak rasional dan tidak realistis, yang membuat
ibu stress dan merasa tidak bahagia”.
Tempat : “Dimana sebaiknya kita bertemu nanti bu? Bagaimana kalau di sini saja bu ?”
Waktu : “ Bagaimana kalau 15 menit lagi saya kesini?”
“Baiklah Ibu .... Saya permisi dulu . Assalamu’alaikum Wr.Wb.”

Anda mungkin juga menyukai