Anda di halaman 1dari 2

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum, penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa Agama
satu atap adalah model pemahaman agama yang didasarkan kearifan lokal,
kekerabatan, dan interaksi sosial asimilatif yang diimpelementasikan oleh
pemeluk agama dengan mengaktifkan jendela pengetahuan agamanya
masing-masing tanpa menegasikan kebenaran agama lain yang diikat
dalam satu atap berupa nilai kebaikan dan kebersamaan untuk menuju
Realitas Ilahi. Adapun kesimpulan secara detail sebagai berikut:
1. Peran dan fungsi kearifan lokal di Desa Balun. Pertama, sebagai titik
simpul bertemunya banyak elemen, perekat lintas agama, kepercayaan,
dan warga, dan mengeliminir berbagai macam jenis eksklusivitas.
Kedua, sebagai resolusi konflik yang tidak bersifat koersif dan
struktural. Ketiga, menjadi sumber inspirasi kebersamaan, memupuk
solidaritas, serta menangkal hal-hal yang merusak solidaritas komunal
dari komunitas yang sudah terintegrasi.
2. Tipologi pemahaman agama masyarakat Balun adalah Tantularisme;
sebuah model pluralisme agama yang menganggap agamanya paling
baik daripada yang lain namun tidak menegasikan kebenaran dan
kebaikan agama lain. Maka, dialog antar agama tidak dibutuhkan oleh
masyarakat Balun karena semua masyarakat sudah mempunyai
kesadaran tinggi terkait toleransi dan kerukunan antar umat beragama
baik yang dilakukan dalam rumah maupun di luar rumah. Sedangkan
perpindahan agama juga menjadi persoalan biasa karena semua agama
mengajarkan kebaikan. Sedangkan komunikasi antar sesama
dijalankan untuk menyelesaikan persoalan kehidupan.
3. Interaksi sosial yang dilaksanakan masyarakat desa Balun bersifat
asimilatif; sebuah bentuk peleburan kebudayaan sehingga masing-
masing pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik
bersama yang ditandai dengan adanya; pertama, ada perbedaan
kebudayaan antara kedua belah pihak; kedua, ada interaksi intensif
antara kedua pihak; ketiga, ada proses saling menyesuaikan.
B. Temuan
1. Faktor yang merawat toleransi dan kerukunan beragama disamping
kearifan lokal juga dikarenakan faktor kekerabatan, patron budaya, dan
interaksi sosial yang bersifat asimilatif di Desa Balun.
2. Tidak ada hubungan yang deterministik-mekanistik antara tipologi
pemahaman agama mulai eksklusif sampai pluralis dengan praktik
toleransi dan kerukunan beragama di Desa Balun.
3. Dialog antar agama tidak dibutuhkan masyarakat Balun yang sudah
punya kesadaran tinggi terkait toleransi dan kerukunan umat
beragama.
4. Perpindahan agama merupakan transvaluasi kebenaran agama yang
natural dalam bingkai Tantularisme.

Anda mungkin juga menyukai