Anda di halaman 1dari 11

Sistem dan Kebijakan Pendidikan Negara Jepang

Sistem pendidikan jepan dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai


berikut:
1. Legalisme
Pendidikan jepang mengedeankan hukum dan melegalkan hak setiap individu
untuk memperole pendidikan tanpa mendiskriminasi suku, agama, ras dan
golongan.
2. Administrasi yang demokratis
Biaya pendidikan untuk masyarakat masih terjangkau sesuai dengan
keuangan masyarakatnya, memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi
dan kurang mampu.
3. Netralitas
pendidikan jepang tidak membeda-bedakan latar belakang siswanya baik itu
materil, asal-usul keluarga, jenis kelamin, status sosial, posisi ekonomi, suku,
ras, dan antar golongan.
4. Penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan
Dalam proses pembelajaran memiliki tingkat kesulitas masing-masing
menyesuaikan tingkat pendidika yang ditempuh.
5. Desentralisasi
Penyebaran kebijakan-kebijakan pendidikan dari pemerintah pusat secara
merata kepada sekolah yang ada dinegara tersebut sehingga perkembangan
dan kemajuan sistem pendidikan dapat diikuti dengan baik

Kebijakan pendidikan negara Jepang antara lain sebagai berikut:


1. Pendidikan SD hingga SMP merupakan pendidikan yang wajib diikuti oleh
setiap siswa, dikarenakan pada jenjeng tersebut menjadi dasar-dasar
pembentukana kepribadian, watak dan perilaku.
2. Pemerintah membebaskan biaya pendidikan untuk tingkat SD hingga SMP
3. Pendidikan wajib diikuti oleh siswa yang berusia 6-15 tahun
4. Tahun ajaran baru dan penddaftaran bagi calon-calon siswa SD di jepang
setia tanggal 1 april
Tujuan Pendidikana di Negara Jepang
1. Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh
2. Berusaha keras mengembangkan SDM yang berkualitas baik intelektual
maupun jasmani
3. Mengajarkan setiap siswa agar ssenantiasa memelihara keadilan dan
kebenaran
4. Setiap siswa diajarkan untuk menghormati dan menghargai lingkungan sosial
5. Setiap siswa dituntut untuk disiplin, menghargai waktu, dan etos kerja
6. Mengembangkan sikap bertanggung jawab melalui pelajaran dan tugas yang
diberikan sesuai dengan tingkat pendidikannya
7. Meningkatkan semangata independen setiap siswa untuk membangun negara
dan menjaga perdamaian dunia.

Struktur dan Jenis Pendidikan Negara Jepang


Struktur dan Jenis Pendidikan Negara Jepang dibagi atas beberapa
jenjang, antara lain :
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar di Jepang terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama. Pendidikan ini wajib diikuti oleh anak berusia 5-15
tahun. Pada Pendidikan wajib Jepang memiliki prosedur yang sama dengan
negara Indonesia yang dimana siswa harus melewati jenjang keatas sebelum
tuntas pelajaran,murid bisa tinggal kelas apabila tidak memenuhi nilai-nilai
yang layak atau dianggap belum mampu menguasai ilmu-ilmu yang diberikan
oleh guru kelas. Pendidikan dasar di Jepang sangat menekankan Pendidikan
karakter dan terintegrasi dalam kehidupan sosial mereka. Pendidikan Dasar
tersendiri terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Sekolah Dasar (Shōgakkō)
Sistem sekolah dasar di Jepang hampir sama dengan di Indonesia
yaitu dipimpin oleh seorang guru kelas yang menguasai berbagai bida
mata pelajaran yang diajarkan kepada para siswanya. Pendidikan ini
wajib diikuti oleh anak yang berusia sekitar 6-12 tahun.
b. Sekolah Menengah Pertama (Chūgakkō)
Pada sekolah menengah di Jepang juga hampir sama dengan
system Pendidikan di Indonesia yang dimana di setiap mata pelajaran di
kelas di ajarkan oleh guru-guru yang berbeda sesuai dengan mata
pelajaran masing-masing. Pendidikan ini wajib diikuti oleh anak yang
berusia sekitar 12-15 tahun.
2. Sekolah Menengah Atas (Koutougakkou)
Sistem Sekolah Menengah Atas atau yang biasa disebut SMA di
Negara Jepang cukup berbeda dengan sistem di Indonesia. Untuk masuk atau
melanjutkan Pendidikan pada tingkat SMA setiap calon siswa harus
mengikuti ujian saringan masuk pada SMA tujuan masing-masing. Ujian
tersebut cukup sulit sehingga setiap calon siswa yang akan mengkuti ujian
saringan masuk disarankan untuk mengikuti bimbingan belajar di sebuah
Lembaga khusus seperti di Juku atau Yobiko untuk meningkatkan
kemampuan dan kesiapan siswa pada tes saringan masuk menuju jenjang
SMA. Pendidikan tingkat ini terbagi atas 3 jenis kelas :
a. Full time : Berlangsung selama 3 tahun penuh, sesuai dengan Sekolah
Menengah Atas pada umumnya dan rata-rata siswa Jepang memilih
pendidikan seperti ini.
b. Part Time : Pendidikan ini diberikan pada waktu malam hari disesuaikan
dengan waktu yang dimiliki mahasiswa yang mengikuti kerja part time
dan dianggap setara dengan Diploma dan memakan waktu lebih dari 3
tahun. Jenis Pendidikan ini hanya berlaku di universitas pada kelas-kelas
karyawan seperti di Indonesia. Part time pada Pendidikan Jepang terbagi
menjadi dua kelas yaitu :
a) Daytime Part Time Course
b) Evening Part Time Course
c. Correspondence : Jenis Pendidikan ini merupakan kombinasi antara
keduanya dengan cara pembelajaran yang khas yaitu siswa tidak perlu
setiap hari menghadiri pelajaran di kelas dan cukup hadir 3 kali dalam 1
bulan.
Dari uraian diatas terlihat system Pendidikan SMA di Jepang lebih
fleksibel dari segi waktu dan juga pemilihan mata pelajaran yang disesuaikan
dengan karir masa depan begitu juga dengan system sks yang dianut
menjadikan peserta didik lebih bertanggung jawab.
3. Pendidikan Tinggi (Daigaku)
Sistem pendidikan tinggi Jepang berbeda dengan model pendidikan
tinggi di Indonesia. Terdapat tiga jenis pendidikan pada Perguruan Tinggi
Jepang yaitu :
a. Universitas : Terdapat pendidikan untuk menempuh gelar sarjana S1
bergelar Bachelor’s Degree yang ditempuh selama 4 tahun (untuk
mahasiswa kedokteran dan dokter gigi menempuh Pendidikan selama 6
tahun) dan pascasarjana S2 Master’s Degree ditempuh selama 2 tahun
dan S3 Doctor’s Degree ditempuh selama 5 tahun.
b. Junior College : Membutuhkan waktu sekitar tiga hingga 4 tahun masa
pendidikan bagi para lulusan SMA. Junior College cukup memenuhi
setengah dari kredit yang harus ditempuh Bachelor's Degree.
c. Technical College : Dapat diambil bagi calon mahasiswa yang tamat
pendidikan SMP. Technical College menghasilkan lulusan-lulusan tenaga
teknisi. Jenis pendidikan tinggi ini mirip dengan sekolah SMK di
Indonesia.
Dari uraian tentang jenis dan jenjang pendidikan Jepang, untuk
pendidikan dasar agak mirip dengan pendidikan dasar yang diterapkan di
Indonesia termasuk wajib belajarnya. Pendidikan karakter di Jepang betul-
betul ditekankan dan diintegrasikan dengan kehidupan peserta didik serta
didukung oleh orang tua dan juga masyarakat. Untuk pendidikan menengah
dan tinggi di Jepang agak mirip dan pemisahannya tidak setegas pada
pendidikan SMA dan pendidikan tinggi di Indonesia.

Manajemen Pendidikan Jepang


1. Tahap pendidikan
Sistem pendidikan tersusun atas lima tahap yaitu taman kanak-kanak satu
sampai tiga tahun, sekolah dasar enam tahun, sekolah menengah pertama tiga
tahun, sekolah menengah atas tiga tahun dan universitas umumnya enam
tahun. Ada juga junior college akademi yang diselenggarakan studi selama
dua atau tiga tahun. Selain itu banyak universitas menyediakan pendidikan
pasca-sarjana untuk studi lanjutan.
2. Sistem pembelajaran
Mengenal pendidikannya, setiap sekolah mengatur kurikulum
pengajarannya sesuai dengan pedoman pelajaran yang dibuat dan diterbitkan
oleh kementerian pendidikan. buku pelajaran dipilih oleh badan pendidikan
setenpat dari buku yang disetujui oleh kementerian.
3. Sistem ketenagaan
Latar belakang pendidikan merupakan faktor penting dalam sistem
kepegawaian seumur hidup jepang. Untuk mendapatkan pekerjaan
diperusahaan top. Karena persaingan semakin pesat maka banyak siswa yang
mengikuti bimbingan khusus. Perubahan yang diadakan setelah restorasi
meiji dan perang dunia II membuka jalan untuk penyebaran pendidikan
dijepang. namun baru-baru ini muncul berbagai masalah di sekolahsekolah;
antara lain kekerasan, gertakan dan persaingan yang sengit untuk
mendapatkan tempat di sekolah-sekolah terbaik. Disamping itu, semakin
nyata bahwa sistemnya harus dirombak menjadi suatu sistem yang lebih tepat
untuk masyarakat jepang di masa resturkturisasi industri, pengembangan
teknologi dan intemasionalisasi.
Pada tahun 1987, majelis ini mengeluarkan rekomendasi berdasarkan
prinsip menghargai individualitas keperluan akan menggalakkan pendidikan
seumur hidup dan keperluan untuk menjawab internasionalisasi masyarakat
jepang dan revolusi informasi antara lain sebagai berikut:
a. Pada tingkat sekolah menengah pertama dan atas seharusnya ditawarkan
seleksi mata pelajaran yang lebih banyak variasi
b. Sistem ujian masuk universitas hams diubah supaya masingmasing
universitas diizinkan melakukan ujiannya sendiri,
c. Kesempatan pendidikan untuk orang yang tidak terdaftar di sekolah,
harus ditingkatkan,dan
d. Sistem penerimaan siswa asing harus diperbaiki.
4. Pendidik dan peserta didik
Pengajaran tetap merupakan profesi terhormat, dan guru memiliki status
sosial yang tinggi, yang berasal dari warisan budaya Jepang dan pengakuan
publik. Masyarakat mengharapkan para guru untuk mewujudkan cita-cita
rnereka untuk menanarnkan moral dan pengembangan karaktor anak-anak.
sebuah sistem baru pelatihan guru diperkenalkan pada tahun 1989. Sistem
baru menetapkan program satu tahun pelatihan, diperlukan bagi guru barn
untuk bekerja di bawah arahan seorang guru. Persatuan Guru Jepang,
didirikan pada tahun 1947, adalah persatuan guru terbesar di akhir tahun
1980. Serikat buruh berfungsi sebagai federasi nasional serikat guru
prefektur, meskipun masing-masing serikat memiliki otonomi yang cukup
dan kekuatan sendiri dan orientasi politik.
Departemen Pendidikan memiliki dua bidang utarna dari tanggung jawab
yang berkaitan dengan pendidikan dan penelitian. Selain itu bertanggung
jawab atas perguruan tinggi nasional dan membangun · lembaga penelitian
mereka, kementerian juga mempromosikan penelitian yang dilakukan di
universitas dan didanai baik individu rnaupun lembaga. Sekitar setengah lusin
lembaga penelitian, seperti Institut Nasional untuk Penelitian Pendidikan dan
Institut Nasional Pendidikan Khusus, juga di bawah pengawasan Kementerian
langsung.
5. Reformasi Pendidikan Jepang
Untuk tetap kompetitif dan untuk menjamin masa depannya, Jepang perlu
melakukan perubahan serius dalam pendidikan dan penelitian struktur.
Institusinya harus lebih fleksibel dan beragam dan kebutuhan untuk
mendorong kreativitas dalam pendidikan yang akan mendorong teknologi
baru.Tanggung jawab pendidikan sosial dibagi oleh semua tingkat
pemerintahan, terutama oleh pemerintah daerah. Meningkatkan jumlah
fasilitas pendidikan sosial, pelatihan staf, dan penyebaran informasi tentang
kesempatan belajar seumur hidup. Jepang adalah pembaca rakus. Toko buku
terkenal penuh dari saat rnereka membuka pintu mereka setiap hari dengan
pembaca mencari buku-buku dari berbagaijudul mengejutkan asing maupun
Jepang. Empat tim teratas surat kabar nasional saja memiliki sirkulasi harian
gabungan (dengan dua edisi setiap hari) lebih dari 35 juta, dan ada empat
harian berbahasa lnggris kertas juga. Meskipun pendidikan di Jepang berada
dalam masa transisi dalam banyak hal, itu masih mempertahankan struktur
organisasinya pascaperang. Bahkan dengan tekanan yang berkembang untuk
reformasi dan untuk lebih menekankan pada individualitas dan
intemasionalisasi di bidang pendidikan.

Sistem pendanaan
Pendidikan diberikan secara cuma-cuma untuk semua anak yang berusia
antara 6-15 tahun, namun bagian terbesar dari lulusan SMP mau meneruskan
pelajaranya, dan nyatanya SMA sekarang menjadi bagian penting dari pendidikan
anak. Pada tahun 1986, 94% dari semua siswa masuk SMA, yaitu rasio yang sama
dengan Amerika Serikat, dan 35% dari semua lulusan SMA meneruskan
pelajaranya ke Universitas. Rasio ini lebih kecil dari Amerika Serikat dimana
hampir 50% masuk universitas, tetapi lebih dari Negara Eropa Barat dimana
angka rata-rata berkisar antara 20% dan 30%.
Sebagaimana fasilitas pendidikan negeri yang tersedia, sekolah swasta
terdapat disemua tahap sistem pendidikannya. Sekolah-sekolah ini secara khusus
memegang peran yang sangat penting dalam pendidikan prasekolah dan
universitas, yang keduaduanya berada di luar ruang lingkup sistem wajib. Sejak
bulan Mei tahun 1986 sebanyak 76% anak-anak taman kanak-kanak, dan 73%
mahasiswa universitas, terdaftar di lembaga swasta, juga 28% dari semua siswa
sekolah menengah belajar di sekolah swasta.
Jumlah siswa jepang yang belajar di luar negeri terns rneningkat. Pada
tahun 1986, 24.000 mahasiswa belajar di luar negeri. Pada tahun yang sama,
dijepang ada 15.000 inahasiswa, 85% berasal dari Asia. Administrasi sistem
pendidikan jepang didesentralisasi; peran kementrian pendidikan pada umumnya
rnerupakan peran koordinasi. Tanggung jawab atas anggaran sekolah, program
pendidikan, penunjukan . sekolah, dan pengawasan sekolah-sekolah dasar dan
menengah pertama terleta.k di tangan badan-badan pendidikan setempat. Anggota
badan tersebut dipilih oleh kepala administratif dari otoritas pemerintah seternpat.
Personalia
Personalia pendidikan di Jepang terdiri dari guru, staf pendidik, dan kepala
sekolah. Mereka dianggap sebagai tenaga profesional yang sangat berkualitas dan
terlatih dengan baik. 1
Para guru di Jepang harus melewati seleksi yang ketat,
termasuk ujian nasional dan pengalaman mengajar minimal 5 tahun, sebelum
memperoleh sertifikasi sebagai guru. Setelah menjadi guru, mereka dilatih secara
terus-menerus dan didorong untuk mengikuti program pengembangan profesional
untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka. 2
Kepala sekolah memiliki peran penting dalam sistem pendidikan Jepang.
Mereka bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah dan memimpin para guru
dalam mengembangkan kurikulum dan pengajaran yang efektif. Selain itu, mereka
juga berperan sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua siswa serta
masyarakat sekitar. 3
Staf pendidik lainnya seperti petugas administrasi dan petugas kebersihan
juga memiliki peran penting dalam sistem pendidikan Jepang. Mereka membantu
menjalankan operasional sekolah dengan efektif dan membantu menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa.
Secara umum, personalia pendidikan di Jepang dianggap sebagai tenaga
profesional yang berkualitas dan terlatih dengan baik untuk memberikan
pendidikan yang berkualitas bagi siswa. 4

Kurikulum
Kurikulum di Jepang terdiri dari tiga tingkat: dasar, menengah, dan atas.
Kurikulum di setiap tingkat dirancang untuk mencakup berbagai mata pelajaran,

1
Education at a Glance 2015: OECD Indicators. OECD Publishing.
2
Tsuneyoshi, R. Teacher Professional Development in Japan: A Portrait of Teachers' Progression
into Expertise. (2015) Journal of Educational Research and Practice, 5(1), 33-48.
3
Shimahara, N. K. Education in Japan: History, reform, and challenges. ( Routledge : 2018).
4
Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT). (2016). The
Education System in Japan. Retrieved from
http://www.mext.go.jp/en/policy/education/lawandplan/title01/detail01/sdetail01/1374102.htm
termasuk matematika, sains, bahasa Jepang, bahasa Inggris, seni, dan sejarah.
Selain itu, kurikulum di Jepang juga menekankan pengembangan keterampilan
non-akademik, seperti keterampilan sosial, keterampilan kerja tim, dan kreativitas.
Kurikulum juga menempatkan pentingnya etika dan moral dalam pendidikan
siswa.5
Kurikulum di Jepang dikenal sebagai "Gakushu Shidou Yoryo" atau
"Standar Pedoman Pendidikan". Kurikulum ini ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (MEXT)
Jepang. Kurikulum ini mencakup seluruh jenjang pendidikan di Jepang, mulai dari
taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. 6
Kurikulum di Jepang sangat diarahkan untuk mengembangkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Selain itu, kurikulum di Jepang juga
menekankan pada pengembangan karakter dan moral siswa. Setiap jenjang
pendidikan memiliki fokus dan tujuan yang berbeda, misalnya untuk SD
(Shougakkou) tujuan utamanya adalah untuk memperkenalkan dasar-dasar
akademik seperti membaca, menulis, dan berhitung, sementara untuk SMA
(Koutou Gakkou) tujuannya lebih terfokus pada mempersiapkan siswa untuk
masuk perguruan tinggi.

Ujian
Ujian merupakan bagian penting dari sistem pendidikan di Jepang. Setiap
tahun, siswa diwajibkan untuk mengikuti ujian nasional yang disebut Ujian
Masuk Perguruan Tinggi (National Center Test for University Admissions). Ujian
ini dirancang untuk mengevaluasi kemampuan siswa di berbagai mata pelajaran,
termasuk matematika, sains, bahasa Inggris, dan bahasa Jepang. Selain itu, siswa
juga diwajibkan untuk mengikuti ujian lokal yang diadakan di sekolah mereka
masing-masing. 7
5
JNTO. (2021). Education System in Japan. Japan National Tourism Organization.
https://www.japan.travel/en/plan/education/
6
Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology. (2020). The Japanese Education
System. Diakses pada 5 Maret 2023, dari
https://www.mext.go.jp/en/policy/education/lawandplan/title01/detail01/sdetail01/1373814.htm

7
Council of Local Authorities for International Relations. (2021). Education in Japan.
https://www.clair.or.jp/j/forum/forum_pdf/171110-3.pdf
Sistem pendidikan Jepang memiliki berbagai jenis ujian yang berbeda, dan
beberapa di antaranya sangat penting dalam menentukan jenjang pendidikan dan
kesuksesan akademis siswa. Berikut adalah beberapa jenis ujian yang umum di
Jepang: 8
a. Ujian Masuk Sekolah Menengah Pertama: Ujian ini diambil oleh siswa pada
akhir tahun ke-6 di sekolah dasar untuk menentukan sekolah menengah
pertama mana yang akan mereka masuki.
b. Ujian Masuk Sekolah Menengah Atas: Ujian ini diambil oleh siswa pada akhir
tahun ke-9 di sekolah menengah pertama untuk menentukan sekolah
menengah atas mana yang akan mereka masuki.
c. Ujian Masuk Perguruan Tinggi: Ujian ini diambil oleh siswa pada akhir tahun
ke-12 di sekolah menengah atas untuk menentukan perguruan tinggi mana
yang akan mereka masuki. Terdapat beberapa jenis ujian masuk perguruan
tinggi, di antaranya adalah ujian nasional yang dikenal sebagai "Center Test"
dan ujian yang diselenggarakan oleh setiap perguruan tinggi.
d. Ujian Kelulusan: Ujian ini diambil oleh siswa pada akhir tahun terakhir di
sekolah menengah atas untuk menentukan apakah mereka lulus atau tidak.
Ujian ini sangat penting karena hasilnya menentukan apakah siswa bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak.
Selain ujian-ujian tersebut, ada juga ujian-ujian lain yang lebih khusus,
seperti ujian bahasa Inggris, ujian sains, dan ujian matematika. Ujian-ujian ini bisa
digunakan sebagai kriteria seleksi untuk program-program khusus, beasiswa, dan
lain sebagainya.
Dalam sistem pendidikan Jepang, ujian dianggap sebagai cara yang efektif
untuk mengukur kemampuan siswa dan memberikan umpan balik yang jelas
kepada mereka. Namun, terkadang ujian juga dianggap sebagai tekanan yang
besar bagi siswa dan dapat memicu kecemasan serta stres yang berlebihan. Oleh
karena itu, ada upaya untuk mengurangi tekanan ujian dengan cara memberikan
lebih banyak perhatian pada pembelajaran yang kreatif dan interaktif serta
mengurangi ketergantungan pada hasil ujian sebagai satu-satunya penentu
kesuksesan akademis.
8
Sato, YThe Evolution of National University Entrance Examinations in Japan. International
Handbook of Educational Assessment. (Springer International Publishing : 2018).

Anda mungkin juga menyukai