Sistem pendanaan
Pendidikan diberikan secara cuma-cuma untuk semua anak yang berusia
antara 6-15 tahun, namun bagian terbesar dari lulusan SMP mau meneruskan
pelajaranya, dan nyatanya SMA sekarang menjadi bagian penting dari pendidikan
anak. Pada tahun 1986, 94% dari semua siswa masuk SMA, yaitu rasio yang sama
dengan Amerika Serikat, dan 35% dari semua lulusan SMA meneruskan
pelajaranya ke Universitas. Rasio ini lebih kecil dari Amerika Serikat dimana
hampir 50% masuk universitas, tetapi lebih dari Negara Eropa Barat dimana
angka rata-rata berkisar antara 20% dan 30%.
Sebagaimana fasilitas pendidikan negeri yang tersedia, sekolah swasta
terdapat disemua tahap sistem pendidikannya. Sekolah-sekolah ini secara khusus
memegang peran yang sangat penting dalam pendidikan prasekolah dan
universitas, yang keduaduanya berada di luar ruang lingkup sistem wajib. Sejak
bulan Mei tahun 1986 sebanyak 76% anak-anak taman kanak-kanak, dan 73%
mahasiswa universitas, terdaftar di lembaga swasta, juga 28% dari semua siswa
sekolah menengah belajar di sekolah swasta.
Jumlah siswa jepang yang belajar di luar negeri terns rneningkat. Pada
tahun 1986, 24.000 mahasiswa belajar di luar negeri. Pada tahun yang sama,
dijepang ada 15.000 inahasiswa, 85% berasal dari Asia. Administrasi sistem
pendidikan jepang didesentralisasi; peran kementrian pendidikan pada umumnya
rnerupakan peran koordinasi. Tanggung jawab atas anggaran sekolah, program
pendidikan, penunjukan . sekolah, dan pengawasan sekolah-sekolah dasar dan
menengah pertama terleta.k di tangan badan-badan pendidikan setempat. Anggota
badan tersebut dipilih oleh kepala administratif dari otoritas pemerintah seternpat.
Personalia
Personalia pendidikan di Jepang terdiri dari guru, staf pendidik, dan kepala
sekolah. Mereka dianggap sebagai tenaga profesional yang sangat berkualitas dan
terlatih dengan baik. 1
Para guru di Jepang harus melewati seleksi yang ketat,
termasuk ujian nasional dan pengalaman mengajar minimal 5 tahun, sebelum
memperoleh sertifikasi sebagai guru. Setelah menjadi guru, mereka dilatih secara
terus-menerus dan didorong untuk mengikuti program pengembangan profesional
untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka. 2
Kepala sekolah memiliki peran penting dalam sistem pendidikan Jepang.
Mereka bertanggung jawab atas pengelolaan sekolah dan memimpin para guru
dalam mengembangkan kurikulum dan pengajaran yang efektif. Selain itu, mereka
juga berperan sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua siswa serta
masyarakat sekitar. 3
Staf pendidik lainnya seperti petugas administrasi dan petugas kebersihan
juga memiliki peran penting dalam sistem pendidikan Jepang. Mereka membantu
menjalankan operasional sekolah dengan efektif dan membantu menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa.
Secara umum, personalia pendidikan di Jepang dianggap sebagai tenaga
profesional yang berkualitas dan terlatih dengan baik untuk memberikan
pendidikan yang berkualitas bagi siswa. 4
Kurikulum
Kurikulum di Jepang terdiri dari tiga tingkat: dasar, menengah, dan atas.
Kurikulum di setiap tingkat dirancang untuk mencakup berbagai mata pelajaran,
1
Education at a Glance 2015: OECD Indicators. OECD Publishing.
2
Tsuneyoshi, R. Teacher Professional Development in Japan: A Portrait of Teachers' Progression
into Expertise. (2015) Journal of Educational Research and Practice, 5(1), 33-48.
3
Shimahara, N. K. Education in Japan: History, reform, and challenges. ( Routledge : 2018).
4
Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT). (2016). The
Education System in Japan. Retrieved from
http://www.mext.go.jp/en/policy/education/lawandplan/title01/detail01/sdetail01/1374102.htm
termasuk matematika, sains, bahasa Jepang, bahasa Inggris, seni, dan sejarah.
Selain itu, kurikulum di Jepang juga menekankan pengembangan keterampilan
non-akademik, seperti keterampilan sosial, keterampilan kerja tim, dan kreativitas.
Kurikulum juga menempatkan pentingnya etika dan moral dalam pendidikan
siswa.5
Kurikulum di Jepang dikenal sebagai "Gakushu Shidou Yoryo" atau
"Standar Pedoman Pendidikan". Kurikulum ini ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (MEXT)
Jepang. Kurikulum ini mencakup seluruh jenjang pendidikan di Jepang, mulai dari
taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. 6
Kurikulum di Jepang sangat diarahkan untuk mengembangkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Selain itu, kurikulum di Jepang juga
menekankan pada pengembangan karakter dan moral siswa. Setiap jenjang
pendidikan memiliki fokus dan tujuan yang berbeda, misalnya untuk SD
(Shougakkou) tujuan utamanya adalah untuk memperkenalkan dasar-dasar
akademik seperti membaca, menulis, dan berhitung, sementara untuk SMA
(Koutou Gakkou) tujuannya lebih terfokus pada mempersiapkan siswa untuk
masuk perguruan tinggi.
Ujian
Ujian merupakan bagian penting dari sistem pendidikan di Jepang. Setiap
tahun, siswa diwajibkan untuk mengikuti ujian nasional yang disebut Ujian
Masuk Perguruan Tinggi (National Center Test for University Admissions). Ujian
ini dirancang untuk mengevaluasi kemampuan siswa di berbagai mata pelajaran,
termasuk matematika, sains, bahasa Inggris, dan bahasa Jepang. Selain itu, siswa
juga diwajibkan untuk mengikuti ujian lokal yang diadakan di sekolah mereka
masing-masing. 7
5
JNTO. (2021). Education System in Japan. Japan National Tourism Organization.
https://www.japan.travel/en/plan/education/
6
Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology. (2020). The Japanese Education
System. Diakses pada 5 Maret 2023, dari
https://www.mext.go.jp/en/policy/education/lawandplan/title01/detail01/sdetail01/1373814.htm
7
Council of Local Authorities for International Relations. (2021). Education in Japan.
https://www.clair.or.jp/j/forum/forum_pdf/171110-3.pdf
Sistem pendidikan Jepang memiliki berbagai jenis ujian yang berbeda, dan
beberapa di antaranya sangat penting dalam menentukan jenjang pendidikan dan
kesuksesan akademis siswa. Berikut adalah beberapa jenis ujian yang umum di
Jepang: 8
a. Ujian Masuk Sekolah Menengah Pertama: Ujian ini diambil oleh siswa pada
akhir tahun ke-6 di sekolah dasar untuk menentukan sekolah menengah
pertama mana yang akan mereka masuki.
b. Ujian Masuk Sekolah Menengah Atas: Ujian ini diambil oleh siswa pada akhir
tahun ke-9 di sekolah menengah pertama untuk menentukan sekolah
menengah atas mana yang akan mereka masuki.
c. Ujian Masuk Perguruan Tinggi: Ujian ini diambil oleh siswa pada akhir tahun
ke-12 di sekolah menengah atas untuk menentukan perguruan tinggi mana
yang akan mereka masuki. Terdapat beberapa jenis ujian masuk perguruan
tinggi, di antaranya adalah ujian nasional yang dikenal sebagai "Center Test"
dan ujian yang diselenggarakan oleh setiap perguruan tinggi.
d. Ujian Kelulusan: Ujian ini diambil oleh siswa pada akhir tahun terakhir di
sekolah menengah atas untuk menentukan apakah mereka lulus atau tidak.
Ujian ini sangat penting karena hasilnya menentukan apakah siswa bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak.
Selain ujian-ujian tersebut, ada juga ujian-ujian lain yang lebih khusus,
seperti ujian bahasa Inggris, ujian sains, dan ujian matematika. Ujian-ujian ini bisa
digunakan sebagai kriteria seleksi untuk program-program khusus, beasiswa, dan
lain sebagainya.
Dalam sistem pendidikan Jepang, ujian dianggap sebagai cara yang efektif
untuk mengukur kemampuan siswa dan memberikan umpan balik yang jelas
kepada mereka. Namun, terkadang ujian juga dianggap sebagai tekanan yang
besar bagi siswa dan dapat memicu kecemasan serta stres yang berlebihan. Oleh
karena itu, ada upaya untuk mengurangi tekanan ujian dengan cara memberikan
lebih banyak perhatian pada pembelajaran yang kreatif dan interaktif serta
mengurangi ketergantungan pada hasil ujian sebagai satu-satunya penentu
kesuksesan akademis.
8
Sato, YThe Evolution of National University Entrance Examinations in Japan. International
Handbook of Educational Assessment. (Springer International Publishing : 2018).