Anda di halaman 1dari 152

LAPORAN AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN LAHAN BASAH


DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT KARANG INTAN 2 KABUPATEN
BANJAR
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Tinjauan Keperawatan Jiwa

Tanggal 10 Oktober – 12 November 2022

Disusun Oleh:
Kelompok F

Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064


Novita Dewi K. I, S.Kep. 2130913720002
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2130913310022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN LAHAN BASAH
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT KARANG INTAN 2 KABUPATEN
BANJAR
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Tinjauan Keperawatan Jiwa

Tanggal 10 Oktober – 12 November 2022

Disusun Oleh:
Kelompok F
Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064
Novita Dewi K. I, S.Kep. 2130913720002
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2130913310022

Banjarbaru, November 2022


Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructor

Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Nor Ella Dayani, S.Kep.,Ns


NIPK. 19801215 200812 2 003 NIP. 199210272022032005
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, semangat serta kesabaran hati sehingga penyusun
dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kesehatan Lahan Basah Di Desa Sungai Alang Wilayah Kerja Upt Karang Intan 2
Kabupaten Banjar”. Laporan asuhan keperawatan ini merupakan salah satu tugas kelompok
pada stase Keperawatan Kesehatan Lahan Basah (KKLB). Selesainya penyusunan laporan
asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara
moril maupun materil. Atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan tersebut,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Agianto, S.Kep, Ns, MNS, PhD sebagai koordinator Stase Keperawatan Kesehatan Lahan
Basah yang berkenan dalam memberikan arahan selama Stase KKLB
2. Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai pembimbing akademik yang berkenan
memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian laporan asuhan keperawatan ini.
3. Nor Ella Dayani, S.Kep., Ns selaku pembimbing lapangan di Puskesmas karang intan 2
Kelompok F Stase KKLB yang telah memberikan petunjuk dan saran untuk
penyempurnaan laporan asuhan keperawatan ini.
4. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak
memberikan bantuan baik materil maupun imateril demi perampungan penyusunan
laporan asuhan keperawatan ini.
Dengan demikian, penyusun juga mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Banjarbaru, November 2022

Kelompok F
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2.Tujuan……………………………………………………………………………...…....2
1.3.Manfaat…………………………………………………………………….…………....3
BAB II.....................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Lahan Basah...........................................................................................5
2.2 Ciri-ciri Lahan Basah...............................................................................................5
2.3 Lingkungan Lahan Basah.........................................................................................5
2.4 Psikologikal Lahan Basah........................................................................................6
2.5 Psikososial well Being..............................................................................................8
2.6 Definisi Sehat Jiwa...................................................................................................9
2.7 Kriteria Sehat Jiwa...................................................................................................9
2.8 Rentan Respon Sehat Jiwa......................................................................................11
BAB III.................................................................................................................................16
3.1 Teknik Pengambilan Data............................................................................................16
3.2 Pengkajian Keperawatan..............................................................................................17
3.3 Analisis Masalah …………………………………………………………………..….38
3.4 Rencana dan Intervensi Keperawatan…………………………………………..…….41
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan…………………………….………..…….41
BAB IV
4.1 Analisis Pengkajian …………………………….…………………….………..…….41
4.2 Analisis masalah keperawatan…………………….………………….………..…….41
4.3 Analisis Intervensi Pendidikan Kesehatan Perawatan Pasien ODGJ dirumah ..…….41
4.4 Analisis Intervensi Inovasi SILAU, Pendiidkan Kesehatan Antisipasi Kecemasan, dan
Skrining SRQ………………………………..…………………………….………..…….41
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan ………………………………..…………………………….………..……47
5.2 Saran………………………………..…………………………….………..………….. 49
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. (Husaini dkk, 2019). Lingkungan
lahan basah merupakan kondisi alam (lingkungan) yang benar-benar terjadi di
suatu daerah. Oleh sebab itu pemahaman mengenai isu-isu yang ada di
lingkungan lahan basah menjadi kebutuhan bagi seorang pencari pekerjaan
sebab lokasi wilayah yang strategis tentunya akan menguntungkan banyak
orang dan masyarakat. Maka pengelolaan potensi dan peluang lingkungan
lahan basah sangat dibutuhkan sebagai pemanfaatan wilayah yang produktif
dalam mendukung kehidupan manusia (Husaini dkk, 2019).

Lahan Basah adalah “Daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan


perairan; tetap atau sementara; dengan air yang tergenang atau mengalir;
tawar, payau, atau asin; termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya
tidak lebih dari enam meter pada waktu surut” (Konvensi Ramsar) Lahan
basah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Fungsi
lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara
langsung, seperti sumber air minum dan habitat beraneka ragam mahluk, tapi
juga memiliki berbagai fungsi ekologis seperti pengendali banjir, pencegah
intrusi air laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global. Kawasan
lahan basah juga akan sulit dipulihkan kondisinya apabila tercemar, dan perlu
bertahun- tahun untuk pemulihannya (Husaini dkk, 2019).

Desa Sungai Alang merupakah salah satu desa wilayah kerja UPT Puskesmas
Karang Intan 2, Desa Sungai Alang yang terdiri dari 3 RT yang terdiri dari
704 KK, 1.823 jiwa penduduk. Berdasarkan data dari Puskesmas Karang
Intan 2 pada tahun 2022 terdapat 5 orang warga yang mengalami gangguan

1
kesehatan mental yang berobat rutin, serta ada 1 orang yang mengalami
gangguan kesehatan mental yang tidak berobat. Berdasarkan hasil pengkajian
terdapat 2 orang lainnya yang mengalami retardasi mental. Kesehatan mental
merupakan hal yang sangat penting bagi manusia sama halnya seperti
kesehatan fisik pada umumnya. Dengan sehatnya mental seseorang maka
aspek kehidupan yang lain dalam dirinya akan bekerja secara lebih maksimal.
Kondisi mental yang sehat tidak dapat terlepas dari kondisi kesehatan fisik
yang baik. Kesehatan mental yang baik untuk individu merupakan kondisi
dimana individu terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi dimana
individu dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya
khususnya dalam menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah
yang mungkin ditemui sepanjang hidupnya (Dewi & Sari, 2012). Pada 2021
pernah dilakukan pengkajian dan penanganan masalah kesehatan mental oleh
Bahtera, et al. (2021), mahasiswa Program Profesi Ners FK ULM angkatan
XIX, di wilayah yang sama yaitu Desa Sungai Alang. Program inovasi yang
diimplementasikan oleh kelompok tersebut ialah alur pelaporan dan
pengobatan masyarakat dengan masalah kesehatan jiwa dengan sasaran
keluarga yang merawat pasien ODGJ. Namun karena kesehatan jiwa
merupakan kondisi yang dinamis sebab beragam faktor penyebab, maka
dirasa perlu untuk melakukan pengkajian kembali di Desa Sungai Alang dan
memberikan program inovasi yang berbeda dari sebelumnya agar masyarakat
dapat menangani masalah kesehatan mental dengan tepat dan sasaran
masyarakat yang lebih luas, tidak hanya keluarga dengan masalah kesehatan
jiwa saja seperti yang dilakukan sebelumnya.

Dengan memberikan pengetahuan mengenai kesehatan mental atau kejiwaan


(termasuk psikososial) kepada masyarakat maka secara bertahap stigma orang
aneh yang harus dikucilkan akan sedikit demi sedikit berkurang, dan bagi
keluarga yang anggotanya memiliki gangguan kesehatan mental atau
kejiwaan akan langsung memberikan pengobatan di tempat yang sesuai,
selain itu dengan terbukanya pikiran masyarakat maka secara berkala profesi
pekerja sosial dalam bidang medis khususnya akan ikut terangkat.
Tersedianya berbagai macam treatment seharusnya dapat menjadi solusi atau

2
jawaban bagi masyarakat yang mempertanyakan dan meragukan akan
kesembuhan bagi para penderita gangguan kesehatan mental atau kejiwaan
(Arifin & Mokhamad.2012).

Kuatnya stigma negatif masyarakat pada penderita gangguan kesehatan


mental menjadikan penderita tidak mendapatkan perawatan yang sesuai.
Dianggap sebagai sebuah aib, keluarga penderita gangguan kesehatan mental
lebih memilih mengurung anggota keluarga yang terkena gangguan mental di
rumah, bahkan masih sering ditemui yang memilih memasung karena
berpikiran bahwa penderita gangguan kesehatan mental dapat membahayakan
keselamatan orang lain. Minimnya pengetahuan tentang kesehatan
mental,maupun gangguan kesehatan mental menjadikan masyarakat memilih
untuk diam, dan melakukan hal yang sangat sederhana sebagai bentuk
pengobatan. Kurangnya keterbukaan masyarakat terhadapa gangguan
kesehatan mental menjadikan masyarakat terjebak di perspektif masing-
masing (Arifin & Mokhamad.2012).

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu melakukan pengkajian, menganalisis masalah kesehatan
(diagnosis keperawatan) yang muncul, membuat intervensi keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan, dan evaluasi atas masalah
kesehatan/ keperawatan dan implementasi keperawatan yang telah
dilakukan di komunitas lahan basah. Mahasiswa mampu melakukan
kerjasama dalam mengatasi masalah kesehatan/ keperawatan dengan
kolaborasi berbagai departemen keperawatan dan lintas sektor di
komunitas.

3
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian psikologis di komunitas desa Sungai Alang.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah Kesehatan (psikologi)
desa Sungai Alang.
3. Membuat intervensi keperawatan untuk masalah yang terjadi di
komunitas di desa Sungai Alang.
4. Bekerjasama dengan lintas sector dalam penanganan masalah
Kesehatan desa Sungai Alang.
5. Melakukan evaluasi keperawatan terhadap intervensi dan
implementasi keperawatan yang telah dilakukan di desa Sungai Alang.

1.3 Manfaat

1. Bagi Desa Sungai Alang


Asuhan keperawatan yang diberikan mampu memberikan peningkatan
derajat Kesehatan massyarakat desa antasan sutun menjadi lebih optimal.
Pendidikan Kesehatan yang termasuk dalam intervensi asuhan dapat
dilakukan berkepanjangan dan menjadi kebiasaan yang baik untuk
masyarakat.
2. Bagi UPT Puskesmas Karang Intan 2
Asuhan keperawatan yang diberikan berupa tujuan jangka Panjang
ataupun pendek dapat menjadi acuan asuhan keperawatan berikutnya oleh
tenaga Kesehatan UPT Puskesmas Karang Intan 2. Asuhan Keperawatan
oleh mahasiswa ULM diharapkan dapat membantu mensejahterakan
masyarakat sesuai dengan tujuan pelayaran UPT Puskesmas Karang Intan
2.
3. Bagi Institusi Pendidikan Asuhan keperawatan yang diberikan dapat
menjadi pertimbangan dalam menengtyukan kurikulum ataupun rancangan
asuhan yang akan diberikan Kembali pada desa Sungai Alang ataupun
wilayah lainnya yang ada di kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
4. Bagi Profesi Ners

4
Asuhan keperawatan yang diberikan harapannya dapat menjadi evidence
based dalam pemberian auhan keperawatan pada masyarakat desa dwngan
karakteristik yang sama.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Lahan Basah
Menurut Konvensi Ramsar 1971, wetland didefinisikan sebagai wilayah lahan
gambut, rawa, dan air, baik alami ataupun buatan yang bersifat sementara
maupun permanen, tidak mengalir (diam) atau mengalir yang memiliki sifat
payau, asin, atau tawar, serta mencakup wilayah air marin yang tingginya saat
surut tidak lebih dari enam meter.

Pengertian lahan basah berdasarkan Maltby (1986) adalah salah satu istilah
tentang ekosistem yang kemudian pembentukkannya didominasi oleh air dan
ciri serta prosesnya juga dikendalikan air. Kemudian Maltby (1986)
menambahkan kembali bahwa wetland adalah suatu tempat yang tergolong
cukup basah selama waktu yang tergolong cukup panjang untuk
pengembangan vegetasi serta organisme lain yang harus beradaptasi khusus.
Lahan tersebut didefinisikan berdasar tiga parameter yang meliputi vegetasi
hidrofitik, hidrologi, serta tanah hidrik.

2.2 Ciri-ciri Lahan Basah


Ciri khas lahan basah adalah selalu tergenangi air, baik oleh air tawar, payau
ataupu asin. Air tersebut dapat tidak mengalir ataupun mengalir, dan dapat
tergenang secara terus-menerus ataupun bersifat sementara (pasang surut).

a. Tanah yang selalu lembab atau jenuh air


b. Ketinggian permukaan air tanah yang rendah
c. Vegetasi dan satwa yang khas
d. Penting bagi pemeliharaan badan-badan air, dan berpengaruh langsung
pada perilaku hidrologi

6
2.3 Lingkungan Lahan Basah
Lahan basah, berdasarkan Sistem Klasifikasi Ramsar, diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok utama, yaitu (Husaini, Marlinae, dan Panghiyangani,
2019):

1. Lahan Basah Pesisir Dan Lautan


2. Lahan Basah Daratan
3. Lahan Basah Buatan.

Diantara ketiga kelompok utama lahan basah tersebut, lahan basah buatan
(human-made wetlands) mungkin bisa dianggap sebagai satu-satunya
kelompok lahan basah yang memiliki posisi paling dilematis, karena di satu
sisi pembangunan lahan basah buatan memang perlu dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu (misal habitat pohon mangrove
diubah jadi tambak) sementara di sisi lain pembangunan lahan basah buatan
dianggap menjadi penyebab berkurangnya (atau bahkan hilangnya) fungsi dan
nilai (manfaat) lahan basah alami (Husaini, Marlinae, dan Panghiyangani,
2019).

2.4 Psikologikal Lahan Basah


Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan
tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi
oleh keadaan tiga komponen tersebut. Karakteristik perilaku manusia di
daerah lahan basah ada 4 menurut Gibson (dalam Husaini, Marlinae, dan
Panghiyangani, 2019):

1. Perilaku timbul karena adanya stimulus.


Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus
dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung,
rangsangan dari luar (stimulus) tersebut yang mendorong perilaku

7
manusia terhadap lingkungan seperti lahan basah, akan bergantung
terhadap lingkungan tersebut.
2. Perilaku diarahkan kepada tujuan
Perilaku dapat dibentuk sesuai tujuan masyarakat itu sendiri, pada
masyarakat lahan basah tujuannya berbeda, ada yang memanfaatkan dan
ada yang tidak memanfaatkan, perilaku yang terarah pada tujuan dapat
diganggu oleh frustasi konflik dan kecemasan
3. Perilaku timbul karena adanya motivasi
Sekitar 60 % masyarakat Indonesia diperkirakan mempunyai mata
pencaharian yang langsung terkait dengan lahan basah yaitu melalui
produksi pertanian, kehutanan, maupun perikanan. Bahkan di wilayah
pedesaan (walaupun tidak semua) aktivitas kehidupan seperti mandi,
mencuci, memasak dan aktivitas lainnya, langsung menggunakan air dari
lahan basah. Dengan begitu tingginya tingkat ketergantungan masyarakat
terhadap ekosistem-ekosistem lahan basah dan begitu beragamnya
kelompok masyarakat yang terkait dengan lahan basah menyebabkan
perlunya mengidentifikasi berbagai fungsi, nilai, dan bentuk pengelolaan
lahan basah. Berdasarkan hal itu, maka pengelolaan lahan basah harus
dilakukan secara terencana dan penuh kehati-hatian agar potensi lahan
basah dapat termanfaatkan secara optimal dan kegiatannya diprioritaskan
pada kawasan lahan basah yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi
serta kawasan yang telah mengalami degradasi, selain itu kegiatan
pengelolaan lahan basah juga harus diprioritaskan bagi kesejahteraan
masyarakat. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dirumuskan
bahwa perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Masalah kesehatan disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta
perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan
penyakitpenyakit seperti diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut),
TB Paru, Malaria, dan lain-lain mengancam kehidupan masyarakat di
lahan basah (Husaini, Marlinae, dan Panghiyangani, 2019).

8
2.5 Psikososial Well Being
Stres dan trauma dapat dikaitkan dengan paparan perubahan lingkungan.
Terkadang perubahannya akut (seperti bencana alam yang menghancurkan
yang dapat terjadi tanpa peringatan) di lain waktu perubahan bisa lebih
berbahaya dengan serangan bertahap dan tanpa henti. Paparan ini dapat
menghasilkan berbagai efek psikososial termasuk kesulitan keuangan,
kehancuran keluarga, kecemasan dan depresi, alkoholisme, trauma dijalan
dan bunuh diri.

Kecemasan dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan yang dialami oleh


hampir semua masyarakat. Dalam konteks ekosistem lahan basah, bencana
alam seperti kekeringan, kebakaran dan banjir dapat menjadi penyebab
solastalgia. Perubahan yang disebabkan oleh manusia seperti perang,
terorisme, pembukaan lahan, keracunan massal ikan, perubahan hidrologi
yang signifikan (ekstraksi berlebihan, drainase atau penimbunan lahan basah)
dan perubahan kelembagaan yang cepat mungkin juga menjadi agen
penyebab.

Kurangnya keterikatan masyarakat terhadap layanan budaya dan ekonomi


yang disediakan lahan basah dan karena kecendrungan lahan basah banjir dan
mengalami kekeringan berkepanjangan atau erosi pantai, dapat menjadi
konteks paparan kesehatan mental seperti itu. Perubahan pada ekosistem
lahan basah dan degradasinya akan berdampak pada kesehatan mental
populasi yang tinggal di lingkungan lahan basah (Connor dkk. 2004).
Tantangan signifikan untuk pengelolaan lahan basah adalah melakukan
intervensi untuk mencegah hasil kesehatan mental yang buruk. Masalah
kesehatan tersebut dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat dilahan basah
dan menjadi waspada utama mengenai masalah kesehatan di lahan basah.

9
2.6 Definisi Sehat Jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental
yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Atau
dapat dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam
kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit) atau
tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang
timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan
mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan.

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera sehingga


memungkinkan seseorang berkembang secara optimal baik fisik, intelektual
dan emosional dan perkembangan tersebut berjalan secara selaras dengan
keadaan orang lain sehingga memungkinkan hidup harmonis dan produktif.

2.7 Kriteria Sehat Jiwa

2.7.1 WHO
WHO telah merumuskan kriteria sehat jiwa, jika seseorang dikatakan
mempunyai sehat jiwa apabila memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Seseorang mampu dalam menyesuaikan diri secara konstruktif
pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c) Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
d) Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.
e) Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong
dan saling memuaskan.
f) Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan
datang
g) Mempunyai rasa kasih sayang.
2.7.2 Masllow
Maslow mengatakan individu yang sehat jiwa memiliki ciri sebagai
berikut:
a) Persepsi realitas yang akurat.
b) Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

10
c) Spontan.
d) Sederhana dan wajar.
2.7.3 M. Jahoda
Kriteria Sehat Jiwa (M. Jahoda):
a) Sikap positif terhadap diri
Menerima diri apa adanya, sadar diri, obyektif, dan merasa
berarti.
b) Tumbuh, kembang dan aktualisasi
Berfungsi optimal dan adaptif
c) Integrasi
Keseimbangan antara ekspresi dan represi, ego yang kuat (Stress
dan koping) dan mampu menyeimbangkan konflik dan dorongan.
d) Otonomi
Tergantung dan mandiri seimbang, tanggung jawab terhadap diri
sendiri, menghargai otonomi oranglain, persepsi reality, mau
berubah sesuai dengan pengetahuan baru, empati dan menghargai
sikap dan perasaan orang lain.
e) Environment Mastery
Mampu untuk sukses, adaptif terhadap lingkungan, dan dapat
mengatasi kesepian, agresi dan frustasi.

11
2.8 Rentan Respon Sehat Jiwa

12
Self Rating Questionnaire (SRQ)
Nama Inisial :
Jenis Kelamin :
Tanggal lahir/Usia :
Pekerjaan :
Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum mulai mengisi. Pertanyaan
berikut berhubungan dengan masalah yang mungkin mengganggu Anda selama
30 hari terakhir. Apabila Anda menganggap pertanyaan itu Anda alami dalam 30
hari terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom Y (berarti Ya). Sebaliknya
apabila Anda menganggap pertanyaan itu tidak Anda alami dalam 30 hari
terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom Tdk (Tidak). Jika Anda tidak yakin
tentang jawabannya, berilah jawaban yang paling sesuai di antara Y dan T.
Kami tegaskan bahwa jawaban Anda bersifat rahasia !

No Pertanyaan Ya Tdk

1 Apakah Anda sering merasa sakit kepala?


2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?
3 Apakah tidur Anda tidak nyenyak?
4 Apakah Anda mudah merasa takut?
5 Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir?
6 Apakah tangan Anda gemetar?
7 Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan?
8 Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih?
9 Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10 Apakah Anda lebih sering menangis?
11 Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?
12 Apakah Anda merasa kesulitan untuk mengambil keputusan?
13 Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai?
14 Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan ini?
15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap banyak hal?
16 Apakah Anda merasa tidak berharga?
17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup Anda?
18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu?
19 Apakah Anda merasa tidak enak di perut?
20 Apakah Anda mudah lelah?
Keterangan :

- Gejala Depresi : 6, 9, 10, 14, 15, 16,dan 17


- Gejala Cemas : 3, 4, dan 5
- Gejala Somatik : nomor 1, 2 ,7, dan 19

13
- Gejala Kognitif : 8, 12, dan 13
- Gejala Penurunan Energi : 8, 11, 12, 13, 18, dan 20

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


1. NAMA : ……..
2. UMUR : ………
3. JENIS KELAMIN :
 Laki-laki
 Perempuan
4. PENDIDIKAN TERAKHIR : ……..
5. ALAMAT : …………...
6. PEKERJAAN : ……….
7. STATUS PERKAWINAN :
 Belum Kawin
 Kawin
 Cerai
8. KELUHAN/KEADAAN SAAT INI TERKAIT LAHAN BASAH

9. FAKTOR PRESIPITASI

10. FAKTOR PREDISPOSISI


a) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya
Tidak
b) Pengobatan sebelumnya
Ya
Tidak
c) Trauma
Ya
Tidak
d) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya
Tidak
e) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Ya
Tidak
11. PEMERIKSAAN FISIK
a) Tanda vital
TD : mmHg
RR : x/mnt
Nadi : x/mnt
Temp : x/mnt

14
b) Keluhan fisik
Ya
Tidak
12. PSIKOSOSIAL
a) Konsep diri
1) Gambaran diri (mampu menjelaskan bagian tubuh yang disenangi)
Ya
Tidak
2) Identitas (mampu menjelaskan identitas diri sebagai
laki-laki/perempuan)
Ya
Tidak
3) Peran (mampu menjelaskan peran dirinya )
Ya
Tidak
4) Ideal diri (mampu menjelaskan apa harapan terhadap peran,
lingkungan /penyakitnya)
Ya
Tidak
5) Harga diri (merasa dihargai di keluarga/masyarakat)
Ya
Tidak
b) Hubungan Sosial
Ya
Tidak
c) Spiritual (mengikuti/menjalankan kegiatan ibadah)
Ya
Tidak
13. STATUS MENTAL
a) Penampilan
Rapi
Tidak rapi
b) Pembicaraan
Koheren
Inkoheren
c) Aktivitas Motorik
Lesu
Tenang
Gelisah
d) Alam perasaan
Adekuat
Inadekuat

15
e) Afek
Sesuai
Tidak sesuai
f) lnteraksi selama wawancara
Kooperatif
Tidak Kooperatif
g) Persepsi (halusinasi)
Ada
Tidak
h) Proses Pikir
Ada
Tidak ada
i) Isi Pikir (waham)
Ada
Tidak aada
j) Tingkat kesadaran
Composmentis
Lainnya, sebutkan
k) Memori
Ada gangguan
Tidak ada gangguan
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berkonsentrasi
m) Kemampuan penilaian
Ada gangguan
Tidak ada gangguan
n) Daya tilik diri
Ya
Tidak
14. MEKANISME KOPING
Adaptif
Maladaptif

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan desa Sungai Alang dengan jumlah


pendudukan 1.823 penduduk, tanggal pengkajian 10-15 Oktober 2022
secara sampling menggunakan rumus lameshow sebagai berikut:

n= (𝑧)²1−α/2p(1−p)N
(𝑑)²(𝑁−1)+(𝑧)²1−𝛼/2𝑝(1−𝑝)

Ket:

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

= Jumlah Penduduk – Jumlah Anak-anak (<16 Tahun)

= 1823 – 401

= 1422

p = Jumlah proporsi sebesar 60 % untuk sosial.

d = Tingkat keperacayaan ketepatan yang diinginkan 95% (0,05)

(𝑧)²1−α/2 = Nilai baku pada koefisien/derajar kepercayaan=1,96

Perhitungan sampel, sebagai berikut:

n= (𝑧)²1−α/2p(1−p)N
(𝑑)²(𝑁−1)+(𝑧)²1−𝛼/2𝑝(1−𝑝)

= (1,96)x0,6 (1-0,6)1422
(0,05)²(1422-1)+(1,96) (1-0,6)

= 668,9

17
4,34

= 154,1 Orang

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 154 orang
dengan menggunakan teknik sampling penelitian menggunakan Simple
Random Sampling atau penggambilan sampel secara acak dengan
menggunakan kriteria sampel sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi
a) Warga masyarakat yang tinggal di Sungai Alang
b) Warga masyarakat desa Sungai Alang yang bersedia dilakukan
wawancara
c) Warga masyarakat desa Sungai Alang dengan usia > 16 Tahun
2. Kriteria Eklusi
a) Warga masyarakat desa Sungai Alang usia anak-anak (<16 Tahun)
b) Warga masyarakat desa Sungai Alang usia >70 tahun

Pengkajian di Desa Sungai Alang menggunakan format Self Report


Quisioner (SRQ) kuisioner instrumen pengkajian dengan 20 item
pertanyaan dan menggunakan pengkajian format asuhan keperawatan jiwa.
SRQ ini merupakan kuisioner yang digunakan untuk mendapatkan data
status psikososial secara umum yang diterbitkan oleh Kementrian
kesehatan.

3.2 Pengkajian Keperawatan

A. Karakteristik Komunitas
Desa Sungai Alang berada di Kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Data batas wilayah didapatkan
dari Data Profil Desa Tahun 2022. Desa Sungai Alang terbagi atas 3
(tiga) Rukun Tetangga (RT) dan berbatasan langsung dengan :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sungai Asam Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mandiangin Barat
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

18
 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mandikapau Barat
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar;
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Landas Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar.

Kondisi tanah dan topografi wilayah Desa Sungai Alang Kecamatan


Karang Intan beraneka ragam dan didominasi oleh jenis tanah
podzolik merah kuning.  Wilayah sebagian besar terdiri dari daerah
pegunungan.Ketinggian tempat berkisar antara 200 dpl – 641 dpl.

Jarak Ibu Kota Sungai Alang dengan  :

1. Ibu Kota Kecamatan :      4  Km


2. Ibu Kota Kabupaten :      20  Km
3. Ibu Kota Provinsi     :      60  Km

1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur


Kriteria Umur
No. Jumlah Presentase (%)
(Tahun)
1. <1 11 0,60 %
2. 2-4 87 4,77%
3. 5-9 162 8,89%
4. 10-14 141 7,73%
5. 15-19 160 8,78%
6. 20-24 148 8,12%
7. 25-29 129 7,08
8. 30-34 155 8,50%
9. 35-39 136 7,45%
10. 40-44 159 8,72%
11. 45-49 130 7,13%
12. 50-54 125 6,86%
13. 55-59 92 5,05%
14. 60-64 73 4,00%
15. 65069 61 3,35%

19
16. 70-74 26 1,43%
17. >75 28 1,54%
Jumlah 1823 100%

Tabel 3.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur


Berdasarkan tabel 3.1 dengan kriteria umur terbanyak adalah usia 5-9
tahun tahun dengan jumlah 162 orang (8,89%), dan kriteria umur dengan
jumlah terkecil adalah usia <1 tahun tahun dengan sebanyak 11 orang
(0,60%).

2. Distibusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Laki-laki
Perempuan
49% 51%

Diagram 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data pada diagram 3.1 didapatkan kategori distibusi


penduduk berdasarkan jenis kelamin jumlah laki-laki dan perempuan yang
didesa Sungai Alang berimbang dengan jumlah presentase laki-laki 51%
(926 orang) dan perempuan sebanyak 49% (897 orang).

20
3. Distibusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan
0% 1% 2% 0%

Tidak/Belum Sekolah
15% 23% Belum tamat SD/sederajat
Tamat SD/ Sederajat
SLTP/sederajat
SLTA/ Sederajat
Diploma I/II
Diploma III
15%
Diploma IV/ Strata I
14% Strata II

31%

Diagram 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Dari diagram 3.2 dapat diketahui bahwa distribusi tingkat pendidikan


didesa Sungai Alang yaitu tertinggi Tamat SD sebanyak 560 jiwa (31%),
Tidak/ belum sekolah 410 jiwa (23%), Tamat SLTP/ SMP sebanyak 267
jiwa (15%), Tamat SLTA sebanyak 272 Jiwa (15%), Tidak tamat SD
sebanyak 246 jiwa (13%), Tamat Sarjana 42 jiwa (2%), Tamat Diploma III
18 jiwa (1%), Tamat Diploma I/II 6 Jiwa (0,33%), dan Tama Strara II 2
jiwa (0,11%).

4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Agama

Islam
100%

Islam

21
Diagram 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Data dari diagram 3.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di desa
Sungai Alang yang menganut agama islam adalah sebanyak 1823 orang
(100%).

5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku


Prosentase
No. Suku Jumlah
(%)
1. Jawa 8 0,4 %
2. Banjar 1811 99,4 %
3. Palembang 1 -
4. Sunda 0 -
5. Ujung pandang 2 0,1 %
6. Medan 2 0,1 %
Jumlah 1823

Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku

Dari tabel 3.4 diatas didapatkan bahwa distribusi penduduk berdasarkan


suku didesa Sungai Alang yaitu suku banjar sebanyak 1811 orang (99,4%),
suku jawa sebanyak 8 orang (0,4%) kemudian diikuti oleh suku
palembang, sunda, ujung pandang, dan medan dengan presentase <1%.

6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan


No. Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 Belum/Tidak Bekerja 485 26,60%


2 Bidan 1 0.05%
3 Buruh Harian Lepas 41 2,25%
4 Buruh Nelayan/Perikanan 1 0,05%
5 Buruh Tani/Pekebunan 40 2,19%
6 Guru 22 1.21%
7 Karyawan BUMD 1 0.05%
8 Karyawan Honorer 18 0,99%
9 Karyawan SWASTA 51 2,80%
10 Kepolisian RI 2 0.11%
11 Konstruksi 1 0.05%
12 Mekanik 6 0.33%
13 Mengurus Rumah Tangga 297 16.29%
14 Nelayan/Perikanan 6 0.33%
15 Pedagangan 68 3.73%

22
16 Pegawai Negri Sipil 16 0.88%
17 Pelajar/Mahasiswa 294 16,13%
18 Perawat 4 0.22%
19 Perdagangan 11 0.60%
20 Petani/Perkebunan 358 19,64%
21 Supir 40 2.19%
22 Tentara Nasional Indonesia 1 0.05%
23 Transportasi 5 0.27%
24 Tukang Batu 4 0.22%
25 Tukang Jahit 2 0.11%
26 Tukang Kayu 8 0.44%
27 Tukang Las/Pandai Besi 2 0.11%
28 Wiraswasta 37 2,03%
29 Penata Rias 1 0,05%
Jumlah 1823 100%
Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Dari Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Alang


dapat diketahui dari hasil wawancara kepada beberapa warga dan data di
desa Sungai Alang Kecamatan Karang Intan dapat diketahui bahwa
mayoritas pekerjaan warga desa Sungai Alang yaitu bekerja sebagai Petani
karet, penambak ikan, dan pedagang. Hanya sebagian kecil yang bekerja
sebagai PNS dan Karyawan Swasta.

7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Penghasilan

Adapun Tingkat pendapatan penduduk Desa Sungai Alang rata-rata masih


berada di bawah garis hidup layak. Berdasarkan hasil wawancara dengan
warga diketahui bahwa penghasilan perbulan warga desa berada pada
kisaran Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 dikarenakan sebagian besar penduduk
Sungai Alang memperoleh penghasilan dari menoreh karet dan berdagang.

23
8. Distribusi Penduduk yang Mengalami Gangguan Jiwa

Penduduk yang Mengalami Gangguan Jiwa


7

4 Penduduk yang Mengalami


Gangguan Jiwa

0
Gangguan Jiwa Retardasi Mental

Diagram 3.6 Distribusi Penduduk yang Mengalami Gangguan Jiwa

Dari diagram 3.6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa Sungai
Alang yang mengalami gangguan jiwa ada sebanyak 6 orang dan 2 orang
mengalami retardasi mental. Dari 6 orang tersebut 5 orang sudah
menjalani pengobatan rutin dan perawatan dirumah, dan 1 orang tidak
menjalani pengobatan dan sulit berinteraksi dengan warga sosial dan
mahasiswa sehingga tidak dapat dilakukan pengkajian secara langsung
kepada pasien tersebut. Sehingga pengkajian kesehatan jiwa dilakukan
pada 5 orang.

Dari 5 orang yang mengalami gangguan jiwa dan pengobatan rutin


tersebut 4 diantaranya pernah dirawat di RSJ Sambang Lihum. 4 pasien
tersebut dibawa ke RSJ Sambang Lihum karena mengamuk dan ada yang
sampai memukul keluarga di rumah, serta mengalami halusinasi
pendengaran dan penglihatan. 1 dari 4 pasien tersebut ada yang masih
berkeliaran dan sering mengganggu warga sekitar. Saat dilakukan
pengkajian 4 dari 5 pasien tersebut sudah dapat kooperatif dengan perawat.

24
2.2.1 Data Hasil Pengkajian dengan Format Keperawatan Jiwa
1. Keluhan Saat Ini

Keluhan
Tidak ada keluhan Sulit tidur Keletihan Pilek dan batuk
Nyeri fisik Gatal-gatal Sakit Kepala

25%

2%
56%
6%

5%
5%
1%

Diagram 3.7 Data Keluhan Saat Ini

Berdasarkan Diagram 3.7 data keluhan saat ini dari keluhan yang
dirasakan oleh responden dapat dipersentasekan dengan keluhan
sakit kepala sebanyak 38 orang (25%), nyeri fisik sebanyak 10
orang (6%), sulit tidur sebanyak 7 orang (5%), pilek dan batuk
sebanyak 7 orang (5%), gatal-gatal sebanyak 3 orang (2%),
keletihan sebanyak 2 orang (1%), dan tidak ada keluhan sebanyak
87 orang (56%).

Berdasarkan wawancara bersama warga dan keluarga pasien


dengan gangguan jiwa mengatakan bahwa terdapat 4 dari 6 orang
yang berisiko perilaku kekerasan, dan 1 dari 6 orang tidak percaya
diri, serta 1 dari 6 orang mengalami isolasi sosial karena tidak mau
berinteraksi dengan perawat maupun warga sekitar.
4 dari 6 orang dengan gangguan jiwa tersebut pernah mejalani
rawat inap di RSJ Sambang Lihum karena tidak rutin dalam
melakukan pengobatan. Saat dilakukan wawancara dengan pasien 3
dari 6 orang dengan gangguan jiwa tersebut sudah dapat kooperatif.

25
2. Faktor Predisposisi

Prediposisi
7%

Ya
Tidak

93%

Diagram 3.8 Faktor Predisposisi

Berdasarkan diagram 3.8 didapatkan bahwa 154 orang responden


di Desa Sungai Alang didapatkan data ada 7% (11 orang) yang
memiliki faktor predisposisi diantaranya yaitu terlalu banyak
pikiran baik mengenai penyakit yang diderita, masalah rumah
tangga, harga kebutuhan pokok yang semakin naik. Sedangkan
tidak ada faktor predisposisi pencetus masalah kejiwaan sebesar
93% (143 orang).

3. Faktor Presipitasi

Faktor Presipitasi
Tidak Ya
3%

97%

Diagram 3.9 Faktor Presipitasi

26
Berdasarkan diagram 3.9 didapatkan data bahwa dari 154 orang di
Desa Sungai Alang pada saat dilakukan pengkajian mayoritas tidak
ada faktor presipitasi 97% (150 orang), sedangkan 3% (4 orang)
terdapat faktor presipitasi.
Berdasarkan wawancara bersama keluarga yang mengalami
gangguan jiwa faktor presitisipasi karena pikiran, kejadian yang
tidak menyenangkan dimasa lalu, dan trauma.

4. Pernah Gangguan Jiwa di Masa Lalu

Pernah Gangguan Jiwa di Masa Lalu


Ya Tidak

100%

Diagram 3.10 Persentase Pernah Mengalami Gangguan Jiwa di


Masa Lalu
Berdasarkan diagram 3.10 didapatkan data bahwa dari 154 orang di
Desa Sungai Alang pada saat dilakukan pengkajian tidak terdapat
warga yang pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
Berdasarkan data dari Puskesmas Karang Intan 2 warga yang
mengalami gangguan jiwa ada sebanyak 6 orang. Berdasarkan
wawancara dengan 5 keluarga pasien yang mengalami gangguan
jiwa, 5 dari 5 keluarga tersebut belum mengetahui cara perawatan
pasien gangguan jiwa di rumah.

27
5. Pengobatan Sebelumnya

Pengobatan Sebelumnya
Ya Tidak

100%

Diagram 3.11 Pengobatan Sebelumnya

Berdasarkan diagram 3.11 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang pada saat dilakukan pengkajian tidak terdapat
warga yang melalukan pengobatan kejiwaan sebelumnya.

Berdasarkan data dari Puskesmas Karang Intan 2 warga yang


mengalami gangguan jiwa ada sebanyak 6 orang. Dari 6 orang
tersebut 5 orang sudah menjalani pengobatan rutin dan perawatan
dirumah, dan 1 orang tidak menjalani pengobatan dan sulit
berinteraksi dengan warga sekitar dan mahasiswa sehingga tidak
dapat dilakukan pengkajian secara langsung kepada pasien tersebut.
3 dari 5 orang yang sudah menjalani pengobatan rutin dan
perawatan dirumah telah dikurangi dosisnya menjadi 1 kali/hari
untuk minum obat karena kondisi yang sudah membaik.

28
6. Trauma
Trauma

5%

Ya
Tidak

95%

Diagram 3.12 Persentase Trauma Masa Lalu

Berdasarkan diagram 3.12 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang pada saat dilakukan pengkajian pernah
mengalami trauma dimasa lalu sebanyak 5% (7 orang) dan yang
tidak pernah mengalami trauma dimasa lalu sebanyak 95% (147
orang).

7. Keluarga Mengalami Gangguan Jiwa


Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Ya
5%

Tidak
95%

Diagram 3.13 Persentase Keluarga Mengalami Gangguan Jiwa

Berdasarkan diagram 3.13 didapatkan data bahwa dari 154


orang di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian Keluarga
yang mengalami gangguan jiwa didapatkan data 8 orang (5%)
anggota keluarga pernah mengalami gangguan jiwa dan 146
orang (95%) anggota keluarga tidak mengalami gangguan jiwa

29
8. Gambaran Diri
Mampu Menjelaskan Gambaran Diri

4%

Ya
Tidak

96%

Diagram 3.14 Persentase Kemampuan Menjelaskan Gambaran Diri

Berdasarkan diagram 3.14 didapatkan data bahwa dari 154


orang di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian
didapatkan data 6 orang (4%) tidak mampu menjelaskan
gambaran diri dan 148 orang (96%) mampu menjelaskan
gambaran diri.

9. Identitas Diri
Mampu Menjelaskan Identitas Diri
Tidak
1%

Ya
99%

Diagram 3.15 Persentase Kemampuan Menjelaskan Identitas Diri

Berdasarkan diagram 3.15 didapatkan data bahwa dari 154 orang


di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data
2 orang (1%) tidak mampu menjelaskan identitas diri dan 152
orang (99%) mampu menjelaskan identitas diri.

30
10. Peran
Mampu Menjelaskan Peran
Tidak
3%

Ya
97%

Diagram 3.16 Persentase Kemampuan Menjelaskan Peran

Berdasarkan diagram 3.16 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data 4
orang (3%) tidak mampu menjelaskan peran terhadap dirinya,
keluarga, lingkungan dan masyarakat dan 150 orang (97%) mampu
menjelaskan menjelaskan peran terhadap dirinya, keluarga,
lingkungan dan masyarakat.

11. Ideal Diri


Mampu Menjelaskan Ideal Diri
Tidak
1%

Ya
99%

Diagram 3.17 Persentase Kemampuan Menjelaskan Ideal Diri

Berdasarkan diagram 3.17 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data 2
orang (1%) tidak mampu menjelaskan harapan terhadap peran,

31
lingkungan dan penyakitnya 152 orang (99%) mampu menjelaskan
harapan terhadap peran, lingkungan.

12. Harga Diri


Mampu Menjelaskan Harga Diri
Tidak
3%

Ya
97%

Diagram 3.18 Persentase Kemampuan Menjelaskan Harga Diri

Berdasarkan diagram 3.18 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data 4
orang (3%) tidak mampu menjelaskan harga diri dan 150 orang
(97%) mampu menjelaskan harga diri dan merasa dihargai
dikeluarga/masyarakat.

13. Hubungan Sosial


Hubungan Sosial

Ya
100%

Diagram 3.19 Persentase Kemampuan Menjelaskan Hubungan


Sosial

32
Berdasarkan diagram 3.19 didapatkan data bahwa dari 154 orang di
Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data 154
orang (100%) mampu melakukan hubungan sosial.

14.Spiritual atau Menjalankan Ibadah


Mampu Mengikuti dan Menjalankan Ibadah ( Spiritual)

Ya
100%

Diagram 3.20 Persentase Kemampuan Menjelaskan Hubungan


Sosial

Berdasarkan diagram 3.20 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data
semua mampu melakukan kegiatan spiritual sebanyak 154 orang
(100%).

15. Penampilan
Penampilan

Rapi
100%

Diagram 3.21 Persentase Penampilan

33
Berdasarkan diagram 3.21 didapatkan data bahwa dari 154 orang
di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data
154 orang (100%) berpenampilan rapi.

16. Pembicaraan
Pembicaraan
Inkoheren
1%

Koheren
99%

Diagram 3.22 Persentase Pembicaraan

Berdasarkan diagram 3.22 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data
orang (1%) pembicaraan inkoheren dan 153 orang (99%)
pembicaraan koheren.

17. Aktivitas Motorik


Aktivitas Motorik
2%

Tenang
Gelisah
Lesu

98%

Diagram 3.23 Persentase Aktivitas Motorik

Berdasarkan diagram 3.23 didapatkan data bahwa dari 154 orang


di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data

34
3 orang (2%) aktivitas motoriknya lesu dan 151 orang (98%)
aktivitas motoriknya tenang.

18. Alam Perasaan


Alam Perasaan
3%

Adekuat
Inadekuat

97%

Diagram 3.24 Persentase Alam Perasaan

Berdasarkan diagram 3.24 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data 4
orang (3%) mempunyai alam perasaan inadekuat dan 150 orang
(97%) mempunyai alam perasaan adekuat.

19. Afek
Afek
1%

Sesuai
Tidak Sesuai

99%

Diagram 3.25 Persentase Afek

Berdasarkan diagram 3.25 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data 2

35
orang (1%) mempunyai afek yang tidak sesuai dan 152 orang
(99%) mempunyai afek yang sesuai.

20. Interaksi Selama Wawancara


Interaksi Selama Wancara
1%

Kooperatif
Tidak Kooperatif

99%

Diagram 3.26 Persentase Interaksi Selama Wawancara

Berdasarkan diagram 3.26 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data 2
orang (1%) interaksi responden selama wawancara tidak
kooperatif dan 152 orang (99%) interaksi responden selama
wawancara kooperatif.

21.Persepsi (Halusinasi)
Persepsi (Halusinasi)

154; 100%

Tidak Ada Ada n = 154

Diagram 3.27 Persentase Persepsi (Halusinasi)

36
Berdasarkan diagram 3.27 didapatkan data bahwa dari 154 orang
di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian tidak didapatkan
orang dengan gangguan persepsi (halusinasi), jadi sebanyak 154
orang (100%) tidak mengalami gangguan persepsi (halusinasi).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang pasien/keluarga
dengan gangguan jiwa, 2 diantaranya (40%) ada riwayat
gangguan persepsi (halusinasi), dengan 1 orang riwayat halusinasi
pendengaran dan 1 orang riwayat halusinasi penglihatan. Namun
kini sudah tidak mengalami gangguan persepsi (halusinasi) lagi.

22.Proses Pikir
Proses Pikir

154; 100%

Ada Tidak Ada n = 154

Diagram 3.28 Persentase Proses Pikir

Berdasarkan diagram 3.28 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian tidak didapatkan
orang dengan gangguan proses pikir, jadi sebanyak 154 orang
(100%) tidak mengalami gangguan proses pikir. Berdasarkan hasil
wawancara dengan 5 orang pasien dengan gangguan jiwa, 5 orang
pasien tersebut (100%) tidak ada yang memiliki riwayat atau
sedang mengalami gangguan proses pikir.

37
23.Isi Pikir (Waham)

Isi Pikir (Waham)

154; 100%

Ada Tidak Ada n = 154

Diagram 3.29 Persentase Isi Pikir (Waham)

Berdasarkan diagram 3.29 didapatkan data bahwa dari 154 orang di


Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian tidak didapatkan
orang dengan gangguan isi pikir (waham), jadi sebanyak 154 orang
(100%) tidak mengalami gangguan isi pikir (waham). Berdasarkan
hasil wawancara dengan 5 orang pasien dengan gangguan jiwa, 5
orang pasien tersebut (100%) tidak ada yang memiliki riwayat atau
sedang mengalami gangguan isi pikir (waham).

24.Tingkat Kesadaran
Tingkat Kesadaran

154; 100%

Compos Mentis Lainnya n = 154

Diagram 3.30 Persentase Tingkat Kesadaran

Berdasarkan diagram 3.30 didapatkan data bahwa dari 154 orang


(100%) di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian seluruh
responden dalam tingkat kesadaran compos mentis. Pada 5 pasien

38
dengan gangguan jiwa, seluruhnya (100%) juga dalam tingkat
kesadaran compos mentis.

25.Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Kemampuan Konsentrasi dan Berhitung
5; 3%

149; 97%

Tidak Mampu Berkonsentrasi dan Berhitung Mampu Berkonsentrasi dan Berhitung


n = 154

Diagram 3.31 Persentase Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Berdasarkan diagram 3.31 didapatkan data bahwa dari 154 orang


di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian sebanyak 5
orang (3%) tidak mampu berkonsentrasi dan berhitung dan 149
orang lainnya (97%) mampu berkonsentrasi dan berhitung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang pasien dengan
gangguan jiwa, seluruhnya (100%) mampu berkonsentrasi dan
berhitung.

26.Kemampuan Penilaian
Kemampuan Penilaian
3; 2%

151; 98%

Ada Gangguan Tidak Ada Gangguan n = 154

Diagram 3.32 Persentase Kemampuan Penilaian

39
Berdasarkan diagram 3.32 didapatkan data bahwa dari 154 orang di
Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian sebanyak 3 orang
(2%) ada gangguan dalam melakukan penilaian dan 151 orang
lainnya (98%) tidak ada gangguan dalam melakukan penilaian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang pasien dengan
gangguan jiwa, 1 diantaranya (20%) ada gangguan dalam
melakukan penilaian.

27. Mekanisme Koping


Mekanisme Koping
4; 3%

150; 97%

Adaptif Maladaptif n = 154

Diagram 3.33 Persentase Mekanisme Koping

Berdasarkan diagram 3.33 didapatkan data bahwa dari 154


orang di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian sebanyak
4 orang (3%) memiliki mekanisme koping yang maladaptif dan
150 orang lainnya (97%) memiliki mekanisme koping yang
adaptif. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang pasien
dengan gangguan jiwa, 1 diantaranya (20%) memiliki
mekanisme koping yang maladaptif.

40
2.2.2 Data Hasil Pengkajian dengan Format Self Rating Questionnaire
(SRQ)

Self Rating Questionnaire (SRQ)

153

153
153
152

151

150
149
147

147

147
147
140
139

138
134

134

132

130
127
102
52

27
24
22
20
20

16
15

14
7

7
7
5

4
3
2
1

1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Ya Tidak
Berdasarkan kuesioner SRQ, jawaban “Ya” didapatkan hasil terbanyak
mengisi pada nomor 1, 20, 19, 7, 5, dan 3.

No. Pertanyaan Ya
N (%)

SRQ 1 Apakah Anda sering merasa sakit kepala? 52 (33.8%)

SRQ 2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan? 15 (9.7%)

SRQ 3 Apakah tidur Anda tidak nyenyak? 20 (13.0%)

SRQ 4 Apakah Anda mudah merasa takut? 7 (4.6%)

SRQ 5 Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir? 20 (13.0%)

SRQ 6 Apakah tangan Anda gemetar? 7 (4.6%)

SRQ 7 Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan? 22 (14.3%)

SRQ 8 Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih? 14 (9.1%)

SRQ 9 Apakah Anda merasa tidak bahagia? 7 (4.6%)

SRQ 10 Apakah Anda lebih sering menangis? 7 (4.6%)

SRQ 11 Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas 5 (3.3%)

41
sehari-hari?
SRQ 12 Apakah Anda merasa kesulitan untuk mengambil 2 (1.3%)
keputusan?
SRQ 13 Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai? 1 (0.7%)
SRQ 14 Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam 3 (2.0%)
kehidupan ini?
SRQ 15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap banyak hal? 1 (0.7%)
SRQ 16 Apakah Anda merasa tidak berharga? 4 (2.6%)
SRQ 17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri 1 (0.7%)
hidup Anda?
SRQ 18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu? 16 (10.4%)

SRQ 19 Apakah Anda merasa tidak enak di perut? 24 (15.6%)

SRQ 20 Apakah Anda mudah lelah? 27 (17.5%)

Keterangan :

- Gejala Depresi : 6, 9, 10, 14, 15, 16,dan 17


- Gejala Cemas : 3, 4, dan 5
- Gejala Somatik : nomor 1, 2 ,7, dan 19
- Gejala Kognitif : 8, 12, dan 13
- Gejala Penurunan Energi : 8, 11, 12, 13, 18, dan 20
1. Data Hasil Pengkajian Interpretasi Self Rating Questionnaire
(SRQ)
90

80 77

70
62
60

50

40
31 32
30
20
20
14
10

0
Gejala Depresi Gejala Cemas Gejala Somatik Gejala Kognitif Gejala Penurunan Tidak Ada Gejala
Energi

n = 154

Diagram 3.34 Data Hasil Pengkajian Interpretasi Self Rating


Questionnaire (SRQ)
Berdasarkan hasil interpretasi Self Rating Questionnaire (SRQ),
tiga data terbanyak yang muncul adalah tidak ada gejala sebanyak
77 orang (50%), gejala somatik sebanyak 62 orang (40%), dan
gejala penurunan energi sebanyak 32 orang (21%). Pada urutan

42
berikutnya ialah gejala cemas sebanyak 31 orang (20%), gejala
depresi sebanyak 20 orang (13%), dan gejala kognitif sebanyak 14
orang (9%).
Penyebab cemas yang dirasakan dikarenakan beberapa hal yaitu
tidur tidak nyenyak karena beberapa warga menderita hipertensi
yang mana penyakit tesebut disebabkan karena kebiasaan warga di
lahan basah yang mengkonsumsi olahan ikan air tawar seperti iwak
wadi, ikan asin, dan juga mandai yang difermentensi melalui garam
atau natrium yang banyak didapatkan di lingkungan lahan basah,
selain itu penyebab cemas yang dirasakan adalah karena dalam
beberapa waktu adanya curah hujan yang meningkat membuat
warga yang tinggal di pinggiran sungai menjadi tidak nyenyak tidur
pada malam hari karena khawatir air sungai akan meluap dan banjir
berulang. Adanya perubahan cuaca menjadi musim hujan
menyebabkan kondisi kesehatan penduduk menjadi menurun hal
ini menyebabkan warga cemas jika sakit yang diderita dirinya
maupun keluarganya tidak kunjung sembuh. Selain itu warga juga
cemas disebabkan karena harga kebutuhan pokok naik.
Adapun untuk penyebab depresi diantaranya adakah karena adanya
perasaan tidak dihargai saat berbicara oleh keluarga dan putus
cinta.

43
2.3 Analisa Data

No. Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)


1. DS: Kurang sumber Defisien Pengetahuan–
pengetahuan dan 00126
- Keluarga ODGJ mengatakan ingin gangguan fungsi kognitif
sekali keluarganya sehat seperti
sebelumnya tetapi kurang
mengetahui secara pasti bagaimana
perawatan di rumah
- Keluarga ODGJ mengatakan
keluarganya sudah pernah dibawa ke
RSJ Sambang Lihum tetapi setelah
pulang kembali lagi dengan
gangguan jiwa karena tidak rutin
dalam melakukan pengobatan,
kemudian saat ini sudah rutin
minum obat jiwa.

DO:
- 4 dari 6 orang dengan gangguan
jiwa pernah mejalani rawat inap di
RSJ Sambang Lihum karena tidak
rutin dalam melakukan pengobatan
- 1 orang tidak menjalani pengobatan
dan sulit berinteraksi dengan warga
sekitar
- 5 orang (3%) tidak mampu
berkonsentrasi dan berhitung
- 3 orang (2%) ada gangguan dalam
melakukan penilaian
- pasien dengan gangguan jiwa, 1
diantaranya (20%) ada gangguan
dalam melakukan penilaian.
- gejala kognitif sebanyak 14 orang
(9%).
- 31 % berdasarkan hasil pendataan,
pendidikan terakhir adalah SD

2. DS: Khawatir tentang Ansietas – 00146


perubahan dalam
- Dari 154 sampel ada 11 orang warga peristiwa hidup

44
mengatakan bahwa mereka
mengalami beberapa gejala seperti
yang paling utama adalah sakit
kepala dan kadang susah tidur
karena banyak pikiran yang
berhubungan dengan keadaan
Rumah Tangga serta adanya
kenaikan harga kebutuhan pokok.
- Warga mengatakan penyebab cemas
yang dirasakan dikarenakan
beberapa hal yaitu tidur tidak
nyenyak karena menderita hipertensi
yang mana penyakit tesebut
disebabkan karena kebiasaan warga
di lahan basah yang mengkonsumsi
olahan ikan air tawar seperti iwak
wadi, ikan asin, dan juga mandai,
- Warga mengatakan curah hujan yang
meningkat beberapa waktu terakhir
membuat warga yang tinggal di
pinggiran sungai menjadi tidak
nyenyak tidur karena khawatir air
sungai akan meluap dan banjir
berulang.
- Beberapa warga mengatakan
perubahan cuaca menjadi musim
hujan menyebabkan kondisi
kesehatan penduduk menjadi
menurun hal ini menyebabkan warga
cemas jika sakit yang diderita
dirinya maupun keluarganya tidak
kunjung sembuh. Selain itu warga
juga cemas disebabkan karena harga
kebutuhan pokok naik.
- Beberapa warga mengatakan untuk
penyebab depresi diantaranya
adakah karena adanya perasaan tidak
dihargai saat berbicara oleh keluarga
dan putus cinta.
- Terdapat 7 orang warga yang
mengatakan pernah mengalami
trauma di masa lalu atau kejadian

45
yang tidak menyenangkan seperti
konflik rumah tangga.

DO:
- 4 orang (3%) memiliki mekanisme
koping yang maladaptive
- pasien dengan gangguan jiwa, 1
diantaranya (20%) memiliki
mekanisme koping yang maladaptif.
Hasil SRQ

- Mengalami Sakit Kepala 52 orang


- Tidak Tidur Nyenyak, 20 orang
- Mengalami cemas, tegang, atau
khawatir 20 orang
- mengalami gangguan pencernaan 22
Orang
- merasa tidak enak di perut 24 Orang
- mudah lelah 27 Orang
- gejala somatik sebanyak 62 orang
(40%), dan gejala penurunan energi
sebanyak 32 orang (21%).
- gejala cemas sebanyak 31 orang
(20%)
- gejala depresi sebanyak 20 orang
(13%)

46
Rencana Dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Intervensi


1. Defisien Pengetahuan b.d Kurang NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit NIC : Pengajaran : Proses
sumber pengetahuan dan (1803) Penyakit (5602)
gangguan fungsi kognitif - 00126 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kenali pengetahuan pasien
selama 1 x pertemuan maka diharapkan mengenai kondisinya
masalah dapat teratasi dengan kriteria : 2. Jelaskan tanda dan gejala umum
2. Strategi untuk meminimalkan serta penatalaksanaan dari
perkembangan penyakit dari skala 1 penyakit pasien
(tidak ada pengetahuan) ke skala 3 3. Kolaborasi kepada pelayanan
(pengetahuan sedang) kesehatan dan balai desa untuk
3. Efek psikososial terhadap individi dan memfasilitasi pengobatan pasien
keluarga dari skala 1 (tidak ada dengan gangguan jiwa yang
pengetahuan) ke skala 3 (pengetahuan belum melakukan pengobatan
sedang) 4. Informasikan kepada keluarga
4. Sumber informasi penyakit spesifik atau pasien mengenai deteksi dini
yang terpercaya dari skala 1 (tidak ada kesehatan mental dengan skrining
pengetahuan) ke skala 3 (pengetahuan (SINI KEMARI) pada pasien
sedang) gangguan jiwa yang tidak

41
melakukan pengobatan
5. Jelaskan fungsi mengikuti (SINI
KEMARI) pada pasien gangguan
jiwa yang tidak melakukan
pengobatan
2. Ansietas b.d Khawatir tentang NOC : Kontrol Kecemasan Diri (1402) NIC : Bimbingan Antisipatif (5210)
perubahan dalam peristiwa hidup
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bantu klien untuk
- 00146
selama 1 x pertemuan maka diharapkan mengidentifikasi kemungkinan
masalah dapat teratasi dengan kriteria perkembangan situasi bencana
1. Mencari informasi untuk mengurangi yang akan terjadi dan efek yang
kecemasan dapat meningkat dari bisa berdampak pada klien dan
skala 2 (jarang dilakukan) menjadi keluarga
sekala 4 (sering dilakukan) 2. Berikan informasi kepada klien
2. Merencanaan strategi koping untuk mengenai antisipasi kecemasan
situasi yang menimbulkan stress terhapad perubahan yang dapat
dapat meningkat dari skala 2 (jarang terjadi
dilakukan) menjadi sekala 4 (sering 3. Melatih teknk yang digunakan
dilakukan) untuk beradaptasi terhadap
3. Menggunakan stategi koping yang perkembangan situasi bencana

42
efektif dapat meningkat dari skala 2 yang dapat terjadi pada pasien
(jarang dilakukan) menjadi sekala 4 secara tepat
(sering dilakukan) NIC : Terapi Relaksasi (5230)
4. Menggunakan teknik relaksasi untuk 1. Berikan deskripsi detail mengenai
mengurangi kecemasan dapat terapi relaksasi yang diberikan
meningkat dari skala 2 (jarang menganu Senam Anti Galau
dilakukan) menjadi sekala 4 (sering (SILAU)
dilakukan) 2. Jelaskan secara singkat dengan
NOC : Koping (1302) bahas yang mudah dipahami
Setelah dilakukan tindakan keperawatan terkait fungsi SILAU
selama 1 x pertemuan maka diharapkan 3. Ajarkan masyarakat dalam
masalah dapat teratasi dengan kriteria : pelaksanaan gerakan senam anti
1. Mengidentifikasi pola koping yang galau
tidak efektif dari skala 1 (tidakpernah 4. Kolaborasi terhadap kader jiwa
menunjukan ) ke skala 4 (jarang dan pemegang program
menunjukkan) puskesmas terkait jadwal
2. Menyatakan perasaan akan control pelaksanaan senam anti galau
diri dari skala 1 (tidakpernah
menunjukan ) ke skala 4 (jarang

43
menunjukkan)
3. Menyatakan penerimaan terhadap
situasi dari skala 1 (tidakpernah
menunjukan ) ke skala 4 (jarang
menunjukkan)

44
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf


05 Defisien NIC : Pengajaran : Proses Penyakit S : Robiatul
November Pengetahuan 1. Pembakal ataupun Perangkat Desa Adawiyah,
(5602) Perwakilan dari kantor kepala Desa S.Kep
2022 b.d Kurang Sungai Alang, Ketua RT Setempat
1. Mengenali pengetahuan
sumber serta Pemegang program/
pengetahuan pasien/keluarga pasien mengenai pembimbing lahan dari puskesmas Irene Adelina
dan gangguan karang intan 2 menyetujui terkait S, S.Kep
kondisinya (Terdapat 1 ODGJ yang dengan perencanaan yang diajukan
fungsi kognitif mahasiswa untuk melakukan
tidak rutin berobat ke Puskesmas)
- 00126 Pendidikan Kesehatan dan kunjungan Winda Lestari,
a. Melakukan Koordinasi rumah terhadap keluarga yang S.Kep
memiliki ODGJ yang tidak rutin
Kepada Pembakal dan Ketua berobat. Novita Dewi
RT setempat ( Ketua RT 02) 2. Keluarga Pasien yang memiliki Kartika
ODGJ yang tidak rutin berobat Indah, S.Kep
serta koordinasi dengan
menyetujui untuk diadakannya
pemegang program kunjungan rumah dan penkes dari
mahasiswa Usman, S.Kep
jiwa/pembimbing lahan dari 3. Keluarga Pasien yang memiliki
Puskesmas Karang Intan 2 ODGJ yang tidak rutin berobat
mengatakan bahwa sebelumnya
b. Membuat/menyiapkan Satuan pasien yang mereka rawat di
Acara Penyuluhan, seminggu rumah saat ini sudah pernah
berobat ke RSJ Sambang Lihum,
sebelum dilakukannya tetapi setelah dari RSJ pasien tidak
kegiatan kunjungan rumah dan pernah berobat lagi dan tidak mau

45
penkes dirujuk ke RSJ serta tidak mau
dikunjungi oleh pihak Kesehatan
c. Mahasiswa bersama ketua RT
ataupun pihak yang ingin
02 Meminta dan menanyakan memfasilitasi untuk melakukan
pengobatan.
kesediaan waktu untuk 4. Perwakilan dari Balai Desa juga
diadakannya penkes kepada menjelaskan bahwa sudah beberapa
kali ingin membantu dan mencari
keluarga yang memiliki ODGJ solusi untuk pengobatan untuk 1
orang ODGJ yang tidak rutin berobat,
yang tidak rutin berobat
tetapi belum berhasil dilakukan
(Disepakati pada hari jum’at, karena penolakan langsung dari
pasien dengan mengamuk.
28 Oktober 2022) 5. Pada saat dilakukan kunjungan rumah
2. Melakukan Kunjungan rumah dan penkes, pihak dari balai desa
sungai alang, serta keluarga pasien
sekaligus melakukan pendidikan sangat menerima dengan baik adanya
kegiatan tersebut
kesehatan terhadap keluarga yang 6. Keluarga Pasien memahami dengan
memiliki ODGJ dengan pengobatan apa yang sudah disampaikan oleh
mahasiswa tetapi beliau juga
tidak rutin pada tanggal 28 Oktober mengatakan sulit untuk
menerapkannya jika belum dilakukan
2022 pengobatan terlebih dahulu terhadap
a. Menjelaskan tanda dan gejala pasien, karena kondisi pasien
sekarang bisa dikatakan penyakit jiwa
umum serta penatalaksanaan dengan kegawatdaruratan.
O:
dari penyakit pasien
1. Terdapat 1 orang keluarga pasien
3. Berkolaborasi dalam pelayanan yang dilakukan penkes yaitu sepupu

46
kesehatan dan pihak balai desa untuk pasien dengan ODGJ dan dihadiri
juga 2 orang dari Balai Desa Sungai
memfasilitasi pengobatan pasien Alang.
dengan gangguan jiwa yang belum 2. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
dan berjalan lancar.
melakukan pengobatan rutin 3. Keluarga pasien sangat kooperatif
4. Tidak terdapat hambatan apa pun
(diarahkan untuk dilakukan selama proses kegiatan berlangsung
pengobatan ke RSJ terlebih dahulu A :
dengan memanfaatkan program Masalah teratasi sebagian
P:
“Saliling” dari RSJ Sambang Lihum Fasilitasi Keluarga melakukan
untuk prosedur penjemputan pasien, pengobatan rutin

tetapi setelah ditanyakan dengan


penanggung jawab program “Saliling”
ternyata setelah adanya pandemi,
program penjemputan ‘saliling’ belum
dilaksanakan Kembali, kecuali
melakukan rujukan dari Puskesmas
Karang Intan 2 oleh pemegang
program)
4. Informasikan kepada keluarga dan
pihak balai Desa bahwa program

47
penjemputan “Saliling” belum
dilaksanakan Kembali. Kemudian
memperkenalkan kepada keluarga
pasien mengenai deteksi dini kesehatan
mental dengan skrining (SINI
KEMARI)
a. Jelaskan fungsi mengikuti
(SINI KEMARI) pada pasien
gangguan jiwa yang tidak
melakukan pengobatan
05 Ansietas b.d NIC : Bimbingan Antisipatif (5210) S: Robiatul
November Khawatir - Warga Desa Sungai Alang, Adawiyah,
1. Membantu klien/warga untuk melalui ketua Yasinan S.Kep
2022 tentang
mengidentifikasi kemungkinan mengatakan sangat bersedia
perubahan mengikuti kegiatan skrining dan
dalam perkembangan situasi bencana yang penyuluhan tentang kecemasan Irene Adelina
peristiwa hidup yang dilakukan pada acara S, S.Kep
- 00146 akan terjadi dan efek yang bisa Yasinan hari jum’at, 04 November
berdampak pada klien dan keluarga 2022
- Warga Desa Sungai Alang yang Winda Lestari,
(Dengan melakukan skrining) berhadir pada acara yasinan S.Kep
mengatakan bahwa sebelumnya
2. Memberikan informasi kepada klien belum mengetahui pasti/secara
mengenai antisipasi kecemasan detail tentang kecemasan dan

48
terhapad perubahan yang dapat terjadi penanganannya Novita Dewi
- Setelah dilakukan penyuluhan, Kartika
(melakukan penyuluhan Kesehatan warga Desa Sungai Alang yang Indah, S.Kep
tentang Kecemasan) berhadir di acara yasinan tersebut
mengatakan sudah memahami
3. Melatih teknik yang digunakan untuk tentang kecemasan dan bagaimana Usman, S.Kep
penanganannya
beradaptasi terhadap perkembangan - Warga mengatakan senang sekali
situasi bencana (Melatih/ melakukan bisa melakukan senam Bersama
dan benar-benar anti galau.
demonstrasi SILAU (senam Anti
O:
Galau) untuk mengurangi/mengatasi - Warga yang mengikuti kegiatan
tampak antusias
kecemasan) - Warga yang hadir tampak
kooperatif dalam mengikuti
kegiatan pendidikan kesehatan,
senam anti galau, dan mengikuti
skrining
- Terdapat 70 warga yang
mengikuti kegiatan pendidikan
Kesehatan dan skrining, 30 orang
yang ikut mendemonstrasikan
senam anti galau
- Berdasarkan hasil skrining
didapatkan temuan tiga data
terbanyak yang muncul adalah
gejala penurunan energi
sebanyak 33 orang (47%), gejala
somatik sebanyak 30 orang
(43%), dan gejala cemas

49
sebanyak 29 orang (41%). Pada
urutan berikutnya ialah gejala
depresi sebanyak 19 orang
(27%), tidak ada gejala sebanyak
17 orang (24%), dan gejala
kognitif sebanyak 5 orang (7%).
- Kegiatan pendidikan kesehatan,
senam anti galau dan skrining
turut dihadiri oleh ketua
yasinan/tokoh agama Desa
Sungai Alang serta Pembimbing
lahan dari Puskesmas Karang
Intan 2.
- Kegiatan pendidikan kesehatan,
senam anti galau dan skrining
dilaksanakan pada pukul 14.00-
15.30 wita pada hari jumat 04
November 2022 di RT 01 tempat
dilaksanakannya yasinan Desa
Sungai Alang
A:
Masalah Teratasi Sebagian

P:
Lanjutkan intervensi dengan mendorong
warga untuk tetap rutin dalam melakukan
pemeriksaan Kesehatan khususnya
Kesehatan mental dengan skrining (SINI
KEMARI) serta rajin berolahraga dengan

50
SILAU (senam anti galau) untuk
mencapai derajat Kesehatan yang
optimal dengan sehat Jiwa dan raga.

51
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Kesehatan Mental Warga

Pengkajian dilakukan di Desa sungai Alang RT 01-03 pada minggu pertama


tanggal 11 sampai 15 Oktober 2022 dengan jumlah penduduk 1823 jiwa.
Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama dengan menggunakan
SRQ dan pengkajian jiwa secara sampling menggunakan rumus Lameshow
sebanyak 154 orang warga. Didapatkan dari hasil pengkajian dan menurut
data UPT Puskesmas Karang Intan 2 di Desa Sungai Alang yang mengalami
gangguan jiwa ada sebanyak 6 orang dan 2 orang mengalami retardasi
mental. Dari 6 orang tersebut 5 orang sudah menjalani pengobatan rutin dan
perawatan dirumah, dan 1 orang tidak menjalani pengobatan dan sulit
berinteraksi dengan warga sosial dan mahasiswa sehingga tidak dapat
dilakukan pengkajian secara langsung kepada pasien tersebut. Sedangkan,
hasil pengkajian menggunakan instrumen SRQ dilakukan kepada 154 orang
responden didapatkan Berdasarkan hasil interpretasi Self Rating
Questionnaire (SRQ), tiga data terbanyak yang muncul adalah tidak ada
gejala sebanyak 77 orang (50%), gejala somatik sebanyak 62 orang (40%),
dan gejala penurunan energi sebanyak 32 orang (21%). Pada urutan
berikutnya ialah gejala cemas sebanyak 31 orang (20%), gejala depresi
sebanyak 20 orang (13%), dan gejala kognitif sebanyak 14 orang (9%).

4.2 Analisis Masalah Keperawatan


Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga ODGJ mengatakan
keluarganya sudah pernah dibawa ke RSJ Sambang Lihum tetapi setelah
pulang kembali lagi dengan gangguan jiwa karena tidak rutin dalam
melakukan pengobatan, kemudian saat ini sudah rutin minum obat jiwa.
Selain itu terdapat 1 orang ODGJ yang tidak menjalani pengobatan dan sulit
berinteraksi dengan warga sekitar. Berdasarkan analisis diatas dapat
disimpulkan bahwa masalah keperawatan yang dapat ditentukan yaitu
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan kurang
sumber pengetahuan dan gangguan fungsi kognitif.

41
Dari 154 sampel ada 11 orang warga mengatakan bahwa mereka mengalami
beberapa gejala seperti yang paling utama adalah sakit kepala dan kadang
susah tidur karena banyak pikiran yang berhubungan dengan keadaan Rumah
Tangga serta adanya kenaikan harga kebutuhan pokok. Warga mengatakan
penyebab cemas yang dirasakan dikarenakan beberapa hal yaitu tidur tidak
nyenyak karena menderita hipertensi yang mana penyakit tesebut disebabkan
karena kebiasaan warga di lahan basah yang mengkonsumsi olahan ikan air
tawar seperti iwak wadi, ikan asin, dan juga mandai, Warga mengatakan
curah hujan yang meningkat beberapa waktu terakhir membuat warga yang
tinggal di pinggiran sungai menjadi tidak nyenyak tidur karena khawatir air
sungai akan meluap dan banjir berulang. Beberapa warga mengatakan
perubahan cuaca menjadi musim hujan menyebabkan kondisi kesehatan
penduduk menjadi menurun hal ini menyebabkan warga cemas jika sakit
yang diderita dirinya maupun keluarganya tidak kunjung sembuh. Selain itu
warga juga cemas disebabkan karena harga kebutuhan pokok naik. Beberapa
warga mengatakan untuk penyebab depresi diantaranya adakah karena adanya
perasaan tidak dihargai saat berbicara oleh keluarga dan putus cinta. Terdapat
7 orang warga yang mengatakan pernah mengalami trauma di masa lalu atau
kejadian yang tidak menyenangkan seperti konflik rumah tangga.
Hasil pengolahan dan tabulasi daria menggunakan instrumen SRQ didapatkan
warga yang mengalami sakit kepala 52 orang, tidak tidur nyenyak sebanyak
20 orang, mengalami cemas, tegang, atau khawatir 20 orang, mengalami
gangguan pencernaan 22 orang, merasa tidak enak di perut 24 orang, mudah
lelah 27 orang, gejala somatik sebanyak 62 orang (40%), dan gejala
penurunan energi sebanyak 32 orang (21%), gejala cemas sebanyak 31 orang
(20%) dan gejala depresi sebanyak 20 orang (13%). Sehingga, Berdasarkan
analisis diatas dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan yang dapat
ditentukan yaitu Ansietas berhubungan dengan Khawatir tentang perubahan
dalam peristiwa hidup.

42
4.3 Analisis Intervensi Pendidikan Kesehatan Perawatan pada pasien ODJG
di Rumah dan Alur Pengobatan Pasien Dengan Masalah Kejiwaan
Dari hasil pengkjian didapatkan 1 orang ODGJ yang tidak menjalani
pengobatan dan sulit berinteraksi dengan warga sekitar. Kemudian pada
minggu ketiga dilakukan implementasi yaitu Pendidikan Kesehatan
Perawatan pada pasien ODJG di Rumah dan Alur Pengobatan Pasien Dengan
Masalah Kejiwaan. Pedidikan Kesehatan dilakukan pada hari Jumat 28
Oktober 2022, tempat pelaksanaan di rumah keluarga pasien ODGJ yang
tidak melakukan pengobatan di Desa Sungai Alang RT 02 pukul 10.00 –
11.00 WITA pada 1 orang keluarga dari orang degan gangguan jiwa dan
perwaklan dari balai desa Sungai Alang, dengan hasil seluruh peserta mampu
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Poster kesehatan jiwa diberikan
kepada keluarga sebagai bahan informasi di rumah. Dalam pelaksanaan
kegiatan tidak mengalami kendala yang berarti sehingga kegiatan dapat
berlangsung dengan lancar. Hasil dari Pendidikan Kesehatan Perawatan pada
pasien ODJG di Rumah dan Alur Pengobatan Pasien Dengan Masalah
Kejiwaan adalah keluarga sudah mampu memahmi mengenai perawatan
ODGJ di rumah tetapi keluarga tidak bisa membujuk pasien tersebut untuk
melakukan pengobatan dikarenakan pasien tersebut dapat mengamuk dan
melukai orang sekitar, Puskesmas sudah pernah turuna tangan untuk membaw
pasien ini berobat tetapi pasien menolak dan mengambuk. Untuk saat ini
Porgram Sambang Lihum Keliling belum dapat beroperasi karena pe
jemputan belum dilaksanakan kembali, sehingga pasien masih belum dapat
dibawa berobat. penyuluhan alur pelaporan dan pengobatan pada orang
dengan gagguan jiwa keluarga mengetahui bagaimana cara pengobatan
dengan masalah gangguan jiwa dan mengetahui ciri-ciri dari masalah
kesehatan jiwa. Menurut keluarga beberapa tahun yang lalau pasien masih
meminum obat tetapi kemudian pasien menolak untuk meminum obat.
Kekambuhan gangguan jiwa juga dapat diakibatkan karena kurangnya
pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengobatan seperti melebih-
lebihkan dosis, tidak teratur minum obat, oleh sebab itu perawat perlu
memberikan pendidikan kesehatan agar keluarga dan pasien bisa memahami

43
pentingnya kepatuhan minum obat dan pasien juga dapat mematuhi
pengobatanya. Pendidikan kesehatan (Health education) bagi keluaraga
pasien dan pasien yang kurang memahami pentingnya pengobatan agar
keluarga dan pasien mendapatkan informasi/prngetahuan tambahan
(Andriyani, 2019)
4.4 Analisis Intervensi Pendidikan Kesehatan Antisipasi Kecemasan, SILAU
(Senam Anti Galau), dan SINI KEMARI (Deteksi Dini Kesehatan Mental
dengan Skrining/Skrinning Kesehatan Jiwa)
Dari hasil pengkajian dengan menggunakan SRQ didapatkan data gejala
cemas sebanyak 31 orang (20%), gejala depresi sebanyak 20 orang (13%),
dan gejala kognitif sebanyak 14 orang (9%). Kemudian pada minggu ketiga
dilakukan pengembangan program inovasi yaitu Senam Anti galau untuk
mengantisipasi perasaan cemas. Pengembangan program inovasi juga sudah
berkonsultasi dan bekerja sama dengan pihak Puskesmas Karang Intan 2.
Kegiatan program inovasi melalui senam SILAU (Senam Anti Galau)
bersama warga desa Sungai Alang. Implementasi dilakukan pada minggu
keempat, tempat pelaksanaan di rumah warga RT 01 Desa Sungai Alang
pada minggu keempat hari jumat tanggal 4 November 2022 jam 15.00 –
15.15 WITA pada 30 warga desa Sungai Alang. dengan hasil seluruh warga
mampu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Pemutaran video senam
SILAU sambil melakukan senam bersama warga dan juga dengan
membagikan lefleat senam SILAU kepada peserta untuk dibawa pulang
sebagai bahan informasi di rumah. Dalam pelaksanaan kegiatan tidak
mengalami kendala yang berarti sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan
lancar.
Dengan olahraga dapat membantu untuk mengatasi emosi dan mengurangi
kegelisahan sehingga dapat mengurangi tingkat stres, depresi hingga
kecemasan. Seseorang yang melakukan olahraga secara rutin akan memiliki
tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak
berolahraga secara rutin. Hal itu dikarenakan olahraga dapat menggerakan
seluruh tubuh termasuk otak yang akan bereaksi dan melepaskan hormon
endorphin dimana hormone endorphin merupakan hormone yang

44
mempengaruhi suasana hati, mood, dan memberikan rasa tenang (Pane,
2015). Tingkat stres, depresi hingga kecemasan dapat berkurang apabila
mendapatkan penanganan yang tepat baik dengan menggunakan terapi non
medis maupun medis. Aerobic adalah salah satu terapi non medis yang dapat
digunakan untuk menurunkan tingkat stres. Kata aerobic ini merupakan
bahasa serapan dari bahasa Yunani yaitu aer yang memiliki arti udara dan
bios yang berarti hidup, jadi secara bahasa dapat diartikan bahwa aerobic
adalah hidup dalam udara. Ketika seseorang melakukan senam aerobic, tubuh
mulai memanas dan terjadi peningkatan denyut jantung serta otot akan mulai
bergerak. Hal tersebut akan membuat darah mengalir ke dalam otot secara
lebih cepat, kemudian darah kembali ke paru-paru. Senam aerobic dengan
intensitas yang rendah (low impact) yang dilakukan dengan musik dapat
memberikan efek relaksasi pada tubuh dan muncul perasaan bahagia.
Berbagai bentuk stres dapat diatasi secara efektif dengan olahraga yang
teratur. Saat melakukan aktivitas fisik, otak akan distimulasi dan akan
menimbulkan perasaan sejahtera (Chanel, 2011). Saat senam dilakukan secara
teratur, hormon endorfin dipercaya akan diproduksi dan akan menimbulkan
perasaan sejahtera (Rasak Y.A, 2022).
Pada hari Jumat 04 November 2022 juga dilakukan pendidikan kesehatan
mengenai Anstisipasi Kecemasan yang dilakukan sebelum senam SILAU
agar warga dapat mengetahui mengenai kecemasan dan cara-cara menangani
kecemasan. Warga tampat kooperatif dan memperhatikan pemaparan dari
pemateri. Pendidikan Kesehatan dilakukan pada puku; 14.30- 15.00 dengan
jumlah 70 orang peserta. Health education adalah suatu proses perubahan
pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu. Health Education (Pendidikan kesehatan) adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka ampu melakukan apa yang diharapkan oleh
pendidik (Andriyani, 2019)
Pada kegiatan pendidikan kesehatan ini juga dilakukan SINI KEMARI
(Deteksi Dini Kesehatan Mental dengan Skrining/Skrinning Kesehatan Jiwa)
yang diikuti oleh 70 warga. Data tersebut akan diberikan kepada UPT Karang

45
Intan 2 sebagai penambahan data mengenai kesehatan jiwa warga Desa
Sungai Alang untuk bahan pertimbangan tindakan selanjutnya. Dengan hasil
tiga data terbanyak yang muncul adalah gejala penurunan energi sebanyak 33
orang (47%), gejala somatik sebanyak 30 orang (43%), dan gejala cemas
sebanyak 29 orang (41%). Pada urutan berikutnya ialah gejala depresi
sebanyak 19 orang (27%), tidak ada gejala sebanyak 17 orang (24%), dan
gejala kognitif sebanyak 5 orang (7%).

46
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengkajian, tujuan, analisis data, penyusunan
intervensi, implementasi, hingga dengan evaluasi di Desa Sungai Alang
dapat disimpulkan bahwa:
1. Setelah dilakukan pengkajian dan menurut data UPT Puskesmas Karang
Intan 2 di Desa Sungai Alang terdapat 6 orang dengan masalah
gangguan jiwa. Dari 6 orang tersebut 5 orang sudah menjalani
pengobatan rutin dan perawatan dirumah, dan 1 orang tidak menjalani
pengobatan dan sulit berinteraksi dengan warga sosial dan mahasiswa.
2. Setelah dilakukan pengkajian menggunakan instrumen Self Rating
Questionnaire pada 154 sampel didapatkan 31 orang warga (20%) di
Desa Sungai Alang mengalami kecemasan. Penyebab cemas yang
dirasakan dikarenakan beberapa hal yaitu tidur tidak nyenyak karena
beberapa warga menderita hipertensi yang mana penyakit tesebut
disebabkan karena kebiasaan warga di lahan basah yang mengkonsumsi
olahan ikan air tawar seperti iwak wadi, ikan asin, dan juga mandai yang
difermentensi melalui garam atau natrium yang banyak didapatkan di
lingkungan lahan basah, selain itu penyebab cemas yang dirasakan
adalah karena dalam beberapa waktu adanya curah hujan yang
meningkat membuat warga yang tinggal di pinggiran sungai menjadi
tidak nyenyak tidur pada malam hari karena khawatir air sungai akan
meluap dan banjir berulang. Adanya perubahan cuaca menjadi musim
hujan menyebabkan kondisi kesehatan penduduk menjadi menurun hal
ini menyebabkan warga cemas jika sakit yang diderita dirinya maupun
keluarganya tidak kunjung sembuh. Selain itu warga juga cemas
disebabkan karena harga kebutuhan pokok naik.
3. Implementasi keperawatan pertama yang telah diberikan yaitu
Pendidikan Kesehatan Perawatan pada Pasien ODGJ di Rumah dan Alur
Pengobatan Pasien dengan Masalah Kejiwaan terhadap 1 orang keluarga
ODGJ yang tidak melakukan pengobatan.

47
4. Implementasi keperawatan kedua yang telah diberikan yaitu SINI
KEMARI (Deteksi Dini Kesehatan Mental dengan Skrining) yang
diikuti oleh 70 warga untuk melakukan skrinning kesehatan jiwa.
Selanjutnya diberikan pendidikan kesehatan mengenai antisipasi
kecemasan pada 70 warga tersebut dan penerapan program inovasi
melalui SILAU (Senam Anti Galau) terhadap 30 orang warga Desa
Sungai Alang untuk mengurangi kecemasan.
5. Setelah dilakukan impelementasi keperawatan kemudian dilakukan
evaluasi terhadap target sasaran implementasi pertama, yaitu keluarga
yang merawat ODGJ. Keluarga sudah mampu memahami mengenai
perawatan ODGJ di rumah tetapi keluarga tidak bisa membujuk pasien
tersebut untuk melakukan pengobatan dikarenakan pasien tersebut dapat
mengamuk dan melukai orang sekitar. Pihak puskesmas sudah pernah
turun tangan untuk membawa pasien ini berobat tetapi pasien menolak
dan mengamuk. Untuk saat ini Program Sambang Lihum Keliling belum
dapat beroperasi karena penjemputan belum dilaksanakan kembali,
sehingga pasien masih belum dapat dibawa berobat. Penyuluhan alur
pelaporan dan pengobatan pada orang dengan gangguan jiwa dengan
hasil keluarga mengetahui bagaimana cara pengobatan dengan masalah
gangguan jiwa dan mengetahui ciri-ciri dari masalah kesehatan jiwa.
6. Evaluasi terhadap kegiatan implementasi kedua yaitu SINI KEMARI
(Deteksi Dini Kesehatan Mental dengan Skrining) ialah data skrining
tersebut akan diberikan kepada UPT Karang Intan 2 sebagai
penambahan data mengenai kesehatan jiwa warga Desa Sungai Alang
untuk bahan pertimbangan tindakan selanjutnya. Dengan hasil tiga data
terbanyak yang muncul adalah gejala penurunan energi sebanyak 33
orang (47%), gejala somatik sebanyak 30 orang (43%), dan gejala cemas
sebanyak 29 orang (41%). Pada urutan berikutnya ialah gejala depresi
sebanyak 19 orang (27%), tidak ada gejala sebanyak 17 orang (24%),
dan gejala kognitif sebanyak 5 orang (7%). Untuk pendidikan kesehatan
mengenai antisipasi kecemasan didapatkan hasil warga dapat
mengetahui mengenai kecemasan dan cara-cara menangani kecemasan,

48
warga tampak kooperatif dan memperhatikan pemaparan dari pemateri.
Dengan total 2 warga dapat menjawab dengan benar pertanyaan
mengenai penanganan kecemasan dan tanda gejalanya. Program inovasi
SILAU (Senam Anti Galau) juga disambut baik oleh seluruh peserta
dengan seluruh warga mampu mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir, tidak mengalami kendala yang berarti sehingga kegiatan dapat
berlangsung dengan lancar dan menunjukkan ekspresi yang sangat ceria.
Peserta juga mengatakan bahwa memang benar SILAU ini tidak akan
membuat galau karena memberikan efek menyenangkan dan
menenangkan.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Desa Sungai Alang
Diharapkan Perangkat Desa Sungai Alang dapat terus berkoordinasi
dengan Puskesmas Karang Intan 2 jika terdapat keluhan mengenai
masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
5.2.2 Bagi UPT Puskesmas Karang Intan 2
Diharapkan untuk pihak UPT Puskesmas Karang Intan 2 agar dapat
melakukan pengkajian SRQ kepada warga di wilayah kerja UPT
Puskesmas Karang Intan 2 secara berkala dan mengerahkan kader
jiwa untuk membantu masalah kejiwaan pada warga. Dengan adanya
video program inovasi SILAU (Senam Anti Galau) juga diharapkan
dapat dilaksanakan secara berkala, baik tiap minggu ataupun tiap
bulan, oleh pihak puskesmas dengan masyarakat.
5.2.3 Bagi Warga Desa Sungai Alang
Diharapkan warga Desa Sungai Alang dapat memanfaatkan media
informasi yang telah diberikan berupa leaflet dengan informasi
mengenai kurangi kecemasan dengan SILAU (Senam Anti Galau)
yang dilengkapi dengan cara penanganan kecemasan dan langkah-
langkah SILAU, sehingga dapat menerapkan SILAU pada dirinya
sendiri maupun keluarga dan teman-teman.

49
5.2.4 Bagi Institusi dan Mahasiswa Program Pendidikan Ners
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi dan mahasiswa Ners
dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa di komunitas.

50
DAFTAR PUSTAKA
Andrriyanni. 2016. Health Education Pada PAsien Skizofrenia dengan
Ketidakpatuhan Minum Obat di Wilayah Kabupaten Magelang.
Program Studi Keperawtan FIK. Universitas Muhammidyah
Magelang.
Ah. Yusuf, Rizky F.PK, Hanik E.N. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika : Jakarta.
Arifin, Mokhamad. (2012). “Rancangan Instrumen Deteksi Dini Gangguan
Jiwa Untuk Kader dan Masyarakat di Kabupaten Pekalongan”.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol V No.2 September 2006.
Bahtera, YPMB, Romadaningsih, TW, Sari, N, Rahmad, R, Nurnidawati,
N, Tsariy, NM. 2021. Laporan Akhir Asuhan Keperawatan
Kesehatan Lahan Basah di Desa Sungai Alang Wilayah Kerja UPT
Karang Intan 2 Kabupaten Banjar. Banjarbaru: Program Studi
Pendidikan Profesi Ners FK ULM.
Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. UPT UNDIP
Press : Semarang.
Husaini, Marlinae L & Panghiyangani R. 2019. Kesehatan Masyarakat di
Lingkungan Lahan Basah. Malang: CV IRDH.
Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, Amar Akbar. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Edisi Pertama Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Jiwa. Jakarta; Pubdik SDM Kesehatan.
Panghiyangani R, Marlinae L, Husaini. 2019. Kesehatan Masyarakat Di
Lingkungan Lahan Basah. CV. IRDH. Malang
Ramsar Convention Secretariat, 2016. The Fourth Ramsar Strategic Plan
2016-2024. Ramsar handbooks for the wise use of wetlands, 5th
edition, vol.2. Ramsar Convention Secretariat, Gland, Switzerland.
Rasak Y.A. 2022. Pengaruh Senam Aerobic Low Impact Terhadap
Tingkat Stres, Tingkat Depresi Dan Tingkat Kecemasan Pada
Mahasiswa. Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin.

51
Stuart, G.W., 2013. Principles and practice of Psychiatric Nursing. (7th
ed). Philadelphia. Mosby.
Syisnawati, Budi Anna Keliat, dan Y. S. E. P. (2017). Penerapan Terapi
Relaksasi Otot Progressif Pada Klien Ansietas Di Kelurahan
Ciwaringin, Bogor. Journal Of Islamic Nursing, Vol 2 No 2, 69–
75.

Lampiran
LAPORAN HASIL PENYULUHAN

PERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DI RUMAH


DAN ALUR PENGOBATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
KEJIWAAN DI SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT
KARANG INTAN 2 KABUPATEN BANJAR

Tanggal 28 Oktober 2022

Disusun Oleh :
Kelompok F

Novita Dewi K. I., S.Kep. 2130913720002


Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2120933120029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022

53
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENYULUHAN


PERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DI RUMAH
DAN ALUR PENGOBATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
KEJIWAAN DI SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT KARANG
INTAN 2 KABUPATEN BANJAR

Tanggal 28 Oktober 2022

Disusun Oleh :
Kelompok F

Novita Dewi K. I., S.Kep. 2130913720002


Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep 2130913320063
Usman, S.Kep. 2120933120029

Martapura, 28Oktober 2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan,

Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M. Kep Nor Ella Dayani, S.Kep., Ns
NIPK. 19801215 200812 2 003 NIP. 199210272022032005

LAPORAN HASIL PENYULUHAN


PERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA DI RUMAH
DAN ALUR PENGOBATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH
KEJIWAAN DI SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT
KARANG INTAN 2 KABUPATEN BANJAR

A. Topik : Perawatan pada pasien ODJG di Rumah dan Alur


Pengobatan Pasien Dengan Masalah Kejiwaan
B. Sub Topik : Perawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa di
Rumah dan Alur Pengobatan Pada Pasien Dengan
Masalah Kejiwaan di Sungai Alang Wilayah Kerja
Upt Karang Intan 2 Kabupaten Banjar
C. Tujuan Penyuluhan :
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan keluarga
pasien dengan ODGJ mampu mengetahui tentang perawatan pasien
dengan gangguan jiwa di rumah dan alur pengobatan pada pasien
dengan masalah kejiwaan
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit diharapkan keluarga
pasien dengan gangguan jiwa dapat:
a. Mengetahui mengenai definisi kesehatan jiwa, orang dengan
masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa
b. Mengetahui penyebab gangguan jiwa
c. Mengetahui perawatan pasien dengan gangguan jiwa di rumah
d. Mengetahui alur pengobatan pada pasien dengan masalah kejiwaan
e. Mengetahui obat jiwa dan manfaat obat jiwa
D. Kegiatan Penyuluhan
Waktu : 20 Menit / 10.00 WITA
Hari/Tanggal : Jumat, 28 Oktober 2022
Tempat : Rumah pasien
Sasaran : Keluarga pasien dengan gangguan jiwa
Metode : Ceramah dan diskusi (tanya jawab)

55
Media : Poster
Anggota Penyuluhan :
1. Moderator : Usman, S.Kep
2. Penyaji materi : Novita Dewi K.I, S.Kep.
3. Observer : Robiatul Adawiyah K.I, S.Kep
4. Fasilitator : Irene Adelina Silalahi, S.Kep
Winda Lestari, S.Kep
Setting Tempat

Keterangan :
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Observer
: Fasilitator

E. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Media

Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam Tanya Poster


Menit 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan Jawab
dan tim
3. Meningkatkan rasa 3. Mendengarkan
ingin tahu keluarga
mengenai perawatan
pasien dengan 4. Mendengarkan

gangguan jiwa di
rumah
4. Menyampaikan 5. Mendengarkan
kontrak waktu dan
tempat penyuluhan 6. Mendengarkan

5. Menanyakan
persetujuan peserta
6. Menyampaikan TIU
dan TIK
Menjelaskan materi 1. Mendengarkan
tentang :
1. definisi kesehatan
jiwa, orang dengan 1. Mendengarkan
masalah kejiwaan dan
orang dengan 2. Mendengarkan
gangguan jiwa
3. Mendengarkan Ceramah
2. Penyebab gangguan
jiwa dan
Pelaksanaan 12 menit 4. Mendengarkan Poster
3. Perawatan pasien Tanya

dengan gangguan jiwa Jawab

di rumah
4. Alur pengobatan pada
pasien dengan masalah
kejiwaan
5. Definisi obat jiwa dan
manfaat obat jiwa
2.
Penutup 5 menit 1. Melakukan evaluasi 1. Memperhatikan Tanya Poster
dengan memberikan dan menjawab Jawab
pertanyaan dan pertanyaan serta
selanjutnya memberi mengajukan
kesempatan untuk pertanyaan

57
bertanya dan menjawab
pertanyaan.
2. Menyimpulkan tentang 2. Mendengarkan
materi yang telah
disampaikan.
3. Menjawab salam
3. Menutup dan
mengucapkan salam

F. Materi Penyuluhan ( Terlampir)

G. Evaluasi

1. Evaluasi Struktural
a) Peserta penyuluhan siap di tempat 10 menit sebelum penyuluhan.
b) Tempat pelaksanaan siap 30 menit sebelum penyuluhan.
c) Anggota penyuluhan siap 20 menit sebelum penyuluhan.
d) Media penyuluhan siap 30 menit sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan bertanya
b) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan mengetahui dan memerhatikan materi penyuluhan yang
diberikan.
c) Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
d) Kehadiran peserta diharapkan 100% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.

H. Lampiran
Lampiran I (Materi Penyuluhan)
Lampiran II (Poster)
I. Dokumentasi
Lampiran III ( Dokumentasi)
J. Refrensi
Buku: Friedman, M. Marilyn. (1998). Keperawatan Keluarga :Teori dan Praktik.
Jakarta. : EGC. Moleong J.Lexy. (2011).

Dewi, K.S. (2012). Buku Ajar Kesehatan Mental. Lembaga Pengembangan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Dipenogoro. Semarang

Hartanto, Dwi. 2014. Gambaran Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap


Penderita Gangguan Jiwa di Kecamatan Kartasura. Fakultas Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Keliat, Budu Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta.

Kementrian Kesehatan.(2014) Undang Undang No 18 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan Jiwa http://binfar.kemkes.go.id/?wpdact=process&did=MjAxl
mhvdGxpbms( di akses tgl 26 Oktober 2022 )

Kusumawati, F &Hartono, 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba


Medika

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan

59
Lampiran I (Materi Penyuluhan)
1. Definisi Kesehatan Jiwa, Orang dengan Masalah Kejiwaan dan Orang
dengan Gangguan Jiwa
World Health Organization tahun 2001, menyatakan bahwa kesehatan mental
merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya
terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar,
untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di
komunitasnya (Dewi, 2012).
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa menurut seorang ahli kesehatan Merriam
Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik,
dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi,
berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Inti dari kesehatan mental sendiri adalah lebih pada keberadaan dan
pemeliharaan mental yang sehat (Dewi, 2012). Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1
menyebutkan bahwa Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK adalah
orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami
gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat
ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan
perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU No 18 tahun
2014 Pasal 1).
2. Penyebab Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa memiliki berbagai macam penyebab. Penyebab gangguan jiwa
dapat bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan
seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semenamena, kehilangan orang
yang dicintai, kehilangan pekerjaan dan sebagainya. Selain itu ada pula
gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor organik, kelainan saraf, dan
gangguan pada otak (Sutejo, 2017). Gejala utama atau gejala yang paling
menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab
utamanya mungkin dibadan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik),
ataupun psikis (psikogenik) (Maramis, 2010).
Menurut Santrock (2013) dalam Sutejo (2017), penyebab gangguan jiwa dapat
dibedakan atas :
a. Faktor Biologis/Jasmaniah
1) Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas
dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi
hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang
tidak sehat.
2) Jasmaniah
Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seseorang berhubungan
dengan ganggua jiwa tertentu.
3) Temperamen
Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami
gangguan jiwa.
4) Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker, dan
sebagainya mungkin dapat menyebabkan rasa murung dan sedih.
Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa
rendah diri.
b. Faktor Psikologis
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami
akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya. Pemberian kasih sayang
orang tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan menimbulkan
rasa cemas dan tekanan serta memiliki kepribadian yang bersifat menolak
dan menentang terhadap lingkungan.
c. Faktor Sosio-Kultural
Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna”
gejala-gejala. Disamping memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

61
kepribadian seseorang, misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang
berlaku dalam kebudayaan tersebut
3. Perawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah
Perawatan pasien dengan gangguan jiwa di rumah melalui dukungan keluarga.
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan merupakan
“perawat utama” bagi penderita. Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga
kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu,
perawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan
penderita, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengatasi kesehatan dalam keluarga tersebut
(hartanto, 2014).
Dukungan social keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan social berbeda dalam berbagai tahap-tahap
siklus kehidupan. Dukungan social keluarga dapat berupa dukungan social
internal, seperti dukungan dari suami, istri, atau dukungan dari saudara
kandung, dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga
inti. Dukungan social keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan
kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman. Marrillyn 1998 dalam Moleong
J.Lexy 2011).
Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan
penderita di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak
diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat
kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit
akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga
kemungkinan kambuh dapat dicegah.
Setiadi 2008 dalam Hartanto (2014) menerangkan bahwa keluarga memiliki
empat fungsi suportif, antara lain
1. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
penyebar informasi tentang dunia.
2. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan
balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber
dan validator identitas keluarga.
3. Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah sebuah sumber
pertolongan gratis dan konkrit
4. Dukungan emosional Keluarga sebagai suatu tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Berikut ini adalah masalah keperawatan yang dihadapi oleh pasien yang
mengalami gangguan jiwa dan bagaimana upaya perawatan keluarga selama di
rumah (Budi Anna Keliat. 2011) antara lain:
1. Pasien dengan masalah perawatan perilaku kekerasan (PK)
Upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga adalah :
a. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan marah atau jengkelnya
b. Bantu klien mengidentifikasi penyebab marah
c. Bicarakan dengan klien akibat/kerugian akibat marah
d. Bantu klien untuk memilih cara yang tepat dan bantu klien
mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
e. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam jika sedang marah
f. Anjurkan klien untuk mengatakan bahwa dirinya sedang
marah/jengkel/kesal
g. Bantu klien untuk melakukan cara marah yang sehat
h. Bantu klien untuk minum obat sesuai dengan yang diprogramkan dokter
i. Anjurkan pasien untuk bribadah dan berdoa
2. Pasien dengan masalah perawatan Halusinasi
Upaya perawatan yang dilakuakn oleh keuarga pada pasien yang mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Jangan biarkan pasien sendiri
b. Anjurkan untuk terlibat dalam kegiatan di rumah (buat jadwal kegiatan
pasien)
c. Bantu klien untuk berlatih cara mengehentikan halusinasi
d. Mengawasi pasien minum obat
e. Jika psien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri segera sapa dan
diajak  bicara
f. Beri pujian yang positif pada psien jika mampu melakukan apa yang
dianjurkan
g. Segera bawa ke rumah sakit jika halusinasi berlanjut
3. Pasien dengan masalah perawatan Harga Diri Rendah (HDR)

63
Upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga pada pasien dengan HDR
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan harga diri pasien
1) Menjalin hubungan saling percaya
2) Memberi kegiatan sesuai kemampuan pasien
3) Menggali kekuatan pasien
b. Dorong pasien mengungkapkan perasaannya
1) Bantu melihat kemapuan klien
2) Bantu mengenal harapan
3) Mengevaluasi diri
c. Menetapkan tujuan nyata
d. Mengambil keputusan
e. Sikap keluarga
4. Pasien dengan masalah perawatan Menarik Diri (MD)
Upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga pada pasien dengan MD
adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan sehari-hari
b. Membantu komunikasi teratur
c. Melibatkan dalam kegiatan di keluarga dan masyarakat
5. Pasien dengan masalah perawatan Defisit Perawatan Diri (DPD)
Upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga pada psien dengan DPD
adalah sebgai berikut :
a. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri pasien
b. Membimbing dan mendorong pasien merawat diri
c. Menciptakan lingkungan yang mendukung
d. Sikap memperhatikan kepada pasien
4. Alur Pengobatan Pada Pasien Dengan Masalah Kejiwaan
Pengobatan pada pasien dengan gangguan jiwa dapat dilakukan di pusat
pelayanan kesehatan yang pertama yaitu melalui Puskesmas, dengan alur
sebagai berikut :

Pasien dan keluarga pasien melakukan


pendaftaran di Puskesmas setempat

Pasien dilakukan pemeriksaan

Petugas memberikan infromasi dan saran


untuk pasien dan keluarga

Pasien dirujuk ke RSJ atau Klinik Utama

Mendapat perawatan di RSJ

Pasien Pulang Pengobatan di


rumah

Kontrol rutin
Pengawasan minum
obat

Jika Obat habis

Mengambil Obat Mengambil Obat


di Puskesmas di RSJ

65
5. Definisi Obat Jiwa dan Manfaatn Obat Jiwa
Obat adalah suatu zat yang digunakan dalam pencengahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi
yang menggunakan (BPOM, 2015). Macam-macam obat jiwa
Berdasarkan efek klinik, obat psikotropika dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu golongan antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan
antimaniak (mood stabilizer) (Yusuf dkk, 2015).
a. Antipsikotik
Indikasi utama dari obat golongan ini adalah untuk penderita
gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik lainnya). Berefek
mengurangi delusi dan halusinasi tanpa efek sedative yang
berlebihan.
b. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat
mengurangi atau menghilangkan gejala depresif.
c. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)
Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan
yang patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif.
Secara umum, obat-obat ini berefek sedatif dan berpotensi
menimbulkan toleransi/ketergantungan.
d. Antimanik (Mood Stabilizer)
Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan
afektif bipolar terutama episodik mania dan sekaligus dipakai untuk
mencegah kekambuhannya.
Manfaat Obat
a. Membantu klien istirahat
b. Membantu klien mengendalikan emosi
c. Membantu klien mengendalikan perilaku
d. Membantu klien proses pikir (konsentrasi)
e. Proses berpikir ke arah logika
f. Efek samping obat
g. Tanda – tanda vital dalam batas normal
Rentang waktu pengobatan gangguan jiwa
Pengobatan gangguan jiwa membutuhkan waktu yang lama dan tidak
menimbulkan efek ketagihan bagi klien asalkan dilakukan sesuai dengan
anjuran dokter.
a. Terapi awal, dosis dinaikkan secara bertahap sampai ditemukan dosis
yang optimal bagi klien (1 minggu - 3 minggu)
b. Terapi pengawasan (8 minggu - 10 minggu )
c. Terapi pemeliharaan (6 bulan sampai 3-5 tahun)
Lampiran II Poster

67
Lampiran III Dokumentasi
Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Perawatan Pasien dengan Gangguan Jiwa di Rumah
dan Alur Pengobatan pada Pasien Dengan Masalah Kejiwaan di
Sungai Alang Wilayah Kerja UPT Karang Intan 2 Kabupaten Banjar

1. Hari/ tanggal pelaksanaan : Jumat, 28 Oktober 2022


2. Waktu : 10.00 – 11.00 WITA
3. Sasaran : Keluarga pasien dengan gangguan jiwa di Desa
Sunga Alang
4. Moderator : Usman, S.Kep
5. Penyaji : Novita Dewi. K.I, S.Kep
6. Observer : Robiatul Adawiyah, S.Kep
7. Fasilitator : Irene Adelina S, S.Kep dan Winda Lestari, S. Kep
8. Media : Poster
9. Evaluasi Input
a. Tempat penyuluhan di rumah keluarga pasien di Desa Sungai Alang RT 02
b. Materi dan media telah disiapkan sebelum kegiatan penyuluhan
c. Tim penyuluh hadir sebelum waktu penyuluhan untuk menyiapkan sarana
dan prasarana kegiatan penyuluhan
d. Peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan sebanyak 1 orang
e. Acara dimulai tepat waktu yaitu jam 10.00 WITA
10. Evaluasi Proses
a. Kegiatan pendidikan kesehatan selesai sesuai dengan yang diperkirakan
yaitu sekitar ± 30 menit.
b. Keluarga tampak kooperatif dalam mendengarkan materi dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh pemateri
c. Tidak ada yang mengajukan pertanyaan kepada pemateri.
d. Peserta dapat menjawab pertanyaan dari moderator yaitu :
1) Apa saja tanda gejala dari pasien dengan gangguan jiwa?
2) Bagaimana upaya untuk mencapai sehat jiwa?
11. Evaluasi Hasil

69
a. Peserta mengatakan memahami tentang materi penyuluhan yang
disampaikan.
b. Peserta menerima secara positif terkait materi yang diberikan oleh
penyuluh
c. Penyaji memberikan 2 pertanyaan pada peserta dan 2 jawaban dijawab
dengan benar.
d. Progres selanjutnya adalah mengkoordinasikan dengan RSJ Sambang
Lihum mengenai Porgram Sambang Lihum Keliling untuk menjemput
pasien dengan ODGJ yang tidak mau berobat.
12. Saran
Saran agar pendidikan kesehatan di desa Sungai Alang mengnai kesehatan
jiwa dapat lebih sering untuk dilaksanakan dan diprogramkan agar
masyarakan dapat mencapai kesehatan jiwa yang optimal.
LAPORAN HASIL PENYULUHAN
KECEMASAN (ANSIETAS)
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT DESA
KARANG INTAN 2
Tanggal 04 November 2022

Disusun Oleh :
Kelompok F

Novita Dewi K. I., S.Kep 2130913720002


Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064
Robiatul Adawiyah, S.Kep 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2120933120029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022

71
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENYULUHAN
KECEMASAN (ANSIETAS)
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT KARANG
INTAN 2

04 November 2022
Kelompok F
Novita Dewi K. I., S.Kep 2130913720002
Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2120933120029

Banjarbaru, 04 November 2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan,

Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M. Kep Nor Ella Dayani, S.Kep., Ns
NIPK. 19801215 200812 2 003 NIP. 199210272022032005

LAPORAN HASIL PENYULUHAN


KECEMASAN (ANSIETAS)
DI PUSKESMAS DESA KARANG INTAN 2

A. Topik : Kecemasan ( Ansietas)


B. Sub Topik : Antisipasi Kecemasan
C. Tujuan Penyuluhan :
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta
penyuluhan mampu mengetahui tentang antisipasi kecemasan
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta
penyuluhan dapat:
a. Menjelaskan pengertian dari kecemasan (Ansietas)

b. Menjelaskan tingkatan kecemasan (Ansietas)

c. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kecemasan (Ansietas)

d. Menjelaskan sumber koping dan mekanisme koping yang


digunakan pasien kecemasan (Ansietas)

e. Menjelaskan tanda dan gejala dari kecemasan (Ansietas)

f. Menjelaskan penatalaksanaan dan perawatan dari kecemasan


(Ansietas)

D. Penyuluhan
Waktu : 30 Menit / 14.30 – 15.00 WITA
Hari/Tanggal : Jumat, 04 November 2022
Tempat : Rumah Warga RT 01 Desa Sungai Alang
Sasaran : Warga Sungai Alang
Metode : Ceramah dan diskusi (tanya jawab)
Media : PPT dan Leafleat
Anggota Penyuluhan :
1. Moderator : Winda Lestari, S.Kep
2. Penyaji materi : Novita Dewi. K.I, S.Kep.
3. Observer : Robiatul Adawiyah , S.Kep
4. Fasilitator : Usman, S.Kep
- Irene Adelina Silalahi, S.Kep
Setting Tempat

73
Keterangan :
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Observer
: Fasilitator

E. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Media

7. Mengucapkan salam 7. Menjawab


8. Memperkenalkan diri salam
dan tim 8. Mendengarkan
9. Meningkatkan rasa
ingin tahu peserta 9. Mendengarkan
tentang kecemasan
5 (Ansietas) Tanya
Pembukaan PPT
Menit 10.Menyampaikan kontrak 10. Mendengarkan Jawab

waktu dan tempat


penyuluhan
11. Mendengarkan
11.Menanyakan
persetujuan peserta
12. Mendengarkan
12.Menyampaikan TIU
dan TIK
Pelaksanaan 15 menit Menjelaskan materi 2. Mendengarkan Ceramah PPT
tentang : dan
1. Menjelaskan pengertian
dari kecemasan 1. Mendengarkan
(Ansietas)

2. Menjelaskan tingkatan 2. Mendengarkan


kecemasan (Ansietas)

3. Menjelaskan faktor 3. Mendengarkan


yang mempengaruhi
kecemasan (Ansietas)
4. Mendengarkan
4. Menjelaskan sumber
koping dan mekanisme Tanya
koping yang digunakan
Jawab
pasien kecemasan
(Ansietas)

5. Menjelaskan tanda dan 5. Mendengarkan


gejala dari kecemasan
(Ansietas)
6. Mendengarkan
6. Menjelaskan
penatalaksanaan dan
perawatan dari
kecemasan (Ansietas)

3.
Penutup 10 menit 4. Melakukan evaluasi 4. Memperhatikan Tanya PPT
dengan memberikan dan menjawab Jawab
pertanyaan dan pertanyaan serta
selanjutnya memberi mengajukan
kesempatan untuk pertanyaan
bertanya dan menjawab
pertanyaan.
5. Menyimpulkan tentang 5. Mendengarkan

materi yang telah


disampaikan.
6. Menjawab salam
6. Menutup dan

75
mengucapkan salam

F. Materi Penyuluhan ( Terlampir)

G. Evaluasi

1. Evaluasi Struktural
a) Peserta penyuluhan siap di tempat 10 menit sebelum penyuluhan.
b) Tempat pelaksanaan siap 30 menit sebelum penyuluhan.
c) Anggota penyuluhan siap 20 menit sebelum penyuluhan.
d) Media penyuluhan siap 30 menit sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan bertanya
b) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan mengetahui dan memerhatikan materi penyuluhan yang
diberikan.
c) Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dengan sasaran.
d) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama
kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Kehadiran peserta diharapkan 80%
c) Peserta dapat menjawab pertanyaan 2 dari 2 pertanyaan yang diajukan
H. Lampiran
Lampiran I (Materi Penyuluhan)
Lampiran II (Leafleat)
I. Dokumentasi
Lampiran III ( Dokumentasi)
J. Refrensi
1. Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada
Lanjut Usia (Lansia). Konselor, 5 (2), 93–99.
2. Alsa, A. 20016. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan
Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik. Semarang. Jurnal
Psikologi. No.1. 47-48.
3. Fahmi, M. 20017. Kesehatan Jiwa dan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Jakarta: Penerbit Bulan Bintang
4. Hoesodo. 2001. Mengatasi Kecemasan, Jakarta : PT Gramedi Pustaka
Utama

77
Lampiran I (Materi Penyuluhan)

1. Definisi Ansietas

Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena


ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (sumber
seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), suatu
perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi
bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan
tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil
tindakan menghadapi ancaman.

Ansietas memiliki nilai yang positif. Menurut Annisa, (2016) aspek


positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju
perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada
keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan
seseorang.

2. Tingkatan Ansietas

Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkat ansietas sbb :

a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan


sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci
dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada
suatu area lain.
d. Tingkat Panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah,
ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.

3. Faktor yang mempengaruhi (Faktor predisposisi)

a. Faktor predisposisi
Menurut Fahmi, (2017) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:

1. Faktor Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk


benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas.
Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya
dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
2. Faktor Psikologis
a) Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik
emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian Id
dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya
seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

79
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c) Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar
perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan
keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu
yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
dalam kehidupan selanjutnya.
d) Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya ansietas.

3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi


ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau
menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat
membahayakan identitas harga diri, dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.

b. Faktor lain yang berhubungan


Terpapar toksin, Konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-
nilai/ tujuan hidup, Hubungan kekeluargaan/ keturunan, Kebutuhan
yang tidak terpenuhi, Interpersonal – transmisi/ penularan, Krisis
situasional/ maturasi, Ancaman Kematian, Ancaman terhadap
konsep diri, Stress, Penyalahgunaan zat, Ancaman terhadap atau
perubahan dalam : Status peran, Status kesehatan, Pola Interaksi,
Fungsi Peran, Lingkungan, Status Ekonomi. (NANDA 2005-2006:
9-11)

4. Sumber Koping dan mekanisme koping yang digunakan.


Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping
dilingkungan.

a. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis
mekanisme koping sebagai berikut;

1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari


dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan,
Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan
personal.

2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas


ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.

5. Tanda dan gejala yang perlu dikaji:


a. Perilaku. Ditandai dengan dengan Produktivitas menurun,
Mengamati dan waspada, Kontak mata jelek, Gelisah, Melihat
sekilas sesuatu, Pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling,
pergerakan lengan/ tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan

81
merubah peristiwa dalam hidup, Insomnia, Perasaan gelisah.
1) Afektif
Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita
berlebihan, Nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara
menetap, Gemeretak, Ketidak pastian, Kekhawatiran meningkat,
Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak adekuat, Ketakutan,
Distressed, Khawatir, prihatin dan Mencemaskan
2) Fisiologis
Suara bergetar, Gemetar/ tremor tangan, Bergoyang-goyang,
Respirasi meningkat (Simpatis), Kesegeraan berkemih
(Parasimpatis), Nadi meningkat (Simpatis), Dilasi Pupil (
Simpatis) Refleks-refleks meningkat (Simpatis), Nyeri abdomen
Gangguan tidur.
3) Kognitif
Hambatan berfikir, Bingung, Preokupasi, Pelupa, Perenungan,
Perhatian lemah, Lapang persepsi menurun, Takut akibat yang
tidak khas, Cenderung menyalahkan orang lain., Sukar
berkonsentrasi, Kemampuan berkurang terhadap : (Memecahkan
masalah dan belajar), Kewaspadaan terhadap gejala fisiologis,

E. Penatalaksanaan dan Perawatan pasien ansietas/kecemasan


1) Teknik Relaksasi Nafas

Dengan cara menghirup nafas lewat hidung dan menghembuskan


lewat mulut dengan mengendurkan dan mengerutkan otot-otot

2) Pengalihan situasi atau distraksi

Dilakukan dengan cara pada saat ada rasa cemas pasien melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi rasa cemas, misal: menonton TV,
memasak, pergi liburan

3) Terapi hipnotis 5 Jari

Dengan cara sebelum nya setiap kegiatan kita melakukan relaksasi


nafas dalam baru melakukan bayangkan kalau dalam keadaan
sehat, bayangkan dalam keadaan berada ditengah orang yang kita
sayangi, bayangkan mendapatkan penghargaan, dan bayangnkan
berada dilingkungan yang kita senangi

4) Spritual

Dengan cara malakukan kegiatan spritual, misal zikir, istigfar dll.

83
Lampiran II Leaflet
Lampiran III Dokumnetasi Kegiatan

85
Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Antisipasi Kecemasan di Sungai Alang Wilayah Kerja UPT Karang
Intan 2 Kabupaten Banjar

1. Hari/ tanggal pelaksanaan : Jumat, 04 November 2022


2. Waktu : 14.30 – 15.00 WITA
3. Sasaran : Warga di Desa Sunga Alang
4. Moderator : Winda Lestari, S.Ke
5. Penyaji : Novita Dewi. K.I, S.Kep
6. Observer : Robiatul Adawiyah, S.Kep
7. Fasilitator : Irene Adelina S, S.Kep dan Usman, S. Kep
8. Media : PPT dan leaflet
9. Evaluasi Input
a. Tempat penyuluhan di rumah warga pasien di Desa Sungai Alang RT
01
b. Materi dan media telah disiapkan sebelum kegiatan penyuluhan
c. Tim penyuluh hadir sebelum waktu penyuluhan untuk menyiapkan
sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan
d. Peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan sebanyak 65 orang
e. Acara dimulai tepat waktu yaitu jam 14.30 WITA
10. Evaluasi Proses
a. Kegiatan pendidikan kesehatan selesai sesuai dengan yang
diperkirakan yaitu sekitar ± 30 menit.
b. Wargatampak kooperatif dalam mendengarkan materi dan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh pemateri
c. Terdapat 2 peserta yang mengajukan pertanyaan kepada pemateri,
yaitu :
1) Apa itu kecemasan?
2) Bagaimana cara mengatasi gangguan tidur?
d. Peserta dapat menjawab pertanyaan dari moderator yaitu :
1) Apa saja tanda gejala dari kecemasan?

87
2) Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menanangani
kesemasan?
11. Evaluasi Hasil
a. Peserta mengatakan memahami tentang materi penyuluhan yang
disampaikan.
b. Peserta menerima secara positif terkait materi yang diberikan oleh
penyuluh
c. Penyaji memberikan 2 pertanyaan pada peserta dan 2 jawaban
dijawab dengan benar.
12. Saran
Saran agar pendidikan kesehatan di desa Sungai Alang mengenai kesehatan
jiwa dapat lebih sering untuk dilaksanakan dan diprogramkan agar
masyarakan dapat mencapai kesehatan jiwa yang optimal.
LAPORAN HASIL KEGIATAN
SENAM ANTI GALAU : SENAM AEROBIC LOW IMPACT
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG INTAN 2

04 November 2022

Disusun Oleh:
Kelompok F

Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064


Novita Dewi K. I, S.Kep. 2130913720002
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2130913310022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022

89
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL KEGIATAN


SENAM ANTI GALAU : SENAM AEROBIC LOW IMPACT
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG INTAN 2

04 November 2022

Kelompok F

Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064


Novita Dewi K. I, S.Kep. 2130913720002
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2130913310022

Banjarbaru, 4 November 2022

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructor

Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Nor Ella Dayani, S.Kep.,Ns


NIPK. 19801215 200812 2 003 NIP. 199210272022032005

LAPORAN HASIL KEGIATAN


SENAM ANTI GALAU : SENAM AEROBIC LOW IMPACT
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG INTAN 2

Pokok Bahasan : Senam Anti Galau (Senam Aerobic Low Impact)

Waktu pertemuan : 15.00 wita

Hari/Tanggal : Jum’at/ 04 November 2022

Tempat : Desa Sungai Alang


Sasaran : Warga Desa Sungai Alang

I. Tujuan

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan kegiatan senam diharapkan warga mampu memahami pentingnya


olahraga bagi Kesehatan jiwa.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan kegiatan, peserta diharapkan dapat :


1) Memahami manfaat dari senam Aerobic Low Impact
2) Mengikuti demonstrasi cara senam Aerobic Low Impact

II. Metode
Mendemonstrasikan senam Aerobic Low Impact
III. Media
a. Speaker
b. Video Senam Aerobic Low Impact
c. Laptop
IV. Setting Tempat

1 2 3

91
Keterangan :

1. Pemandu senam
2. Pemandu senam
3. Pemandu senam

4. Fasilitator

5. Observer

V. Kegiatan Peserta

NO WAKTU KEGIATAN
PERSENTATOR AUDIENS
1. 5 Menit Pembukaan : a. Membalas Salam
a. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
b. Menjelaskan tujuan senam c. Memberi respon
Aerobic Low Impact yang
telah disepakati
c. Kontrak Waktu
2. 30 Menit Kegiatan Inti : a. Mengatur barisan
a. Mengatur barisan peserta b. Melakukan pemanasan
b. Pemanasan c. Mengikuti senam Aerobic
Low Impact
c. mengikuti bersama cara senam
Aerobic Low Impact

3. 10 Menit Evaluasi : a. Hasil evaluasi yang


a. Mengevaluasi hasil dari senam dirasakan dari senam
Aerobic Low Impact Aerobic Low Impact
b. Memberi respon
b. Memberikan reinforcement
kepada peserta

4. 5 menit Penutup :
a. Menyimpulkan hasil senam a. Aktif bersama

Aerobic Low Impact menyimpulkan

b. Memberi salam penutup b. Membalas salam

VI. Pengorganisasian Kelompok


a. Pemandu senam : Usman, Winda Lestari, Irene Adelina Silalahi
Tugas : memandu senam Aerobic Low Impact dan
mendemonstrasikan senam Aerobic Low
Impact

b. Observer : Robiatul Adawiyah


Tugas : mengamati jalannya kegiatan, mengevaluasi kegiatan,
Mencatat perilaku verbal dan non verbal.

Fasilitator : Novita Dewi Kartika Indah

Tugas : Menyediakan perlangkapan yang dibutuhkan untuk


Senam, ikut bergabung diantara barisan peserta.

93
VII. Evaluasi
A. Evaluasi Struktur
b. Ruang kondusif untuk kegiatan.
c. Peralatan memadai dan berfungsi.
d. Media tersedia dan memadai.
e. SDM memadai.
B. Evaluasi Proses
a. Ketepatan waktu pelaksanaan.
b. Peran serta aktif dari audiens
c. Kesesuaian peran dan fungsi dari kegiatan
d. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan.
C. Evaluasi Hasil
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai :
a. Peserta dapat mendemonstrasikan senam Aerobic Low Impact dengan benar
b. Peserta dapat mengambil manfaat dari senam Aerobic Low Impact.

Referensi :
Ayu, W. S. (2018) Diagnosis Dan Patofisiologi Gangguan Depresi Mayor.
Denpasar.
Candrawati, S., Sulistyoningrum, E., Agung Prakoso, D. B., & Pranasari, N. (2016).
‘Senam Aerobik Meningkatkan Daya Tahan Jantung Paru dan Fleksibilitas’.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(1), 6973.
Hardianti, S. (2019). ‘Pengaruh Senam Aerobik terhadap penurunan tekanan darah
pada ibu-ibu PKK kelurahan Buakana kecamatan Rappocini kota Makassar’.
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR).
Hellerstein, M. (2020). ‘What are the roles of antibodies versus a durable, high
quality T-cell response in protective immunity against SARS-CoV-2?
[Review]’. Vaccine: X, 6.
Hutama, B. M. R. P. (2020). ‘Pengaruh brain gym terhadap tingkat stress pada
remaja prodi S1 Keperawatan Di Stikes Muhammadiyah Klaten’. (Doctoral
dissertation, STIKES Muhammadiyah Klaten).
Jayanti, K. D., & Or, M. (2021). Senam Aerobik. Media Sains Indonesia.
Nugraheningsih, G., & Saputro, Y. A. (2020). ‘Hasil pengabdian pada masyarakat
pelatihan senam aerobic untuk meningkatkan kebugaran jasmani’. KoPeN:
Konferensi Pendidikan Nasional, 2(1), 109-111.
Pomatahu, A. R. (2015). Senam Aerobik (Mosesahi) Untuk Kesehatan Paru.
Gorontalo: Ideas Publishing.
Prashobhith, K. P. (2015). Effect of Low Impact Aerobic Dance Exercise On VO₂
Max Among Sedentary Men Of Kannur (District) Of Kerala. American
STIKES Santa Elisabeth Medan 80 International Journal of Research in
Humanities,ArtsandSocialSciences: ISSN,
(http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.919.7302
&rep=rep1&type=pdf.

Purnamasari, M. et al. (2012) Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap


Penurunan Tingkat Depresi.
Purwanto, A., & Setyoningrum, U. (2021). ‘Hubungan Proses Pembelajaran Daring
Dengan Tingkat Stress Selama Pandemik Covid-19 Pada Mahasiswa Prodi S1
Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo’. (Doctoral dissertation, Universitas
Ngudi Waluyo).
Rosidah, N. (2013). ‘Perbedaan Pengaruh Latihan Senam Aerobik Low Impact Dan
Mix Impact Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani Pada Siswa Putri Smk
Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013’.
Saam, Z., & Wahyuni, S. (2014).Psikologi Keperawatan. Raja Grafindo.
Salama (2015) Pengaruh senam terhadap penurunan tingkat stres santri kelas vii
pondok pesantren darunnasyi’in kalimantan barat. Universitas Tanjungpura.

Sulistyowati, R. (2020). ‘Pengaruh Aromaterapi Lavender secara Masase terhadap


Tekanan Darah dan Tingkat Stres Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes
Palangka Raya’. Jurnal Surya Medika (JSM), 5(2), 100-107.
Yusnia, A. (2020) Senam Aerobik Low Impact sebagai Intervensi pada Anggota
Keluarga dengan Hipertensi di Jorong Tigo Surau Kenagarian Koto Baru
Kecamatan Baso Tahun 2020.

95
Lampiran I Materi

I. Definisi Senam Aerobic

Aerobic berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobic erat dengan oksigen. Dan
aerobic berdasarkan istilahnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti hidup dengan
udara atau oksigen, maka dalam perkataan aerobic berarti kegiatan fisik yang
membutuhkan udara atau oksigen untuk menunjang aktivitas tubuh kita (Rosidah, 2013).
Olahraga aerobic adalah latihan yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran
oksigen, contohnya senam. Senam aerobic merupakan latihan yang menggabungkan
berbagai macam gerak, berirama, teratur dan terarah, serta pembawaanya yang riang.
Senam aerobic mempunyai susunan latihan yang seimbang antara upper body dan lower
body.

Gerakan yang dipilih mudah, menyenangkan dan bervariasi sehingga memungkinkan


seseorang untuk melakukan secara teratur dalam kurun yang lama (Pomatahu, 2015).
Senam aerobic merupakan latihan yang menggabungkan berbagai gerak, berirama, teratur
dan terarah serta pembawaannya yang menggembirakan karena didukung jenis music
yang riang (Hellerstein, 2020). Senam aerobic merupakan olahraga untuk peningkatan
kesegaran jasmani, meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru, meningkatkan
kekuatan otot, meningkatkan kelentukan, dapat mengurangi kebosanan, stres, depresi dan
kecemasan hal positif yang dapat dirasakan manfaatnya bagi pesenam yang aktif
mengikuti senam dan dapat dilakukan secara massal. Berdasarkan menurut para ahli
diatas senam aerobic merupakan olahraga yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani
serta dapat meningkatkan kondisi fisik umum seperti daya tahan tubuh, kekuatan,
kelentukan, koordinasi, membentuk prestasi, membentuk tubuh yang ideal, dan
memelihara, kesehatan tubuh serta dapat mengurangi stres, depresi dan kecemasan atau
kebosanan seseorang (Nugraheningsih and Saputro, 2020).

Menurut Wicaksono (2011), senam aerobic adalah olahraga yang dilakukan secara terus
menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Latihan aerobic dimulai
dengan pemanasan selama 5 menit kemudian diikuti dengan Latihan pokok dengan
mengukur maksimum detak jantung dengan pencapaian 220 dikurangi usia yang sedang
berlatih per menit (DNM). Latihan ini dilakukan selama 20 menit, namun bila dilakukan
setiap hari atau bila tidak ada waktu boleh dilakukan 3x30 menit per minggu
(Hanisaningrum, 2020). Tarian

II. Klasifikasi Senam Aerobic

Menurut Jayanti pada tahun 2021 senam aerobic dapat dibagi sebagai berikut :
1) High Impact Aerobic (senam aerobik aliran / gerakan keras)

Senam aerobic high impact merupakan salah satu bentuk senam aerobic. Dimana
pelaksanaannya pada waktu melakukan senam ada saat kedua kaki melayang,
sehingga gerakannya berupa gerakan lari, melompat, dan melempar kaki. Senam
aerobic juga biasa digunakan pada tingkatan yang sudah terlatih yang berguna untuk
meningkatkan intensitas latihan dengan gerakan music yang lebih cepat. Gerakan
yang digunakan pun seperti step-step vertikal, melompat, jogging dan diiringi
memutar (twist). Hal tersebut menyebabkan resiko cedera pun akan lebih besar
dibandingkan jenis senam lain. Senam ini juga sangat baik dilakukan sebagai senam
lanjutan bagi individu yang ingin memiliki berat badan yang baik. Hal tersebut
dikarenakan gerakan pada senam aerobic high impact, latihan-latihan yang sangat
membutuhkan kelincahan, kecepatan, power yang bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan dikarenakan intensitasnya dari sedang ke tinggi. Pelaksanaanya pun
dilakukan setelah pemanasan 5-10 menit dengan tempo antara 100-120 ketukan per
menit dan dilanjutkan dengan gerakan high impact selama 20-30 menit dengan tempo
140-170 ketukan per menit (Jayanti, 2021).

2) Senam Aerobic Low Impact

Latihan senam aerobic low impact merupakan salah satu bentuk Latihan dalam
senam aerobic. Pelaksanaan senam aerobic low impact adalah kedua kaki atau salah
satu kaki selalu menyentuh lantai, gerakan yang digunakan adalah gerakan jalan
cepat. Senam aerobic biasanya diperuntukkan bagi pemula. Irama yang digunakan
pun agak lambat dan bertahap dari ketukan yang pelan hingga ketukan yang agak
cepat. Gerakan yang digunakan gerakan pendek seperti Langkah yang
pendek,gerakan kaki yang menggeser ke samping, melangkah ke depan, menyilang
dan jalan di tempat. Latihan ini sangat cocok untuk peningkatan daya tahan
dikarenakan intensitas latihannya yang cenderung rendah dan dapat dilakukan dalam
97
durasi yang lama. Senam ini juga sangat cocok bagi individu yang memiliki berat
badan diatas normal. Senam ini akan membantu mengurangi beban pada persendian
yang akhirnya bertujuan untuk membakar lemak dan mengubah proporsi tubuh.
Pelaksanaan senam aerobic low impact ini dilakukan setelah pemanasan selama 5-10
menit dengan tempo 100-120 ketukan per menit, kemudian dilanjutkan dengan
senam inti selama 20-30 menit dengan tempo 138-144 ketukan per menit (Jayanti,
2021). Berikut prinsip yang digunakan dalam senam aerobic.

low impact :
a. . Frekuensi
Frekuensi latihan adalah berapa kali latihan intensif yang dilakukan oleh
seseorang. Frekuensi latihan untuk senam aerobik dilakukan 2-5 kali seminggu.
Apabila frekuensi latihan lebih dari 5 kali maka dikhawatirkan tubuh tidak cukup
beristirahat dan melakukan adaptasi kembali ke keadaan normal sehingga dapat
menimbulkan sakit atau over training. Untuk itu senam aerobik cukup dilakukan
3 kali selama seminggu (Yusnia, 2020).

b. Intensitas
Intensitas latihan sangat diperlukan dalam mencapai target heart rate. Intensitas
latihan yang baik berada dalam rentang 70-85% dari denyut nadi maksimal.
Intensitas latihan adalah lama waktu atau bobot latihan yang dilakukan selama
melakukan senam aerobic low impact. Latihan sebaiknya antara 70-85 persen
dari denyut jantung maksimum. Untuk pemula dengan kesehatan yang baik 70 %
denyut jantung maksimum sangat bagus (Yusnia, 2020).

a) Intensitas ringan : < 60 % maximum heart rate (MHR)


b) Intensitas sedang : 60 – 79 % maximum heart rate (MHR)
c) Intensitas tinggi : 80 – 89 % maximum heart rate (MHR)
c. Time
Waktu atau lamanya latihan sebaiknya bertahap ditingkatkan antara 15-60 menit.

d. Durasi
Intensitas latihan yang berat membutuhkan waktu yang lebih pendek
dibandingkan dengan intensitas latihan yang ringan. Latihan dengan tempo yang
terlalu lama atau terlalu pendek akan memberikan hasil yang kurang efektif.
Dalam senam aerobik total waktu latihan yang baik umumnya antara 15-60
menit dalam satu sesi latihan.
3) Senam aerobic mix impact
Senam ini disebut mix impact dikarenakan gerakan yang ada pada senam ini
merupakan gabungan dari gerakan high impact dan low impact. Gerakan yang
digunakan adalah gerakan tumit mengangkat tetapi jari kaki tetap menyentuh lantai.
Contoh gerakannya seperti gerakan twist, menekan, sentakan, dan lain-lain.
Pelaksanaan mix impact ini dapat dilakukan setelah pemanasan 5-10 menit dengan
tempo 100-120 ketukan per menit. Kemudian dilanjutkan dengan latihan inti selama
20-30 menit dengan tempo 140-160 ketukan per menit. Cocok untuk usia 20 hingga
30 tahun. Adapun sistematika penyajian senam aerobic mix impact adalah dimulai
dengan pemanasan yang bertujuan untuk peningkatan suhu tubuh secara bertahap dan
peningkatan elasitas otot dan ligamen di sekitar persendian lalu dilanjutkan dengan
gerakan inti yang terbagi menjadi dua bagian yang berlangsung antara 15-30 menit
dengan intensitas cukup berat yang disesuaikan dengan kemampuan fisik individu,
kemudian terakhir adalah pendinginan untuk menurunkan frekuensi denyut nadi
secara bertahap hingga normal pendinginan juga dilakukan guna mengurangi
penumpukan dari asam laktat yang merupakan sisa pembakaran dalam otot (Jayanti,
2021).

III. Manfaat Senam Aerobic bagi Kesehatan tubuh

Senam aerobic dapat menguatkan daya tahan jantung dan paru-paru, juga dapat membentuk
otot bagian tubuh. Senam ini juga bisa dilakukan dengan intensitas sedang dan dapat
dilakukan pada semua kalangan usia dikarenakan gerakan yang mudah dipahami dan
dilakukan secara tersusun, teratur, dan berulang (Candrawati, Sulistyowati, Prakoso and
Pranasari, 2016). Menurut Jayanti (2021)

senam aerobic memiliki manfaat sebagai berikut :

1) Meningkatkan Kesehatan jantung


Jantung adalah salah satu organ penting di dalam tubuh. Senam aerobic akan membantu
meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan memberikan peningkatan kekuatan
pada jantung. Hopkins medicine menyarankan senam ini dilakukan sebanyak 3 kali
dalam seminggu selama 30 menit per hari untuk menyehatkan jantung.
2) Menjaga Berat Badan

99
Untuk mendapatkan berat badan ideal, makanan yang dikonsumsi serta asupan nutrisi
yang cukup sangat dibutuhkan, namun hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
dengan berolahraga. Salah satu olahraga mampu membantu menurunkan berat badan
adalah senam aerobic. Hal ini dikarenakan senam aerobic dapat mengurangi massa
tubuh dan lemak.
3) Meningkatkan Stamina
Jika melakukan senam aerobic secara teratur, secara perlahan stamina akan meningkat
hal tersebut dikarenakan kekuatan jantung, paru-paru, tulang serta otot pun meningkat.
4) Meningkatkan Mood dan Mengurangi Stres
Selain membuat tubuh menjadi bugar, senam aerobic juga dapat membantu menjaga
kesehatan pikiran. Dikarenakan dengan melakukan senam aerobic dapat membuat
pikiran menjadi rileks dan meningkatkan mood yang akhirnya dapat mengurangi stres.
5) Meningkatkan Metabolisme Tubuh
Senam aerobic dapat membantu membakar kalori yang pada akhirnya menguatkan
fungsi metabolisme pada tubuh.
6) Meningkatkan Daya Ingat
The journal of physiology menguraikan bahwa latihan aerobic dapat mengurangi
hilangnya jaringan otak selama penuaan. Selain itu, dapat membantu meningkatkan daya
ingat dan menyimpannya lebih lama diikuti dengan perjalanan usia.
7) Mengurangi Resiko Terkena Penyakit
Kegiatan olahraga seperti senam aerobic dapat membantu kestabilan tekanan darah.
Oleh karena itu, senam aerobic efektif dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit
semisal gangguan pada jantung dan stroke.

IV. Efek Fisiologis dari Senam Aerobic Low Impact

Senam aerobic dapat meningkatkan hormon bahagia dalam otak seperti endorphin dan
serotonin. Senam juga dapat mencegah meningkatnya hormone kortisol dan epinefrin,
sebagai hormon depresan yang membuat seseorang merasa stres dan cemas. Latihan senam
atau olahraga tidak hanya penting untuk memelihara kebugaran fisik, tetapi juga kesehatan
mental (Aini, 2018). Pada saat senam detak jantung dapat kecepatan kerjanya meningkat dan
terjadi peningkatan tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah sehingga menyebabkan
peningkatan frekuensi napas. Peningkatan tekanan darah yang dialami dapat menurunkan
sekresi ACTH (Adrenocorticotropin Hormon) dan kadar kortisol yang dibawa ke otak.
Produksi serotonin dan endorfin pada otak akan terangsang setelah terjadi penurunan ACTH
sehingga menimbulkan rasa nyaman dan rileks (Haruyama, 2011 dalam Sabila, 2020). Efek
hormon endorfin tidak dapat dirasakan tanpa serotonin sehingga seseorang mudah
mengalami stres. Pada saat senam, tubuh seseorang akan terasa rileks, Munculnya hormon
beta-endorphin saat tubuh rileks menyebabkan penurunan stres. Hormon serotonin berfungsi
dalam meningkatkan perasaan bahagia, tenang, nyaman serta adanya keseimbangan
psikomotor. Hormon endorphin berfungsi untuk menekan sinyal nyeri yang masuk kedalam
sistem saraf dengan mengaktifkan pengaturan nyeri serta memberikan efek relaksasi pada
tubuh. Sedangkan hormon melatonin berfungsi merilekskan otot-otot tubuh, mengurangi
gelisah serta ketegangan yang diakibatkan faktor pencetus dari stres ( Hutama,2020).

Olahraga secara rutin dapat menurunkan gejala stres melalui berupa mekanisme neurologis.
Olahraga dapat memodulasi beberapa parameter seperti hormon dan neurotropik. Olahraga
dapat meningkatkan pelepasan neurotransmitter yang dibantu oleh aktivasi Brain-derived
Neurotrophic Factor (BDNF). Peningkatan BDNF, VEGF dan IGF-1 di hipokampus
berguna untuk pertumbuhan sel saraf dan meningkatkan regulasi hormon stres yaitu kortisol
pada aksis hipotalamus-hipofisis adrenal (HPA) dan pelepasan sitokin pro-inflamasi
menurun sehingga gejala stres berkurang (Handayani et.al, 2020).

V. Indikasi dan Kontraindikasi Senam Aerobic

Senam aerobic memiliki beberapa indikasi dan kontraindikasi, diantaranya sebagai berikut:

1) Indikasi
Ada beberapa indikasi ketika akan melakukan senam aerobic ini diantaranya seseorang
yang mengalami gangguan tidur, gangguan keseimbangan serta hipertensi hingga
gangguan emosi dan mental (Sabila, 2020).

2) Kontra Indikasi
Kontraindikasi dalam penerapan senam aerobic adalah seseorang yang mempunyai
riwayat penyakit diabetes melitus, gagal jantung, infark miokard hingga seseorang yang
sedang demam, pusing dan batuk (Sabila, 2020).

VI. Prosedur Pelaksanaan Senam Aerobic Low Impact

Adapun prosedur pelaksanaan senam aerobic low impact sebagai berikut (Rasak Y.A, 2022):

No Kegiatan Gambar
1. Menyiapkan Tempat

101
2. Menyiapkan Peserta dan Mengatur Posisi
3. Menjelaskan pada peserta mengenai
prosedur yang akan dilakukan dalam
senam (informed consent)
4. Pemanasan ( Warming up )

a. Jalan ditempat yang diiringi dengan


a.
gerakan kepala menunduk
menengadah, menoleh kanan dan kiri,
masing-masing dilakukan 8 hitungan.
b. Basic biceps
- Kedua tangan lurus ke bawah
dengan bagian dalam lengan
menghadap kedepan.
- Menekuk lengan bawah hingga
menempel dengan lengan atas.
- Dilakukan 2 x 8 hitungan. b.
c. Butterfly
- Telapak tangan menggenggam
kedua tangan didepan wajah,
lengan
- atas, lengan bawah ditekuk siku.
- Membuka tangan ke samping
sejauh mungkin.
- Dilakukan sebanyak 2 x 8 hitungan

c.
5. Gerakan Inti a.
a.Single step
Langkahkan kaki kanan ke arah kanan
lanjutkan dengan membawa kaki kiri
ke arah kanan dan menutup Langkah
b. Double step
Langkahkan kaki kanan ke arah kanan,
lanjutkan dengan membawa kaki kiri
ke arah kanan dan menutup langkah
(Lakukan hitungan 1 sekali lagi / kearah b.
kanan).
c. V-Step atau langkah segitiga
- Langkah kaki kanan ke arah kanan
depan.
- Langkah kaki kiri ke arah kiri depan.
- Bawa kembali kaki kanan ke posisi
awal.
- Bawa kaki kiri kembali keposisi awal.
d. Berjalan
Melangkah maju mundur. Hampir sama
dengan double step, hanya dalam
penggunaan langkah kaki kiri tidak
menutup langkah kekiri kanan (pada c.
hitungan pertama) melainkan bahwa kaki
kiri di belakang kaki kanan. Salah
menapak di lantai, kaki lainnya
digunakan untuk mengangkat lutut.

d.

103
6. Pendinginan a. b.
Pada fase ini hendaknya melakukan dan
memilih gerakan-gerakan yang mampu
menurunkan frekuensi denyut nadi untuk
mendekati denyut nadi normal.Pemilihan
gerakan pendinginan ini harus merupakan
gerakan penurunan dari intensitas tinggi
ke rendah

c. d.

VII. Pengaruh Senam Aerobic terhadap Stres, Depresi dan Kecemasan


Terdapat perbedaan tingkat daya tahan tubuh seseorang yang mengikuti senam aerobic dan
yang tidak mengikuti senam aerobic. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya daya
tahan tubuh seseorang yang setelah mengikuti senam aerobic. Senam aerobik dapat
meningkatkan kadar endorfin untuk mengimbangi gejala depresi, kecemasan serta stres dan
meningkatkan suasana hati. Ketika seseorang melakukan senam secara teratur maka tubuh
dapat menghasilkan endorfin. Pada sistem saraf perifer, endorfin berikatan dengan reseptor
opiat diujung serat nyeri aferen. Endorfin yang dihasilkan ketika berolahraga senam
Endorfin yang dihasilkan ketika berolahraga senam kemudian dialirkan ke seluruh tubuh,
sebagai analgesik alami didalam tubuh (Farah, Hidayat and Khadijah, 2020). Latihan fisik
dapat mengurangi stres dan akibat dari stres seperti kecemasan dan depresi hal ini
dikarenakan senam aerobic dapat meningkatkan kadar epinefrin di otak, orang yang
bergembira mempunyai kadar epinefrin yang tinggi (Purwanto, 2011 dalam Ritonga, 2018).
senam aerobic dengan gerakan yang lambat dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik
seseorang, senam aerobic merupakan terapi ekspresif dan didasarkan pada keyakinan bahwa
pikiran dan tubuh sedang bekerja sama saat melakukan senam aerobic. Saat melakukan
senam aerobic seseorang dapat mengekspresikan emosi terdalam, dan hal ini merupakan
terapi yang sangat baik untuk stres, depresi dan kecemasan. Senam aerobik dengan gerakan
intensitas rendah merupakan cara yang menyenangkan dan aman untuk berolahraga yang
dapat meningkatkan kesejahteran fisiologis dan psikologis seseorang (Johar, 2015). Orang
yang mengalami penurunan kesehatan mental membutuhkan perhatian yang lebih hal
tersebut dikarenakan kesehatan mental seseorang memberikan dampak buruk bagi proses
kehidupan, terapi komplementer yang baik untuk mengatasi gejala-gejala dari penurunan
Kesehatan mental tersebut adalah senam aerobic low impact. Senam aerobic low impact
dapat memperkuat tubuh termasuk tulang yang menahan menahan beban dan mendorong
otot-otot jantung untuk bekerja secara optimal. Latihan ini dapat meningkatkan sirkulasi
oksigen ke jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk kelancaran fungsi tubuh. Senam
aerobic merupakan olahraga yang efektif untuk mengurangi kecemasan, ketegangan dan
depresi dari segala rutinitas kita sehari-hari (Prashobhit, 2015 dalam Ritonga, 2018).

105
Lampiran II Dokumentasi
Laporan Hasil Kegiatan

SILAU (Senam Anti Galau) di Sungai Alang Wilayah Kerja UPT Karang
Intan 2 Kabupaten Banjar

1 Hari/ tanggal pelaksanaan : Jumat, 04 November 2022


2 Waktu : 15.00 – 15.15 WITA
3 Sasaran : Warga di Desa Sunga Alang
4 Instrktur : Usman, S.Kep
- Irene Adelina S, S.Kep
- WindaLestari, S. Kep

5 Fasilitator : Novita Dewi. K.I, S.Kep


6 Observer : Robiatul Adawiyah, S.Kep
7 Media : Video senam dan sound system
8 Evaluasi Input
a. Tempat penyuluhan di rumah warga di Desa Sungai Alang
b. media telah disiapkan sebelum kegiatan penyuluhan
c. Tim hadir sebelum waktu penyuluhan untuk menyiapkan sarana dan
prasarana kegiatan
d. Peserta yang mengikuti senam sebanyak 30 orang
e. Acara dimulai tepat waktu yaitu jam 15.15 WITA
9. Evaluasi Proses
a. Kegiatan senam selesai sesuai dengan yang diperkirakan yaitu sekitar ± 15
menit.
b. Warga tampak kooperatif dan antusias dalam mengikuti senam
10. Evaluasi Hasil
a. Peserta menerima secara positif terkait senam yang dilakukan oleh tim
b. Terdapat 2 peserta yang dapat mencontohkan gerakan SILAU

11. Saran
Agar kegiatan senam sehat jiwa dapat dilakukan secara rutin di desa Sungai
Alang dan diprogramkan supaya masyarakan dapat mencapai kesehatan fisik
dan mental yang optimal.
LAPORAN HASIL KEGIATAN
DETEKSI DINI KESEHATAN MENTAL DENGAN SKRINING (SINI KEMARI)
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG INTAN 2

04 November 2022

Disusun Oleh:
Kelompok F

Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064


Novita Dewi K. I, S.Kep. 2130913720002
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2130913310022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL KEGIATAN


DETEKSI DINI KESEHATAN MENTAL DENGAN SKRINING (SINI
KEMARI)
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG INTAN 2

04 November 2022

Kelompok F

Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064


Novita Dewi K. I, S.Kep. 2130913720002
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2130913310022

Banjarbaru, November 2022

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instructor

Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Nor Ella Dayani, S.Kep.,Ns


NIPK. 19801215 200812 2 003 NIP. 19921027 202203 2 005
LAPORAN HASIL KEGIATAN
DETEKSI DINI KESEHATAN MENTAL DENGAN SKRINING (SINI
KEMARI)
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG INTAN 2

Pokok Bahasan : Deteksi Dini Kesehatan Mental Dengan Skrining

Waktu pertemuan : Pengajian rutin warga Desa Sungai Alang

Tempat : Rumah warga RT 01 di Desa Sungai Alang


Sasaran : Warga Desa Sungai Alang

I. Tujuan
a. Tujuan Umum

Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap

terhadap masalah kesehatan jiwa

b. Tujuan Khusus

Dengan adanya deteksi dini berupa skrining, diharapkan dapat :

1. Terlaksananya program Kesehatan jiwa sesuai standar


2. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran
masyarakat terhadap Kesehatan jiwa.
3. Meningkatkan upaya untuk mencegah gangguan jiwa secara dini.
4. Terdeteksi dan tertanggulanginya masalah kesehatan jiwa secara
dini
5. Mengoptimalkan penderita gangguan jiwa yang mulai membaik
untuk bisa mandiri
II. Metode Dan Sarana
1. Adanya tempat pelayanan kesehatan jiwa
2. Adanya pelayanan kesehatan dasar dan dibantu oleh kader Kesehatan
jiwa untuk melakukan skrining dengan menggunakan kuisioner.

3. Adanya petugas puskesmas yang memberikan pelayanan


kesehatan jiwa (dokter/perawat/bidan).Adanya kader
kesehatan jiwa yang membantu memberikan pembinaan
kepada pasien jiwa yang hampir sembuh, agar ada kegiatan
yang positif untuk membantu pasien agar lebih mandiri.

III. Media
Media yang digunakan untuk melakukan deteksi dini Kesehatan mental
dengan skrining adalah Kuisioner.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Deteksi Dini Kesehatan Mental Dengan


Skrining dilakukan setiap tiga bulan dengan melibatkan lintas
program dan jaringan yang ada di puskesmas karang intan 2.

NO JENIS KEGIATAN KETERANGAN


1. Melaksanakan deteksi dini penjaringan penderita
luar gedung dengan melibatkan kader,tokoh
masyarakat dan pemerintah desa.
2. Kerjasama lintas sektor dan bidan desa dalam
penyuluhan kesehatan di desa binaan dengan
menitik beratkan pada sektor program kesehatan
jiwa.
3. Melaksanakan deteksi dini pemeriksaan dalam
gedung poli klinik rawat jalan dengan metode
klasifikasi jenis gangguan jiwa dengan kode ICD
F
4. Meningkatkan penyuluhan kesehatan ke desa
binaan (Ds.Sungai Alang)
5. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang
efektif.
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
V. Kerangka Kegiatan
VI. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan pada :
BULAN

KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
X
Kunjungan
rumah

VII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


1. Evaluasi pelaksanaan dilakukan oleh petugas kesehatan jiwa
2. Laporan pembinaan dibuat 1 bulan dalam bentuk laporan bulanan

VIII. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Pencatatan dan pelaporan hasil pembinaan dilakukan oleh petugas dan
melaporkan kepada pimpinan,pihak-pihak terkait tentang hasil
pembinaan,dokumentasi penunjang dan foto kegiatan.

REFERENSI :

Achmad Haryadi, 2001. Buku Penuntun Praktis Pelayanan Kesehatan


Jiwa.
Dirjen. pelayanan Medik RSJ Pusat Jakarta.

Kaplan and Sadock, 1996. Synopsis of Psychiatry. Williams & Wilkin,


Philadelphia

Kemenkes RI. (2014). Stop stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ). Dipublikasikan pada: Jumat, 22 September
2017 15:00:00. Diunduh Pada : http://www.depkes.go.id
KESEHATAN JIWA

1. Kesehatan Jiwa
a. Definisi kesehatan jiwa
WHO (2005) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan lengkap
kesejahteraan fisik, mental dan sosial serta bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan. Dari definisi kesehatan tersebut, kesehatan mental
atau jiwa sangat jelas terintegrasi didalamnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Menurut UU RI no. 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa, yang dimaksud dengan “Kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut mampu menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya” (Kemenkes RI,
2014).

b. Karakteristik jiwa yang sehat

Kementrian Kesehatan RI (2012) menyebutkan individu dengan jiwa yang


sehat memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :
1) Menerima dirinya apa adanya dengan kriteria mampu mengatasi
perasaan-perasaan negatif atau positif dengan baik, memiliki harga diri
yang normal, tidak merendahkan maupun menyombongkan dirinya, dan
dapat menerima kehidupannya dengan baik.
2) Memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dengan kriteria dapat
mencintai dan dicintai, tidak berbuat curang maupun dicurangi oleh
orang lain, memiliki rasa kepercayaan terhadap orang lain, tidak
meremehkan pendapat orang lain, dan menjadi bagian dari kelompok.
3) Mampu menjalani kehidupannya secara terarah dengan kriteria memiliki
tujuan hidup yang realistis, dapat mengambil keputusan, memiliki rasa
tanggung jawab, dan menjalani pekerjaannya dengan senang hati.
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa
Kesehatan jiwa atau psikologis tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik
individu saja, tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi serta
lingkungan dimana orang tersebut berada. Berikut ini penjabaran dari
faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesehatan jiwa dan
kesejahteraan menurut WHO (2012) :
5) Karakteristik dan perilaku individu
Karakteristik dan perilaku individu berhubungan dengan kecerdasan
emosional dan kecerdasan sosial yang dimilikinya, serta dipengaruhi oleh
faktor genetiknya. Kecerdasan emosional berhubungan dengan
pembawaan seseorang serta kemampuan belajar untuk menghadapi
perasaan dan pikiran serta mengelola dirinya dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan kecerdasan sosial yaitu kapasitas untuk menghadapi
dunia sosial disekitarnya seperti mengambil bagian dalam kegiatan sosial,
bertanggung jawab atau menghormati pendapat orang lain. Dan faktor
genetik yang mempengaruhi karakteristik dan perilaku individu yaitu
bawaan individu semenjak lahir, seperti kelainan kromosom misalnya
down’s syndrome, atau cacat intelektual yang disebabkan oleh paparan
saat masih di kandungan serta kekurangan oksigen ketika dilahirkan.
6) Keadaan sosial dan ekonomi
Kapasitas seorang individu untuk mengembangkan resiko masalah
kesehatan jiwa sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial mereka sendiri,
dimana lingkungan sosial tersebut mengharuskan mereka untuk untuk
terlibat secara positif dengan anggota keluarga, teman, ataupun kolega,
dan mencari nafkah untuk diri mereka dan keluarga. Selain itu, keadaan
sosial ekonomi, seperti kesempatan yang terbatas atau hilang untuk
memperoleh pendidikan dan pendapatan, serta stres pekerjaan dan
pengangguran.
7) Keadaan lingkungan
Lingkungan sosial budaya dan geopolitik dimana individu berada juga
mempengaruhi diri mereka sendiri, rumah tangga, serta status kesehatan
mental dan kesejahteraannya. Keadaan lingkungan yang dapat
mempengaruhi diantaranya yaitu tingkat akses ke kebutuhan pokok dan
jasa, misalnya air, pelayanan kesehatan esensial, dan aturan hukum;
paparan yang mendominasi keyakinan sosial, budaya, sikap atau praktik;
kebijakan ekonomi yang dibentuk di tingkat nasional, misalnya sedang
berlangsungnya krisis keuanganan global.
WHO juga menjelaskan bahwa kesehatan mental dan gangguan mental
umum sebagian besar dibentuk oleh lingkungan sosial, ekomomi, dan fisik
tempat individu tersebut menetap (WHO, 2014). Faktor-faktor di atas dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa seseorang, sehingga dapat menjadi stresor
bagi individu. Individu dengan jiwa yang sehat mampu mengontrol dirinya untuk
menghadapi stresor yang ada serta selalu memiliki pikiran yang positif tanpa
adanya tekanan fisik dan psikologis (Nasir & Muhith, 2011).
2. Gangguan Jiwa
a. Definisi Gangguan Jiwa
Seseorang yang tidak mampu menghadapi atau mengatasi stresor tersebut
maka memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami masalah kejiwaan
(Nurjanah, 2004). Menurut UU RI no.18 tahun 2014 tentang kesehatan
jiwa, menyatakan bahwa “Orang dengan masalah kejiwaan yang
selanjutnya disingkat OMDK adalah orang yang mempunyai masalah
fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/ atau kualitas
hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa” (Kemenkes
RI, 2014).
Kesehatan mental atau jiwa memiliki hubungan timbal balik dengan
penyakit tidak menular, dimana kesehatan mental meningkatkan resiko
terjadinya penyakit tidak menular, luka dan kecelakaan, begitu juga
sebaliknya penyakit tidak menularkan, luka dan kecelakaan dapat
menyebabkan stres yang nantinya akan meningkatkan untuk terjadinya
gangguan kesehatan mental (Prince dkk dalam Isfandari & Lolong,
2014). Seseorang yang mengalami masalah kejiwaan secara terus-
menerus sehingga menjadi menumpuk, maka dapat menimbulkan
gangguan kesehatan fisik maupun jiwa (Kemenkes RI, 2013). Gangguan
jiwa merupakan sekumpulan gejala yang mengganggu pikiran, perasaan,
dan perilaku yang menyebabkan kehidupan seseorang menjadi terganggu
dan menderita sehingga tidak dapat melaksanakan fungsi sehari-hari
(Kemenkes RI, 2015).Gangguan jiwa secara langsung tidak akan
menyebabkan kematian, namun akan menyebabkan penderitanya
menjadi beban keluarga dan masyarakat sekitarnya, serta membuat
penderitanya menjadi tidak produktif (Efendi & Makhfudli, 2009).
Gangguan kesehatan jiwa bukan merupakan penyakit yang datangnya
secara tiba-tiba, namun merupakan akibat dari terakumulasinya
permasalahan yang dimiliki individu. Dengan demikian deteksi dini
masalah kesehatan jiwa dapat dilakukan, dimana dengan adanya deteksi
dini tersebut dapat membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih
berat (Adawiyah, 2012).
b. Faktor-faktor penyebab gangguan jiwa
1) Psikologis
Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam, seperti
peristiwa traumatik merupakan salah satu faktor penyebab yang
menjadi stresor seseorang untuk mengalami gangguan jiwa.
Psikologis akan terpengaruh dalam waktu yang panjang, saat
seseorang kesulitan untuk melupakan pengalaman traumatik.
Seseorang yang tidak mampu menanggulangi stresor, maka akan
berakibat pada timbulnya gejala-gejala dalam aspek kejiwaan,
berupa gangguan jiwa ringan maupun berat (Yosep, Puspowati, &
Sriati, 2009).
2) Genetik
Penelitian yang dilakukan oleh Yanuar (2011) mengenai analisis
faktor yang berhubungan dengan kejadian gangguan jiwa di Desa
Paringan Kabupaten Ponorogo, menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara genetik dengan kejadian gangguan jiwa.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Cloninger (1989)
dalam Yanuar (2011) yang mengatakan bahwa faktor genetik
memiliki kaitan yang erat terhadap gangguan jiwa terutama
gangguan persepsi sensori dan gangguan psikotik.

3) Lingkungan

Terdapat hubungan yang erat antara kondisi sosial dan lingkungan


sebagai stresor psikososial dengan timbulnya gangguan jiwa
(Efendi & Makhfudli, 2009).

4) Holistik elektik

Holistik elektik merupakan suatu konsep yang memandang


manusia sebagai satu kesatuan integral dari unsur-unsur
organobiologik, psikoedukatif, dan sosiokultural. Dari ketiga unsur
tersebut dapat menyebabkan gangguan jiwa, yang berarti gangguan
jiwa memiliki penyebab yang multi-faktorial (holistik). Faktor-
faktor lain yang turut andil menjadi penyebab gangguan jiwa
merupakan faktor tambahan (Elektik) (Darmabrata & Nurhidayat,
2003).

Konsep holistik elektik menggambarkan bahwa gangguan jiwa


dilandasi oleh faktor-faktor dasar atau predisposisi yang biasanya
merupakan faktor organobiologik atau psikoedukatif, yang
kemudian dimanifestasikan dengan beberapa gejala karena dipicu
oleh faktor stresor sosial yang merupakan faktor presipitasi
(Darmabrata & Nurhidayat, 2003).
c. Jenis gangguan jiwa
Gangguan jiwa secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian
yaitu gangguan psikiatrik organik dan gangguan fungsional. Gangguan
psikiatrik organik terbagi menjadi dua macam yaitu, gangguan organik
seperti karsinoma, gangguan endokrin, dan lain- lain, serta gangguan
penggunaan zat psikoaktif seperti penggunaan alkohol, obat-obatan
terlarang, dan lain-lain. Gangguan fungsional juga terbagi menjadi dua
macam yaitu, psikosis seperti skizofrenia, gangguan mood, dan
gangguan psikotik lainnya, serta neurosis seperti gangguan obsesif
kompulsif, fobia, dan sebagainya (Puri, Laking, & Treasaden, 2012).
Maramis & Maramis (2009) membagi gangguan jiwa ke dalam dua
golongan, yaitu :
1) Gangguan jiwa berat / penyakit mental (Psikosis)
Psikosis merupakan gangguan jiwa serius yang dapat ditimbulkan
oleh penyebab organik maupun emosional. Gejala yang ditunjukkan
diantaranya gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara
emosional, berkomunikasi, mengingat, menafsirkan kenyataan dan
bertindak sesuai dengan kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi
sangat terganggu.
Gangguan jiwa berat berupa gangguan psikotik dan gangguan jiwa
skizofrenia merupakan bentuk gangguan fungsi pikiran berupa
disorganisasi isi pikiran yang ditandai dengan gejala gangguan
pemahaman berupa delusi dan waham, gangguan persepsi berupa
halusinasi atau ilusi, terganggunya daya nilai realitas yang
dimanifestasikan dengan perilaku bizzare atau aneh (Efendi &
Makhfudli, 2009).
2) Gangguan jiwa ringan/ gangguan mental (Neurosis)
Neurosis merupakan penyesuaian diri yang salah secara emosional
karena tidak dapat diselesaikannya konflik tak sadar.
Neurosis menurut gejalanya dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
neurosis cemas, neusrosis histerik, neurosis fobik, neurosis obsesif
kompulsif, neurosa depresif, neurosa nerastenik, dan neurosa
depersonalisasi .
Gangguan jiwa neurotik, yaitu gangguan kejiwaan dimana
penderitanya akan menunjukkan gejala mudah lelah, kecemasan
yang berlebih, insomnia, kelumpuhan, depresi, dan gejala-gejala
lainnya yang berhubungan dengan tekanan jiwa (Nasir & Muhith,
2011).
Gangguan mental emosional juga merupakan bagian dari gangguan
jiwa yang bukan disesbabkan oleh kelainan organik otak atau lebih
didominasi oleh gangguan emosi (Dictionary reference dalam
Suyoko, 2012). Gangguan mental emosional adalah gejala orang
yang menderita karena memiliki masalah mental atau jiwa, lalu jika
kondisi tersebut tidak segera ditangani maka akan menjadi gangguan
yang lebih serius (Idaiani, 2010). Selain itu, gangguan mental
emosional juga disebut dengan istilah distres psikologik atau distres
emosional (Idaiani, Suhardi, & Kristanto, 2009). Pada keadaan
tertentu gangguan ini dapat diderita oleh semua orang namun dapat
pulih kembali seperti keadaan semula jika dapat diatasi oleh individu
tersebut atau berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan tetapi jika
tidak dapat diatasi maka akan berlanjut menjadi gangguan yang lebih
serius (Kemenkes RI, 2013).
Gangguan mental emosional ditandai dnegan menurunnya fungsi
individu pada ranah keluarga, pekerjaan atau pendidikan, dan
masyarakat atau komunitas, selain itu gangguan ini berasal dari
konflik alam bawah sadar yang menyebabkan kecemasan. Depresi
dan gangguan kecemasan merupakan jenis gangguan mental
emosional yang lazim ditemui di masyarakat. Sedangkan gangguan
jiwa berat yang lazim ditemui di masyarakat yaitu skizofrenia dan
gangguan psikosis. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang
prevalensinya paling tinggi dialami oleh msyarakat (Kurniawan &
Sulistyarini, 2016).
d. Tanda dan gejala gangguan jiwa
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa berat ditandai dengan
hilangnya kontak dengan realita, menunjukkan perilaku yang tidak lazim,
serta munculnya waham dan halusinasi. Seseorang yang mengalami
gangguan mental emosional akan mengalami penurunan fungsi pada
ranah keluarga, pekerjaan, pendidikan, komunitas, dan masyarakat
(Kurniawan & Sulistyarini, 2016).
Gejala yang berkontribusi pada terjadinya gangguan mental emosional
diantaranya yaitu, mempunyai pemikiran untuk mengakhiri hidup,
hilangnya kemampuan untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat didalam
hidup, kesulitan dalam menikmati kehidupan sehari-hari, merasa tidak
berharga, dan terganggunya pekerjaan sehari-hari (Surjaningrum, 2012).
Gangguan jiwa berat gangguan psikotik dan gangguan jiwa skizofrenia
memiliki beberapa gejala yang dimanifestasikan dalam gejala gangguan
pemahaman berupa delusi dan waham, gangguan persepsi berupa
halusinasi atau ilusi, serta tergangguanya daya nilai realitas yang
dimanifestasikan dengan perilaku bizzare atau aneh (Efendi & Makhfudli,
2009).
Menurut Nasir dan Muhith (2011) beberapa tanda dan gejala gangguan
jiwa, yaitu sebagai berikut :
1) Gangguan kognitif
Kognitif merupakan proses mental di mana terdapat hubungan yang
disadari dan dipertahankan oleh individu dengan lingkungannya.
Proses kognitif meliputi sensasi dan persepsi, perhatian, ingatan,
asosiasi, pertimbangan, pikiran, serta kesadaran.
2) Gangguan perhatian
perhatian merupakan pemusatan dan konsentrasi energi.

3) Gangguan ingatan

ingatan merupakan tanda-tanda kesadaran serta kemampuan untuk


menyimpan, mencatat, dan memproduksi isi.
4) Gangguan asosiasi
Asosiasi merupakan kesan atau gambaran ingatan yang ditimbulkan
oleh suatu perasaan, kesan, atau gambaran ingatan dalam suatu proses
mental.
5) Gangguan pertimbangan
Pertimbangan atau penilaian merupakan suatu proses mental untuk
memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap suatu maksud dan
tujuan dari aktivitas.
6) Gangguan pikiran
Pikiran merupakan bagian dari pengetahuan seseorang.
7) Gangguan kesadaran
Kesadaran merupakan kemampuan seseorang untuk mengadakan suatu
hubungan maupun pembatasan antara dirinya dengan lingkungan
melalui pancaindra.
8) Gangguan kemauan
Kemampuan merupakan suatu proses keinginan yang dilaksanakan
untuk mencapai tujuan setelah dilakukan pertimbangan dan kemudian
diputuskan.
9) Gangguan emosi dan afek
Emosi merupakan pengalaman sadar dan berpengaruh terhadap
aktivitas tubuh yang menghasilkan sensasi kinetis maupun organik.
Afek merupakan kehidupan perasaan atau nada
perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang
menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai
komponen fisiologis.
10) Gangguan psikomotor
Psikomotor merupakan gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh
keadaan jiwa.
3. Deteksi Dini Gangguan Jiwa
Menurut Power (2007) deteksi dini merupakan salah satu pilar dari intervensi
awal dalam menetapkan gejala awal gangguan. Sedangkan menurut Wilson
(2006) deteksi dini, promosi kesehatan, dan intervensi yang efektif
merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu dan kelompok dalam
mengurangi prevalensi, dengan memperpendek durasi penyakit atau
gangguan yang diderita. Selain itu Detels et al (2002) menyatakan bahwa
upaya untuk pemberdayaan masyarakat terhadap kesehatan jiwa dapat dicapai
dengan suatu manajemen pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
kesehatan jiwa berbasis komunitas. Bentuk pendekatan manajemen pelayanan
kesehatan jiwa komunitas ini salah satunya dengan pengenalan deteksi dini
gangguan jiwa yang dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat (kader).
Peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa salah
satunya adalah dengan melakukan deteksi dini, agar mengetahui adanya
masalah psikososial dan gangguan jiwa peningkatan fungsi dan sosialisasi
serta pencegahan kekambuhan, mencegah gangguan jiwa, mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan jiwa, serta menurunkan kejadian gangguan
jiwa, mengurangi kecacatan atau ketidak mampuan akibat gangguan jiwa
(Detels et al, 2002).
Gangguan jiwa umumnya dapat dicegah apabila ditangani secara dini. Upaya
pencegahan umumnya ada tiga yaitu pencegahan secara primer ini dilakukan
saat rekrutmen, secara sekunder dengan deteksi dini, dan penanganan awal
dari diagnose gangguan yang ditemukan oleh orang dekat atau kader, dan
pencegahan tersier dilakukan oleh professional di Rumah Sakit berupa
menurunkan gangguan selama proses rehabilitasi, dan mencegah
kekambuhan penyakit (Saxena, 2005).
Dalam hal ini deteksi dini merupakan salah satu cara mencegah gangguan
jiwa di masyarakat, dan hal ini sangat perlu dilakukan, serta adanya
koordinasi yang baik antara perawat jiwa komunitas dengan para kader
(pionir kesehatan masyarakat desa), aparat desa, dan kesadaran warga akan
pentingnya sehat jiwa.

a. Pelaksanaan Early Detection

Dalam pelaksanaan deteksi dini perawat jiwa komunitas perlu


mengadakan pemberdayaan masyarakat sebagai proses pengembangan
potensi, baik pengetahuan maupun keterampilan masyarakat sehingga
mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.
Kader merupakan sumberdaya masyarakat yang perlu di kembangkan dalam
pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader kesehatan jiwa
sebagai tenaga potensial yang ada di masyarakat diharapkan mampu
mendukung program kesehatan jiwa di komunitas yang diterapkan di
masyarakat. Seorang kader akan mampu melakukan kegiatan apabila kader
tersebut sejak awal diberikan pembekalan. Metoda dalam mengembangkan
kader kesehatan jiwa sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan
untuk menentukan jumlah kader.

4. Self Reporting Questionnaire (SRQ)


Self Reporting Questionnaire (SRQ) merupakan alat untuk mengukur kondisi
mental seseorang yang memiliki batasan waktu 30 hari (Idaiani, Sapardin, &
Susilowati, 2015). SRQ juga merupakan kuesioner yang biasa digunakan
untuk skrining masalah kesehatan jiwa masyarakat yang memiliki jawaban
“ya atau tidak” sehingga memudahkan masyarakat untuk menjawabnya
(Suyoko, 2012). Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner SRQ mengarah
pada gejala cemas, depresi, kognitif, somatik, dan gejala penurunan energi
(Qonitah & Isfandari, 2015).

Self Rating Questionnaire (SRQ)


Nama Inisial :
Jenis Kelamin :
Tanggal lahir/Usia :
Pekerjaan :
Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum mulai mengisi. Pertanyaan
berikut berhubungan dengan masalah yang mungkin mengganggu Anda selama
30 hari terakhir. Apabila Anda menganggap pertanyaan itu Anda alami dalam 30
hari terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom Y (berarti Ya). Sebaliknya
apabila Anda menganggap pertanyaan itu tidak Anda alami dalam 30 hari
terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom Tdk (Tidak). Jika Anda tidak yakin
tentang jawabannya, berilah jawaban yang paling sesuai di antara Y dan T.
Kami tegaskan bahwa jawaban Anda bersifat rahasia !

No Pertanyaan Ya Tdk

1 Apakah Anda sering merasa sakit kepala?

2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?

3 Apakah tidur Anda tidak nyenyak?

4 Apakah Anda mudah merasa takut?

5 Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir?

6 Apakah tangan Anda gemetar?

7 Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan?

8 Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih?

9 Apakah Anda merasa tidak bahagia?

10 Apakah Anda lebih sering menangis?

11 Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?

12 Apakah Anda merasa kesulitan untuk mengambil keputusan?

13 Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai?

14 Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan ini?


15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap banyak hal?

16 Apakah Anda merasa tidak berharga?

17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup Anda?

18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu?

19 Apakah Anda merasa tidak enak di perut?

20 Apakah Anda mudah lelah?

Lampiran Dokumentasi
Laporan Hasil Kegiatan

SINI KEMARI (Deteksi Dini Kesehatan Mental Dengan Skrining) di Sungai


Alang Wilayah Kerja UPT Karang Intan 2 Kabupaten Banjar

1. Hari/ tanggal pelaksanaan : Jumat, 04 November 2022


2. Waktu : 14.00 – 14.15 WITA
3. Sasaran : Warga di Desa Sunga Alang
4. Moderator : Winda Lestari, S.Kep
5. Fasilitator : Usman, S.Kep
Irene Adelina S, S.Kep
Winda Lestari, S. Kep
Novita Dewi. K.I, S.Kep
6. Observer : Robiatul Adawiyah, S.Kep
7. Media : Kuesioner SRQ (Self Rating Questionnaire) dan
alat tulis
8. Evaluasi Input
a. Tempat penyuluhan di rumah warga di Desa Sungai Alang
b. Media telah disiapkan sebelum kegiatan penyuluhan
c. Tim hadir sebelum waktu penyuluhan untuk menyiapkan sarana dan
prasarana kegiatan
d. Peserta yang mengikuti senam sebanyak 70 orang
e. Acara dimulai lebih cepat waktu yaitu jam 14.15 WITA
9. Evaluasi Proses
a. Kegiatan Deteksi Dini Kesehatan Mental Dengan Skrining sesuai
dengan yang diperkirakan yaitu sekitar ± 15 menit.
b. Warga tampak kooperatif dan antusias dalam mengisi lembar
kuesioner
10. Evaluasi Hasil
SINI KEMARI (Deteksi Dini Kesehatan Mental dengan Skrining/Skrinning
Kesehatan Jiwa) diikuti oleh 70 warga. Data tersebut akan diberikan kepada
UPT Karang Intan 2 sebagai penambahan data mengenai kesehatan jiwa
warga Desa Sungai Alang untuk bahan pertimbangan tindakan selanjutnya.
Dengan hasil tiga data terbanyak yang muncul adalah gejala penurunan energi
sebanyak 33 orang (47%), gejala somatik sebanyak 30 orang (43%), dan
gejala cemas sebanyak 29 orang (41%). Pada urutan berikutnya ialah gejala
depresi sebanyak 19 orang (27%), tidak ada gejala sebanyak 17 orang (24%),
dan gejala kognitif sebanyak 5 orang (7%).

11. Saran
Agar kegiatan deteksi skrinning kesehatan mental dapat dilakuakn secara
rutin setap 30 hari atau satu bulan sekali di wilayah Desa Sungai Alang agar
dapat mengetahui perubahan dan perkembangan kesehatan mental warga
Desa Sungai Alang

Anda mungkin juga menyukai