Disusun Oleh:
Kelompok F
Disusun Oleh:
Kelompok F
Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064
Novita Dewi K. I, S.Kep. 2130913720002
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2130913310022
1. Agianto, S.Kep, Ns, MNS, PhD sebagai koordinator Stase Keperawatan Kesehatan Lahan
Basah yang berkenan dalam memberikan arahan selama Stase KKLB
2. Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai pembimbing akademik yang berkenan
memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian laporan asuhan keperawatan ini.
3. Nor Ella Dayani, S.Kep., Ns selaku pembimbing lapangan di Puskesmas karang intan 2
Kelompok F Stase KKLB yang telah memberikan petunjuk dan saran untuk
penyempurnaan laporan asuhan keperawatan ini.
4. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak
memberikan bantuan baik materil maupun imateril demi perampungan penyusunan
laporan asuhan keperawatan ini.
Dengan demikian, penyusun juga mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Banjarbaru, November 2022
Kelompok F
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2.Tujuan……………………………………………………………………………...…....2
1.3.Manfaat…………………………………………………………………….…………....3
BAB II.....................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Lahan Basah...........................................................................................5
2.2 Ciri-ciri Lahan Basah...............................................................................................5
2.3 Lingkungan Lahan Basah.........................................................................................5
2.4 Psikologikal Lahan Basah........................................................................................6
2.5 Psikososial well Being..............................................................................................8
2.6 Definisi Sehat Jiwa...................................................................................................9
2.7 Kriteria Sehat Jiwa...................................................................................................9
2.8 Rentan Respon Sehat Jiwa......................................................................................11
BAB III.................................................................................................................................16
3.1 Teknik Pengambilan Data............................................................................................16
3.2 Pengkajian Keperawatan..............................................................................................17
3.3 Analisis Masalah …………………………………………………………………..….38
3.4 Rencana dan Intervensi Keperawatan…………………………………………..…….41
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan…………………………….………..…….41
BAB IV
4.1 Analisis Pengkajian …………………………….…………………….………..…….41
4.2 Analisis masalah keperawatan…………………….………………….………..…….41
4.3 Analisis Intervensi Pendidikan Kesehatan Perawatan Pasien ODGJ dirumah ..…….41
4.4 Analisis Intervensi Inovasi SILAU, Pendiidkan Kesehatan Antisipasi Kecemasan, dan
Skrining SRQ………………………………..…………………………….………..…….41
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan ………………………………..…………………………….………..……47
5.2 Saran………………………………..…………………………….………..………….. 49
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. (Husaini dkk, 2019). Lingkungan
lahan basah merupakan kondisi alam (lingkungan) yang benar-benar terjadi di
suatu daerah. Oleh sebab itu pemahaman mengenai isu-isu yang ada di
lingkungan lahan basah menjadi kebutuhan bagi seorang pencari pekerjaan
sebab lokasi wilayah yang strategis tentunya akan menguntungkan banyak
orang dan masyarakat. Maka pengelolaan potensi dan peluang lingkungan
lahan basah sangat dibutuhkan sebagai pemanfaatan wilayah yang produktif
dalam mendukung kehidupan manusia (Husaini dkk, 2019).
Desa Sungai Alang merupakah salah satu desa wilayah kerja UPT Puskesmas
Karang Intan 2, Desa Sungai Alang yang terdiri dari 3 RT yang terdiri dari
704 KK, 1.823 jiwa penduduk. Berdasarkan data dari Puskesmas Karang
Intan 2 pada tahun 2022 terdapat 5 orang warga yang mengalami gangguan
1
kesehatan mental yang berobat rutin, serta ada 1 orang yang mengalami
gangguan kesehatan mental yang tidak berobat. Berdasarkan hasil pengkajian
terdapat 2 orang lainnya yang mengalami retardasi mental. Kesehatan mental
merupakan hal yang sangat penting bagi manusia sama halnya seperti
kesehatan fisik pada umumnya. Dengan sehatnya mental seseorang maka
aspek kehidupan yang lain dalam dirinya akan bekerja secara lebih maksimal.
Kondisi mental yang sehat tidak dapat terlepas dari kondisi kesehatan fisik
yang baik. Kesehatan mental yang baik untuk individu merupakan kondisi
dimana individu terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi dimana
individu dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya
khususnya dalam menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah
yang mungkin ditemui sepanjang hidupnya (Dewi & Sari, 2012). Pada 2021
pernah dilakukan pengkajian dan penanganan masalah kesehatan mental oleh
Bahtera, et al. (2021), mahasiswa Program Profesi Ners FK ULM angkatan
XIX, di wilayah yang sama yaitu Desa Sungai Alang. Program inovasi yang
diimplementasikan oleh kelompok tersebut ialah alur pelaporan dan
pengobatan masyarakat dengan masalah kesehatan jiwa dengan sasaran
keluarga yang merawat pasien ODGJ. Namun karena kesehatan jiwa
merupakan kondisi yang dinamis sebab beragam faktor penyebab, maka
dirasa perlu untuk melakukan pengkajian kembali di Desa Sungai Alang dan
memberikan program inovasi yang berbeda dari sebelumnya agar masyarakat
dapat menangani masalah kesehatan mental dengan tepat dan sasaran
masyarakat yang lebih luas, tidak hanya keluarga dengan masalah kesehatan
jiwa saja seperti yang dilakukan sebelumnya.
2
jawaban bagi masyarakat yang mempertanyakan dan meragukan akan
kesembuhan bagi para penderita gangguan kesehatan mental atau kejiwaan
(Arifin & Mokhamad.2012).
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu melakukan pengkajian, menganalisis masalah kesehatan
(diagnosis keperawatan) yang muncul, membuat intervensi keperawatan,
melakukan implementasi keperawatan, dan evaluasi atas masalah
kesehatan/ keperawatan dan implementasi keperawatan yang telah
dilakukan di komunitas lahan basah. Mahasiswa mampu melakukan
kerjasama dalam mengatasi masalah kesehatan/ keperawatan dengan
kolaborasi berbagai departemen keperawatan dan lintas sektor di
komunitas.
3
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian psikologis di komunitas desa Sungai Alang.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah Kesehatan (psikologi)
desa Sungai Alang.
3. Membuat intervensi keperawatan untuk masalah yang terjadi di
komunitas di desa Sungai Alang.
4. Bekerjasama dengan lintas sector dalam penanganan masalah
Kesehatan desa Sungai Alang.
5. Melakukan evaluasi keperawatan terhadap intervensi dan
implementasi keperawatan yang telah dilakukan di desa Sungai Alang.
1.3 Manfaat
4
Asuhan keperawatan yang diberikan harapannya dapat menjadi evidence
based dalam pemberian auhan keperawatan pada masyarakat desa dwngan
karakteristik yang sama.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Lahan Basah
Menurut Konvensi Ramsar 1971, wetland didefinisikan sebagai wilayah lahan
gambut, rawa, dan air, baik alami ataupun buatan yang bersifat sementara
maupun permanen, tidak mengalir (diam) atau mengalir yang memiliki sifat
payau, asin, atau tawar, serta mencakup wilayah air marin yang tingginya saat
surut tidak lebih dari enam meter.
Pengertian lahan basah berdasarkan Maltby (1986) adalah salah satu istilah
tentang ekosistem yang kemudian pembentukkannya didominasi oleh air dan
ciri serta prosesnya juga dikendalikan air. Kemudian Maltby (1986)
menambahkan kembali bahwa wetland adalah suatu tempat yang tergolong
cukup basah selama waktu yang tergolong cukup panjang untuk
pengembangan vegetasi serta organisme lain yang harus beradaptasi khusus.
Lahan tersebut didefinisikan berdasar tiga parameter yang meliputi vegetasi
hidrofitik, hidrologi, serta tanah hidrik.
6
2.3 Lingkungan Lahan Basah
Lahan basah, berdasarkan Sistem Klasifikasi Ramsar, diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok utama, yaitu (Husaini, Marlinae, dan Panghiyangani,
2019):
Diantara ketiga kelompok utama lahan basah tersebut, lahan basah buatan
(human-made wetlands) mungkin bisa dianggap sebagai satu-satunya
kelompok lahan basah yang memiliki posisi paling dilematis, karena di satu
sisi pembangunan lahan basah buatan memang perlu dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu (misal habitat pohon mangrove
diubah jadi tambak) sementara di sisi lain pembangunan lahan basah buatan
dianggap menjadi penyebab berkurangnya (atau bahkan hilangnya) fungsi dan
nilai (manfaat) lahan basah alami (Husaini, Marlinae, dan Panghiyangani,
2019).
7
manusia terhadap lingkungan seperti lahan basah, akan bergantung
terhadap lingkungan tersebut.
2. Perilaku diarahkan kepada tujuan
Perilaku dapat dibentuk sesuai tujuan masyarakat itu sendiri, pada
masyarakat lahan basah tujuannya berbeda, ada yang memanfaatkan dan
ada yang tidak memanfaatkan, perilaku yang terarah pada tujuan dapat
diganggu oleh frustasi konflik dan kecemasan
3. Perilaku timbul karena adanya motivasi
Sekitar 60 % masyarakat Indonesia diperkirakan mempunyai mata
pencaharian yang langsung terkait dengan lahan basah yaitu melalui
produksi pertanian, kehutanan, maupun perikanan. Bahkan di wilayah
pedesaan (walaupun tidak semua) aktivitas kehidupan seperti mandi,
mencuci, memasak dan aktivitas lainnya, langsung menggunakan air dari
lahan basah. Dengan begitu tingginya tingkat ketergantungan masyarakat
terhadap ekosistem-ekosistem lahan basah dan begitu beragamnya
kelompok masyarakat yang terkait dengan lahan basah menyebabkan
perlunya mengidentifikasi berbagai fungsi, nilai, dan bentuk pengelolaan
lahan basah. Berdasarkan hal itu, maka pengelolaan lahan basah harus
dilakukan secara terencana dan penuh kehati-hatian agar potensi lahan
basah dapat termanfaatkan secara optimal dan kegiatannya diprioritaskan
pada kawasan lahan basah yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi
serta kawasan yang telah mengalami degradasi, selain itu kegiatan
pengelolaan lahan basah juga harus diprioritaskan bagi kesejahteraan
masyarakat. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dirumuskan
bahwa perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Masalah kesehatan disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta
perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah, mengakibatkan
penyakitpenyakit seperti diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut),
TB Paru, Malaria, dan lain-lain mengancam kehidupan masyarakat di
lahan basah (Husaini, Marlinae, dan Panghiyangani, 2019).
8
2.5 Psikososial Well Being
Stres dan trauma dapat dikaitkan dengan paparan perubahan lingkungan.
Terkadang perubahannya akut (seperti bencana alam yang menghancurkan
yang dapat terjadi tanpa peringatan) di lain waktu perubahan bisa lebih
berbahaya dengan serangan bertahap dan tanpa henti. Paparan ini dapat
menghasilkan berbagai efek psikososial termasuk kesulitan keuangan,
kehancuran keluarga, kecemasan dan depresi, alkoholisme, trauma dijalan
dan bunuh diri.
9
2.6 Definisi Sehat Jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental
yang lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Atau
dapat dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam
kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit) atau
tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang
timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk hidup produktif, dan
mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan.
2.7.1 WHO
WHO telah merumuskan kriteria sehat jiwa, jika seseorang dikatakan
mempunyai sehat jiwa apabila memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Seseorang mampu dalam menyesuaikan diri secara konstruktif
pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c) Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
d) Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress), cemas dan depresi.
e) Mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong
dan saling memuaskan.
f) Mampu menerima kekecewaan sebagai pelajaran yang akan
datang
g) Mempunyai rasa kasih sayang.
2.7.2 Masllow
Maslow mengatakan individu yang sehat jiwa memiliki ciri sebagai
berikut:
a) Persepsi realitas yang akurat.
b) Menerima diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
10
c) Spontan.
d) Sederhana dan wajar.
2.7.3 M. Jahoda
Kriteria Sehat Jiwa (M. Jahoda):
a) Sikap positif terhadap diri
Menerima diri apa adanya, sadar diri, obyektif, dan merasa
berarti.
b) Tumbuh, kembang dan aktualisasi
Berfungsi optimal dan adaptif
c) Integrasi
Keseimbangan antara ekspresi dan represi, ego yang kuat (Stress
dan koping) dan mampu menyeimbangkan konflik dan dorongan.
d) Otonomi
Tergantung dan mandiri seimbang, tanggung jawab terhadap diri
sendiri, menghargai otonomi oranglain, persepsi reality, mau
berubah sesuai dengan pengetahuan baru, empati dan menghargai
sikap dan perasaan orang lain.
e) Environment Mastery
Mampu untuk sukses, adaptif terhadap lingkungan, dan dapat
mengatasi kesepian, agresi dan frustasi.
11
2.8 Rentan Respon Sehat Jiwa
12
Self Rating Questionnaire (SRQ)
Nama Inisial :
Jenis Kelamin :
Tanggal lahir/Usia :
Pekerjaan :
Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum mulai mengisi. Pertanyaan
berikut berhubungan dengan masalah yang mungkin mengganggu Anda selama
30 hari terakhir. Apabila Anda menganggap pertanyaan itu Anda alami dalam 30
hari terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom Y (berarti Ya). Sebaliknya
apabila Anda menganggap pertanyaan itu tidak Anda alami dalam 30 hari
terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom Tdk (Tidak). Jika Anda tidak yakin
tentang jawabannya, berilah jawaban yang paling sesuai di antara Y dan T.
Kami tegaskan bahwa jawaban Anda bersifat rahasia !
No Pertanyaan Ya Tdk
13
- Gejala Kognitif : 8, 12, dan 13
- Gejala Penurunan Energi : 8, 11, 12, 13, 18, dan 20
9. FAKTOR PRESIPITASI
14
b) Keluhan fisik
Ya
Tidak
12. PSIKOSOSIAL
a) Konsep diri
1) Gambaran diri (mampu menjelaskan bagian tubuh yang disenangi)
Ya
Tidak
2) Identitas (mampu menjelaskan identitas diri sebagai
laki-laki/perempuan)
Ya
Tidak
3) Peran (mampu menjelaskan peran dirinya )
Ya
Tidak
4) Ideal diri (mampu menjelaskan apa harapan terhadap peran,
lingkungan /penyakitnya)
Ya
Tidak
5) Harga diri (merasa dihargai di keluarga/masyarakat)
Ya
Tidak
b) Hubungan Sosial
Ya
Tidak
c) Spiritual (mengikuti/menjalankan kegiatan ibadah)
Ya
Tidak
13. STATUS MENTAL
a) Penampilan
Rapi
Tidak rapi
b) Pembicaraan
Koheren
Inkoheren
c) Aktivitas Motorik
Lesu
Tenang
Gelisah
d) Alam perasaan
Adekuat
Inadekuat
15
e) Afek
Sesuai
Tidak sesuai
f) lnteraksi selama wawancara
Kooperatif
Tidak Kooperatif
g) Persepsi (halusinasi)
Ada
Tidak
h) Proses Pikir
Ada
Tidak ada
i) Isi Pikir (waham)
Ada
Tidak aada
j) Tingkat kesadaran
Composmentis
Lainnya, sebutkan
k) Memori
Ada gangguan
Tidak ada gangguan
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berkonsentrasi
m) Kemampuan penilaian
Ada gangguan
Tidak ada gangguan
n) Daya tilik diri
Ya
Tidak
14. MEKANISME KOPING
Adaptif
Maladaptif
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
n= (𝑧)²1−α/2p(1−p)N
(𝑑)²(𝑁−1)+(𝑧)²1−𝛼/2𝑝(1−𝑝)
Ket:
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
= 1823 – 401
= 1422
n= (𝑧)²1−α/2p(1−p)N
(𝑑)²(𝑁−1)+(𝑧)²1−𝛼/2𝑝(1−𝑝)
= (1,96)x0,6 (1-0,6)1422
(0,05)²(1422-1)+(1,96) (1-0,6)
= 668,9
17
4,34
= 154,1 Orang
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 154 orang
dengan menggunakan teknik sampling penelitian menggunakan Simple
Random Sampling atau penggambilan sampel secara acak dengan
menggunakan kriteria sampel sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a) Warga masyarakat yang tinggal di Sungai Alang
b) Warga masyarakat desa Sungai Alang yang bersedia dilakukan
wawancara
c) Warga masyarakat desa Sungai Alang dengan usia > 16 Tahun
2. Kriteria Eklusi
a) Warga masyarakat desa Sungai Alang usia anak-anak (<16 Tahun)
b) Warga masyarakat desa Sungai Alang usia >70 tahun
A. Karakteristik Komunitas
Desa Sungai Alang berada di Kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Data batas wilayah didapatkan
dari Data Profil Desa Tahun 2022. Desa Sungai Alang terbagi atas 3
(tiga) Rukun Tetangga (RT) dan berbatasan langsung dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sungai Asam Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mandiangin Barat
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
18
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mandikapau Barat
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar;
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Landas Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar.
19
16. 70-74 26 1,43%
17. >75 28 1,54%
Jumlah 1823 100%
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
49% 51%
20
3. Distibusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
0% 1% 2% 0%
Tidak/Belum Sekolah
15% 23% Belum tamat SD/sederajat
Tamat SD/ Sederajat
SLTP/sederajat
SLTA/ Sederajat
Diploma I/II
Diploma III
15%
Diploma IV/ Strata I
14% Strata II
31%
Agama
Islam
100%
Islam
21
Diagram 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Data dari diagram 3.3 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di desa
Sungai Alang yang menganut agama islam adalah sebanyak 1823 orang
(100%).
22
16 Pegawai Negri Sipil 16 0.88%
17 Pelajar/Mahasiswa 294 16,13%
18 Perawat 4 0.22%
19 Perdagangan 11 0.60%
20 Petani/Perkebunan 358 19,64%
21 Supir 40 2.19%
22 Tentara Nasional Indonesia 1 0.05%
23 Transportasi 5 0.27%
24 Tukang Batu 4 0.22%
25 Tukang Jahit 2 0.11%
26 Tukang Kayu 8 0.44%
27 Tukang Las/Pandai Besi 2 0.11%
28 Wiraswasta 37 2,03%
29 Penata Rias 1 0,05%
Jumlah 1823 100%
Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
23
8. Distribusi Penduduk yang Mengalami Gangguan Jiwa
0
Gangguan Jiwa Retardasi Mental
Dari diagram 3.6 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa Sungai
Alang yang mengalami gangguan jiwa ada sebanyak 6 orang dan 2 orang
mengalami retardasi mental. Dari 6 orang tersebut 5 orang sudah
menjalani pengobatan rutin dan perawatan dirumah, dan 1 orang tidak
menjalani pengobatan dan sulit berinteraksi dengan warga sosial dan
mahasiswa sehingga tidak dapat dilakukan pengkajian secara langsung
kepada pasien tersebut. Sehingga pengkajian kesehatan jiwa dilakukan
pada 5 orang.
24
2.2.1 Data Hasil Pengkajian dengan Format Keperawatan Jiwa
1. Keluhan Saat Ini
Keluhan
Tidak ada keluhan Sulit tidur Keletihan Pilek dan batuk
Nyeri fisik Gatal-gatal Sakit Kepala
25%
2%
56%
6%
5%
5%
1%
Berdasarkan Diagram 3.7 data keluhan saat ini dari keluhan yang
dirasakan oleh responden dapat dipersentasekan dengan keluhan
sakit kepala sebanyak 38 orang (25%), nyeri fisik sebanyak 10
orang (6%), sulit tidur sebanyak 7 orang (5%), pilek dan batuk
sebanyak 7 orang (5%), gatal-gatal sebanyak 3 orang (2%),
keletihan sebanyak 2 orang (1%), dan tidak ada keluhan sebanyak
87 orang (56%).
25
2. Faktor Predisposisi
Prediposisi
7%
Ya
Tidak
93%
3. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi
Tidak Ya
3%
97%
26
Berdasarkan diagram 3.9 didapatkan data bahwa dari 154 orang di
Desa Sungai Alang pada saat dilakukan pengkajian mayoritas tidak
ada faktor presipitasi 97% (150 orang), sedangkan 3% (4 orang)
terdapat faktor presipitasi.
Berdasarkan wawancara bersama keluarga yang mengalami
gangguan jiwa faktor presitisipasi karena pikiran, kejadian yang
tidak menyenangkan dimasa lalu, dan trauma.
100%
27
5. Pengobatan Sebelumnya
Pengobatan Sebelumnya
Ya Tidak
100%
28
6. Trauma
Trauma
5%
Ya
Tidak
95%
Ya
5%
Tidak
95%
29
8. Gambaran Diri
Mampu Menjelaskan Gambaran Diri
4%
Ya
Tidak
96%
9. Identitas Diri
Mampu Menjelaskan Identitas Diri
Tidak
1%
Ya
99%
30
10. Peran
Mampu Menjelaskan Peran
Tidak
3%
Ya
97%
Ya
99%
31
lingkungan dan penyakitnya 152 orang (99%) mampu menjelaskan
harapan terhadap peran, lingkungan.
Ya
97%
Ya
100%
32
Berdasarkan diagram 3.19 didapatkan data bahwa dari 154 orang di
Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data 154
orang (100%) mampu melakukan hubungan sosial.
Ya
100%
15. Penampilan
Penampilan
Rapi
100%
33
Berdasarkan diagram 3.21 didapatkan data bahwa dari 154 orang
di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian didapatkan data
154 orang (100%) berpenampilan rapi.
16. Pembicaraan
Pembicaraan
Inkoheren
1%
Koheren
99%
Tenang
Gelisah
Lesu
98%
34
3 orang (2%) aktivitas motoriknya lesu dan 151 orang (98%)
aktivitas motoriknya tenang.
Adekuat
Inadekuat
97%
19. Afek
Afek
1%
Sesuai
Tidak Sesuai
99%
35
orang (1%) mempunyai afek yang tidak sesuai dan 152 orang
(99%) mempunyai afek yang sesuai.
Kooperatif
Tidak Kooperatif
99%
21.Persepsi (Halusinasi)
Persepsi (Halusinasi)
154; 100%
36
Berdasarkan diagram 3.27 didapatkan data bahwa dari 154 orang
di Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian tidak didapatkan
orang dengan gangguan persepsi (halusinasi), jadi sebanyak 154
orang (100%) tidak mengalami gangguan persepsi (halusinasi).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang pasien/keluarga
dengan gangguan jiwa, 2 diantaranya (40%) ada riwayat
gangguan persepsi (halusinasi), dengan 1 orang riwayat halusinasi
pendengaran dan 1 orang riwayat halusinasi penglihatan. Namun
kini sudah tidak mengalami gangguan persepsi (halusinasi) lagi.
22.Proses Pikir
Proses Pikir
154; 100%
37
23.Isi Pikir (Waham)
154; 100%
24.Tingkat Kesadaran
Tingkat Kesadaran
154; 100%
38
dengan gangguan jiwa, seluruhnya (100%) juga dalam tingkat
kesadaran compos mentis.
149; 97%
26.Kemampuan Penilaian
Kemampuan Penilaian
3; 2%
151; 98%
39
Berdasarkan diagram 3.32 didapatkan data bahwa dari 154 orang di
Desa Sungai Alang saat dilakukan pengkajian sebanyak 3 orang
(2%) ada gangguan dalam melakukan penilaian dan 151 orang
lainnya (98%) tidak ada gangguan dalam melakukan penilaian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang pasien dengan
gangguan jiwa, 1 diantaranya (20%) ada gangguan dalam
melakukan penilaian.
150; 97%
40
2.2.2 Data Hasil Pengkajian dengan Format Self Rating Questionnaire
(SRQ)
153
153
153
152
151
150
149
147
147
147
147
140
139
138
134
134
132
130
127
102
52
27
24
22
20
20
16
15
14
7
7
7
5
4
3
2
1
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ya Tidak
Berdasarkan kuesioner SRQ, jawaban “Ya” didapatkan hasil terbanyak
mengisi pada nomor 1, 20, 19, 7, 5, dan 3.
No. Pertanyaan Ya
N (%)
41
sehari-hari?
SRQ 12 Apakah Anda merasa kesulitan untuk mengambil 2 (1.3%)
keputusan?
SRQ 13 Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai? 1 (0.7%)
SRQ 14 Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam 3 (2.0%)
kehidupan ini?
SRQ 15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap banyak hal? 1 (0.7%)
SRQ 16 Apakah Anda merasa tidak berharga? 4 (2.6%)
SRQ 17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri 1 (0.7%)
hidup Anda?
SRQ 18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu? 16 (10.4%)
Keterangan :
80 77
70
62
60
50
40
31 32
30
20
20
14
10
0
Gejala Depresi Gejala Cemas Gejala Somatik Gejala Kognitif Gejala Penurunan Tidak Ada Gejala
Energi
n = 154
42
berikutnya ialah gejala cemas sebanyak 31 orang (20%), gejala
depresi sebanyak 20 orang (13%), dan gejala kognitif sebanyak 14
orang (9%).
Penyebab cemas yang dirasakan dikarenakan beberapa hal yaitu
tidur tidak nyenyak karena beberapa warga menderita hipertensi
yang mana penyakit tesebut disebabkan karena kebiasaan warga di
lahan basah yang mengkonsumsi olahan ikan air tawar seperti iwak
wadi, ikan asin, dan juga mandai yang difermentensi melalui garam
atau natrium yang banyak didapatkan di lingkungan lahan basah,
selain itu penyebab cemas yang dirasakan adalah karena dalam
beberapa waktu adanya curah hujan yang meningkat membuat
warga yang tinggal di pinggiran sungai menjadi tidak nyenyak tidur
pada malam hari karena khawatir air sungai akan meluap dan banjir
berulang. Adanya perubahan cuaca menjadi musim hujan
menyebabkan kondisi kesehatan penduduk menjadi menurun hal
ini menyebabkan warga cemas jika sakit yang diderita dirinya
maupun keluarganya tidak kunjung sembuh. Selain itu warga juga
cemas disebabkan karena harga kebutuhan pokok naik.
Adapun untuk penyebab depresi diantaranya adakah karena adanya
perasaan tidak dihargai saat berbicara oleh keluarga dan putus
cinta.
43
2.3 Analisa Data
DO:
- 4 dari 6 orang dengan gangguan
jiwa pernah mejalani rawat inap di
RSJ Sambang Lihum karena tidak
rutin dalam melakukan pengobatan
- 1 orang tidak menjalani pengobatan
dan sulit berinteraksi dengan warga
sekitar
- 5 orang (3%) tidak mampu
berkonsentrasi dan berhitung
- 3 orang (2%) ada gangguan dalam
melakukan penilaian
- pasien dengan gangguan jiwa, 1
diantaranya (20%) ada gangguan
dalam melakukan penilaian.
- gejala kognitif sebanyak 14 orang
(9%).
- 31 % berdasarkan hasil pendataan,
pendidikan terakhir adalah SD
44
mengatakan bahwa mereka
mengalami beberapa gejala seperti
yang paling utama adalah sakit
kepala dan kadang susah tidur
karena banyak pikiran yang
berhubungan dengan keadaan
Rumah Tangga serta adanya
kenaikan harga kebutuhan pokok.
- Warga mengatakan penyebab cemas
yang dirasakan dikarenakan
beberapa hal yaitu tidur tidak
nyenyak karena menderita hipertensi
yang mana penyakit tesebut
disebabkan karena kebiasaan warga
di lahan basah yang mengkonsumsi
olahan ikan air tawar seperti iwak
wadi, ikan asin, dan juga mandai,
- Warga mengatakan curah hujan yang
meningkat beberapa waktu terakhir
membuat warga yang tinggal di
pinggiran sungai menjadi tidak
nyenyak tidur karena khawatir air
sungai akan meluap dan banjir
berulang.
- Beberapa warga mengatakan
perubahan cuaca menjadi musim
hujan menyebabkan kondisi
kesehatan penduduk menjadi
menurun hal ini menyebabkan warga
cemas jika sakit yang diderita
dirinya maupun keluarganya tidak
kunjung sembuh. Selain itu warga
juga cemas disebabkan karena harga
kebutuhan pokok naik.
- Beberapa warga mengatakan untuk
penyebab depresi diantaranya
adakah karena adanya perasaan tidak
dihargai saat berbicara oleh keluarga
dan putus cinta.
- Terdapat 7 orang warga yang
mengatakan pernah mengalami
trauma di masa lalu atau kejadian
45
yang tidak menyenangkan seperti
konflik rumah tangga.
DO:
- 4 orang (3%) memiliki mekanisme
koping yang maladaptive
- pasien dengan gangguan jiwa, 1
diantaranya (20%) memiliki
mekanisme koping yang maladaptif.
Hasil SRQ
46
Rencana Dan Intervensi Keperawatan
41
melakukan pengobatan
5. Jelaskan fungsi mengikuti (SINI
KEMARI) pada pasien gangguan
jiwa yang tidak melakukan
pengobatan
2. Ansietas b.d Khawatir tentang NOC : Kontrol Kecemasan Diri (1402) NIC : Bimbingan Antisipatif (5210)
perubahan dalam peristiwa hidup
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bantu klien untuk
- 00146
selama 1 x pertemuan maka diharapkan mengidentifikasi kemungkinan
masalah dapat teratasi dengan kriteria perkembangan situasi bencana
1. Mencari informasi untuk mengurangi yang akan terjadi dan efek yang
kecemasan dapat meningkat dari bisa berdampak pada klien dan
skala 2 (jarang dilakukan) menjadi keluarga
sekala 4 (sering dilakukan) 2. Berikan informasi kepada klien
2. Merencanaan strategi koping untuk mengenai antisipasi kecemasan
situasi yang menimbulkan stress terhapad perubahan yang dapat
dapat meningkat dari skala 2 (jarang terjadi
dilakukan) menjadi sekala 4 (sering 3. Melatih teknk yang digunakan
dilakukan) untuk beradaptasi terhadap
3. Menggunakan stategi koping yang perkembangan situasi bencana
42
efektif dapat meningkat dari skala 2 yang dapat terjadi pada pasien
(jarang dilakukan) menjadi sekala 4 secara tepat
(sering dilakukan) NIC : Terapi Relaksasi (5230)
4. Menggunakan teknik relaksasi untuk 1. Berikan deskripsi detail mengenai
mengurangi kecemasan dapat terapi relaksasi yang diberikan
meningkat dari skala 2 (jarang menganu Senam Anti Galau
dilakukan) menjadi sekala 4 (sering (SILAU)
dilakukan) 2. Jelaskan secara singkat dengan
NOC : Koping (1302) bahas yang mudah dipahami
Setelah dilakukan tindakan keperawatan terkait fungsi SILAU
selama 1 x pertemuan maka diharapkan 3. Ajarkan masyarakat dalam
masalah dapat teratasi dengan kriteria : pelaksanaan gerakan senam anti
1. Mengidentifikasi pola koping yang galau
tidak efektif dari skala 1 (tidakpernah 4. Kolaborasi terhadap kader jiwa
menunjukan ) ke skala 4 (jarang dan pemegang program
menunjukkan) puskesmas terkait jadwal
2. Menyatakan perasaan akan control pelaksanaan senam anti galau
diri dari skala 1 (tidakpernah
menunjukan ) ke skala 4 (jarang
43
menunjukkan)
3. Menyatakan penerimaan terhadap
situasi dari skala 1 (tidakpernah
menunjukan ) ke skala 4 (jarang
menunjukkan)
44
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
45
penkes dirujuk ke RSJ serta tidak mau
dikunjungi oleh pihak Kesehatan
c. Mahasiswa bersama ketua RT
ataupun pihak yang ingin
02 Meminta dan menanyakan memfasilitasi untuk melakukan
pengobatan.
kesediaan waktu untuk 4. Perwakilan dari Balai Desa juga
diadakannya penkes kepada menjelaskan bahwa sudah beberapa
kali ingin membantu dan mencari
keluarga yang memiliki ODGJ solusi untuk pengobatan untuk 1
orang ODGJ yang tidak rutin berobat,
yang tidak rutin berobat
tetapi belum berhasil dilakukan
(Disepakati pada hari jum’at, karena penolakan langsung dari
pasien dengan mengamuk.
28 Oktober 2022) 5. Pada saat dilakukan kunjungan rumah
2. Melakukan Kunjungan rumah dan penkes, pihak dari balai desa
sungai alang, serta keluarga pasien
sekaligus melakukan pendidikan sangat menerima dengan baik adanya
kegiatan tersebut
kesehatan terhadap keluarga yang 6. Keluarga Pasien memahami dengan
memiliki ODGJ dengan pengobatan apa yang sudah disampaikan oleh
mahasiswa tetapi beliau juga
tidak rutin pada tanggal 28 Oktober mengatakan sulit untuk
menerapkannya jika belum dilakukan
2022 pengobatan terlebih dahulu terhadap
a. Menjelaskan tanda dan gejala pasien, karena kondisi pasien
sekarang bisa dikatakan penyakit jiwa
umum serta penatalaksanaan dengan kegawatdaruratan.
O:
dari penyakit pasien
1. Terdapat 1 orang keluarga pasien
3. Berkolaborasi dalam pelayanan yang dilakukan penkes yaitu sepupu
46
kesehatan dan pihak balai desa untuk pasien dengan ODGJ dan dihadiri
juga 2 orang dari Balai Desa Sungai
memfasilitasi pengobatan pasien Alang.
dengan gangguan jiwa yang belum 2. Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
dan berjalan lancar.
melakukan pengobatan rutin 3. Keluarga pasien sangat kooperatif
4. Tidak terdapat hambatan apa pun
(diarahkan untuk dilakukan selama proses kegiatan berlangsung
pengobatan ke RSJ terlebih dahulu A :
dengan memanfaatkan program Masalah teratasi sebagian
P:
“Saliling” dari RSJ Sambang Lihum Fasilitasi Keluarga melakukan
untuk prosedur penjemputan pasien, pengobatan rutin
47
penjemputan “Saliling” belum
dilaksanakan Kembali. Kemudian
memperkenalkan kepada keluarga
pasien mengenai deteksi dini kesehatan
mental dengan skrining (SINI
KEMARI)
a. Jelaskan fungsi mengikuti
(SINI KEMARI) pada pasien
gangguan jiwa yang tidak
melakukan pengobatan
05 Ansietas b.d NIC : Bimbingan Antisipatif (5210) S: Robiatul
November Khawatir - Warga Desa Sungai Alang, Adawiyah,
1. Membantu klien/warga untuk melalui ketua Yasinan S.Kep
2022 tentang
mengidentifikasi kemungkinan mengatakan sangat bersedia
perubahan mengikuti kegiatan skrining dan
dalam perkembangan situasi bencana yang penyuluhan tentang kecemasan Irene Adelina
peristiwa hidup yang dilakukan pada acara S, S.Kep
- 00146 akan terjadi dan efek yang bisa Yasinan hari jum’at, 04 November
berdampak pada klien dan keluarga 2022
- Warga Desa Sungai Alang yang Winda Lestari,
(Dengan melakukan skrining) berhadir pada acara yasinan S.Kep
mengatakan bahwa sebelumnya
2. Memberikan informasi kepada klien belum mengetahui pasti/secara
mengenai antisipasi kecemasan detail tentang kecemasan dan
48
terhapad perubahan yang dapat terjadi penanganannya Novita Dewi
- Setelah dilakukan penyuluhan, Kartika
(melakukan penyuluhan Kesehatan warga Desa Sungai Alang yang Indah, S.Kep
tentang Kecemasan) berhadir di acara yasinan tersebut
mengatakan sudah memahami
3. Melatih teknik yang digunakan untuk tentang kecemasan dan bagaimana Usman, S.Kep
penanganannya
beradaptasi terhadap perkembangan - Warga mengatakan senang sekali
situasi bencana (Melatih/ melakukan bisa melakukan senam Bersama
dan benar-benar anti galau.
demonstrasi SILAU (senam Anti
O:
Galau) untuk mengurangi/mengatasi - Warga yang mengikuti kegiatan
tampak antusias
kecemasan) - Warga yang hadir tampak
kooperatif dalam mengikuti
kegiatan pendidikan kesehatan,
senam anti galau, dan mengikuti
skrining
- Terdapat 70 warga yang
mengikuti kegiatan pendidikan
Kesehatan dan skrining, 30 orang
yang ikut mendemonstrasikan
senam anti galau
- Berdasarkan hasil skrining
didapatkan temuan tiga data
terbanyak yang muncul adalah
gejala penurunan energi
sebanyak 33 orang (47%), gejala
somatik sebanyak 30 orang
(43%), dan gejala cemas
49
sebanyak 29 orang (41%). Pada
urutan berikutnya ialah gejala
depresi sebanyak 19 orang
(27%), tidak ada gejala sebanyak
17 orang (24%), dan gejala
kognitif sebanyak 5 orang (7%).
- Kegiatan pendidikan kesehatan,
senam anti galau dan skrining
turut dihadiri oleh ketua
yasinan/tokoh agama Desa
Sungai Alang serta Pembimbing
lahan dari Puskesmas Karang
Intan 2.
- Kegiatan pendidikan kesehatan,
senam anti galau dan skrining
dilaksanakan pada pukul 14.00-
15.30 wita pada hari jumat 04
November 2022 di RT 01 tempat
dilaksanakannya yasinan Desa
Sungai Alang
A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Lanjutkan intervensi dengan mendorong
warga untuk tetap rutin dalam melakukan
pemeriksaan Kesehatan khususnya
Kesehatan mental dengan skrining (SINI
KEMARI) serta rajin berolahraga dengan
50
SILAU (senam anti galau) untuk
mencapai derajat Kesehatan yang
optimal dengan sehat Jiwa dan raga.
51
BAB IV
PEMBAHASAN
41
Dari 154 sampel ada 11 orang warga mengatakan bahwa mereka mengalami
beberapa gejala seperti yang paling utama adalah sakit kepala dan kadang
susah tidur karena banyak pikiran yang berhubungan dengan keadaan Rumah
Tangga serta adanya kenaikan harga kebutuhan pokok. Warga mengatakan
penyebab cemas yang dirasakan dikarenakan beberapa hal yaitu tidur tidak
nyenyak karena menderita hipertensi yang mana penyakit tesebut disebabkan
karena kebiasaan warga di lahan basah yang mengkonsumsi olahan ikan air
tawar seperti iwak wadi, ikan asin, dan juga mandai, Warga mengatakan
curah hujan yang meningkat beberapa waktu terakhir membuat warga yang
tinggal di pinggiran sungai menjadi tidak nyenyak tidur karena khawatir air
sungai akan meluap dan banjir berulang. Beberapa warga mengatakan
perubahan cuaca menjadi musim hujan menyebabkan kondisi kesehatan
penduduk menjadi menurun hal ini menyebabkan warga cemas jika sakit
yang diderita dirinya maupun keluarganya tidak kunjung sembuh. Selain itu
warga juga cemas disebabkan karena harga kebutuhan pokok naik. Beberapa
warga mengatakan untuk penyebab depresi diantaranya adakah karena adanya
perasaan tidak dihargai saat berbicara oleh keluarga dan putus cinta. Terdapat
7 orang warga yang mengatakan pernah mengalami trauma di masa lalu atau
kejadian yang tidak menyenangkan seperti konflik rumah tangga.
Hasil pengolahan dan tabulasi daria menggunakan instrumen SRQ didapatkan
warga yang mengalami sakit kepala 52 orang, tidak tidur nyenyak sebanyak
20 orang, mengalami cemas, tegang, atau khawatir 20 orang, mengalami
gangguan pencernaan 22 orang, merasa tidak enak di perut 24 orang, mudah
lelah 27 orang, gejala somatik sebanyak 62 orang (40%), dan gejala
penurunan energi sebanyak 32 orang (21%), gejala cemas sebanyak 31 orang
(20%) dan gejala depresi sebanyak 20 orang (13%). Sehingga, Berdasarkan
analisis diatas dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan yang dapat
ditentukan yaitu Ansietas berhubungan dengan Khawatir tentang perubahan
dalam peristiwa hidup.
42
4.3 Analisis Intervensi Pendidikan Kesehatan Perawatan pada pasien ODJG
di Rumah dan Alur Pengobatan Pasien Dengan Masalah Kejiwaan
Dari hasil pengkjian didapatkan 1 orang ODGJ yang tidak menjalani
pengobatan dan sulit berinteraksi dengan warga sekitar. Kemudian pada
minggu ketiga dilakukan implementasi yaitu Pendidikan Kesehatan
Perawatan pada pasien ODJG di Rumah dan Alur Pengobatan Pasien Dengan
Masalah Kejiwaan. Pedidikan Kesehatan dilakukan pada hari Jumat 28
Oktober 2022, tempat pelaksanaan di rumah keluarga pasien ODGJ yang
tidak melakukan pengobatan di Desa Sungai Alang RT 02 pukul 10.00 –
11.00 WITA pada 1 orang keluarga dari orang degan gangguan jiwa dan
perwaklan dari balai desa Sungai Alang, dengan hasil seluruh peserta mampu
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Poster kesehatan jiwa diberikan
kepada keluarga sebagai bahan informasi di rumah. Dalam pelaksanaan
kegiatan tidak mengalami kendala yang berarti sehingga kegiatan dapat
berlangsung dengan lancar. Hasil dari Pendidikan Kesehatan Perawatan pada
pasien ODJG di Rumah dan Alur Pengobatan Pasien Dengan Masalah
Kejiwaan adalah keluarga sudah mampu memahmi mengenai perawatan
ODGJ di rumah tetapi keluarga tidak bisa membujuk pasien tersebut untuk
melakukan pengobatan dikarenakan pasien tersebut dapat mengamuk dan
melukai orang sekitar, Puskesmas sudah pernah turuna tangan untuk membaw
pasien ini berobat tetapi pasien menolak dan mengambuk. Untuk saat ini
Porgram Sambang Lihum Keliling belum dapat beroperasi karena pe
jemputan belum dilaksanakan kembali, sehingga pasien masih belum dapat
dibawa berobat. penyuluhan alur pelaporan dan pengobatan pada orang
dengan gagguan jiwa keluarga mengetahui bagaimana cara pengobatan
dengan masalah gangguan jiwa dan mengetahui ciri-ciri dari masalah
kesehatan jiwa. Menurut keluarga beberapa tahun yang lalau pasien masih
meminum obat tetapi kemudian pasien menolak untuk meminum obat.
Kekambuhan gangguan jiwa juga dapat diakibatkan karena kurangnya
pengetahuan pasien dan keluarga tentang pengobatan seperti melebih-
lebihkan dosis, tidak teratur minum obat, oleh sebab itu perawat perlu
memberikan pendidikan kesehatan agar keluarga dan pasien bisa memahami
43
pentingnya kepatuhan minum obat dan pasien juga dapat mematuhi
pengobatanya. Pendidikan kesehatan (Health education) bagi keluaraga
pasien dan pasien yang kurang memahami pentingnya pengobatan agar
keluarga dan pasien mendapatkan informasi/prngetahuan tambahan
(Andriyani, 2019)
4.4 Analisis Intervensi Pendidikan Kesehatan Antisipasi Kecemasan, SILAU
(Senam Anti Galau), dan SINI KEMARI (Deteksi Dini Kesehatan Mental
dengan Skrining/Skrinning Kesehatan Jiwa)
Dari hasil pengkajian dengan menggunakan SRQ didapatkan data gejala
cemas sebanyak 31 orang (20%), gejala depresi sebanyak 20 orang (13%),
dan gejala kognitif sebanyak 14 orang (9%). Kemudian pada minggu ketiga
dilakukan pengembangan program inovasi yaitu Senam Anti galau untuk
mengantisipasi perasaan cemas. Pengembangan program inovasi juga sudah
berkonsultasi dan bekerja sama dengan pihak Puskesmas Karang Intan 2.
Kegiatan program inovasi melalui senam SILAU (Senam Anti Galau)
bersama warga desa Sungai Alang. Implementasi dilakukan pada minggu
keempat, tempat pelaksanaan di rumah warga RT 01 Desa Sungai Alang
pada minggu keempat hari jumat tanggal 4 November 2022 jam 15.00 –
15.15 WITA pada 30 warga desa Sungai Alang. dengan hasil seluruh warga
mampu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Pemutaran video senam
SILAU sambil melakukan senam bersama warga dan juga dengan
membagikan lefleat senam SILAU kepada peserta untuk dibawa pulang
sebagai bahan informasi di rumah. Dalam pelaksanaan kegiatan tidak
mengalami kendala yang berarti sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan
lancar.
Dengan olahraga dapat membantu untuk mengatasi emosi dan mengurangi
kegelisahan sehingga dapat mengurangi tingkat stres, depresi hingga
kecemasan. Seseorang yang melakukan olahraga secara rutin akan memiliki
tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak
berolahraga secara rutin. Hal itu dikarenakan olahraga dapat menggerakan
seluruh tubuh termasuk otak yang akan bereaksi dan melepaskan hormon
endorphin dimana hormone endorphin merupakan hormone yang
44
mempengaruhi suasana hati, mood, dan memberikan rasa tenang (Pane,
2015). Tingkat stres, depresi hingga kecemasan dapat berkurang apabila
mendapatkan penanganan yang tepat baik dengan menggunakan terapi non
medis maupun medis. Aerobic adalah salah satu terapi non medis yang dapat
digunakan untuk menurunkan tingkat stres. Kata aerobic ini merupakan
bahasa serapan dari bahasa Yunani yaitu aer yang memiliki arti udara dan
bios yang berarti hidup, jadi secara bahasa dapat diartikan bahwa aerobic
adalah hidup dalam udara. Ketika seseorang melakukan senam aerobic, tubuh
mulai memanas dan terjadi peningkatan denyut jantung serta otot akan mulai
bergerak. Hal tersebut akan membuat darah mengalir ke dalam otot secara
lebih cepat, kemudian darah kembali ke paru-paru. Senam aerobic dengan
intensitas yang rendah (low impact) yang dilakukan dengan musik dapat
memberikan efek relaksasi pada tubuh dan muncul perasaan bahagia.
Berbagai bentuk stres dapat diatasi secara efektif dengan olahraga yang
teratur. Saat melakukan aktivitas fisik, otak akan distimulasi dan akan
menimbulkan perasaan sejahtera (Chanel, 2011). Saat senam dilakukan secara
teratur, hormon endorfin dipercaya akan diproduksi dan akan menimbulkan
perasaan sejahtera (Rasak Y.A, 2022).
Pada hari Jumat 04 November 2022 juga dilakukan pendidikan kesehatan
mengenai Anstisipasi Kecemasan yang dilakukan sebelum senam SILAU
agar warga dapat mengetahui mengenai kecemasan dan cara-cara menangani
kecemasan. Warga tampat kooperatif dan memperhatikan pemaparan dari
pemateri. Pendidikan Kesehatan dilakukan pada puku; 14.30- 15.00 dengan
jumlah 70 orang peserta. Health education adalah suatu proses perubahan
pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu. Health Education (Pendidikan kesehatan) adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka ampu melakukan apa yang diharapkan oleh
pendidik (Andriyani, 2019)
Pada kegiatan pendidikan kesehatan ini juga dilakukan SINI KEMARI
(Deteksi Dini Kesehatan Mental dengan Skrining/Skrinning Kesehatan Jiwa)
yang diikuti oleh 70 warga. Data tersebut akan diberikan kepada UPT Karang
45
Intan 2 sebagai penambahan data mengenai kesehatan jiwa warga Desa
Sungai Alang untuk bahan pertimbangan tindakan selanjutnya. Dengan hasil
tiga data terbanyak yang muncul adalah gejala penurunan energi sebanyak 33
orang (47%), gejala somatik sebanyak 30 orang (43%), dan gejala cemas
sebanyak 29 orang (41%). Pada urutan berikutnya ialah gejala depresi
sebanyak 19 orang (27%), tidak ada gejala sebanyak 17 orang (24%), dan
gejala kognitif sebanyak 5 orang (7%).
46
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengkajian, tujuan, analisis data, penyusunan
intervensi, implementasi, hingga dengan evaluasi di Desa Sungai Alang
dapat disimpulkan bahwa:
1. Setelah dilakukan pengkajian dan menurut data UPT Puskesmas Karang
Intan 2 di Desa Sungai Alang terdapat 6 orang dengan masalah
gangguan jiwa. Dari 6 orang tersebut 5 orang sudah menjalani
pengobatan rutin dan perawatan dirumah, dan 1 orang tidak menjalani
pengobatan dan sulit berinteraksi dengan warga sosial dan mahasiswa.
2. Setelah dilakukan pengkajian menggunakan instrumen Self Rating
Questionnaire pada 154 sampel didapatkan 31 orang warga (20%) di
Desa Sungai Alang mengalami kecemasan. Penyebab cemas yang
dirasakan dikarenakan beberapa hal yaitu tidur tidak nyenyak karena
beberapa warga menderita hipertensi yang mana penyakit tesebut
disebabkan karena kebiasaan warga di lahan basah yang mengkonsumsi
olahan ikan air tawar seperti iwak wadi, ikan asin, dan juga mandai yang
difermentensi melalui garam atau natrium yang banyak didapatkan di
lingkungan lahan basah, selain itu penyebab cemas yang dirasakan
adalah karena dalam beberapa waktu adanya curah hujan yang
meningkat membuat warga yang tinggal di pinggiran sungai menjadi
tidak nyenyak tidur pada malam hari karena khawatir air sungai akan
meluap dan banjir berulang. Adanya perubahan cuaca menjadi musim
hujan menyebabkan kondisi kesehatan penduduk menjadi menurun hal
ini menyebabkan warga cemas jika sakit yang diderita dirinya maupun
keluarganya tidak kunjung sembuh. Selain itu warga juga cemas
disebabkan karena harga kebutuhan pokok naik.
3. Implementasi keperawatan pertama yang telah diberikan yaitu
Pendidikan Kesehatan Perawatan pada Pasien ODGJ di Rumah dan Alur
Pengobatan Pasien dengan Masalah Kejiwaan terhadap 1 orang keluarga
ODGJ yang tidak melakukan pengobatan.
47
4. Implementasi keperawatan kedua yang telah diberikan yaitu SINI
KEMARI (Deteksi Dini Kesehatan Mental dengan Skrining) yang
diikuti oleh 70 warga untuk melakukan skrinning kesehatan jiwa.
Selanjutnya diberikan pendidikan kesehatan mengenai antisipasi
kecemasan pada 70 warga tersebut dan penerapan program inovasi
melalui SILAU (Senam Anti Galau) terhadap 30 orang warga Desa
Sungai Alang untuk mengurangi kecemasan.
5. Setelah dilakukan impelementasi keperawatan kemudian dilakukan
evaluasi terhadap target sasaran implementasi pertama, yaitu keluarga
yang merawat ODGJ. Keluarga sudah mampu memahami mengenai
perawatan ODGJ di rumah tetapi keluarga tidak bisa membujuk pasien
tersebut untuk melakukan pengobatan dikarenakan pasien tersebut dapat
mengamuk dan melukai orang sekitar. Pihak puskesmas sudah pernah
turun tangan untuk membawa pasien ini berobat tetapi pasien menolak
dan mengamuk. Untuk saat ini Program Sambang Lihum Keliling belum
dapat beroperasi karena penjemputan belum dilaksanakan kembali,
sehingga pasien masih belum dapat dibawa berobat. Penyuluhan alur
pelaporan dan pengobatan pada orang dengan gangguan jiwa dengan
hasil keluarga mengetahui bagaimana cara pengobatan dengan masalah
gangguan jiwa dan mengetahui ciri-ciri dari masalah kesehatan jiwa.
6. Evaluasi terhadap kegiatan implementasi kedua yaitu SINI KEMARI
(Deteksi Dini Kesehatan Mental dengan Skrining) ialah data skrining
tersebut akan diberikan kepada UPT Karang Intan 2 sebagai
penambahan data mengenai kesehatan jiwa warga Desa Sungai Alang
untuk bahan pertimbangan tindakan selanjutnya. Dengan hasil tiga data
terbanyak yang muncul adalah gejala penurunan energi sebanyak 33
orang (47%), gejala somatik sebanyak 30 orang (43%), dan gejala cemas
sebanyak 29 orang (41%). Pada urutan berikutnya ialah gejala depresi
sebanyak 19 orang (27%), tidak ada gejala sebanyak 17 orang (24%),
dan gejala kognitif sebanyak 5 orang (7%). Untuk pendidikan kesehatan
mengenai antisipasi kecemasan didapatkan hasil warga dapat
mengetahui mengenai kecemasan dan cara-cara menangani kecemasan,
48
warga tampak kooperatif dan memperhatikan pemaparan dari pemateri.
Dengan total 2 warga dapat menjawab dengan benar pertanyaan
mengenai penanganan kecemasan dan tanda gejalanya. Program inovasi
SILAU (Senam Anti Galau) juga disambut baik oleh seluruh peserta
dengan seluruh warga mampu mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir, tidak mengalami kendala yang berarti sehingga kegiatan dapat
berlangsung dengan lancar dan menunjukkan ekspresi yang sangat ceria.
Peserta juga mengatakan bahwa memang benar SILAU ini tidak akan
membuat galau karena memberikan efek menyenangkan dan
menenangkan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Desa Sungai Alang
Diharapkan Perangkat Desa Sungai Alang dapat terus berkoordinasi
dengan Puskesmas Karang Intan 2 jika terdapat keluhan mengenai
masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
5.2.2 Bagi UPT Puskesmas Karang Intan 2
Diharapkan untuk pihak UPT Puskesmas Karang Intan 2 agar dapat
melakukan pengkajian SRQ kepada warga di wilayah kerja UPT
Puskesmas Karang Intan 2 secara berkala dan mengerahkan kader
jiwa untuk membantu masalah kejiwaan pada warga. Dengan adanya
video program inovasi SILAU (Senam Anti Galau) juga diharapkan
dapat dilaksanakan secara berkala, baik tiap minggu ataupun tiap
bulan, oleh pihak puskesmas dengan masyarakat.
5.2.3 Bagi Warga Desa Sungai Alang
Diharapkan warga Desa Sungai Alang dapat memanfaatkan media
informasi yang telah diberikan berupa leaflet dengan informasi
mengenai kurangi kecemasan dengan SILAU (Senam Anti Galau)
yang dilengkapi dengan cara penanganan kecemasan dan langkah-
langkah SILAU, sehingga dapat menerapkan SILAU pada dirinya
sendiri maupun keluarga dan teman-teman.
49
5.2.4 Bagi Institusi dan Mahasiswa Program Pendidikan Ners
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi dan mahasiswa Ners
dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa di komunitas.
50
DAFTAR PUSTAKA
Andrriyanni. 2016. Health Education Pada PAsien Skizofrenia dengan
Ketidakpatuhan Minum Obat di Wilayah Kabupaten Magelang.
Program Studi Keperawtan FIK. Universitas Muhammidyah
Magelang.
Ah. Yusuf, Rizky F.PK, Hanik E.N. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Salemba Medika : Jakarta.
Arifin, Mokhamad. (2012). “Rancangan Instrumen Deteksi Dini Gangguan
Jiwa Untuk Kader dan Masyarakat di Kabupaten Pekalongan”.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol V No.2 September 2006.
Bahtera, YPMB, Romadaningsih, TW, Sari, N, Rahmad, R, Nurnidawati,
N, Tsariy, NM. 2021. Laporan Akhir Asuhan Keperawatan
Kesehatan Lahan Basah di Desa Sungai Alang Wilayah Kerja UPT
Karang Intan 2 Kabupaten Banjar. Banjarbaru: Program Studi
Pendidikan Profesi Ners FK ULM.
Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. UPT UNDIP
Press : Semarang.
Husaini, Marlinae L & Panghiyangani R. 2019. Kesehatan Masyarakat di
Lingkungan Lahan Basah. Malang: CV IRDH.
Lilik Ma’rifatul Azizah, Imam Zainuri, Amar Akbar. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Edisi Pertama Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan
Jiwa. Jakarta; Pubdik SDM Kesehatan.
Panghiyangani R, Marlinae L, Husaini. 2019. Kesehatan Masyarakat Di
Lingkungan Lahan Basah. CV. IRDH. Malang
Ramsar Convention Secretariat, 2016. The Fourth Ramsar Strategic Plan
2016-2024. Ramsar handbooks for the wise use of wetlands, 5th
edition, vol.2. Ramsar Convention Secretariat, Gland, Switzerland.
Rasak Y.A. 2022. Pengaruh Senam Aerobic Low Impact Terhadap
Tingkat Stres, Tingkat Depresi Dan Tingkat Kecemasan Pada
Mahasiswa. Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin.
51
Stuart, G.W., 2013. Principles and practice of Psychiatric Nursing. (7th
ed). Philadelphia. Mosby.
Syisnawati, Budi Anna Keliat, dan Y. S. E. P. (2017). Penerapan Terapi
Relaksasi Otot Progressif Pada Klien Ansietas Di Kelurahan
Ciwaringin, Bogor. Journal Of Islamic Nursing, Vol 2 No 2, 69–
75.
Lampiran
LAPORAN HASIL PENYULUHAN
Disusun Oleh :
Kelompok F
53
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Kelompok F
Mengetahui,
Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M. Kep Nor Ella Dayani, S.Kep., Ns
NIPK. 19801215 200812 2 003 NIP. 199210272022032005
55
Media : Poster
Anggota Penyuluhan :
1. Moderator : Usman, S.Kep
2. Penyaji materi : Novita Dewi K.I, S.Kep.
3. Observer : Robiatul Adawiyah K.I, S.Kep
4. Fasilitator : Irene Adelina Silalahi, S.Kep
Winda Lestari, S.Kep
Setting Tempat
Keterangan :
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Observer
: Fasilitator
E. Kegiatan Penyuluhan
gangguan jiwa di
rumah
4. Menyampaikan 5. Mendengarkan
kontrak waktu dan
tempat penyuluhan 6. Mendengarkan
5. Menanyakan
persetujuan peserta
6. Menyampaikan TIU
dan TIK
Menjelaskan materi 1. Mendengarkan
tentang :
1. definisi kesehatan
jiwa, orang dengan 1. Mendengarkan
masalah kejiwaan dan
orang dengan 2. Mendengarkan
gangguan jiwa
3. Mendengarkan Ceramah
2. Penyebab gangguan
jiwa dan
Pelaksanaan 12 menit 4. Mendengarkan Poster
3. Perawatan pasien Tanya
di rumah
4. Alur pengobatan pada
pasien dengan masalah
kejiwaan
5. Definisi obat jiwa dan
manfaat obat jiwa
2.
Penutup 5 menit 1. Melakukan evaluasi 1. Memperhatikan Tanya Poster
dengan memberikan dan menjawab Jawab
pertanyaan dan pertanyaan serta
selanjutnya memberi mengajukan
kesempatan untuk pertanyaan
57
bertanya dan menjawab
pertanyaan.
2. Menyimpulkan tentang 2. Mendengarkan
materi yang telah
disampaikan.
3. Menjawab salam
3. Menutup dan
mengucapkan salam
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Peserta penyuluhan siap di tempat 10 menit sebelum penyuluhan.
b) Tempat pelaksanaan siap 30 menit sebelum penyuluhan.
c) Anggota penyuluhan siap 20 menit sebelum penyuluhan.
d) Media penyuluhan siap 30 menit sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan bertanya
b) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan mengetahui dan memerhatikan materi penyuluhan yang
diberikan.
c) Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
d) Kehadiran peserta diharapkan 100% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
H. Lampiran
Lampiran I (Materi Penyuluhan)
Lampiran II (Poster)
I. Dokumentasi
Lampiran III ( Dokumentasi)
J. Refrensi
Buku: Friedman, M. Marilyn. (1998). Keperawatan Keluarga :Teori dan Praktik.
Jakarta. : EGC. Moleong J.Lexy. (2011).
Dewi, K.S. (2012). Buku Ajar Kesehatan Mental. Lembaga Pengembangan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Dipenogoro. Semarang
Keliat, Budu Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. EGC, Jakarta.
59
Lampiran I (Materi Penyuluhan)
1. Definisi Kesehatan Jiwa, Orang dengan Masalah Kejiwaan dan Orang
dengan Gangguan Jiwa
World Health Organization tahun 2001, menyatakan bahwa kesehatan mental
merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya
terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar,
untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di
komunitasnya (Dewi, 2012).
Kesehatan mental atau kesehatan jiwa menurut seorang ahli kesehatan Merriam
Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik,
dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi,
berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Inti dari kesehatan mental sendiri adalah lebih pada keberadaan dan
pemeliharaan mental yang sehat (Dewi, 2012). Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa Pasal 1
menyebutkan bahwa Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK adalah
orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan
perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami
gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat
ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan
perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU No 18 tahun
2014 Pasal 1).
2. Penyebab Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa memiliki berbagai macam penyebab. Penyebab gangguan jiwa
dapat bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan
seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semenamena, kehilangan orang
yang dicintai, kehilangan pekerjaan dan sebagainya. Selain itu ada pula
gangguan jiwa yang disebabkan oleh faktor organik, kelainan saraf, dan
gangguan pada otak (Sutejo, 2017). Gejala utama atau gejala yang paling
menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab
utamanya mungkin dibadan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik),
ataupun psikis (psikogenik) (Maramis, 2010).
Menurut Santrock (2013) dalam Sutejo (2017), penyebab gangguan jiwa dapat
dibedakan atas :
a. Faktor Biologis/Jasmaniah
1) Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas
dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi
hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang
tidak sehat.
2) Jasmaniah
Beberapa peneliti berpendapat bentuk tubuh seseorang berhubungan
dengan ganggua jiwa tertentu.
3) Temperamen
Orang yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan mengalami
gangguan jiwa.
4) Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kanker, dan
sebagainya mungkin dapat menyebabkan rasa murung dan sedih.
Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa
rendah diri.
b. Faktor Psikologis
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami
akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya. Pemberian kasih sayang
orang tua yang dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan menimbulkan
rasa cemas dan tekanan serta memiliki kepribadian yang bersifat menolak
dan menentang terhadap lingkungan.
c. Faktor Sosio-Kultural
Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna”
gejala-gejala. Disamping memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
61
kepribadian seseorang, misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang
berlaku dalam kebudayaan tersebut
3. Perawatan Pasien Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah
Perawatan pasien dengan gangguan jiwa di rumah melalui dukungan keluarga.
Keluarga merupakan unit paling dekat dengan penderita, dan merupakan
“perawat utama” bagi penderita. Umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga
kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawatnya. Oleh karena itu,
perawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan
penderita, tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengatasi kesehatan dalam keluarga tersebut
(hartanto, 2014).
Dukungan social keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan social berbeda dalam berbagai tahap-tahap
siklus kehidupan. Dukungan social keluarga dapat berupa dukungan social
internal, seperti dukungan dari suami, istri, atau dukungan dari saudara
kandung, dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga
inti. Dukungan social keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan
kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman. Marrillyn 1998 dalam Moleong
J.Lexy 2011).
Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan
penderita di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak
diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat
kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit
akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga
kemungkinan kambuh dapat dicegah.
Setiadi 2008 dalam Hartanto (2014) menerangkan bahwa keluarga memiliki
empat fungsi suportif, antara lain
1. Dukungan informasional Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
penyebar informasi tentang dunia.
2. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan
balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber
dan validator identitas keluarga.
3. Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah sebuah sumber
pertolongan gratis dan konkrit
4. Dukungan emosional Keluarga sebagai suatu tempat yang aman dan damai
untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Berikut ini adalah masalah keperawatan yang dihadapi oleh pasien yang
mengalami gangguan jiwa dan bagaimana upaya perawatan keluarga selama di
rumah (Budi Anna Keliat. 2011) antara lain:
1. Pasien dengan masalah perawatan perilaku kekerasan (PK)
Upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga adalah :
a. Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan marah atau jengkelnya
b. Bantu klien mengidentifikasi penyebab marah
c. Bicarakan dengan klien akibat/kerugian akibat marah
d. Bantu klien untuk memilih cara yang tepat dan bantu klien
mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
e. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam jika sedang marah
f. Anjurkan klien untuk mengatakan bahwa dirinya sedang
marah/jengkel/kesal
g. Bantu klien untuk melakukan cara marah yang sehat
h. Bantu klien untuk minum obat sesuai dengan yang diprogramkan dokter
i. Anjurkan pasien untuk bribadah dan berdoa
2. Pasien dengan masalah perawatan Halusinasi
Upaya perawatan yang dilakuakn oleh keuarga pada pasien yang mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Jangan biarkan pasien sendiri
b. Anjurkan untuk terlibat dalam kegiatan di rumah (buat jadwal kegiatan
pasien)
c. Bantu klien untuk berlatih cara mengehentikan halusinasi
d. Mengawasi pasien minum obat
e. Jika psien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri segera sapa dan
diajak bicara
f. Beri pujian yang positif pada psien jika mampu melakukan apa yang
dianjurkan
g. Segera bawa ke rumah sakit jika halusinasi berlanjut
3. Pasien dengan masalah perawatan Harga Diri Rendah (HDR)
63
Upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga pada pasien dengan HDR
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan harga diri pasien
1) Menjalin hubungan saling percaya
2) Memberi kegiatan sesuai kemampuan pasien
3) Menggali kekuatan pasien
b. Dorong pasien mengungkapkan perasaannya
1) Bantu melihat kemapuan klien
2) Bantu mengenal harapan
3) Mengevaluasi diri
c. Menetapkan tujuan nyata
d. Mengambil keputusan
e. Sikap keluarga
4. Pasien dengan masalah perawatan Menarik Diri (MD)
Upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga pada pasien dengan MD
adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan sehari-hari
b. Membantu komunikasi teratur
c. Melibatkan dalam kegiatan di keluarga dan masyarakat
5. Pasien dengan masalah perawatan Defisit Perawatan Diri (DPD)
Upaya perawatan yang dilakukan oleh keluarga pada psien dengan DPD
adalah sebgai berikut :
a. Meningkatkan kesadaran dan percaya diri pasien
b. Membimbing dan mendorong pasien merawat diri
c. Menciptakan lingkungan yang mendukung
d. Sikap memperhatikan kepada pasien
4. Alur Pengobatan Pada Pasien Dengan Masalah Kejiwaan
Pengobatan pada pasien dengan gangguan jiwa dapat dilakukan di pusat
pelayanan kesehatan yang pertama yaitu melalui Puskesmas, dengan alur
sebagai berikut :
Kontrol rutin
Pengawasan minum
obat
65
5. Definisi Obat Jiwa dan Manfaatn Obat Jiwa
Obat adalah suatu zat yang digunakan dalam pencengahan dan
penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi
yang menggunakan (BPOM, 2015). Macam-macam obat jiwa
Berdasarkan efek klinik, obat psikotropika dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu golongan antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan
antimaniak (mood stabilizer) (Yusuf dkk, 2015).
a. Antipsikotik
Indikasi utama dari obat golongan ini adalah untuk penderita
gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik lainnya). Berefek
mengurangi delusi dan halusinasi tanpa efek sedative yang
berlebihan.
b. Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat
mengurangi atau menghilangkan gejala depresif.
c. Antiansietas (Anxiolytic Sedative)
Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan
yang patologis tanpa banyak berpengaruh pada fungsi kognitif.
Secara umum, obat-obat ini berefek sedatif dan berpotensi
menimbulkan toleransi/ketergantungan.
d. Antimanik (Mood Stabilizer)
Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan
afektif bipolar terutama episodik mania dan sekaligus dipakai untuk
mencegah kekambuhannya.
Manfaat Obat
a. Membantu klien istirahat
b. Membantu klien mengendalikan emosi
c. Membantu klien mengendalikan perilaku
d. Membantu klien proses pikir (konsentrasi)
e. Proses berpikir ke arah logika
f. Efek samping obat
g. Tanda – tanda vital dalam batas normal
Rentang waktu pengobatan gangguan jiwa
Pengobatan gangguan jiwa membutuhkan waktu yang lama dan tidak
menimbulkan efek ketagihan bagi klien asalkan dilakukan sesuai dengan
anjuran dokter.
a. Terapi awal, dosis dinaikkan secara bertahap sampai ditemukan dosis
yang optimal bagi klien (1 minggu - 3 minggu)
b. Terapi pengawasan (8 minggu - 10 minggu )
c. Terapi pemeliharaan (6 bulan sampai 3-5 tahun)
Lampiran II Poster
67
Lampiran III Dokumentasi
Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Perawatan Pasien dengan Gangguan Jiwa di Rumah
dan Alur Pengobatan pada Pasien Dengan Masalah Kejiwaan di
Sungai Alang Wilayah Kerja UPT Karang Intan 2 Kabupaten Banjar
69
a. Peserta mengatakan memahami tentang materi penyuluhan yang
disampaikan.
b. Peserta menerima secara positif terkait materi yang diberikan oleh
penyuluh
c. Penyaji memberikan 2 pertanyaan pada peserta dan 2 jawaban dijawab
dengan benar.
d. Progres selanjutnya adalah mengkoordinasikan dengan RSJ Sambang
Lihum mengenai Porgram Sambang Lihum Keliling untuk menjemput
pasien dengan ODGJ yang tidak mau berobat.
12. Saran
Saran agar pendidikan kesehatan di desa Sungai Alang mengnai kesehatan
jiwa dapat lebih sering untuk dilaksanakan dan diprogramkan agar
masyarakan dapat mencapai kesehatan jiwa yang optimal.
LAPORAN HASIL PENYULUHAN
KECEMASAN (ANSIETAS)
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT DESA
KARANG INTAN 2
Tanggal 04 November 2022
Disusun Oleh :
Kelompok F
71
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PENYULUHAN
KECEMASAN (ANSIETAS)
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA UPT KARANG
INTAN 2
04 November 2022
Kelompok F
Novita Dewi K. I., S.Kep 2130913720002
Winda Lestari, S.Kep. 2130913320064
Robiatul Adawiyah, S.Kep. 2130913320048
Irene Adelina Silalahi, S.Kep. 2130913320063
Usman, S.Kep. 2120933120029
Mengetahui,
Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns., M. Kep Nor Ella Dayani, S.Kep., Ns
NIPK. 19801215 200812 2 003 NIP. 199210272022032005
D. Penyuluhan
Waktu : 30 Menit / 14.30 – 15.00 WITA
Hari/Tanggal : Jumat, 04 November 2022
Tempat : Rumah Warga RT 01 Desa Sungai Alang
Sasaran : Warga Sungai Alang
Metode : Ceramah dan diskusi (tanya jawab)
Media : PPT dan Leafleat
Anggota Penyuluhan :
1. Moderator : Winda Lestari, S.Kep
2. Penyaji materi : Novita Dewi. K.I, S.Kep.
3. Observer : Robiatul Adawiyah , S.Kep
4. Fasilitator : Usman, S.Kep
- Irene Adelina Silalahi, S.Kep
Setting Tempat
73
Keterangan :
: Pemateri
: Moderator
: Peserta
: Observer
: Fasilitator
E. Kegiatan Penyuluhan
3.
Penutup 10 menit 4. Melakukan evaluasi 4. Memperhatikan Tanya PPT
dengan memberikan dan menjawab Jawab
pertanyaan dan pertanyaan serta
selanjutnya memberi mengajukan
kesempatan untuk pertanyaan
bertanya dan menjawab
pertanyaan.
5. Menyimpulkan tentang 5. Mendengarkan
75
mengucapkan salam
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Peserta penyuluhan siap di tempat 10 menit sebelum penyuluhan.
b) Tempat pelaksanaan siap 30 menit sebelum penyuluhan.
c) Anggota penyuluhan siap 20 menit sebelum penyuluhan.
d) Media penyuluhan siap 30 menit sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan bertanya
b) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan mengetahui dan memerhatikan materi penyuluhan yang
diberikan.
c) Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dengan sasaran.
d) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan selama
kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Kehadiran peserta diharapkan 80%
c) Peserta dapat menjawab pertanyaan 2 dari 2 pertanyaan yang diajukan
H. Lampiran
Lampiran I (Materi Penyuluhan)
Lampiran II (Leafleat)
I. Dokumentasi
Lampiran III ( Dokumentasi)
J. Refrensi
1. Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada
Lanjut Usia (Lansia). Konselor, 5 (2), 93–99.
2. Alsa, A. 20016. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan
Kepercayaan Diri Remaja Penyandang Cacat Fisik. Semarang. Jurnal
Psikologi. No.1. 47-48.
3. Fahmi, M. 20017. Kesehatan Jiwa dan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Jakarta: Penerbit Bulan Bintang
4. Hoesodo. 2001. Mengatasi Kecemasan, Jakarta : PT Gramedi Pustaka
Utama
77
Lampiran I (Materi Penyuluhan)
1. Definisi Ansietas
2. Tingkatan Ansietas
a. Faktor predisposisi
Menurut Fahmi, (2017) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:
79
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c) Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar
perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan
keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu
yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
dalam kehidupan selanjutnya.
d) Sosial budaya. Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor
ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya ansietas.
3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis
mekanisme koping sebagai berikut;
81
merubah peristiwa dalam hidup, Insomnia, Perasaan gelisah.
1) Afektif
Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita
berlebihan, Nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara
menetap, Gemeretak, Ketidak pastian, Kekhawatiran meningkat,
Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak adekuat, Ketakutan,
Distressed, Khawatir, prihatin dan Mencemaskan
2) Fisiologis
Suara bergetar, Gemetar/ tremor tangan, Bergoyang-goyang,
Respirasi meningkat (Simpatis), Kesegeraan berkemih
(Parasimpatis), Nadi meningkat (Simpatis), Dilasi Pupil (
Simpatis) Refleks-refleks meningkat (Simpatis), Nyeri abdomen
Gangguan tidur.
3) Kognitif
Hambatan berfikir, Bingung, Preokupasi, Pelupa, Perenungan,
Perhatian lemah, Lapang persepsi menurun, Takut akibat yang
tidak khas, Cenderung menyalahkan orang lain., Sukar
berkonsentrasi, Kemampuan berkurang terhadap : (Memecahkan
masalah dan belajar), Kewaspadaan terhadap gejala fisiologis,
Dilakukan dengan cara pada saat ada rasa cemas pasien melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi rasa cemas, misal: menonton TV,
memasak, pergi liburan
4) Spritual
83
Lampiran II Leaflet
Lampiran III Dokumnetasi Kegiatan
85
Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Antisipasi Kecemasan di Sungai Alang Wilayah Kerja UPT Karang
Intan 2 Kabupaten Banjar
87
2) Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menanangani
kesemasan?
11. Evaluasi Hasil
a. Peserta mengatakan memahami tentang materi penyuluhan yang
disampaikan.
b. Peserta menerima secara positif terkait materi yang diberikan oleh
penyuluh
c. Penyaji memberikan 2 pertanyaan pada peserta dan 2 jawaban
dijawab dengan benar.
12. Saran
Saran agar pendidikan kesehatan di desa Sungai Alang mengenai kesehatan
jiwa dapat lebih sering untuk dilaksanakan dan diprogramkan agar
masyarakan dapat mencapai kesehatan jiwa yang optimal.
LAPORAN HASIL KEGIATAN
SENAM ANTI GALAU : SENAM AEROBIC LOW IMPACT
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG INTAN 2
04 November 2022
Disusun Oleh:
Kelompok F
89
LEMBAR PENGESAHAN
04 November 2022
Kelompok F
Mengetahui,
I. Tujuan
II. Metode
Mendemonstrasikan senam Aerobic Low Impact
III. Media
a. Speaker
b. Video Senam Aerobic Low Impact
c. Laptop
IV. Setting Tempat
1 2 3
91
Keterangan :
1. Pemandu senam
2. Pemandu senam
3. Pemandu senam
4. Fasilitator
5. Observer
V. Kegiatan Peserta
NO WAKTU KEGIATAN
PERSENTATOR AUDIENS
1. 5 Menit Pembukaan : a. Membalas Salam
a. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
b. Menjelaskan tujuan senam c. Memberi respon
Aerobic Low Impact yang
telah disepakati
c. Kontrak Waktu
2. 30 Menit Kegiatan Inti : a. Mengatur barisan
a. Mengatur barisan peserta b. Melakukan pemanasan
b. Pemanasan c. Mengikuti senam Aerobic
Low Impact
c. mengikuti bersama cara senam
Aerobic Low Impact
4. 5 menit Penutup :
a. Menyimpulkan hasil senam a. Aktif bersama
93
VII. Evaluasi
A. Evaluasi Struktur
b. Ruang kondusif untuk kegiatan.
c. Peralatan memadai dan berfungsi.
d. Media tersedia dan memadai.
e. SDM memadai.
B. Evaluasi Proses
a. Ketepatan waktu pelaksanaan.
b. Peran serta aktif dari audiens
c. Kesesuaian peran dan fungsi dari kegiatan
d. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan.
C. Evaluasi Hasil
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai :
a. Peserta dapat mendemonstrasikan senam Aerobic Low Impact dengan benar
b. Peserta dapat mengambil manfaat dari senam Aerobic Low Impact.
Referensi :
Ayu, W. S. (2018) Diagnosis Dan Patofisiologi Gangguan Depresi Mayor.
Denpasar.
Candrawati, S., Sulistyoningrum, E., Agung Prakoso, D. B., & Pranasari, N. (2016).
‘Senam Aerobik Meningkatkan Daya Tahan Jantung Paru dan Fleksibilitas’.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(1), 6973.
Hardianti, S. (2019). ‘Pengaruh Senam Aerobik terhadap penurunan tekanan darah
pada ibu-ibu PKK kelurahan Buakana kecamatan Rappocini kota Makassar’.
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR).
Hellerstein, M. (2020). ‘What are the roles of antibodies versus a durable, high
quality T-cell response in protective immunity against SARS-CoV-2?
[Review]’. Vaccine: X, 6.
Hutama, B. M. R. P. (2020). ‘Pengaruh brain gym terhadap tingkat stress pada
remaja prodi S1 Keperawatan Di Stikes Muhammadiyah Klaten’. (Doctoral
dissertation, STIKES Muhammadiyah Klaten).
Jayanti, K. D., & Or, M. (2021). Senam Aerobik. Media Sains Indonesia.
Nugraheningsih, G., & Saputro, Y. A. (2020). ‘Hasil pengabdian pada masyarakat
pelatihan senam aerobic untuk meningkatkan kebugaran jasmani’. KoPeN:
Konferensi Pendidikan Nasional, 2(1), 109-111.
Pomatahu, A. R. (2015). Senam Aerobik (Mosesahi) Untuk Kesehatan Paru.
Gorontalo: Ideas Publishing.
Prashobhith, K. P. (2015). Effect of Low Impact Aerobic Dance Exercise On VO₂
Max Among Sedentary Men Of Kannur (District) Of Kerala. American
STIKES Santa Elisabeth Medan 80 International Journal of Research in
Humanities,ArtsandSocialSciences: ISSN,
(http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.919.7302
&rep=rep1&type=pdf.
95
Lampiran I Materi
Aerobic berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobic erat dengan oksigen. Dan
aerobic berdasarkan istilahnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti hidup dengan
udara atau oksigen, maka dalam perkataan aerobic berarti kegiatan fisik yang
membutuhkan udara atau oksigen untuk menunjang aktivitas tubuh kita (Rosidah, 2013).
Olahraga aerobic adalah latihan yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran
oksigen, contohnya senam. Senam aerobic merupakan latihan yang menggabungkan
berbagai macam gerak, berirama, teratur dan terarah, serta pembawaanya yang riang.
Senam aerobic mempunyai susunan latihan yang seimbang antara upper body dan lower
body.
Menurut Wicaksono (2011), senam aerobic adalah olahraga yang dilakukan secara terus
menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh. Latihan aerobic dimulai
dengan pemanasan selama 5 menit kemudian diikuti dengan Latihan pokok dengan
mengukur maksimum detak jantung dengan pencapaian 220 dikurangi usia yang sedang
berlatih per menit (DNM). Latihan ini dilakukan selama 20 menit, namun bila dilakukan
setiap hari atau bila tidak ada waktu boleh dilakukan 3x30 menit per minggu
(Hanisaningrum, 2020). Tarian
Menurut Jayanti pada tahun 2021 senam aerobic dapat dibagi sebagai berikut :
1) High Impact Aerobic (senam aerobik aliran / gerakan keras)
Senam aerobic high impact merupakan salah satu bentuk senam aerobic. Dimana
pelaksanaannya pada waktu melakukan senam ada saat kedua kaki melayang,
sehingga gerakannya berupa gerakan lari, melompat, dan melempar kaki. Senam
aerobic juga biasa digunakan pada tingkatan yang sudah terlatih yang berguna untuk
meningkatkan intensitas latihan dengan gerakan music yang lebih cepat. Gerakan
yang digunakan pun seperti step-step vertikal, melompat, jogging dan diiringi
memutar (twist). Hal tersebut menyebabkan resiko cedera pun akan lebih besar
dibandingkan jenis senam lain. Senam ini juga sangat baik dilakukan sebagai senam
lanjutan bagi individu yang ingin memiliki berat badan yang baik. Hal tersebut
dikarenakan gerakan pada senam aerobic high impact, latihan-latihan yang sangat
membutuhkan kelincahan, kecepatan, power yang bertujuan untuk meningkatkan
daya tahan dikarenakan intensitasnya dari sedang ke tinggi. Pelaksanaanya pun
dilakukan setelah pemanasan 5-10 menit dengan tempo antara 100-120 ketukan per
menit dan dilanjutkan dengan gerakan high impact selama 20-30 menit dengan tempo
140-170 ketukan per menit (Jayanti, 2021).
Latihan senam aerobic low impact merupakan salah satu bentuk Latihan dalam
senam aerobic. Pelaksanaan senam aerobic low impact adalah kedua kaki atau salah
satu kaki selalu menyentuh lantai, gerakan yang digunakan adalah gerakan jalan
cepat. Senam aerobic biasanya diperuntukkan bagi pemula. Irama yang digunakan
pun agak lambat dan bertahap dari ketukan yang pelan hingga ketukan yang agak
cepat. Gerakan yang digunakan gerakan pendek seperti Langkah yang
pendek,gerakan kaki yang menggeser ke samping, melangkah ke depan, menyilang
dan jalan di tempat. Latihan ini sangat cocok untuk peningkatan daya tahan
dikarenakan intensitas latihannya yang cenderung rendah dan dapat dilakukan dalam
97
durasi yang lama. Senam ini juga sangat cocok bagi individu yang memiliki berat
badan diatas normal. Senam ini akan membantu mengurangi beban pada persendian
yang akhirnya bertujuan untuk membakar lemak dan mengubah proporsi tubuh.
Pelaksanaan senam aerobic low impact ini dilakukan setelah pemanasan selama 5-10
menit dengan tempo 100-120 ketukan per menit, kemudian dilanjutkan dengan
senam inti selama 20-30 menit dengan tempo 138-144 ketukan per menit (Jayanti,
2021). Berikut prinsip yang digunakan dalam senam aerobic.
low impact :
a. . Frekuensi
Frekuensi latihan adalah berapa kali latihan intensif yang dilakukan oleh
seseorang. Frekuensi latihan untuk senam aerobik dilakukan 2-5 kali seminggu.
Apabila frekuensi latihan lebih dari 5 kali maka dikhawatirkan tubuh tidak cukup
beristirahat dan melakukan adaptasi kembali ke keadaan normal sehingga dapat
menimbulkan sakit atau over training. Untuk itu senam aerobik cukup dilakukan
3 kali selama seminggu (Yusnia, 2020).
b. Intensitas
Intensitas latihan sangat diperlukan dalam mencapai target heart rate. Intensitas
latihan yang baik berada dalam rentang 70-85% dari denyut nadi maksimal.
Intensitas latihan adalah lama waktu atau bobot latihan yang dilakukan selama
melakukan senam aerobic low impact. Latihan sebaiknya antara 70-85 persen
dari denyut jantung maksimum. Untuk pemula dengan kesehatan yang baik 70 %
denyut jantung maksimum sangat bagus (Yusnia, 2020).
d. Durasi
Intensitas latihan yang berat membutuhkan waktu yang lebih pendek
dibandingkan dengan intensitas latihan yang ringan. Latihan dengan tempo yang
terlalu lama atau terlalu pendek akan memberikan hasil yang kurang efektif.
Dalam senam aerobik total waktu latihan yang baik umumnya antara 15-60
menit dalam satu sesi latihan.
3) Senam aerobic mix impact
Senam ini disebut mix impact dikarenakan gerakan yang ada pada senam ini
merupakan gabungan dari gerakan high impact dan low impact. Gerakan yang
digunakan adalah gerakan tumit mengangkat tetapi jari kaki tetap menyentuh lantai.
Contoh gerakannya seperti gerakan twist, menekan, sentakan, dan lain-lain.
Pelaksanaan mix impact ini dapat dilakukan setelah pemanasan 5-10 menit dengan
tempo 100-120 ketukan per menit. Kemudian dilanjutkan dengan latihan inti selama
20-30 menit dengan tempo 140-160 ketukan per menit. Cocok untuk usia 20 hingga
30 tahun. Adapun sistematika penyajian senam aerobic mix impact adalah dimulai
dengan pemanasan yang bertujuan untuk peningkatan suhu tubuh secara bertahap dan
peningkatan elasitas otot dan ligamen di sekitar persendian lalu dilanjutkan dengan
gerakan inti yang terbagi menjadi dua bagian yang berlangsung antara 15-30 menit
dengan intensitas cukup berat yang disesuaikan dengan kemampuan fisik individu,
kemudian terakhir adalah pendinginan untuk menurunkan frekuensi denyut nadi
secara bertahap hingga normal pendinginan juga dilakukan guna mengurangi
penumpukan dari asam laktat yang merupakan sisa pembakaran dalam otot (Jayanti,
2021).
Senam aerobic dapat menguatkan daya tahan jantung dan paru-paru, juga dapat membentuk
otot bagian tubuh. Senam ini juga bisa dilakukan dengan intensitas sedang dan dapat
dilakukan pada semua kalangan usia dikarenakan gerakan yang mudah dipahami dan
dilakukan secara tersusun, teratur, dan berulang (Candrawati, Sulistyowati, Prakoso and
Pranasari, 2016). Menurut Jayanti (2021)
99
Untuk mendapatkan berat badan ideal, makanan yang dikonsumsi serta asupan nutrisi
yang cukup sangat dibutuhkan, namun hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
dengan berolahraga. Salah satu olahraga mampu membantu menurunkan berat badan
adalah senam aerobic. Hal ini dikarenakan senam aerobic dapat mengurangi massa
tubuh dan lemak.
3) Meningkatkan Stamina
Jika melakukan senam aerobic secara teratur, secara perlahan stamina akan meningkat
hal tersebut dikarenakan kekuatan jantung, paru-paru, tulang serta otot pun meningkat.
4) Meningkatkan Mood dan Mengurangi Stres
Selain membuat tubuh menjadi bugar, senam aerobic juga dapat membantu menjaga
kesehatan pikiran. Dikarenakan dengan melakukan senam aerobic dapat membuat
pikiran menjadi rileks dan meningkatkan mood yang akhirnya dapat mengurangi stres.
5) Meningkatkan Metabolisme Tubuh
Senam aerobic dapat membantu membakar kalori yang pada akhirnya menguatkan
fungsi metabolisme pada tubuh.
6) Meningkatkan Daya Ingat
The journal of physiology menguraikan bahwa latihan aerobic dapat mengurangi
hilangnya jaringan otak selama penuaan. Selain itu, dapat membantu meningkatkan daya
ingat dan menyimpannya lebih lama diikuti dengan perjalanan usia.
7) Mengurangi Resiko Terkena Penyakit
Kegiatan olahraga seperti senam aerobic dapat membantu kestabilan tekanan darah.
Oleh karena itu, senam aerobic efektif dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit
semisal gangguan pada jantung dan stroke.
Senam aerobic dapat meningkatkan hormon bahagia dalam otak seperti endorphin dan
serotonin. Senam juga dapat mencegah meningkatnya hormone kortisol dan epinefrin,
sebagai hormon depresan yang membuat seseorang merasa stres dan cemas. Latihan senam
atau olahraga tidak hanya penting untuk memelihara kebugaran fisik, tetapi juga kesehatan
mental (Aini, 2018). Pada saat senam detak jantung dapat kecepatan kerjanya meningkat dan
terjadi peningkatan tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah sehingga menyebabkan
peningkatan frekuensi napas. Peningkatan tekanan darah yang dialami dapat menurunkan
sekresi ACTH (Adrenocorticotropin Hormon) dan kadar kortisol yang dibawa ke otak.
Produksi serotonin dan endorfin pada otak akan terangsang setelah terjadi penurunan ACTH
sehingga menimbulkan rasa nyaman dan rileks (Haruyama, 2011 dalam Sabila, 2020). Efek
hormon endorfin tidak dapat dirasakan tanpa serotonin sehingga seseorang mudah
mengalami stres. Pada saat senam, tubuh seseorang akan terasa rileks, Munculnya hormon
beta-endorphin saat tubuh rileks menyebabkan penurunan stres. Hormon serotonin berfungsi
dalam meningkatkan perasaan bahagia, tenang, nyaman serta adanya keseimbangan
psikomotor. Hormon endorphin berfungsi untuk menekan sinyal nyeri yang masuk kedalam
sistem saraf dengan mengaktifkan pengaturan nyeri serta memberikan efek relaksasi pada
tubuh. Sedangkan hormon melatonin berfungsi merilekskan otot-otot tubuh, mengurangi
gelisah serta ketegangan yang diakibatkan faktor pencetus dari stres ( Hutama,2020).
Olahraga secara rutin dapat menurunkan gejala stres melalui berupa mekanisme neurologis.
Olahraga dapat memodulasi beberapa parameter seperti hormon dan neurotropik. Olahraga
dapat meningkatkan pelepasan neurotransmitter yang dibantu oleh aktivasi Brain-derived
Neurotrophic Factor (BDNF). Peningkatan BDNF, VEGF dan IGF-1 di hipokampus
berguna untuk pertumbuhan sel saraf dan meningkatkan regulasi hormon stres yaitu kortisol
pada aksis hipotalamus-hipofisis adrenal (HPA) dan pelepasan sitokin pro-inflamasi
menurun sehingga gejala stres berkurang (Handayani et.al, 2020).
Senam aerobic memiliki beberapa indikasi dan kontraindikasi, diantaranya sebagai berikut:
1) Indikasi
Ada beberapa indikasi ketika akan melakukan senam aerobic ini diantaranya seseorang
yang mengalami gangguan tidur, gangguan keseimbangan serta hipertensi hingga
gangguan emosi dan mental (Sabila, 2020).
2) Kontra Indikasi
Kontraindikasi dalam penerapan senam aerobic adalah seseorang yang mempunyai
riwayat penyakit diabetes melitus, gagal jantung, infark miokard hingga seseorang yang
sedang demam, pusing dan batuk (Sabila, 2020).
Adapun prosedur pelaksanaan senam aerobic low impact sebagai berikut (Rasak Y.A, 2022):
No Kegiatan Gambar
1. Menyiapkan Tempat
101
2. Menyiapkan Peserta dan Mengatur Posisi
3. Menjelaskan pada peserta mengenai
prosedur yang akan dilakukan dalam
senam (informed consent)
4. Pemanasan ( Warming up )
c.
5. Gerakan Inti a.
a.Single step
Langkahkan kaki kanan ke arah kanan
lanjutkan dengan membawa kaki kiri
ke arah kanan dan menutup Langkah
b. Double step
Langkahkan kaki kanan ke arah kanan,
lanjutkan dengan membawa kaki kiri
ke arah kanan dan menutup langkah
(Lakukan hitungan 1 sekali lagi / kearah b.
kanan).
c. V-Step atau langkah segitiga
- Langkah kaki kanan ke arah kanan
depan.
- Langkah kaki kiri ke arah kiri depan.
- Bawa kembali kaki kanan ke posisi
awal.
- Bawa kaki kiri kembali keposisi awal.
d. Berjalan
Melangkah maju mundur. Hampir sama
dengan double step, hanya dalam
penggunaan langkah kaki kiri tidak
menutup langkah kekiri kanan (pada c.
hitungan pertama) melainkan bahwa kaki
kiri di belakang kaki kanan. Salah
menapak di lantai, kaki lainnya
digunakan untuk mengangkat lutut.
d.
103
6. Pendinginan a. b.
Pada fase ini hendaknya melakukan dan
memilih gerakan-gerakan yang mampu
menurunkan frekuensi denyut nadi untuk
mendekati denyut nadi normal.Pemilihan
gerakan pendinginan ini harus merupakan
gerakan penurunan dari intensitas tinggi
ke rendah
c. d.
105
Lampiran II Dokumentasi
Laporan Hasil Kegiatan
SILAU (Senam Anti Galau) di Sungai Alang Wilayah Kerja UPT Karang
Intan 2 Kabupaten Banjar
11. Saran
Agar kegiatan senam sehat jiwa dapat dilakukan secara rutin di desa Sungai
Alang dan diprogramkan supaya masyarakan dapat mencapai kesehatan fisik
dan mental yang optimal.
LAPORAN HASIL KEGIATAN
DETEKSI DINI KESEHATAN MENTAL DENGAN SKRINING (SINI KEMARI)
DI DESA SUNGAI ALANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KARANG INTAN 2
04 November 2022
Disusun Oleh:
Kelompok F
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN
04 November 2022
Kelompok F
Mengetahui,
I. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
III. Media
Media yang digunakan untuk melakukan deteksi dini Kesehatan mental
dengan skrining adalah Kuisioner.
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
X
Kunjungan
rumah
REFERENSI :
Kemenkes RI. (2014). Stop stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ). Dipublikasikan pada: Jumat, 22 September
2017 15:00:00. Diunduh Pada : http://www.depkes.go.id
KESEHATAN JIWA
1. Kesehatan Jiwa
a. Definisi kesehatan jiwa
WHO (2005) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan lengkap
kesejahteraan fisik, mental dan sosial serta bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan. Dari definisi kesehatan tersebut, kesehatan mental
atau jiwa sangat jelas terintegrasi didalamnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Menurut UU RI no. 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa, yang dimaksud dengan “Kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut mampu menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya” (Kemenkes RI,
2014).
3) Lingkungan
4) Holistik elektik
3) Gangguan ingatan
No Pertanyaan Ya Tdk
Lampiran Dokumentasi
Laporan Hasil Kegiatan
11. Saran
Agar kegiatan deteksi skrinning kesehatan mental dapat dilakuakn secara
rutin setap 30 hari atau satu bulan sekali di wilayah Desa Sungai Alang agar
dapat mengetahui perubahan dan perkembangan kesehatan mental warga
Desa Sungai Alang