Anda di halaman 1dari 2

Asas- asas Hukum Kewarisan Islam

Hukum Kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan
peralihan haka tau kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia
kepada ahli warisnya. Hukum Kewarisan Islam disebut juga hukum fara’id, jamak dari kata
fara’id, erat sekali hubungannya dengan kata fara’id yang berarti kewajiban yang harus
dilaksanakan.

1. Asas Ijbari, yang terdapat hukum kewarisan islam mengandung arti bahwa peralihan harta
ketetapan allah tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli warisnya. Secara
khusus,asas ijbari mengenai cara peralihan harta warisan , juga di sebut dalam ketentuan
umum pada pasal 187 ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut,”sisa pengeluaran yang di
maksud di atas adalah merupakan harta warisan yang harus di bagikan kepada ahli waris
yang berhak”.

2. Asas bilateral , seseorang menerima hak atau bagian warisan dari kedua belah pihak dari
kerabat keturunan laki laki dan dari kerabat keturunan prempuan.seperti tercantum dalam
pasal 174 ayat (1) yaitu ayah, anak laki laki , saudara laki laki, paman dan kakek (golongan
laki laki), serta ibu, anak prempuan,saudara prempuan dan nenek menurut hubungan darah.

3. Asas individual, warisan dapat di bagi bagi kepada ahli waris untuk dimiliki secara
perorangan.

4. Asas keadilan berimbang, bahwa harus senantiasa terdapat keseimbangan antara hak dan
kewajiban seseorang.Di dalam komplikasi hukum islam hal ini di rumuskan di dalam pasal
183 denga kata kata,”para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam
pembagian harta warisan, setelah masing” menyadari bagiannya”.

5. Asas kewarisan, ada jika ada yang meninggal dunia artinya kewarisan semata mata akibat
kematian seseorang .

Kompilasi Hukum Islam dan Fiqih Mawaris

Kalau dibandingkan Hukum islam mengenai Hukum Kewarisan dengan kitab Fiqhul Mawaris
karangan Prof.T.M.Hasbi Ash Shiddieqy,misalnya,maka yang tercantum dalam buku II Kompilkasi
Hukum Islam, hanyalah yang penting-penting saja,berupa pokok-pokoknya saja. Ini disebabkan
karena garis-garis hukum yang dihimpun dalam ‘dokumentasi yustisia’ yang disebut Komplikasi
Hukum Islam itu hanyalah pedoman dalam menyelesaikan perkara-perkara dibidang hukum
perkawinan,kewarisan,dan perwakafan.
Kendatipun demikian,beberapa catatan berikut perlu dikemukakan:

Pertama, karena garis-garis hukum mengenai kewarisan sudah ditentukan dalam Al-quran, maka
rumusan komplikasi mengikuti saja garis rumusan yang terdapat dalam Al-quran.

Kedua, Kedudukan anak angkat tetap diletakkan di luar ahli waris, sama dengan yang terdapat dalam
fiqih mawaris selama ini, namun dengan mengadapatasi nilai hukum adat secara terbatas ke dalam
nilai hukum islam karena beralihnya tanggung jawab orang tua asal kepada orang tua angkat
mengenai pemeliharaan kehidupan sehari-hari dan biaya Pendidikan berdasarkan putusan
pengadilan,seperti yang disebutkan dalam huruf h, Pasal 171 di ketentuan umum, maka “terhadap
anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasian wajibah sebanyak-banyaknya sepertiga harta
warisan orang tua angkatnya”.

Demikianlah beberapa hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan Komplikasi Hukum Islam dan
Fiqih Mawaris

Anda mungkin juga menyukai