Anda di halaman 1dari 6

AKREDITASI RUMAH SAKIT MENJAMIN MUTU PELAYANAN DAN

KESELAMATAN PASIEN
Nur Afrina Sahira Purba / 18111130
nurafrinasahira3@gmail.com
abstrak
Latar belakang: Rumah sakit dalam menjamin mutu pelayanan yang baik dan keselamatan pasien
harus dibuktikan melalui akreditasi. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya
kesehatan dan sumber dayanya yang harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga
mencapai tujuan yang optimal Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai
suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan.
Tujuan : Memberikan informasi dan acuan bagi pemerintah pusat dan daerah, rumah sakit, institusi
pendidikan, institusi penelitian, dan masyarakat dalam melaksanakan sistem keselamatan pasien
rumah sakit sehingga tercipta
budaya keselamatan pasien dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Metode: Kajian ini menggunakan literature review berdasarkan buku teks, buku referensi, jurnal e-
book (10 tahun terakhir) dengan menganalisis, eksplorasi, dan kajian bebas.

Hasil : Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya yang
harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai tujuan yang optimal Untuk
menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin
peningkatan mutu di semua tingkatan.

Pembahasan : Kebijakan tentang akreditasi rumah sakit tercantum dalam Permenkes nomor 12 tahun
2012, dalam peraturan tersebut menyebutkan bahwa akreditasi rumah sakit adalah suatu pengakuan
yang diberikan oleh pemerintah pada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang
ditetapkan
Penutup : Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan dirumah sakit
maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien
rumah sakit sangatlah penting.

Kata Kunci : Akreditasi, pelayanan, keselamatan


Latar belakang secara nasional dari 2.415 rumah sakit
yang terdaftar di Indonesia. Jumlah rumah
Rumah sakit dalam menjamin mutu
sakit yang belum terakreditasi yaitu 2.131
pelayanan yang baik dan keselamatan
rumah sakit sehingga secara proporsi baru
pasien harus dibuktikan melalui akreditasi.
11,75% rumah sakit yang terakreditasi di
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan Indonesia. Oleh karena itu, komitmen dari
terhadap rumah sakit yang diberikan oleh pimpinan dan dukungan dari seluruh SDM
lembaga independen penyelenggara yang ada di rumah sakit juga memiliki
akreditasi yang ditetapkan oleh peran penting dalam mencapai
menteri kesehatan, setelah dinilai bahwa keberhasilan. Pencapaian target akreditasi
rumah sakit itu memenuhi standar bukan hal yang mudah untuk dilakukan
pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk tanpa adanya komitmen dari pemilik
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit rumah sakit untuk diakreditasi.
secara berkesinambungan (Permenkes
No.12 tahun 2012 tentang Akreditasi Saat ini banyak pimpinan rumah sakit yang
Rumah Sakit).  menganggap bahwa akreditasi sekedar
pencapaian status kelulusan rumah sakit
Rumah sakit wajib melakukan akreditasi dan meningkatkan “gengsi” rumah sakit
dalam upayanya meningkatkan mutu ketika mendapat sertifikat akreditasi
pelayanan secara berkala setiap 3 (tiga) sehingga seringkali mengabaikan proses
tahun sekali. Hal ini tercantum dalam dalam mencapai kelulusan, yang artinya
undang-undang nomor 44 tahun 2009 pemeliharaan budaya mutu dan
tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1, keselamatan pasien secara berkelanjutan
menyatakan bahwa, dalam upaya seringkali terabaikan. Hal tersebut
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit tentunya merugikan masyarakat sebagai
wajib dilakukan akreditasi secara berkala pengguna jasa pelayanan kesehatan, yang
menimal 3 (tiga) tahun sekali.  secara umum masih belum mengetahui
makna dari akreditasi rumah sakit.
Data dari KARS (Komisi Akreditasi
Rumah Sakit) pada tahun 2015 tercatat Sampai saat ini mungkin rumah sakit yang
baru 284 rumah sakit yang terakreditasi tidak terakreditasi tidaklah menjadi
keresahan bagi masyarakat, hanya ada pembinaan rumah sakit serta institusi
beberapa yang pernah mempersoalkan, pendidikan dan penelitian. Terbangunnya
mempertanyakan, dan menggugatnya. kesadaran tenaga kesehatan dan
Tentunya masyarakat kita saat ini dalam masyarakat tentang budaya keselamatan
memilih rumah sakit tidak terlalu pasien.
mempersoalkan apakah rumah sakit
tersebut telah lulus paripurna atau masih
lulus dasar. Hal tersebut terjadi karena
edukasi dan sosialisasi tentang akreditasi
rumah sakit kepada masyarakat pengguna Metode
jasa pelayanan kesehatan belum banyak
dilakukan. Kajian ini menggunakan literature review
berdasarkan buku teks, buku referensi,
Tujuan jurnal e-book (10 tahun terakhir) dengan
menganalisis, eksplorasi, dan kajian bebas.
Memberikan informasi dan acuan bagi
Hasil
pemerintah pusat dan daerah, rumah sakit,
institusi pendidikan, institusi penelitian,
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan
dan masyarakat dalam melaksanakan
meliputi upaya kesehatan dan sumber
sistem keselamatan pasien rumah sakit
dayanya yang harus dilakukan secara
sehingga terciptabudaya keselamatan
terpadu dan berkesinambungan sehingga
pasien dan peningkatan mutu pelayanan
mencapai tujuan yang optimal Untuk
kesehatan.
menjaga dan meningkatkan mutu, rumah
sakit harus mempunyai suatu ukuran yang
Terlaksananya program keselamatan
menjamin peningkatan mutu di semua
pasien rumah sakit secara sistematis dan
tingkatan.
terarah.Terlaksananya sistem pelaporan
insiden keselamatan pasien di rumah Regulasi Pemerintah yang mengatur
sakit.Terlaksananya pendidikan dan persyaratan teknis akreditasi rumah sakit
penelitian tentang keselamatan pasien di terdapat dalam Undang-Undang No. 44
berbagai institusi. Sebagai acuan tahun 2009 pasal 40 dijelaskan “Dalam
pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
melakukan Sakit wajib dilakukan akreditasi secara
berkala menimal 3 (tiga) tahun sekali”. dan
Keputusan Direktur Jendral Bina Upaya meraih kualitas dan keselamatan pasien
Kesehatan Nomor HK. 02.04/I/2790/11 pada semua tingkatan.
tentang standar akreditasi rumah sakit
melalui Buku Panduan Akreditasi Rumah
Sakit yang disahkan oleh Menteri Makna akreditasi rumah sakit lebih sering

Kesehatan R.I. pada September 2011. diartikan sebagai kepentingan rumah sakit

Regulasi inilah yang seharusnya menjadi itu sendiri, sementara maknanya bagi

dasar bagi setiap rumah sakit untuk masyarakat justru "tenggelam". Hal ini

melakukan assesmen terhadap pelayanan tentunya menjadi sebuah ironi ketika

yang dimilikinya. Selanjutnya setiap banyak rumah sakit berlomba-lomba

Rumah Sakit yang telah mendapakan izin mencapai kelulusan

operasional harus diregistrasi dan Diharapkan melalui proses akreditasi


diakreditasi. rumah sakit dapat (1) Meningkatkan
kepercayaan masyarakat bahwa rumah
Pembahasan
sakit menitikberatkan, sasarannya pada
Kebijakan tentang akreditasi rumah sakit keselamatan pasien dan mutu pelayanan,
tercantum dalam Permenkes nomor 12 (2) Menyediakan lingkungan kerja yang
tahun 2012, dalam peraturan tersebut aman dan efisien sehingga staf merasa
menyebutkan bahwa akreditasi rumah sakit puas, (3) Mendengarkan pasien dan
adalah suatu pengakuan yang diberikan keluarga mereka, menghormati hak-hak
oleh pemerintah pada manajemen rumah mereka, dan melibatkan mereka sebagai
sakit, karena telah memenuhi standar yang mitra dalam proses pelayanan, (4)
ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi Menciptakan budaya mau belajar dari
rumah sakit adalah meningkatkan mutu laporan insiden keselamatan pasien, (5).
pelayanan kesehatan yang mengutamakan Membangun kepemimpinan yang
keselamatan pasien. Kebijakan akreditasi mengutamakan kerja sama, kepemimpinan
rumah sakit tersebut merupakan turunan ini menetapkan prioritas untuk dan demi
Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 terciptanya kepemimpinan yang
tentang rumah sakit. berkelanjutan untuk meraih kualitas dan

Kepemimpinan yang mengutamakan kerja keselamatan pasien pada semua tingkatan.

sama, kepemimpinan ini menetapkan Makna akreditasi rumah sakit lebih sering
prioritas untuk dan demi terciptanya diartikan sebagai kepentingan rumah sakit
kepemimpinan yang berkelanjutan untuk itu sendiri, sementara maknanya bagi
masyarakat justru "tenggelam". Hal ini R.H Simamora. (2019). Documentation of
tentunya menjadi sebuah ironi ketika Patient Identification into The
banyak rumah sakit berlomba-lomba Electronic System to Improve The
mencapai kelulusan. Quality of Nursing Services.
Internasional Journal of Scientific
Penutup
& Technology Research
Dengan semakin meningkatnya tuntutan Azwar, A 2010.Pengantar administrasi
masyarakat terhadap pelayanan dirumah
sakit maka pelaksanaan kegiatan Dedi, Uus, Fitriyani 2013, Analisis
keselamatan pasien Manajemen Mutu Pelayanan
rumah sakit sangatlah penting. Melalui Kesehatan pada Rumah Sakit Islam
kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan / Karawang.
penurunan insiden sehingga dapat lebih
meningkatkan kepercayaan masyarakat Kementerian Kesehatan Republik
terhadap rumah sakit di Indonesia. Indonesia (2014). Peraturan Menteri
Program Keselamatan Pasien merupakan Kesehatan Republik Indonesia
never ending proses, karena itu diperlukan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
budaya termasuk motivasi yang tinggi Pusat Kesehatan Masyarakat.
untuk bersedia melaksanakan program Indonesia.
keselamatan pasien secara
berkesinambungan dan berkelanjutan. Simamora, R. H. “Buku Ajar Keselamatan
Pasien Melalui Timbang Terima
Daftar pustaka Pasien Berbasis Komunikasi Efektif:
R.H Simamora. (2019). Buku Ajar SBAR.” (2018).
Pelaksanaan Indentifikasi Pasien.
Uwais Inspirasi Indonesia Shobirin (2016) ‘Hubungan Penerapan
Manajemen Puskesmas dan
R.H Simamora. (2019). The Influence of Komitmen Kerja Petugas dengan
Training Handover Baged SBAR Mutu Pelayanan Pengobatan di Poli
Communication for Improving Umum Puskesmas Kabupaten
Patients Safety. Indian Journal of Bangkalan
Public Health Research &
Development Sumarni (2017) .Analisis Implementasi
Patient Safety Terkait Peningkatan
Mutu Pelayanan Kesehatan di Pasien Rumah Sakit (Patient Safety).
Rumah Sakit. Jurnal Ners dan Edisi 2. KKP-RS
Kebidanan Indonesia,
Firawati. (2012). Pelaksanaan Program
Keselamtan pasien di RSUD Solok.
Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6 (2),
Keselamatan Pasien
74-77

Kementerian Kesehatan Republik Ismainar, H. (2019). Keselamatan Pasien

Indonesia, 2015, Peraturan Menteri di Rumah Sakit. Yogyakarta :

Kesehatan Deepublish

.
Yulidar, Girsang, E., & Nasution, A., N.
(2019). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Perawat
Dalam Rangka Penerapan Patient
Safety di Rawat

Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient


Safety di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan. 5
(1), 84-85

Darliana, D. (2016). Hubungan


Pengetahuan Perawat dengan Upaya
Penerapan Patient Safety di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr, Zainoel Abidin Banda
Aceh. Idea Nursing Journal. 7 (1), 62-
63

Departemen Kesehatan RI. (2008).


Panduan Nasional Keselamatan

Anda mungkin juga menyukai