Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Melengkapi Kepaniteraan Klinik Pada Modul 10
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Melengkapi Kepaniteraan Klinik Pada Modul 10
Oleh:
Futri Marisya
21100707360804052
Pembimbing :
drg. Suci Auliya
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report ”Penatalaksanaan
Syok Anafilaktik Dengan Manifestasi Takikardi Supraventrikular” untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul 10 dapat
diselesaikan.
Futri Marisya
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh
FUTRI MARISYA
21100707360804052
10.
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
v
BAB 1
PENDAHULUAN
Anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari dua kata, ana yang berarti jauh
dan Richet pada tahun 1902 ketika memberikan dosis vaksinasi dari anemone laut
untuk kedua kalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing tersebut mendadak mati
(Stephen, 2011).
Data yang menjelaskan jumlah insiden dan prevalensi dari syok dan reaksi
anafilaksis saat ini sangat terbatas. Dari beberapa data yang diperoleh di Amerika
tahunnya. Saat ini diperkirakan setiap 1 dari 3000 pasien rumah sakit di USA
(Johnson, 2011).
serangga dan lateks. Gambaran klinis sangat heterogen dan tidak spesifik. Reaksi
1
akan timbul, seperti syok, gagal nafas, henti jantung, dan kematian mendadak
(Suryana, 2003). Pada awalnya gejala anafilaksis cenderung ringan, akan tetapi
anafilaktik, merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis yang ditandai
oleh adanya hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah. Walaupun jarang
terjadi, syok anafilaktik dapat berlangsng sangat cepat, tidak terduga, dan dapat
penatalaksanaan cepat, tepat, dan adekuat suatu syok anafilaktik dapat mencegah
Pada syok anafilaktik jantung sebagai sumber dan target pelepasan mediator-
mediator kimia selama reaksi alergi terjadi. Sel mast pada jantung terutama
banyak ditemukan pada arteri koroner dan dekat dengan pembuluh darah kecil
intramural. Sel mast pada jantung diaktivasi oleh rangsangan alergen, faktor
yang dikeluarkan oleh sel mast jantung mempengaruhi fungsi ventrikuler, irama
yang dapat terjadi pada anafilaktik. Salah satu aritmia yang dapat terjadi adalah
dan terjadi diatas bundle HIS yang menyebabkan peningkatan denyut jantung
melebihi 100x per menit. Gejala dan tanda timbul berupa singkop, nyeri dada,
2
sesak, lemas ataupun palpitasi. Takikardi supraventrikular dapat terjadi akibat
pelepasan histamin oleh sel mast jantung yang merangsang aritmia dan memblok
supraventricular?
takikardi supraventricular
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dan merupakan bagian dari syok distributif yang ditandai oleh adanya hipotensi
yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada pembuluh darah dan disertai
kolaps pada sirkulasi darah yang menyebabkan terjadinya sinkop dan kematian
pada beberapa pasien. Syok anafilaktik merupakan kasus kegawatan, tetapi terlalu
yang berat dapat terjadi tanpa adanya hipotensi, dimana obstruksi saluran napas
Reaksi hipersensitifitas akut yang melibatkan dua organ atau lebih (sistem
nyawa dan merupakan reaksi alergi dengan onset cepat.4 Anafilaksis merupakan
reaksi hipersensitifitas sistemik, akut yang dimediasi oleh IgE akibat pelepasan
2.2 Epidemiologi
berbeda - beda tergantung dari jenis obatnya, seperti penisilin dengan prevalensi
4
sebesar 2%. Di RSUP Sanglah pada penelitian tahun 2007-2010, pencetus reaksi
hipersensitifitas terbanyak adalah obat sebesar 6,9% yang sebagian besar terjadi
melalui jalur oral, diikuti oleh makanan sebanyak 27,8%. Berdasarkan World
Allergy Organization (WAO) 2013, kelompok infantile, remaja, wanita hamil dan
perempuan dewasa muda dengan insiden lebih tinggi sekitar 35% dan mempunyai
Berdasarkan umur, anafilaksis lebih sering pada anak-anak dan dewasa muda,
sedangkan, pada orang tua dan bayi anafilaksis jarang terjadi karena sistem imun
(Johnson, 2011).
2.3 Etiologi
muda adalah sebagian besar oleh makanan. Sedangkan gigitan serangga dan obat-
obatan menjadi pemicu timbulnya reaksi ini pada kelompok usia pertengahan dan
dewasa tua. Sebagian besar pemicu spesifik terhadap reaksi anafilaksis bersifat
universal, seperti di Amerika Utara, dan beberapa negara di Eropa dan Asia, susu
5
sapi telur, kacang, ikan, kerang merupakan penyebab tersering. Di beberapa
negara Eropa lainnya, buah peach adalah faktor pemicu tersering. Obat-obatan,
seperti antivirus, antimikroba, anti jamur adalah penyebab paling sering reaksi
anafilaksis di dunia. Reaksi anafilaksis juga dapat dipicu oleh agen kemoterapi,
menyebabkan reaksi ini adalah radiocontrast media, latex yang biasa ditemukan di
sungkup, endotrakeal tube, cuff tensimeter, kateter, torniket, udara yang terlalu
dingin atau air yang dingin. Sensitivitas host, dosis, kecepatan, cara, dan waktu
paparan dapat mempengaruhi reaksi anafilaksis, dimana paparan oral lebih jarang
obat-obatan, sengatan seranga dan lateks. Udang, kepiting, kerang, ikan kacang-
kacangan, biji-bijian, buah beri, putih telur dan susu adalah makanan yang
intravena, relaksan otot, aspirin, NSAID, opioid, vitamin B1, asam folat, dan lain-
lain. Media kontras intravena, transfusi darah, latihan fisik, dan cuaca dingin juga
6
2.4 Patofisiologi
cepat dimana reaksi segera muncul setelah terkena alergen. Perjalanan reaksi ini
dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase sensitisasi, fase aktivasi, dan fase efektor. Fase
sensitisasi dimulai dari masuknya antigen ke dalam tubuh lalu ditangkap oleh sel
imun non spesifik kemudian di fagosit dan dipersentasikan ke sel Th2. Sel ini
IgE. Antibodi ini akan diikat oleh sel yang memiliki reseptor IgE yaitu sel mast,
basofil, dan eosinofil. Apabila tubuh terpajan kembali dengan alergen yang sama,
alergen yang masuk ke dalam tubuh itu akan diikat oleh IgE dan memicu
degranulasi dari sel mast. Proses ini disebut dengan fase aktivasi.
Pada fase aktivasi, terjadi interaksi antara IgE pada permukaan sel mast
dan basofil dengan antigen spesifik pada paparan kedua sehingga mengakibatkan
perubahan membran sel mast dan basofil akibat metilasi fosfolipid yang diikuti
oleh influks Ca++ yang menimbulkan aktivasi fosfolipase, kadar cAMP menurun,
mediator dikeluarkan dari sel mast dan basofil. Adanya degranulasi sel mast
lebih lanjut sehingga menimbulkan dampak klinis pada organ organ tubuh yang
7
2.5 Manifestasi Klinis Anafilaksis
Anafilaksis terdiri dari kombinasi berbagai gejala yang bisa muncul beberapa
detik, menit, sampai beberapa jam setelah terpapar alergen. Manifestasi klinis
anafilaksis yang sangat bervariasi terjadi sebagai akibat berbagai macam mediator
yang dilepaskan dari sel mastosit jaringan dan basofil yang memiliki sensitivitas yang
berbeda pada setiap organ yang dipengaruhinya. Manifestasi klinis dari anafilaksis
sangat bervariasi yaitu dari yang bersifat ringan, sedang, sampai berat, dimana syok
respirasi sampai dengan kolaps pembuluh darah. Di samping itu terdapat pula bentuk
lainnya seperti rasa takut, kelemahan, keringat dingin, bersin, rinorhea, asma, rasa
tercekik, disfagia, mual dan muntah, nyeri abdomen, inkontinensia, sampai dengan
adalah syok dan obstruksi saluran pernafasan. Obstruksi saluran pernafasan dapat
Gejala prodromal pada umumnya adalah lesu, lemah, rasa tidak enak yang sukar
dilukiskan, rasa tidak enak di dada dan perut, rasa gatal di hidung dan palatum. Gejala
ini merupakan permulaan dari gejala lainnya. Gejala pada organ pernapasan didahului
dengan rasa gatal di hidung, bersin dan hidung tersumbat, diikuti dengan batuk,
sesak, mengi, rasa tercekik, suara serak, dan stridor. Di samping itu, terjadi pula
edema pada lidah, edema laring, spasme laring dan spasme bronkus. Gejala
8
dingin, aritmia, hingga sinkop. Pada EKG dapat dijumpai beberapa kelainan seperti
berupa disfagia, mual-muntah, rasa kram diperut, diare yang kadang-kadang disertai
darah, dan peningkatan peristaltic usus. Gejala pada kulit berupa gatal-gatal, urtikaria,
angioedema pada bibir, muka atau ekstrimitas. Penderita juga biasanya mengeluh
adanya rasa gatal dan lakrimasi pada mata. Sedangkan gejala pada sistem saraf pusat
Gangguan pada irama jantung memang jarang ditemukan dan jika ditemukan
sering fatal sehingga menimbulkan kematian. Gangguan irama yang terjadi dapat
disebabkan oleh Karena efek dari mediator yang dilepaskan saat terjadinya syok
pada detak jantung yang disebabkan ketidaknormalan laju, keteraturan, atau urutan
aktivasi jantung.
9
a. Fibralasi atrium atau Flutter Atrium
yang cepat (270-330 denyut atrium/ menit) namun teratur. Aritmia tidak
aritmia yang disebabkan oleh reentry nodus AV, reentry AV yang melibatkan
10
c. Takikardia Atrium Otomatik
11
Gatal di genital, telapak tangan dan kaki.
2. Respirasi (70%)
2.7 Diagnosis
pajanan sebelum reaksi muncul. Kunci diagnosis adalah adanya gejala yang
muncul dalam menit atau jam setelah terpapar dari pemicu dan diikuti oleh gejala
yang progresif dalam beberapa jam. Adapun kriteria klinis untuk menegakkan
12
Tabel 1. Kriteria klinik diagnosis anafilaksis
1. Terjadinya gejala penyakit segera (beberapa menit sampai jam), yang
melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (urtikaria yang merata,
pruvitus, atau kemerahan, edema bibir-lidah-uvula), paling sedikit satu dari
gejala berikut:
a. Gangguan pernafasan (sesak, mengi, bronkospasme, stridor, penurunan
arus puncak ekspirasi (APE), hipoksemia.
b. Penurunan tekanan darah atau berhubungan dengan disfungsi organ
(hipotonia atau kolaps, pingsan, inkontinens).
2. Dua atau lebih dari petanda berikut ini yang terjadi segera setelah terpapar
serupa alergen pada penderita (beberapa menit sampai jam):
a. Keterlibatan kulit-jaringan mukosa (urtikaria yang merata, pruvitus-
kemerahan, edema pada bibir-lidah-uvula).
b. Gangguan pernafasan (sesak, sengi, bronkospasme, stridor, penuruna
APE, hipoksemia).
c. Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan (hypotonia-
kolaps, pingsan, inkontinens)
d. Gejala gastrointenstinal yang menetap (kram perut, sakit, muntah).
3. Penurunan tekanan darah segera setelah terpapar alergen (beberapa menit
sampai jam)
a. Bayi dan anak: tekanan darah sistolik rendah (tgt umur), atau penurunan
lebih dari 30% tekanan darah sistolik.
b. Dewasa: tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan
lebih dari 30% nilai basal pasi
* Tekanan darah sistolik rendah untuk anak didifinisikan bila <70 mmHg antara 1
bulan sampai 1 tahun, kurang dari (70 mmHg [2x umur]) untuk 1 sampai 10
tahun, dan kurang dari 90 mmHg dari 11 sampai 17 tahun.
13
2.8 Klasifikasi
Symptoms
Grade Dermal Abdominal Respiratory Cardiovascular
I Pruritus
Flush
Urticaria
Angioedema
II Pruritus Nausea Rhinorrhoea Tachycardia (>20
Flush Cramping Hoarseness bpm)
Urticaria Dyspnea Blood pressure
Angioedema change (>20 mmHg
(not systolic)
mandatory) Arrhythmia
III Pruritus Vomiting Laryngeal Shock
Flush Defecation oedema
Urticaria Diarrhea Bronchospasm
Angioedema Cyanosis
(not
mandatory)
IV Pruritus Vomiting Respiratory Cardiac arrest
Flush Defecation arrest
Urticaria Diarrhea
Angioedema
(not
mandatory)
periorbita.
14
gastrointestinal) seperti : sesak nafas, stridor, mengi, mual,
Diagnosis banding reaksi anafilaksis adalah asma episode berat, sinkop, panic
abdomen jarang ditemukan pada asma. Panic attacks menimbulkan gejala seperti
dapat terjadi pada sinkop dan anafilaksis, tetapi pucat dan berkeringat tampak
pada sinkop.
15
2.10 Penatalksanaa
5. Bila tidak ada perbaikan, pemnerian adrenalin dapat diulang 10-15 menit
untuk anak-anak
16
PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKSIS
• Breathing
17
• Circulation
•
3. Pemberian adrenalin 0,5 ml- 1 ml, 1:1000
intra muscular, dapat diulang setiap 10 menit
bila dibutuhkan
4. Pemberian oksigen
18
5. Pemberian bronkodilator semprot
(salbutamol 5 mg) atau aminovilin 5 mg/kg
intra vena
hidrokortison 200 mg IV
19
8. Kirim ke IGD
kesahatan.
pada serum.
20
- Menghindari pemicu dan imunomodulasi
21
BAB 3
KESIMPULAN
organ atau lebih (sistem kulit/mukosa dan jaringan bawah kulit, sistem respirasi,
pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda adalah sebagian besar oleh makanan.
Sedangkan gigitan serangga dan obat-obatan menjadi pemicu timbulnya reaksi ini
pada kelompok usia pertengahan dan dewasa tua. Perjalanan reaksi ini dibagi menjadi
tiga fase, yaitu fase sensitisasi, fase aktivasi, dan fase efektor.
dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat. Penanganan utama anafilaksis adalah
dengan mengamankan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi serta terapi adrenalin.
22
DAFTAR PUSTAKA
Estelle et.all. WAO Guideline for the Assessment and Management of Anaphylaxis.
2011;4:13-37.
Ewan, PW, 1998, Anaphylaxis, ABC Allergies, BMJ, Vol 316, Page 1442- 1445
Haryanto et.all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Alergi Imunologi Klinik. Edisi
kelima. Jakarta: Interna Publishing:2009:367.
Imbawan Eka, Suryana Ketut, Suadarmana Ketut. Asosiasi Cara Pemberian Obat
dengan Onset dan Derajat Klinis Reaksi Hipersensitifitas
Akut/Anafilaksis pada Penderita yang Dirawat di RSUP Sanglah
Denpasar Bali. J Penyakit Dalam 2010;vol.11:135-139.
Johnson RF, Peebles RS, 2011, Anaphylaxis Syok: Pathopysiology, Recognition and
Treatment, Medscape, Available from URL:
http://www.medscape.com/viewarticle/497498
Karnen GB, Iris R. Imunologi dasar. Dalam: Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
23
Edisi IV. Jakarta:Interna;2006; h.190-193.
Neugut AI, Ghatak AT, Miller RL, 2001, Anaphylaxis in the United States, An
Investigation Into Its Epidemiology, Arch Intern Med, Page 161:15-21
24