“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa
yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah
dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang
dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa setiap amalan benar-benar tergantung pada niat. Dan setiap
orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan.
Niat secara bahasa berarti al-qashdu (keinginan). Sedangkan niat secara istilah yang dimaksud
adalah berazam (bertedak) mengerjakan suatu ibadah atau amalan ikhlas karena Allah, dimana
letak niat adalah dalam hati.
“Barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkannya atau wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu.”
Hadits tersebut tidak menyebutkan secara langsung bahwa orang yang melakukan sesuatu
dengan niat karena dunia akan mendapatkan dunia. Namun, disebutkan bahwa orang tersebut
akan “mendapatkan apa yang ia inginkan”. Hal ini merupakan salah satu bentuk kebaikan Allah
kepada hamba-Nya.
Dengan kata lain, jika seseorang melakukan suatu amalan karena niat lain selain Allah dan
Rasul-Nya, kemudian di pertengahan jalan dia menyadari kesalahannya dan memperbaiki
niatnya, maka orang tersebut akan mendapatkan apa yang dia niatkan tersebut. Yaitu Allah dan
Rasul-Nya pula.
Bahkan seseorang yang berniat melakukan amal kebaikan bisa dihitung sudah melakukan
kebaikan jika niatnya murni dan ikhlas karena Allah. Misalnya saja orang yang berniat shalat
malam lalu tertidur atau orang yang berniat shalat jamaah lalu begitu ia sampai masjid jamaah
sudah selesai. Orang tersebut tetap mendapatkan pahala sebagaimana orang yang telah
melakukannya.