Anda di halaman 1dari 2

TUGAS LAPORAN BACAAN HI KAWASAN TIMUR TENGAH DAN AFRIKA

Syarah Shabrina (11201130000029)


Topik: Kebijakan Luar Negeri di Timur Tengah: Saudi Arabia, Iran, dan Turki
(Fawcett, 2016: Chapter 11)

1. Ide utama dalam bacaan ini adalah kebijakan luar negeri MENA yang didorong
berdasarkan pendekatan realisme.

2. Ringkasan:
 Dalam menentukan kebijkan luar negerinya, terdapat 2 perbedaan tingkatan di negara-
negara di Timur Tengah, yakni di lingkungan global dan regional. Di lingkungan
global kebijakan luar negeri MENA bersifat hierarki dan membutuhkan rezim untuk
menghadapi ancaman yang terjadi di ruang lingkung regional dan domestik.
Sedangkan, dalam lingkungan regional, kebijakan luar negeri MENA memiliki
karakter yang unik, yaitu adanya sistem negara yang berada dalam komunitas supra-
negara dan identitas trans-negara maupun sub-negara. Selain itu, dalam lingkungan
regional, sumber ancaman militer bersifat konvensional.
 Pengelolaan kebijakan luar negeri dapat ditentukan berdasarkan tingkat pembentukan
negara, dimana ketika negara dalam sistem regional rendah, kebijakan luar negerinya
digunakan untuk melawan oposisi domestik, jika sebaliknya ancaman yang dapat
mengganggu internal negara dapat dikelola dan kemampuan militer akan maju.
 Kebijakan luar negeri yang dimiliki sebuah negara memperlihatkan identitas dan
orientasi terhadap negara tetangga atau musuhnya, pelindung dari ancaman, dan sistem
negaranya (sebagai status quo). Kebijakan luar negeri berperan sebagai kebutuhan
negara dalam menyeimbangkan kebutuhan ekonomi, kepentingan geopolitik, dan
kapabilitas negara.
 Kebijakan luar negeri menjadi aspek yang dilindungi undang-undang.
 Berbicara kekuatan negara, negara yang memiliki sumber daya dan memiliki
kemampuan lebih besar berdasarkan kekayaan maupun populasi cenderung memiliki
kebijakan luar negeri yang lebih aktif (contohnya seperti negara-negara Arab),
sedangkan negara yang lemah lebih kepada pertahanan kedaulatannya (seperti Turki
dan Iran).
 Posisi kekuatan negara yang dimiliki oleh sebuah negara juga berpengaruh, jika
negaranya lemah mereka akan mencari pelindung ke negara yang lebih besar agar
negara tersebut dapat mengelola dan memperoleh sumber daya ekonominya.
 Perang 2003
Terjadinya perang di Irak memberikan ancaman terhadap stabilitas regional, dimana
Turki dan Iran melakukan koordinasi dengan Suriah dalam melawan ancaman dari
Kurdi, dimana kebijakan AS memperburuk hal tersebut. Selain itu, Iran juga khawatir
akan kedudukan pasukan AS di wilayah perbatasannya yang memanfaatkan kaum
Syiah di Irak untuk memperluas pengaruhnya. Turki dan Iran juga menjalankan
kebijakannya sendiri untuk meminimalkan kerusakan akibat perang tersebut.
Sedangkan, Arab Saudi terjebak dalam opini publik dan melarang AS menggunakan
pasukan militernya untuk menyerang Irak, namun Arab Saudi tetap mengizinkan AS
menggunakan fasilitas komando dan kontrol demi kebutuhan perang.
 Perang 2006
Mesir mengambil keputusan untuk berperang karena berbeda keputusan dengan Turki
Iran yang menentang pujian serangan Israel di sebuah negara Arab. Putusan Mesir juga
di setujui oleh Arab Saudi sebagai upaya untuk mendelegitimasi rezim. Dalam hal ini
Turki melihat perang sebagai peluang dalam memobilisasi opini public dan
mengurangi pengaruh militer atas dorongan pergeseran identitas dalam kebijakan luar
negeri. Sedangkan Iran melihat perang sebagai kesempatan untuk kepemimpinan
regionalnya dan konsolidasi kekuasaannya.
 Perang ISIS
Memerangi kelompok ISIS telah dilancarkan oleh koalisi AS, dimana Iran tidak setuju
terhadap sekutu AS. Bagi Iran, adanya penyerangan melawan jihadisme Sunni yang
mengancam sekutu Arab dan untuk menhan ambisi Turki dan pengaruh Saudi terlalu
menentukan kebijakanya dalam melawan ISIS. Hal ini, kedekatan antara ideologi ISIS
merupakan ancaman terhadap kekuasaannya.

3. Konsep HI yang signifikan dalam bacaan:


 Pendekatan realisme menjadi dasar dalam kebijakan luar negeri negara-negara MENA.
 Rezim dapat membangun institusi untuk mengurangi ketidakstabilan domsetik serta
otonomi negara dalam mengejar kebijakan luar negerinya.
 Seorang pemimpin negara harus mampu melakukan diplomasi jika dihadapi dengan
krisis atau ancaman yang berasal dari internal maupun eksternal.
 Negara yang memiliki sumber daya dan memiliki kemampuan lebih besar berdasarkan
kekayaan maupun populasi cenderung memiliki kebijakan luar negeri yang lebih aktif,
sedangkan negara yang lemah lebih kepada pertahanan kedaulatannya.

4. Tujuan penulis dalam bacaan ini adalah:


 Memahami politik dan kebijakan luar negeri negara-negara MENA yang terdorong
akibat ketidakstabilan domestik dan persaingan geopolitik demi kepemimpinan
regional, penerimaan internasional, dan pembangunan ekonomi.
 Membahas terkait respon negara-negara MENA terhadap perang-perang atau
kelompok yang dapat mengganggu stabilitas keamanan wilayahnya, yakni bagaimana
kepentingan dan kebijakan negara-negara MENA menanggapi hal tersebut dalam
upaya menyelesaikan, mencegah, dan memeranginya.
 Mengetahui pentingnya kekuasaan dalam pengambilan kebijakan dan pengaruh
seseorang dalam menentukan pengambilan keputusan, bagi negara-negara MENA.
 Mengetahui peran kebijakan luar negeri bagi negara-negara MENA.

5. Pendapat saya terkait argumen dan logika penulis adalah saya setuju terhadap pernyataan
dalam bacaan bahwa realisme kompleks merupakan pendekatan yang tepat untuk
digunakan dalam memahami politik dan kebijakan luar negeri bagi negara-negara MENA.
Dengan adanya pendekatan tersebut, membuat para pembuat kebijakan luar negeri harus
memperhatikan kebijakannya dengan urusan yang ruang lingkupnya lebih luas dan
kompleks. Hal ini, penulis telah menunjukkan bahwa dengan pendekatan realis ini telah
membuat pembaca paham terkait ancaman yang dapat mengganggu keamanan di MENA,
perbedaan kebijakan luar negeri negara-negara MENA, identitas negara-negara MENA,
dan kepentingan masing-masing negara MENA.

Anda mungkin juga menyukai