Anda di halaman 1dari 4

ISLAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Teguh Santosa, MA.

Disusun oleh:
Syarah Shabrina
NIM. 11201130000029
Kelas HI-3C

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa hubungan internasional adalah hubungan antar
negara atau politik internasional yang bersifat global yang memiliki cakupan yang sangat luas
dalam berbagai bidang keilmuan, salah satunya adalah ilmu-ilmu agama yaitu Islam. Memahami
Islam dalam konteks hubungan internasional harus mengetahui terlebih dahulu apa dan bagaimana
itu Islam, bagaimana Islam di kehidupan manusia dan dunia, apa yang telah dilakukan oleh Islam
untuk kehidupan manusia, negara, ataupun dunia, bagaimana Islam memandang sebuah negara,
bagaimana negara memandang Islam, dan apakah Islam dan negara bisa berdampingan.

Pada dasarnya Islam memberi petunjuk bagi para pemeluknya untuk membuka wawasan
dalam berbagai aspek untuk kehidupan. Islam menjadi master piece yaitu yang mengubah pola
pikir dan kondisi, menciptakan perdamaian dunia, serta memberikan pedoman atau tauladan yang
indah. Pedoman tersebut mencakup prinsip ajaran, perilaku, sistem kemasyarakatan,
pemerintahan, termasuk hubungan internasional. Hubungan internasional merupakan suatu
penerapan yang sudah lama ada di dunia Islam. Islam dalam hubungan internasional dinilai sebagai
kewenangan dari suatu negara untuk mengatur hubungannya dengan negara-negara lain, hak dan
kewajiban suatu negara, aturan peperangan, perjanjian-perjanjian internasional dalam konteks
Islam, pemberian pedoman atau suaka politik dan kemanan, dan lain sebagainya. Hubungan
internasional memiliki teori yang paling dekat dengan Islam, yaitu teori konstruktivis. Terlihat dari
beberapa faktor, salah diantaranya seperti identitas, norma, dan budaya. Islam merupakan agama
yang diturunkan untuk membangun, berkarya, berperadaban, menjaga, menyelamatkan, dan
mengembangkan kehidupan umat manusia untuk mewujudkan perdamaian dunia. Agama juga
menjadi bukti yang sangat mendasar bahwa secara kodratnya manusia membutuhkan pedoman
untuk hidupnya yang paling hakiki untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Terkait pembicaraan
tentang agama khususnya Islam jika dituangkan dalam hubungan antar negara atau seluruh
aktivitas-aktivitas politik sangat bertolak belakang.

Sebelum mengetahui bagaimana Islam memandang sebuah negara kita harus mengetahui
pengertian negara secara umum terlebih dahulu. Negara merupakan suatu alat yang sangat
diperlukan untuk mencapai perkembangan manusia dalam mewujudkan peradaban dan keinginan
pribadi untuk mewujudkan kepentingannya di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, sosial,
maupun budaya. Dalam pandangan Islam, negara adalah suatu kehidupan yang bersuku-suku atau
berkelompok atas dasar kontrak sosial dan manusia sebagai pemimpin atau khalifah di bumi yang
dapat memikul kekuasaan sebagai amanah dari Tuhan. Maka, manusia dalam menjalankan
kehidupannya harus sesuai dengan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Berbicara tentang negara dalam Islam, keduanya bertumbuh dan berkembang secara
bersamaan dengan segala perkembangan sistem politik sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW.
Banyak pembuktian bahwa keduanya tidak bisa dipersatukan. Namun keduanya bisa bersatu atau
berdampingan apabila adanya kerjasama atau melakukan hubungan internasional untuk
memperoleh manfaat atau keinginannya dan menjauhkan atau mencegah segala sesuatu yang dapat
mengancamnya. Islam tidak menetapkan adanya pembentukan sebuah negara sekaligus memberi
kebebasan dalam hal pembentukan ataupun pengaturan serta teknis masalah kenegaraan.

Islam memandang suatu negara dalam ruang lingkup hubungan internasional berdasarkan
sumber atau sudut pandang tersendiri, yaitu dari Al-Qur’an. Islam merupakan suatu peradaban
yang tumbuh dan berkembang dari masa lalu hingga sekarang. Hubungan internasional juga tidak
jauh dari suatu peradaban, sebagai agama yang memiliki peradaban, Islam telah banyak
berkontribusi terhadap dunia internasional, yang hal tersebut masih dirasakan hingga sekarang.
Salah satu buktinya adalah kemajuan dunia Barat yang tidak bisa terlepas dari pengaruh penemuan
ilmuwan dari Islam. Islam bukanlah hanya sebatas agama yang mengatur keseimbangan antara
hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi Islam juga mengatur keseimbangan suatu hubungan
antara sesama manusia. Maka disinilah Islam dikenal sebagai ajaran yang Rahmatan Lil’Alamin,
yaitu yang mempunyai nilai danprinsip dasar yang universal, mempunyai daya dan upaya untuk
membimbing, mengarahkan, mengontrol, dan mengendalikan faktor potensial dari perkembangan
dan pertumbuhan sistem budaya dan peradaban modern demi terwujudnya kondisi kehidupan yang
adil makmur dan kesejahteraan manusia yang berada di negara-negara dunia internasional.

Dalam sejarah hubungan internasional dalam Islam, Islam memberi contoh dari Rasulullah
Muhammad SAW yang melakukan langkah dengan cara yang strategis, dimulai dari membangun
masjib Nabawi, mempersaudarakan antara kaum muslimin tanpa mengenal latar belakang,
keluarga, suku, ras, ataupun golongan, dan menetapkan Piagam Madinah yang didalamnya
terdapat perjanjian persatuan umat Islam dan non-Islam, perjanjian perdamaian, dan perjanjian
kerjasama. Islam juga memulai kegiatan hubungan internasionalnya dengan mengirimkan
diplomat atau khalifah untuk menyampaikan dakwah ke seluruh dunia. Contoh penerapan Islam
lainnya dalam konteks hubungan internasional adalah adanya Perjanjian Hudaibiyah, yaitu
perjajian antara pemerintahan Rasulullah Muhammad SAW di Madinah dan kekuasaan kaum
Quraisy di Mekkah. Perjanjian inilah kemudian dijadikan sebagai konsep dasar ataupun asas dalam
hubungan internasional. Selain itu, terdapat juga perjanjian hidup bertetangga secara rukun dengan
umat Nasrani dan Yahudi yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW dengan cara berkirim
surat kepada para penguasa di berbagai wilayah yang menjadi contoh praktik berdiplomasi.
Adapun asas hubungan internasional yang ditanamkan dan dijadikan landasan hubungan
internasional oleh Islam adalah kesatuan dan persatuan umat manusia, persamaan, keadilan,
musyawarah, kebebasan, kehormatan manusia, toleransi, dan kerjasama. Hal ini bertujuan agar
tidak mencederai rasa kemanusiaan dalam melakukan hubungan internasional dan melanggar
perintah Tuhan.

Landasan Islam dalam pemahaman hubungan internasional selain pada Al-Qur’an juga
bersumber dari Hadits, Sunnah atau Ijtihad. Dasar hukum Islam dalam hubungan internasional
berlandaskan ketentuan syari’ah, karena sumber hukum syari’ah sendiri berasal dari Al-Qur’an
dan Sunnah. Al-Qur’an pun menjadi sumber hukum islam yang termasuk memuat ajaran prinsip-
prinsip dalam hubungan internasional. Al-Qur’an telah menegaskan landasan moral untuk
melakukan praktik di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya
untuk kehidupan manusia. Teori hubungan internasional dalam Islam dapat juga diidentifikasi
dalam konsep jihad, yaitu suatu peperangan dimaknai dengan perjuangan demi mewujudkan dan
memenuhi kebutuhan suatu negara dan konsep dakwah yang menjadi konsep sentral dari hubungan
internasional.

Islam dalam konteks hubungan internasional mendasarkan diri pada prinsip untuk
memelihara ketertiban dan perdamaian dunia, memerintahkan kepada pemeluknya untuk
memenuhi persetujuan dan perjanjian internasional, serta hubungan internasional dilaksanakan
dengan cara pertukaran utusan yang hal ini ada sejak zaman Rasulullah. Konsep agama Islam
dalam perkembangan internasional menjadi salah satu bagian yang universal untuk diterapkan
terhadap macam budaya dan masyarakat internasional. Bagi Islam, hubungan internasional
hanyalah sebagai alat mempertahankan diri dari serangan musuh dan sebagai penyempurna
dakwah Nabi kepada umatnya. Islam tetap berpegang teguh pada prinsip damai terhadap sejawat
dan tetangganya. Islam tidak melepaskan diri dari prinsip berdamai dengan negara tetangga,
meskipun adanya perang dan sudah dinyatakan akan perang.

Oleh karena itu, dengan adanya Islam dalam konteks hubungan internasional, manusia
memiliki aturan-aturan, nilai-nilai, norma-norma serta pedoman dan pegangan hidup yang
universal dan diakui atau diterima oleh seluruh negara. Selain itu, dengan adanya Islam dapat
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan agama dan budaya umat manusia
di bumi. Karena Islam berasumsi bahwa pokok isi ajarannya berdasarkan fitrah manusia untuk
mampu mengatur dan menyusun sistem kehidupan dan lingkungan budayanya yang mewadahi dan
memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat serta mempunyai daya adaptasi dan integrasi yang kuat
terhadap sistem hidup dan lingkungan budaya yang dimasuki dan dijumpainya. Dapat disimpulkan
Islam dalam hubungan internasional bertujuan untuk menggali dasar dan pokok Islam yang ada
dalam sumber dasarnya, yaitu hakiki, universal, dan dinamis untuk dihadapkan dengan budaya dan
dunia agar memberikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi manusia.

REFERENSI

Ali Mansur, 1965, Assyari’atul Islamiyyatu wal qanunut Dalliyu al’am dalam L. Amin Widodo,
Fiqih Siasah dalam Hubungan Internasional, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Dr. M. Arif, M.A., 2017, Studi islam dalam Dinamika Global, Jawa Timur: STAIN Kediri Press.

Kailani, 2013, Islam dan Hubungan Antarnegara, Vol. 14 No. 2.

Kompasiana.com. 2019. Hubungan Internasional Dalam Suatu Pengenalan. Diakses dari


https://www.kompasiana.com/zaklyzaenal/5dba1085097f362222087c54/hubungan-
internasional-dalam-islam-suatu-pengenalan# pada 1 November 2019.

M. Daud Ali dkk, 1989, Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik, Jakarta: Bulan
Bintang

Nasaruddin. 2009. Pemikiran Islam Tentang Hubungan Negara Dengan Agama. Jurnal Hunafa,
Vol. 6, No. 2. STAIN Datokarama Palu.

Anda mungkin juga menyukai