Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Peran Pengawas

1. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran bisa berarti ikut

ambil bagian di suatu kegiatan; keikutsertaan secara aktif, dan bisa juga

diartikan sebagai partisipasi. Peran berarti perangkat tingkah laku yang

diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.1

Selanjutnya Veithzal Rivai dan Sylviana Murni menjelaskan, “peran

adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi

tertentu”.2

Menurut kamus Oxford Dictionary, “peran atau role adalah

actor’s part; one’s task or function, yang berarti aktor; tugas seseorang

atau fungsi. Karena itulah, ada yang disebut dengan role expectation,

yaitu harapan mengenai peran seseorang atas harapan dari si pemberi

tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan

tersebut”.3

Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis menarik simpulan,

peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat atau sebuah lembaga. Dalam hal ini,


1
Pius Partanto, Kamus Ilmiah Populer,(Arkola Surabaya,2001),hal. 59.
2
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management; Analisis Teori dan Praktik
(Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2009), hal. 745.
3
Artikel diakses pada 16 agustus 2020 dari http://Digilib.sunan-ampel.ac.id/.../hubptaingdl-
mohasroful-7712-3-babii.pdf.

12
13

kepala sekolah perlu menjalankan perannya sesuai dengan hak dan

kewajibannya. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan sekolah,

maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) suatu posisi, diharapkan

menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan

tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sikap tanggung jawab dan

profesional dari pemegang peran tersebut.

2. Pengertian Pengawas

Pengawas pendidikan disebut juga supervisor pendidikan. Dalam

arti sempit, pengawas berarti orang yang mengawasi 4. Beberapa ahli

pendidikan juga mendefenisikan tentang pengawas (supervisor)

pendidikan, antara lain:

a. Pengawas adalah seorang yang membantu sekolah dan guru untuk

menolong para siswanya agar dapat belajar lebih banyak, lebih

cepat, dengan senang hati, dan dengan lebih mudah dan efisien.5

b. Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, supervisor adalah orang

yang berfungsi memberikan bantuan kepada guru dalam

menstimulasi guru-guru kearah usaha mempertahankan suasana

belajar dan mengajar yang lebih baik.6

4
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
2010), Hal.68.
5
NickCowell dan Roy Gardner, Teknik Mengembangkan guru dan siswa Buku Panduan Untuk
Pemilik Sekolah Dasar, (Jakarta:Grafindo 2, 1995), hal 3.
6
Piet A.ssahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan,
(Surabaya:Usaha Nasional 1981), Hal 17.
14

c. Soewadji Lazaruth, Supervisi adalah setiap orang yang membantu

atau menolong guru agar situasi belajar mengajar berkembang

lebih efektif.7

Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pengawas atau supervisor pendidikan adalah orang yang membantu

sekolah, guru dan para siswa agar dapat belajar dengan lebih baik.

3. Syarat-Syarat Pengawas

Dijelaskan dalam Surat Keputusan Menteri Negara

Pendayagunaan Apratur Negara Nomor 21 tahun 2010 tentang jabatan

fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, pasal 31 ayat 1. PNS

yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Masih berstatus sebagai guru dan memiliki sertifikat pendidikan

dengan pengalaman mengajar paling sedikit 8 tahun atau guru

yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah paling sedikit

4 tahun sesuai dengan satuan pendidikannya masing-masing.

b. Berizajah paling rendah Sarjana (S1).

c. Memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan bidang

kepengawasan.

d. Memiliki pangkat paling rendah Penata, Golongan ruang III/c

7
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya, (Yogyakarta:Kanisius, 1988), hal
35.
15

e. Usia paling tinggi 55 tahun.

f. Lulus seleksi calon pengawas sekolah

g. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihanfungsional calon

pengawas sekolah dan memperoleh STTPP.

h. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam daftar

penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) paling rendah bernilai

baik dalam 2 tahun terakhir.

Selain itu, seorang pengawas harus memiliki ciri-ciri dan sifat sebagai

berikut :

a. Berpengetahuan luas tentang seluk beluk semua pekerjaan yang

berada di bawah pengawasannya.

b. Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang

telah digariskan yang akan dicapai oleh setiap lembaga atau

bagian.

c. Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-

teknik kepengawasan, terutama human relation

d. Memiliki sifat jujur, tegas, konsekuen dan rendah hati.

e. Berkemauan keras, rajin bekerja demi ytercapainya tujuan atau

program yang telah disusun.8

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan

bahwa seorang pengawas atau supervisor yang baik sealin

8
Ngalim purwanto, Administrasi dan Supervise Pendidikan, (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2010). Hal 85-86.
16

mempunyai persyaratan yang ideal dari segi kepribadiannya, seperti

berwibawa, harus jujur, tegas, konsekuen, ramah dan rendah hati

juga harus mempunyai keterampilan-keterampilan yang mampu

membantunya memperbaiki situasi belajar-mengaajar agar lebih

baik.

4. Tugas-Tugas Pengawas

Dalam pedoman pengembangan administrasi dan supervisi

pendidikan yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI dinyatakan

bahwa” pengawas adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai tugas

pokok , tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan supervisi

pendidikan sekolah atau madrasah dilingkungan Departemen Agama dan

guru agama di sekolah umum9.

Pengertian tersebut memperjelas bahwa pengawas adalah

pegawai negeri sipil yang mempunyai tugas, tanggung jawab dan

wewenang dalam melakukan supervisi pendidikan pada sekolah atau

madrasah dalam lingkungan Departemen Agama dan guru agama yang

bertugas di sekalah umum. Jadi pengawas mempunyai beberapa dimensi

tugas yaitu sebagai pegawai negeri sipil, pengawas sebagai pejabat

fungsional dan teknis kependidikan. Untuk memperoleh kejelasan

mengenai tugastugas pengawas pada bidang supervisi akademik dapat

dilihat uraian berikut ini:

9
Departemen Agama RI, Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan
(Jakarta: Dirjen Bagais, 2004), hal. 50.
17

1) Supervisi terhadap kurikulum, yaitu pengawas dapat

menggunakan berbagai teknik supervisi, antara lain kunjungan

sekolah, observasi kelas dan wawancara. Jadi supervisi bidang

kurikulum mencakup 3 sasaran utama seperti tersebut di atas.

2) Supervisi terhadap proses pembelajaran yaitu pengawas harus

memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran, pemanfaatan sarana dan media

pembelajaran, kemampuan dalam mengembangkan materi

pembelajaran, evaluasi proses dan hasil pembelajaran peserta

didik.

3) Supervisi terhadap penilaian yaitu pengawas hendaknya

mencermati hal-hal yang berkaitan dengan kesesuaian materi dan

tujuan yang ingin dicapai dengan penilaian yang dilakukan guru,

kesesuaian dengan aspek-aspek yang dikembangkan peserta

didik dengan butir-butir soal dan apakah guru memiliki buku

pedoman penilaian sebagai sumber.

4) Supervisi tentang ekstrakurikuler yaitu pengawas memperhatikan

apakah kepala sekolah mendorong dilaksanakannya kegiatan

extrakurikuler atau hanya guru yang berperan dan mengabaikan

peran serta peserta didik , pengawas mengamati kegiatan tersebut

apakah terlaksana dengan baik atau apakah ada kendala yang

dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Terdapat lima tugas pokok pengawas, yaitu mencakup:


18

1. Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meliputi tuga mensupervisi

kinerja kepala sekolah, kinerja guru, kinerja staf sekolah,

pelaksanaan kurikulum/mata pelajaran, pelaksanaan pembelajaran,

ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya, manajemen sekolah,

dan aspek lainnya seperti:keputusan moral, pendidikan moral,

kerjasama dengan masyarakat.

2. Tugas pokok advising (memberi advis/nasehat) meliputi advis

mengenai sekolah sebagai sistem, member adviskepada guru

tentang pembelajaran yang efektif, member advis kepada kepala

sekolah dalam mengelola pendidikan, member advis kepada tim

kerja dan staf sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah,

memberi advis kepada orang tua siswa dan komite sekolah

terutama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pendidikan.

3. Tugas pokok monitoring/pemantauan meliputi tugas memantau

penjaminan/standard mutu pendidikan, memantau penerimaan

siswa baru, memantau proses dan hasil belajar siswa, memantau

pelaksanaan ujian, memantau rapat guru dan staf sekolah,

memantau hubungan sekolah dengan masyarakat, memantau data

statistik kemajuan sekolah, memantau program-program

pengembangan sekolah.

4. Tugas pokok reporting meliputi tugas: melaporkan perkembangan

dan hasil pengawasan kepada Kepala Dinas Pendidikan


19

Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau Nasional, melaporkan

perkembangan dan hasil pengawasan ke masyarakat public,

melaporkan perkembangandari hasil pengawasan ke sekolah

binaannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas

pokok pengawas adalah melakukan pembinaan, penilaian terhadap

pelaksanaan pendidikan pada sejumlah sekolah yang menjadi

tanggung jawabnya demi peningkatan kualitas pembelajaran dalam

rangka pencapaian tujuan pendidikan yang optimal.

5. Teknik Pengawas Dalam Supervisi Pembelajaran

Supervisi pembelajaran akan memberikan kontribusi bagi

peningkatan kualitas pembelajaran dan akan berdampak pada

peningkatan kreativitas guru dalam mengajar, apabila seorang

supervisor memahami dan dapat menerapkan teknik-teknik supervisi

secara tepat.

Pirdata menjelaskan teknik-teknik supervisi pembelajaaran

dapat dilakukan melalui kunjungan sekolah, diskusi kelompok, saling

berkunjung (intervisitasi), demontrasi mengajar, bulletin supervisi,

perpustakaan professional, karyawisata, kunjungan rumah.”10 Lebih

jelasnya teknik supervisi pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut:

10
Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta : Rhineka Cipta, 2009), hal 44.
20

1. Kunjungan sekolah teknik supervisi yang dilakukan oleh

supervisor langsung mengunjungi kelas pada saat proses

pembelajaran berlangsung, supervisi akan menggunakan

instrument peilaian mulai dari kegiatan pendahuluan sampai

kegiatan penutup proses pembelajaran. Dalam melaksanakan

kunjungan sekolah dalam rangka pelaksanaan supervisi pengajaran

dapat dilakukan dengan memberitahu atau tanpa memberitahukan

lebih dahulu kepada kelasa madrasah atau guru-guru.

2. Observasi Kelas. Teknik ini yaitu seorang supervisor (Pengawas

atau Kepala Madrasah) datang kedalam kelas untuk melihat

langsung kegiatan guru dalam melaksanakan proses belajar

mengajar. Melalui observasi kelas supervisor dapat mengetahui

dengan jelas tentang kemampuan, kelemahan, kekurangan-

kekurangan yang dimiliki guru dalam pelaksanaan tugasnya di

depan kelas.

3. Pertemnuan Individual (Individual Conference). Kegiatan yang

dilaksanakan setelah selesai kunjungan atau observasi kelas untuk

membicarakan secara pribadi dengan guru yang bersangkutan.

Dalam percakapan pribadi ini supervisor menyampaikan temuan-

temuannya yang diperoleh dalamobservasi kelas dan selanjutnya

kemitraan akan membicarakan cara-cara untuk mengatasi

kelemahan dan kekurangan yang ada pada guru yang bertujuan

untuk menjadi lebih baik.


21

4. Pertemuan Kelompok. Setelah supervisor selaku Pembina guru

melakukan observasi kelas terhadap beberapa orang guru

kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan individual, tentu ada

hal-hal yang bersifat umum dan masalah-masalah yang bersifat

khusus atau individual. Artinya ada masalah yang sama dialami

oleh beberapa guru atau sekolah da nada juga masalah yang

dialami guru tertentu dan tidak etis jiika dibahas dalam forum

terbuka. Atau dapat disebut masalah yang bersifat pribadi dan

untuk mengatasinya juga harus dilakukan secara khusus juga.

5. Diskusi kelompok. Kegiatan ini dilakukan antara guru-guru dan

pihak tertentu apabila kegiatannya ada persamaan tapi secara

substantive adalah berbeda. Kalau pertemuan kelompok adalah

pertemuan untuk membicarakan berbagai masalah yang masih

dialami guru sehingga mengganggu proses pengembangan

pelajaran yang berkualitas, sedangkan diskusi kelompok adalah

pertemuan kelompok guru untuk membahas suatu masalah dengan

melibatkan pakarnya.

6. Saling berkunjung (Intervisitasi). Artinya untuk memberi

pengalaman yang lebih luas dan akurat kepada guru-guru dalam

kegiatan suprvisi dapat dipergunakan teknik saling berkunjung.

Dalam hal ini, guru yang dinilai oleh supervisor perlu menambah

pengalaman tentang cara mengajar yang lebih baik difasilitasi

untuk mengadakan kunjungan kepada guru yang lebih senior atau


22

guru yang mempunyai keahlian mengajar lebih baik dari guru itu

sendiri. Kunjungan antar kelas atau kunjungan antar guru memberi

kesempatan untuk melihat bagaimana temannya atau guru lain

mengajar dikelasnya. Dalam hal ini pengawasmemberikan

dorongan kepada guru yang merasa dirinya kurang mampu dalam

mengembangkan proses belajar mengajar akan belajar dari

temannya tentang bagaimana cara mengajar yang baik.

7. Demonstrasi mengajar artinya mengajar dalam konteks supervisi

yaitu melakukan kegiatan pembelajaran untuk memperlihatkan

kepada guru yang disupervisi cara mengajar yang benar. Dilihat

dari kegiatan ini yang akan dilakukan dalam menggunakan teknik

supervisi ini sebenrnya tidak berbeda jaug dengan kegiatan saling

mengunjungi karena yang menjadi pusat perhatian guru adalah

aktivitas pembelajaran. Pelaksanaan demonstrasi mengajar dapat

dilakukan oleh supervisor sendiri atau salah seorang guru senior

yang memiliki kemampuan mengajar tinggi.

6. Model Pengawasan Dalam Pembelajaran

Menurut Suhertian11, model supervisi terdiri dari:


11
Suhertian dan Mataheru, Prinsip dan teknis Supervisi Pendidikan, (Surabaya:Usaha
Nasional,2000), hal.121.
23

1. Supervisi Ilmiah/Saintifik.

Adalah jenis supervisi klasik yang mendasarkan pada

pengontrolan    dan pelaporan dengan cara mengidentifikasi

masalah serta hubungannya bersifat subordinasi antara atasan

dengan bawahan. Dalam pelaksanaan supervisi ini menggunakan

metode ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah dalam

menggali infomasi, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung dengan menggunakan instrumen penggalian data pada

lembaga pendidikan yang di supervise.

Model supervisi ilmiah adalah sebuah model supervisi yang

di gunakan  yang digunakan oleh supervisor untuk menjaring data

atau informasi dan menilai kinerja kepala sekolah dan guru dengan

cara menyebarkan angket. Supervisi  yang bersifat ilmiah memiliki

ciri yaitu dilaksanakan secara berencana dan berkelanjutan.

Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.

Menggunakan instrument menggumpulkan data sehingga dapat

menjaring data yang objektif.

2. Supervisi Klinik.

Adalah supervisi yang dimaksud untuk meningkatkan

keberhasilan belajar peserta didik dengan memperbaiki prilaku dan

tata sara kerja guru dalam proses pembelajaran dengan cara


24

mengopservasi prilaku dan tata cara kerja guru, dan juga proses

pembelajaran di kelas guna meningkatkan dan atau memperbaiki

efektivitas proses pembelajaran. Dilakukan secara demokratis,

kolaboratif serta berdasarkan kebutuhan supervisi, karena pada

akhirnya supervisi ini dimaksudkan untuk mengingkatkan atau

memperbaiki kinerja guru (atau yang di supervisi ). Pada dasarnya

data diambil di dalam kelas, selanjutnya di analisis bersama sebagai

dasar perencanaan program, prosedur, dan strategi untuk

memperbaiki belajar peserta didik melalui perbaikan pengajaran

guru di dalam kelas.

Didalam supervisi klinis, ditekankan bahwa bimbingan

dilaksanakan dalam suatu tatap muka yang akrab dan terbuka

(direct interaction), diberikan atas prakarsa terbimbing sesuai

kebutuhannya, observasi secara langsung dan cermat, dan di

analisis bersama untuk menemukan cara–cara yang tepat untuk

menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang masih ada dalam

keterampilan mengajar yang di latihkan, untuk dilatihkan

berikutnya dan seterusnya, sebagai suatu cirri siklus.12

Ciri-ciri Supervisi klinis yaitu Bimbingan bersifat bantuan

bukan perintah, sehingga prakarsa yang datang dari terbimbing.

Sasaran supervisi di batasi satu atau dua keterampilan saja. Sasaran

supervisi di ajukan oleh terbimbing, dan dikaji bersama untuk di


12
Suhertian dan Mataheru, Prinsip dan Teknis Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 2000), hal.122.
25

jadikan kontrak Instrument obsepasi di kaji dan di tetapkan

bersama. Balikan yang objektif dan spesifik segera diberikan.

Analisis dan intrepretasi data dan hasil observasi dilakukan

besama Supervisi berlangsung dalam satu tatap muka dan intim.

Supervisi berlangsung dalam satu siklus, tindak lanjut latihan

sebelumnya akan menjadi masukan untuk perencanaan berikutnya.

3. Supervisi Artistik

Merupakan model supervisi kontenporer yang di dasarkan

pada pengetahuan, keterampilan, pemahaman dan sensitivitas

penilaian, serta kompetensi supervisor dalam mengobsepasi yang di

supervisi (guru) terkait kejadian pembelajaran dalam lingkungan

kelas. Dalam model Artistik  supervisor menjalin hubungan yang

baik (human relation) dengan guru yang di supervisi sehingga

mereka merasa di bimbing, di terima, merasa aman yang bisa

menimbulkan dorongan untuk maju dan  mengembangkan diri.

Supervisi Artistik memandang bahwa mengajaran merupakan seni

yang tak selalu bisa terjadi sesuai dengan apa yang telah

direncanakan, akan tetapi sangat bergantung pada lingkungan di

mana pembelajaran itu terjadi, dan itu berati bahwa aturan

(prosedur) yang baku (kaku) akan mengunci keaktifan..

4. Model supervisi Konvensional (tradisional)


26

Model ini adalah refleksi masyarakat suatu saat, dan pada

saat kekuasaan otoriter dan feudal, akan berpengaruh pada sikap

pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk

mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi adalah mengadakan

infeksi untuk mrncari kesalahan dan menemukan masalah, kadang

bersifat memata-matai, maka disebut supervisi yang korektif.

Memang sangat mudah untuk mengoreksi kesalahan orang lain,

tetapi lebih sulit lagi melihat segi positif dalam hubungan dengan

hal-hal baik. Dalam supervise konvensional ini penerapannya

terkesan mencari-cari kesalahan dalam membimbing. Dalam proses

membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan

pendidikan (supervisi). Akibatnya guru-guru merasa tidak puas da

nada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru yaitu acuh tak acuh

dan juga menentang serta agresif.

Jadi ada empat jenis model supervisi pendidikan yang

masing-masing telah diuraikan diatas. Dalam tesis ini penulis

berfokus pada model supervisi klinis dan efektivitasnya dalam

supervisi pendidikan.

Pertama, pengajaran merupakan aktivitas yang sangat

komplek yang memerlukan pengamatan dan analisa secara hati-

hati. Melalui pengamatan dan analisis ini supervisor akan mudah

mengembangkan kemajuan guru dalam mengelola proses belajar

mengajar.
27

Kedua, guru merupakan profesi yang profesionalnya ingin

dikembangkan. Supervisi klinis pada dasaranya merupakan

pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar,

pelaksanaannya didesain dengan praktis dan rasional, baik

desainnya maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis

dan mengenai kegiatan-kegiatan dikelas. Data dan hubungan antara

guru dan pengawas merupakan dasar program dan strategi

pembinaan perilaku mengajar guru sehingga menjadi bahan

peningkatan kreativitas guru.

Jadi, supervisi klinik merupakan satu model pengawasan

untuk aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar

dengan baik. Jadi supervisi klinik merupakan satu model supervisi

untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui

sebelumnya hanya dengan cara seperti ini.

7. Kendala yang dihadapi Pengawas

Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas kerap mendapatkan

kendala-kendala yang cukup berarti. Berdasarkan observasi yang terlihat

dapat diketahui bahwa kendala supervisi pendidikan yang sangat umum

terjadi dilapangan adalah kurangnya motivasi dari para guru ketika

diadakannnya pemeriksaan oleh pengawas, baik itu kepala sekolah atau

pengawas sekolah. hal tersebut terjadi dikarenakan adanya anggapan


28

yang telah melekat dalam diri guru bahwa supervise hanyalah kegiatan

yang semata-mata untuk mencari kesalahan guru.

Beberapa kendala yang ditemui pengawas saat melakukan

supervisi ke sekolah, diantaranya sebagai berikut:

1.  Kompleksitas tugas manajerial seorang kepala sekolah.

Program kegiatan supervisi pendidikan tidak dapat

dilakukan oleh kepala sekolah seorang diri. Kompleksitas tugas

manajerial kepala sekolah mengakibatkan seorang kepala sekolah

tidak dapat menangani sendiri pelaksanaan supervisi pendidikan,

khususnya supervisi yang lebih menekankan pada aspek

pembelajaran.

2.  Kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi.

Kondisi ini dapat diartikan bahwa motivasi guru untuk

disupervisi dinilai masih kurang, hal tersebut dikarenakan masih

melekatnya anggapan dari para guru bahwa supervisi semata-mata

hanyalah kegiatan untuk mencari-cari kesalahan. Meskipun

pelaksanaan supervisi pendidikan dilakukan dengan

pemberitahuan terlebih dahulu kepada guru yang akan mendapat

supervisi, masih saja para guru yang akan disupervisi belum

mempersiapkan diri secara matang.


29

3.  Unsur subjektifitas guru supervisor dirasa masih tinggi.

Unsur subjektifitas dari supervisor yang ditunjuk oleh

kepala sekolah dirasa masih tinggi. Keadaan ini terjadi

dikarenakan kegiatan supervisi pendidikan tidak dilakukan sendiri

secara langsung oleh kepala sekolah, tapi oleh guru-guru yang

dianggap telah senior oleh kepala sekolah. Dimana masing-

masing guru tersebut memiliki kepribadian yang berbeda-beda

dan prinsip supervisi maupun teknik supervisi yang saling

berbeda pula.

4. Sarana dan prasarana yang terbatas

Setiap proses belajar mengajar yang berhubungan dengan

masalah sarana dan prasarana, seorang guru pasti merasakan

ketidak nyamanan dalam menyampaikan materi pelajaran. Karena

sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor utama

lancarnya pelaksanaan supervisi pendidikan dalam meningkatkan

profesionalisme guru.

5.  Kurangnya disiplin guru

Masalah yang menyangkut faktor disiplin. hal ini sering

dilakukan oleh beberapa tenaga pengajar terutama disiplin waktu

hal ini menimbulkan kelas menjadi tidak kondusif sehingga siswa

tidak tau apa yang harus dilakukan selain bermain di dalam kelas
30

sambil menunggu guru yang memiliki jadwal pada hari itu ia akan

datang atau karena tidak belum ada kejelasan.

Berdasarkan berbagai kendala diatas, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa kendala-kendala pada saat

suvervisi merupakan hal-hal yang terdapat dari dalam sekolah itu

sendiri, baik daari kepala sekolah seperti kompleksitas manajerial

kepala sekolah. Sedangkan kendala eksternalnya dapat meliputi

kurangnya persiapan dari guru yang disupervisi, unsur

subjektifitas guru supervisor yang dirasa masih tinggi, dan juga

kurangnya disiplin guru itu sendiri.

B. Kreativitas Guru

1. Pengertian Guru

Guru merupakan salah satu terma yang banyak dipakai untuk

menyebut seorang yang dijadikan panutan. Penggunaan istilah ini tidak

hanya dipakai dalam dunia pendidikan, tetapi hampir semua aktifitas

yang memerlukan seorang pelatih, pembimbing atau sejenisnya. Sosok

guru menyiratkan pengaruh yang luar biasa terhadap murid-muridnya

sehingga baik tidaknya murid sangat ditentukan oleh guru.13

Definisi lain, guru sebagai pendidik dalam merubah dan

meningkatkan moral peserta didik bukanlah hal yang asing lagi untuk
13
Dja‟far Siddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2006),
hal. 39
31

dibicarakan. Guru adalah orang yang diberi amanah dan tanggung jawab

untuk membimbing. Menurut imam Al-Ghazali, guru “adalah orang yang

berilmu atau orang yang mengemban amanah dalam pembelajaran agama

islam dan memiliki kepribadian yang shaleh”. 14 Adapun definisi yang

lain dijelaskan bahwa “guru adalah tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan

bimbingan, pelatihan dan pengabdian kepada mayarakat”.15

Jadi, guru adalah orang yang mengemban tugas mengajar,

mendidik, dan membimbing. Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada

seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru. Bahkan guru

juga merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus

sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syaratsyarat tertentu,

apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai betul seluk beluk

pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya

yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu

atau pendidikan prajabatan.

2. Pengertian Kreativitas

Untuk memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai

masalah kreativitas, akan diberi pengertian baik secara etimologis

maupun terminologis. Secara etimologis kata kreativitas berasal dari


14
Hadi, Yanuar. Profil Guru Murid dalam Perspektif Al Ghazali, (Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN
Malang, 2009).
15
Lalu Mukhtar dan Khully, Profesi keguruan…,h. 70- 71.
32

bahasa Inggris yaitu, Creativity yang berarti kemampuan berkreasi, atau

daya cipta16.

Sedangkan pengertian secara terminologi, tampaknya para ahli

berbeda pendapat diantaranya adalah, Yatim Riyanto menyatakan bahwa,

kreativitas adalah suatu proses yang menuntut keseimbangan dan aplikasi

dari ketiga aspek esensial kecerdasan analisis, kreatif dan praktis. Jika

ketiga aspek ini digunakan secara kombinatif akan melahirkan

kecerdasan kesuksesan17.

Keterangan tersebut di atas dapat dipahami bahwa dari ketiga

aspek esensial baik kecerdasan analisis, kreatif maupun praktis, jika

diaplikasikan secara kolaboratif akan melahirkan kesuksesan.

Selanjutnya James J.Gallagher yang dikutip oleh Yeni Rahmawati

bahwa, Creativity is a mental proces by which an individual creates new

ideas or product or recombines existing ideas and product, in fashion

that is novel to him or her” (Kreatif merupakan suatu proses mental yang

dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau

mengombinasikan antara keduanya yang pada ahirnya akan melekat pada

dirinya)18. Pendapat tersebut memperjelas bahwa kreatif merupakan

proses mental yang dilakukan oleh seseorang yang melahirkan gagasan

16
David.B.Guralnik, Webster’s new World Dictionary of the American Languarge (Second
College Edition,William collins and World Publishing co,Inc. Tth), hal.1134.
17
Yatim,Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Cet.ll; (Jakarta: Kencana, 2010, hal.225.
18
Yeni Rahmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak Cet.l; (Jakarta: Kencana, 2010), hal.13.
33

atau kreasi baru yang merupakan ide atau hasil karya yang melekat pada

dirinya.

Lebih lanjut Utami Munandar menjelaskan pengertian kreativitas

dengan mengemukakan beberapa rumusan yang merupakan kesimpulan

para ahli yaitu, Pertama; Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat

kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.

Kedua, Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah

kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan

banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang

penekanannya adalah pada kuantitas ketepatgunaan dan keragaman

jawaban. Ketiga, Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan

sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan

(fleksibilitas) dan orsinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk

mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan.19

Penjelasan tersebut mengandung makna bahwa kreativitas adalah

kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data,

menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah serta

kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Disamping kreativitas

ditinjau sebagai suatu produk yang merupakan hasil interaksi individu

dan lingkungannya, dapat juga konsep kreativitas tersebut ditinjau dari

segi pribadi (person) seperti yang dikemukakan Selo Soemarjan bahwa:

Pribadi yang kreatif itu dimulai dengan kemampuan dari individu itu
19
Utami Munandar S,C, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah (Petunjuk Bagi
Para Guru dan Orang Tua (Jakarta: GramediaWadia Sarana Indonesia, 1992), hal.47.
34

sendiri untuk menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya seseorang

individu yang kreatif memiliki sikap yang mandiri .Ia tidak terikat pada

nilai-nilai atau norma-norma umum yang berlaku dalam bidang

keahliannya20. Pengertian tersebut menggambarkan bahwa bila

kreativitas ditinjau dari sudut pribadi maka ia harus memiliki sikap yang

mandiri sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru tampa terikat

pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku sesuai bidang

keahliannya.

3. Kreativitas Guru dalam Pembelajaran

Kreativitas guru menentukan kelancaran proses pembelajaran.

Guru memiliki peran penting membentuk kepribadian peserta didik dan

mempengaruhi keberhasilan murid dalam belajar. Hasanah menyatakan

di pundak guru terdapat tanggung jawab yang melekat secara terus

menerus sampai akhir hayat.21 Kutipan di atas, menegaskan bahwa beban

dan tanggung jawab guru tidak mudah karena harus melalui proses yang

panjang dan memiliki persyaratan dan berbagai tuntutan, salah satunya

adalah menjadi guru yang kreatif.

Guru kreatif dituntut membaca informasi sehingga mampu

mengembangkan ide-ide yang baru. Guru yang memeprhatikan setiap

perubahan akan memperoleh bekal baaru semangat dan motivasi untu

menciptakan situasi proses belajar mengajar yang lebih menyenangkan

20
Selo Soemarjan, Kreativitas Suatu Tinjauan dari Sudut Sosiologi (Jakarta: Dian Rakyat, 1986),
hal.92.
21
Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Hal.15.
35

bagi siswa. kreativitas guru adalah upaya maksismal dari tenaga pendidik

untuk menemukan cara atau strategi pembelajaran yang baru, yang bisa

dikembangkan untuk meningkatkan pelayanan pendidikan disetiap satuan

pendidikan.22 Dengan demikian guru kreatif adalah guru yang berupaya

melakukan perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran, dengan

cara mencari informasi-informsi terkini terkait perkambangan model

pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Karakteristik Kreativitas

Untuk mengenal lebih jauh bahwa seseorang itu kreatif, hanya

dapat dilihat melalui karakteristiknya. Berikut ini dikemukakan beberapa

pendapat para ahli tentang karakteristik orang yang kreatif. Menurut

utami Munandar yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi dkk,

mengelompokkan ciri-ciri kemampuan berfikir itu atas dua bagian yaitu,”

kemampuan berfikir kreatif dan afektif23.

Kedua ciri tersebut dijelaskan berikut ini:

a. Ciri kemampuan berpikir kreatif24.

1) Keterampilan berpikir lancar, yaitu mampu mencetuskan

gagasan-gagasan baru menyelesaikan masalah dengan baik,

menjawab pertanyaan-pertanyaan secara sistematis,

22
Momon Sudarman, Profesi Guru Dipuji, Dikritisi,dan Dicaci. (Jakarta: Raja Grapindo Persada,
2013), hal 84.
23
Reni Akbar Hawadi dkk, PsikologiPerkembangan. (Jakarta: Grasindo, 2016), hal. 5.
24
Reni Akbar Hawadi dkk, PsikologiPerkembangan..hal 6-7
36

memberikan saran-saran untuk melakukan inovasi, selalu

memiliki ide-ide yang baik demi kepentingan bersama.

2) Keterampilan berpikir luwes, yaitu menghasilkan gagasan,

jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat

masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari altenatif

atau arah yang berbeda, serta mampu mengubah cara

pendekatan terhadap sesuatu obyek.

3). Keterampilan berpikir rasional, yaitu mampu melahirkan

pemikiaran yang baru, memikirkan cara yang tidak lazim

untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi

yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

4) Kemampuan mengelaborasi, yaitu mampu memperkaya atau

mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambah atau

memperinci secara detail suatu obyek, gagasan atau situasi

sehingga lebih menarik.

5) Keterampilan menilai (mengevaluasi), yaitu mampu

menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan

apakah pertanyaan itu benar, perencanaan yang sehat,

ataukah suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil

keputusan secara demokratis, serta mampu melaksanakan

ide-idenya dengan baik.

b. Ciri Kemampuan berpikir Afektif.


37

Ciri kemampuan berpikir kreatif seseorang, dilihat dari segi

afektifnya dapat dikenal melalui indikator-indikator berikut ini:

1) Rasa ingin tahu, orang yang memiliki kreativitas selalu

terdorong untuk ingin mengetahui lebih banyak,

mengajukan banyak pertanyaan, punya perhatian terhadap

sesama maupun lingkungan sekitar, peka dalam

pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti.

2) Memiliki sifat imajinatif, yaitu mampu memperagakan atau

membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi,

menggunakan khayalan dan kenyataan.

3) Merasa tertantang oleh kemajuan, yaitu terdorong untuk

mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh

masalah yang rumit, lebih tertarik kepada tugas-tugas yang

sulit.

4) Berani mengambil resiko yaitu, berani memberi jawaban

meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau

mendapat kritikan, tidak-ragu-ragu karena ketidak jelasan

hal-hal yang tidak konvensional atau yang kurang

berstruktur.

5) Sifat menghargai yaitu, dapat menghargai bimbingan dan

pengarahan dalam hidup serta menghargai kemampuan dan

bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang25.

25
Reni Akbar Hawadi dkk, PsikologiPerkembangan..hal 6-7
38

Selanjutnya ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada

orang-orang kreatif yang menonjol terhadap masyarakat

dikemukakan oleh Munandar sebagai berikut:

1) Berani dalam pendirian/keyakinan.

2) Hasrat ingin tahu yang tinggi

3) Mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan

4) Menyibukkan diri terus menerus dengan kerjanya

5) Intuitif

6) Ulet

7) Tidak menerima pendapat dan otoritas begitu saja26

Ungkapan tersebut memberi kejelasan bahwa seseorang

yang dapat dikategorikan sebagai orang kreatif adalah berani

dalam pendirian, memiliki keinginan yang cukup besar untuk

mengetahui sesuatu, tentunya harus diperoleh melalui ilmu

pengetahuan, penelitian dan teknologi. mandiri dalam berpikir,

selain itu punya kecenderungan menyibukkan diri dengan tugas-

tugasnya, intuitif, ulet dalam bekerja, tidak menerima pendapat

orang lain begitu saja tanpa melalui pertimbangan yang matang.

Bertolak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

orang yang memiliki jiwa kreatif mempunyai motivasi yang

tinggi dalam mengenal masalah-masalah yang bernilai, memiliki

perhatian terpusat pada suatu permasalahan alamiah dan


26
Utami Munandar. Pengembangan kreativitas anak berbakat. (Jakarta: Rineka cipta, 2015) hal.36
39

mengaitkannya baik secara sadar atau tidak untuk

memecahkannya, menerima ide yang baru, yang muncul dari

dirinya ataupun yang dikemukakan orang lain, lalu

mengelaborasi pikirannya yang matang dengan intuisinya secara

selektif sebagai dasar pemecahan masalah yang baik,

menerjemahkan idenya secara energik melalui tindakan dan

menghasilkan pemecahan masalah yang sangat berguna.

Begitu kompleksnya karakteristik kreativitas di atas,

tampaknya jarang sekali pada diri seseorang memiliki ciri-ciri

tersebut secara keseluruhan, akan tetapi orang- orang kreatif

akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut.

Dari berbagai karakteristik orang yang kreatif dapat

disimpulkan bahwa guru yang kreatif memiliki ciri rasa ingin

tahu yang dimanfaatkan semaksimal mungkin, pekerja keras,

berani, kemampuan intelektualnya dimanfaatkan sebaik-

baiknya, mandiri, dinamis penuh inovasi/gagasan dan daya

cipta, selalu mencari informasi baru berkaitan dengan tugas-

tugasnya dari berbagai sumber yang berbeda serta cenderung

menampilkan berbagai alternatif terhadap subyek tertentu.

5. Indikator Kreativitas Guru


40

Supriadi menjelaskan indikator kreativitas guru dalam mengajar

dilihat dari beberapa tahap, yaitu27 :

1. Tahapan persiapan, artinya tahap ini setiap indovidu berusaha

mengumpulkan data atau informasi yang nantinya akan

digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Tahap inkubasi artinya penyerapan materi yang dipelajari peserta

didik berlangsung dalam jangka panjang, tidak sesaat, tentu guru

yang kreatif adalah guru yang mampu menciptakan strategi

ppembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami siswa.

3. Tahap iluminasi adalah tahap penerapan trik pemecahan masalah

untuk mengembangkan suatu hasil, dengan kata lain guru kretaif

adalah guru yang mampu menciptakan trik mudah dalam proses

pembelajaran, sehingga bahan ajar yang disampaikan mudah

dipahami peserta didik.

4. Tahap verifikasi identik dengan evaluasi, yaitu suatu proses

evaluasi terhadap ide atau gagasan yang diambil dengan

menggunakan cara berfikir yang konvergen.

Guru kreatif dalam mengajaar memiliki perencanaan yang

baik sebelum proses pembelajaran, guru mempersiapkan alat

peraga atau media, serta mengajar dengan sistematis agar anak

didik dapat termotivasi untuk belajar dengan baik. Hal lain yang

harus dipersiapkan oleh guru kreatif adalah menyediakan lembar

27
Supriyadi, Strategi Belajar Mengajar, (Yogjakarta: Cakrawala Ilmu,2011).hal 65.
41

kerja untuk peserta didik serta alat evaluasi sesuai dengan

indicator, sehingga guru mengajar dengan sistematis dan juga

teraarah.

Selanjutnya pada tahap inkubasi, guru kreatif merupakan

guru yang mampu menciptakan strategi pembelajaran dengan cara

yang menyenangkan serta mudah untuk dipahami oleh siswa,

sehingga guru perlu terlebih dahulu memilih metode, strategi dan

pendekatan yang sesuai dengan kondisi anak didik serta materi

yang diajarkan. Pada tahap inkubasi ini, diiharapkan juga guru

dapat menemukan ide baru yang berfungsi dalam menyelesaikan

permasalahan dalam pembelajaran. Guru yang kreatif akan

tercermin dari sikapnya yang professional dalam proses

pembeajaran sehingga mampu memotivasi peserta didik untuk

mengikuti pembelajaran dengan baik. Untuk itu, dalam

menciptakan guru yang kreatif maka perlu di adakan pembinaan

secara ters-menerus dan berkesinambungan, perlu adanya

penghargaan dan diakui keprofesionalannya baik oleh kepala

sekolah maupun oleh pengawas sekolah.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Guru

Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan menyatakan bahwa tumbuhnya

kreativitas dikalangan guru dipengaruhi adanya berbagai kemampuan


42

yang dimiliki, sikap dan minat yang positif terhadap bidang pekerjaan

yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Tumbuhnya

kreativitas dikalangan guru dipengaruhi beberapa hal yaitu:28

a. Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan

pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.

b. Kerja sama yang cukup baik antara berbagai personil pendidikan

dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.

c. Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap

upaya yang bersifat positif bagi guru-guru untuk meningkatkan

prestasi peserta didiknya.

d. Perbedaan status yang tidak terlalu tajam diantara personil

sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan

manusiawi yang lebih harmonis.

e. Pemberian kepercayaan kepada guru untuk meningkatkan diri dan

mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.

f. Pemberian wewenang kepada guru dalam melaksanakan tugas

dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan

tugas.

g. Melibatkan guru dalam perumusan kebijakan-kebijakan sekolah,

khususnya dalam hal peningkatan kualitas pendidikan.

Mencermati pemaparan tersebut, diperoleh pemahaman bahwa

kreativitas dapat meningkat lebih baik apabila didukung oleh kondisi-

28
Wijaya, Cece & Tabrani Rusyan. Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.
(Bandung: Remaja rosdakarya, 2015) hal.189-190.
43

kondisi positif dan menyenangkan seperti lingkungan kerja yang

nyaman, didukung oleh kerja sama yang baik, adanya reward, tidak

terjadinya perbedaan status yang menyolok, adanya kepercayaan yang

diberikan kepada guru untuk meningkatkan kreativitasnya,

kewenangan yang diberikan dalam melaksanakan tugas dan

menyelesaikan masalah serta melibatkannya dalam perumusan

kebijakan-kebijakan sekolah/madrasah dalam rangka peningkatan

kualitas pendidikan. Apabila semuanya ini dapat ditemukan dalam

pelaksanaan tugas guru di sekolah/madrasah sudah barang tentu

kreativitas guru dapat meningkat, sepanjang guru tersebut mau

berusaha dan tetap berkreasi.


44

Anda mungkin juga menyukai