Anda di halaman 1dari 10

SUPERVISI PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas KuliahMata Kuliah

Administrasi Dan Supervisi Pendidikan

Dosen Pengampu :

Herni Hartati, M.Pd

Disusun Oleh :

Nopa Rahmaini (0101.21.0021)

Defriani Safitri (0101.21.0027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM TAFAQQUH FIDDIN

DUMAI

T.A 2022/2023
PEMBAHASAN
SUPERVISI PENDIDIKAN

A. Supervisor

1. Pengertian Supervisor

Secara etimologi supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision. Super berarti di atas,
sedangkan vision berarti penglihatan atau melihat. Supervision dapat pula dimaknai melihat dari
atas jika diartikan secara bebas. Arti kata supervisi ini tidak bisa dimaknai secara harafiah
sebagai kegiatan melihat orang lain dari atas, namun lebih kepada makna mengawasi yang
dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan tinggi ke orang yang memiliki jabatan lebih
rendah.Menurut Moekijat supervisor merupakan anggota perusahaan yang mempertanggung
jawabkan pekerjaan kelompoknya kepada tingkatan manajemen yang lebih tinggi. (Drs.
Moekijat, 1986)

Pengertian supervisor sendiri mengacu pada posisi atau jabatan seseorang yang memiliki
kuasa dan wewenang untuk memerintahkan bawahannya serta mengkomunikasikan informasi
dari atasan ke bawahan secara langsung atau sebaliknya. .seorang supervisor dalam perusahaan
adalah pemimpin yang menduduki posisi manajemen terdepan dalam level organisasi. Perannya
dalam sebuah perusahaan sangat strategis dan menentukan bagi kelancaran pelaksanaan
perencanaan perusahaan itu sendiri, terutama dalam mengadakan hubungan langsung dengan
karyawan. Supervisor adalah individu yang berada tepat di bawah manajemen, bertanggung
jawab untuk memantau dan mengatur staf perusahaan dalam pelaksanaan tugas yang
didelegasikan. (Oteng Sutisna, M.Sc.Ed, 1985)

2. Ciri – Ciri Seorang Suprvisor Yang Baik

Jelas kiranya bahwa implementasi suatu konsep supervisi memerlukan adanya


kepemimpinan pendidikan (administrator atau supervisor) yang cukup baik. Untuk itu supervisor
haruslah dibekali/dilengkapi secara per- sonal maupun profesional sifat-sifat dan pengetahuan
yang sesuai dengan profesi jabatan. Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri-ciri pribadi
sebagai guru yang baik, memiliki pembawaan kecerdasan yang tinggi, pandangan yang luas
mengenai proses pendidikan dalam masyarakat, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan
melaksanakan human relation yang baik. Supervisor yang baik selalu merasa dibimbing oleh
penemuan-pene- muan yang telah didapat dari hasil-hasil penelitian pendidikan dan mem-
punyai kesempatan untuk menyatakan pendapat-pendapat itu di dalam diskusi-diskusi kelompok
dan pertemuan-pertemuan perseorangan. Dia hendaknya merupakan pemimpin sumber dalam
segala bidang yang me- ngenai supervisi sekolah dan perbaikan pengajaran. Mungkin ia adalah

1
seorang sepesialis dalam bidang tertentu, tetapi di samping itu ia pun harus dapat merupakan
seorang generalis di dalam approach-nya terhadap keseluruhan program sekolah.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik seorang supervisor harus memiliki ciri-
ciri dan sifat-sifat seperti berikut:

1) Berpengetahuan luas tentang seluk-beluk semua pekerjaan yang berada di bawah


pengawasannya.

2) Menguasai/memahami benar-benar rencana dan program yang telah digariskan yang akan
dicapai oleh setiap lembaga atau bagian.

3) Berwibawa, dan memiliki kecakapan praktis tentang teknik-teknik kepengawasan, terutama


human relation.

4) Memiliki sifat-sifat jujur, tegas, konsekuen, ramah, dan rendah hati.

5) Berkemauan keras, rajin bekerja demi tercapainya tujuan atau program yang telah
digariskan/disusun. (Drs. M. Ngalim Purwanto, MP., 2019)

Seorang supervisor yang baik juga mempunyai ciri-ciri agar ia bisa dikatakan supervisor
yang baik, ciri ciri tersebut ialah sebagai berikut:

1. Karakter.

2. Koperatif.

3. Kompeten.

4. Komunikatif. (Engkoswara & Aan Komariyah, 2012)

3. Tugas Dan Tanggung Jawab Supervisor

Tugas- Tugas dan tanggung jawab supervisor dapat dikemukakan macam-macam tugas
tanggung jawab supervisor pendidikan yang riel dan lebih terinci yaitu sebagai berikut :

Menurut Firazanti (dalam Anggraeni, 2001) ada 4 tugas dan tanggung jawab dari zupervizor,
yaitu:

a. Merencanakan pelaksanaan tugas sehari-hari pada kelompok pekerja yang dibawahinya,


nelipani penyediaan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, pembagian behan kerja yang
merata, perincian penggunaan waktu, dan penggunaan proses metode dan unik yang efisien.

b. Menggunakan wewenang secara tepat, dalam arti mengetahui batas-batasnya sebagai seorang
supervisor.

2
c. Terbuka dan transparan dalam informasi kepada bawahan dan sebaliknya, Mengusahakan hasil
kerja yang maksimal dari kelompok pekerja untuk kepentingan organisasi.

B. Supervisi Klinis

1. Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi klinis berasal dari kata supervisi dan klinis. Supervisi diartikan sebagai suatu
bimbingan dan tuntunan kearah perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Sedangkan
klinis dalam hal ini diartikan Sebagai hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru yang
berfokus pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru yang mengajar di kelas, maksudnya
adalah tingkah laku yang sewajarnya, tidak dibuat buat. Sebagai kegiatan observasi dari dekat
dan dilakukan secara cermat. Mendiskripsikan hasil/ data observasi secara detail. Sebagai
hubungan yang kooperatif antara supervisor dan guru untuk bersama-sama mencermati
penampilan guru dalam mengajar. (Soetjipto, 1999)

Mendorong guru melihat kekuranganya dalam mengajar dan menemukan cara unutk
mengatasinya. Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional
yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus
sistematis ini meliputi, perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian
hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata.
Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena
prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang
terjadi di dalam proses belajar- mengajar, dan kemudian secara langsung pula diusahakan
bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut. (Soetjipto, 1999)

Konsep dasar supervisi klinis adalah kolegial, kolaboratif, memiliki keterampilan layanan
dan prilaku etis. Supervisi klinis merupakan suatu proses bimbingan kepada guru yang bertujuan
untuk membantu pengembangan profesionalnya, khususnya dalam penampilan mengajar,
berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif. Pada dasamya, supervisi klinis
adalah merupakan pembinaan performansi guru dalam mengelola proses pembelajaran, dimana
pelaksanaannya didesain dengan praktis dan rasional. Desain maupun pelaksanaannya dilakukan
atas dasar analisis data mengenai kegiatan- kegiatan di kelas Data dan hubungan antara guru
dengan supervisor merupakan dasar program prosedur dan strategi pembinaan prilaku mengajar
guru dalam mengembangkan belajar peserta didik. (Piet A. Sahertian dan Frans Mahateru, 1982)

2. Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan supervisi klinis adalah untuk membantu memodifikasi pola-pola pembelajaran


agar mencapai keefektifan. Menurut Acheson dan Gall, tujuan supervisi klinis adalah
meningkatkan proses pembelajaran yang dikelola guru di kelas. Tujuan ini dirinci ke dalam
tujuan yang lebih spesifik, yaitu:

3
1. Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang
dilaksanakan.

2. Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran.

3. Membantu guru mengembangkan keterampilannya menggunakan strategi pengajaran.

4. Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya.

5. Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan profesional yang
berkesinambungan. (Ibrahim Bafadal, 1990)

3. Karakteristik Supervisi Klinis

Untuk memandu pelaksanaan supervisi klinis bagi supervisor dan guru diperlukan
karakteristik agar arah yang ditempuh sejalan dengan rencana program yang ditentukan
sebelumya, adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut:

a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan


bertingkah laku yang spesifik.

b. Fungsi utama supervisor adalah mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru, yaitu
keterampilan mengamati dan memahami proses pengajaran, keterampilan menganalisa proses
pengajaransecara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat, keterampiln
dalam kurikulum dan mengajar.

c. Fokus supervisi klinis adalah perbaikan cara guru melaksanakan tugas mengajar dan bukan
mengubah kepribadian guru.

d. Fokus supervisi klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan
dan pengujian hipotesis mengajar yang didasarkan atas bukti-bukti pengamatan.

e. Fokus supervisi klinis adalah pada masalah mengajar dalam jumlah keterampilan yang tidak
terlalu banyak, dan juga mempunyai arti vital bagi pendidikan.

f. Fokus supervisi klinis didasarkan atas bukti pengamatan dan bukan atas keputusan/penilaian
yang tidak didukung oleh bukti nyata.

g. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima yang dinamis. Dalam hal ini
supervisor dan guru merupakan teman sejawat dan mencari pengertian bersama yang
berhubungan dengan pendidikan.

h. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya
pengajaran.

4
i. Tiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan pokok
persoalan mengajarnya sendiri, dan mengembangkan gaya mengajarnya. (Syaiful Sagala, 2012)

4. Pendekatan Supervisi Klinis

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan supervisi klinis antara


lain adalah sikap yang ditampilkan oleh supervisor yang melakukan supervisi terhadap guru yang
menjadi tanggung jawabnya. Antara lain sikap tersebut adalah mengenai sejauh mana
pemahaman supervisor terhadap tugasnya. Apakah ia menganggap supervisi itu sebagai tugas
untuk menginspeksi atau mencari kesalahan orang yang disupervisi, dimana menurutnya
semakin banyak dia menunjukkan kesalahan orang yang disupervisi maka semakin hebat pula
kinerjanya. Atau menjadikan dirinya sebagai alat ukur, patokan atau model untuk dibandingkan
kinerjanya dengan orang lain. (Siswanto Mashuri, et al, 2002)

Atau juga menganggap bahwa dirinya sebagai orang yang "super" yang berpengetahuan
luas, berpendidikan, berpengalaman, berketerampilan dan berkemampuan lebih dari orang lain
sehingga menampilkan dirinya menjadi sombong atau seorang supervisor tapi sebenarnya tidak
memiliki kualifikasi sebagai supervisor, tapi karena satu dan lain hal maka dirinya diangkat
menjadi supervisor (pengawas). Hal ini terjadi karena ia berlindung dibalik otoritas formalnya, ia
mempunyai surat keputusan sebagai supervisor dan bertindak tidak ramah dengan menggunakan
power/kekuasaan sebagai dalih. Supervisor semacam ini tidak mungkin membina bawahannya,
karena ia tidak memiliki job knowledge dan keterampilan melakukan supervisi. Dengan kata lain
ia tidak mampu melakukan supervisi klinis yang merupakan bagian penting dalam pengetahuan
staf. (Siswanto Mashuri, et al, 2002)

Ada 3 pendekatan supervise klinis yaitu :

1. Pendekatan Preskriptif.

2. Pendekatan Kolaboratif.

3. Pendekatan Keagamaan. (Siswanto Mashuri, et al, 2002)

5. Proses Supervisi Klinis

Konsep supervisi klinis sebagai satu teknik pendekatan dalam mengembangkan


pembelajaran guru merupakan suatu pola yang berdasarkan asumsi bahwa proses belajar guru
untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan
oleh guru tersebut. Belajar bersifat individual, maka dari itu proses sosialisasi harus dilakukan
dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Supervisi klinis sebagai suatu teknik
memiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat perhatian dalam mengembangkan
profesionalitas guru. Langkah-langkah dalam proses supervise klinis adalah sebagai berikut:

1. Tahapan pertama dalam proses supervise klinis adalah tahap pertemuan awal (preconference)

5
2. Tahapan yang kedua adalah tahap observasi

3. Yang terakhir tahapan proses supervise klinis adalah tahapan pertemuan balikan. (Jamal
Ma'mur Asmani, 2012)

C. Program Dan Evaluasi Pendidikan

1. Pengertian Program, Evaluasi, Dan Program Evaluas

Program memiliki dua pengertian yaitu secara umum dan khusus. Pengertian secara
umum, program diartikan sebagai “rencana”. Dalam menentukan program ada tiga pengertian
penting yang perlu ditekankan yaitu:

a. Implementasi atau realisasi suatu kebijakan.

b. Bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan dan terjadi pada waktu yang relatif
lama.

c. Terjadi dalam organisasi yang mengikutsertakan sekumpulan orang.

Program bukan merupakan kegiatan tunggal yang relatif dapat diselesaikan dalam waktu
yang singkat tetapi, kegiatan yang berlanjut terus/berkesinambungan sebab melakukan suatu
kebijakan. Oleh sebab itu, program berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.
Pengertian program ialah kesatuan kegiatan yang merupakan sebuah sistem dan suatu rangkaian
kegiatan dilakukan secara terus menerus/ berkesinambungan. program ialah segala sesuatu yang
dicoba lakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Program
merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi secara terencana dengan
saksama dan terjadi dalam proses kegiatan yang terus berlangsung/berkesinambungan dan
melibatkan banyak orang. (Arikunto,S & Jabar,C. S. A, 2018)

Evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating) dan
penilaian. Artinya, evaluasi merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
sesuatu telah berjalan sebagaimana mestinya atau tidak. Evaluasi dapat memberikan informasi
yang valid dan dapat dipercaya terhadap kinerja program atau kebijakan untuk mengungkap
seberapa jauh tujuan dan target yang telah dicapai. Evaluasi adalah sarana untuk mencapai
penilaian nilai atas dasar tindakan (kualitatif atau kuantitatif) dianggap valid dan reliabel, yang
membandingkan hasil sebenarnya sebuah program dengan hasil yang diantisipasi. Bahkan di
mana evaluasi berkaitan dengan menilai situasi tak berwujud, yang sulit diukur, harus dapat
dipercaya berdasarkan data yang dikumpulkan secara ketat dan objektif. (Rossi P H & Freeman,
H.E., 1985).

Evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah
direalisasikan. Artinya, evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui apakah tujuannya telah

6
tercapai atau belum. Evaluasi program adalah pengumpulan informasi yang sistematis mengenai
kegiatan, karakteristik, dan hasil dari program untuk membuat penilaian mengenai program ini,
meningkatkan efektivitas program, dan atau menginformasikan keputusan mengenai
pengembangan program di masa depan. (Arikunto,S & Jabar,C. S. A, 2018)

2. Tujuan Evaluasi Program Pendidikan

Tujuan Evaluasi Program Menurut Wirawan (2016) dilakukan untuk mencapai berbagai
tujuan sesuai dengan obyek evaluasinya. Tujuan melaksanakan evaluasi antara lain adalah
sebagai berikut:

1. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat. Program dirancang dan dilaksanakan


sebagai layanan atau intervensi sosial (social intervention) untuk menyelesaikan masalah,
problem, situasi, keadaan yang dihadapi masyarakat. Manfaat dari sebuah program dapat
merubah keadaan masyarakaat yang dilayani. Misalnya, program bantuan operasional sekolah
(BOS) bertujuan untuk melaksanakan demokratisasi pendidikan dan keluarga miskin dapat
menyekolahkan anaknya tanpa membayar. program BOS dievaluasi untuk mengukur apakah
program tersebut menimbulkan demokratisasi pendidikan dan keluarga miskin dapat
menyekolahkan anaknya dengan gratis.

2. Penilaian terhadap program apakah sudah dijalankan sesuai dengan rencana. Setiap program
direncanakan dengan teliti dan pelaksanaannya sesuai dengan rencana tersebut.

3. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar. Program dirancang dan
pelaksanaannya mengacu pada standar tertentu. Misalnya program BOS mempunyai standar
besarnya bantuan yang berbeda untuk setiap murid sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama.

4. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana dimensi program yang
berjalan, mana yang tidak berjalan.

5. Pengembangan staf program. Evaluasi dapat dipergunakan mengembangkan kemampuan staf


garis depan yang langsung menyajikan kepada klien dan para pemangku kepentingan lainnya.
Evaluasi dapat memberikan saran pada manager terkait kinerja staf dalam memberikan
pelayanan pada masyarakat.

6. ketentuan undang-undang terpenuhi dan program tersusun dalam rangka pelaksanaan undang-
undang tertentu. Suatu program dirancang dan dilaksanakan berdasarkan ketentuan undang-
undang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

7
7. Akreditasi program. Lembaga-lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat seperti, sekolah,
universitas, hotel perlu dievaluasi untuk menentukan apakah telah menyajikan layanan kepada
masyarakat sesuai dengan standar layanan yang telah ditentukan.

8. Mengukur cost effectiveness dan cost efficiency. Untuk melaksanakan suatu program
diperlukan anggaran yang setiap organisasi mempunyai keterbatasan jumlahnya. Keterbatasan
sumber sering pengunaannya melalui pertimbangan prioritas beberapa program. Penggunaan
sumber dalam sebuah program perlu diukur apakah anggaran suatu program mempunyai nilai
yang sepadan (cost effective) dengan akibat atau manfaat yang ditimbulkan oleh program.

9. Mengambil keputusan mengenai program. Jika evaluasi program ada keberhasilan dalam
perubahan di masyarakat dan mencapai tujuan, tentu program tersebut akan berlanjut terus.

10. Evaluasi dilakukan untuk pertanggungjawaban pimpinan dan pelaksanaan program.


(Wirawan, 2016)

3. Langkah-Langkah Evaluasi Program Pendidikan

Evaluasi merupakan cara yang sistematik dalam pengumpulan serta menganalisis dan
menggunakan informasi untuk menjawab pertanyaan yang mendasar dari program. Berangkat
dari pengertian tersebut, maka evaluasi ialah merupakan bagian dari suatu proses yang tidak
sederhana. Tentunya terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melaksanakannya.
Menurut Arikunto dan Jabar (2018) langkah-langkah evaluasi program adalah sebagai berikut:

1. Sebelum evaluasi program dilakukan terlebih dahulu evaluator melakukan persiapan secara
cermat. Persiapan tersebut berupa penyusunan evaluasi, penyusunan instrumen, memvalidasi
instrumen, penentuan jumlah sampel yang akan diperlukan serta adanya persamaan pendapat dari
antara evaluator sebelum dilakukan pengumpulan data;

2. Pelaksanaan evaluasi program terdiri dari: Pengambilan data dengan observasi, Pengambilan
data dengan wawancara, Pengambilan data dengan angket, Pengambilan data dengan metode
analisis dokumen dan Pengambilan data dengan teknik lainya;

3. Monitoring (pemantauan) pelaksanaan evaluasi terdiri dari: Fungsi pemantauan, Sasaran


pemantauan, teknik dan alat pemantauan, Perencanaan pemantauan dan Pemanfaatan hasil
pemantauan. (Arikunto,S & Jabar,C. S. A, 2018)

8
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S & Jabar,C. S. A. (2018). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. (2019). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Drs. Moekijat. (1986). Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Remadja Karya CV.

Engkoswara & Aan Komariyah. (2012). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Ibrahim Bafadal. (1990). Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya Dalam Membina
Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Jamal Ma'mur Asmani. (2012). Tips Efektif Supersisi Pendidikan Sekolah. Jogjakarta: DIVA
Press.

Oteng Sutisna, M.Sc.Ed. (1985). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis Untuk Praktek
Profesional. Bandung: Penerbit Angkasa.

Piet A. Sahertian dan Frans Mahateru. (1982). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.

Rossi P H & Freeman, H.E. (1985). Evaluation a Systematic Approach. California: SAGE
Publication.

Siswanto Mashuri, et al. (2002). Pedoman Pengawasan. Jakarta: CV Mekar Jaya.

Soetjipto. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaiful Sagala. (2012). Administrasi Pendidikan Kontemporen. Bandung: Alfabeta.

Wirawan. (2016). Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai