Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS VIDEO TENTANG PELAYAN PUBLIK

Kelompok 3, Angkatan VI :
1. Taofiq Martha Rusyana, S.P. (Ketua Kelompok)
2. Abdul Kodir, S.Si.
3. Wahyu Agusti Putra, S.Sos.
4. Siska Anjasari, S.P.
5. Nurul Amira Arief, S.P.
6. Nada Rifki Sahputri, S.Si.
7. Muhamad Alan Febrian, S.A.N.
8. Jondesi. S.Si.
9. Antonius Wahyu Handoko, S.A.N.
10. Widji Ramadani, S.A.N.

Tugas :
Pembelajaran Agenda 2 (Async) Mencari Video tentang pelayanan publik dan menganalisa nilai
harmonis, loyal, dan adaptif dalam video tersebut Masing-masing peserta melakukan searching
di Youtube Video tentang contoh pelayanan publik di Indonesia. Sepakati dalam kelompok video
yang akan dianalisis. Tonton dan pelajari isi video tersebut. Kemudian masing-masing peserta
melakukan analisis terhadap video tersebut berdasarkan Panduan perilaku/Etika Nilai Harmonis,
Loyal dan Adaptif apakah telah diterapkan oleh ASN di dalam organisasi tersebut. Lalu lakukan
juga analisis dampak, apa yang akan terjadi terhadap proses pelayanan publik tersebut apabila
Nilai Harmonis, Loyal dan Adaptif tidak diterapkan oleh ASN di Organisasi. Diskusikan hasil
analisis masing-masing peserta dalam kelompok lalu tuangkan hasil diskusi kelompok dalam
sebuah tulisan paling sedikit 2 halaman dengan format word atau pdf. (Cantumkan dalam tulisan
tersebut link video dan judul video yang dianalisis). Selamat bekerja. Upload paling lambat Hari
Jumat Tanggal 5 Mei 2023 Pukul 23.59 WIB.

Jawab:
Link Video yang Dianalisis : https://www.youtube.com/watch?v=Rxn9aC5z7b0
Judul Video yang Dianalisis : Pasien BPJS Kesehatan Ditaruh di Ruang Bawah Tanah,
Kasus Lampau Diskriminasi di RS Terungkap
Isi Video :
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti, membongkar Kasus Dugaan Diskriminasi
yang pernah menimpa Pasien Pengguna Layanan BPJS Kesehatan di sebuah Rumah Sakit.
Gufron mengaku pernah menemukan Pasien BPJS dirawat di Area Basement berdampingan
dengan lokasi parkiran mobil bawah tanah, tanpa AC, dan tanpa fasilitas lainnya sebagaimana
Ruang Rawat Inap pada umumnya. Meski begitu, Gufron enggan menyebutkan rumah sakit
mana yang melakukan tindakan Diskriminatif tersebut. Mengetahui polemik ini, pihaknya
langsung member peringatan pada Pusat Layanan Medis yang dimaksud dan melakukan evaluasi
secepatnya. BPJS Kesehatan juga sempat mengancam akan memutus kerjasama pada rumah
sakit yang melakukan diskriminasi atau kecurangan apabila tidak melakukan pembenahan.
Adapun kasus yang dia beberkan merupakan kejadian tahun 2022 silam. Gufron juga meminta
agar masyarakat tidak memukul rata dengan memandang rumah sakit kerap mendiskriminasi
Pasien BPJS di seluruh Indonesia.

1. Analisis terhadap Video tersebut berdasarkan Panduan Perilaku/Etika Nilai Harmonis,


Loyal dan Adaptif, apakah telah diterapkan oleh ASN di dalam organisasi tersebut.

Berdasarkan Video Pelayanan Publik diatas yang berjudul “Pasien BPJS Kesehatan Ditaruh di
Ruang Bawah Tanah, Kasus Lampau Diskriminasi di RS Terungkap”, tentunya sangat amatlah
miris dan sangat tidak berkeperimanusiaan, ketika hajat hidup seseorang atau masyarakat teramat
dipandang dengan begitu rendahnya dan cenderung sebelah mata. Kami sangat menyayangkan
hal ini bisa sampai terjadi diruang publik, terlebih lagi terjadi pada sektor vital yang berkaitan
langsung dengan keselamatan hidup orang banyak.

Dari video diatas kita menemukan pelanggaran terhadap beberapa Asas Pelayanan Publik yang
seharusnya dilakukan, yaitu Kepentingan Umum, Kesamaan Hak, Persamaan Perlakuan (Tidak
Diskriminatif), dan Keprofesionalan. Tentunya bisa dengan jelas kita melihat, rumah sakit
tersebut diatas tidak mengedepankan Kepentingan Umum, tidak menerapkan Kesamaan Hak,
Diskriminatif, dan sangat amat tidak Profesional dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai
Pelayan Publik.

Hal ini tentu bukanlah kejadian yang pertama yang kita dengar mengenai perlakuan diskriminatif
pihak rumah sakit terhadap Pasien BPJS, bahkan sudah menjadi rahasia umum dan menjadi
pewajaran di tengah masyarakat bahwa Pelayanan BPJS di rumah sakit memang berkonotasi
negatif yaitu diskriminatif, lambat, lama, tidak jelas prosedurnya, pelayanan perawatan seadanya,
dan diperlakukan sebelah mata. Masyarakat yang mengalami hal ini pun tidak bisa berbuat
banyak, dan hanya bisa menerima dilayani seadanya oleh pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan,
dengan tingginya biaya kesehatan dan biaya rumah sakit di Indonesia, sehingga masyarakat mau
tidak mau tetap menggunakan BPJS dalam membayar biaya tagihan rumah sakit, dikarenakan
keterbatasan ekonomi, walaupun itu artinya mereka mendapat pelayanan kesehatan yang kurang
profesional dan diskriminatif.

Tindakan diskriminatif yang dilakukan oknum pihak salah satu rumah sakit ini tentunya
bertentangan dengan nilai-nilai dasar ASN. Dari segi Nilai Harmonis, tindakan ini bertentangan
dengan kode perilaku menghargai setiap orang apapun latar belakangnya. Seharusnya, pasien
tersebut tetap diberi perlakuan yang sama dengan pasien lainnya meskipun pasien merupakan
pengguna BPJS. Karena memang sudah menjadi kewajiban para tenaga kesehatan untuk
memberikan pelayanan yang prima pada setiap pasien yang datang ke rumah sakit. Pelayanan
yang Prima dapat memenuhi dan memberikan kepuasan kepada para pasien sehingga tujuan dari
pelayanan publik bisa tercapai.

Kondisi atau kejadian tersebut diatas merupakan fenomena yang dapat menjadi faktor pemicu
terjadinya Disharmonis atau kejadian disharmonis di dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, dikarenakan tidak memenuhi dan bertentangan langsung dengan Nilai-nilai
Kode Perilaku/Kode Etik Harmonis itu sendiri, yaitu menghargai setiap orang apapun
latar belakangnya, suka menolong orang lain, dan membangun lingkungan kerja yang
kondusif. Bahkan pihak rumah sakit justru terkesan jelas tidak peduli dan tidak menghargai
pasiennya sebagai pihak Penerima Layanan.

Selain itu, dari segi Nilai-nilai Kode Perilaku/Kode Etik Loyal, tindakan diskriminatif
diatas tentu bertentangan dengan nilai-nilai memegang teguh Pancasila, UUD 1945, NKRI
dan pemerintahan yang sah, serta menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan
negara. Tindakan ini bertentangan dengan Pancasila, Sila Kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab. Kemudian, oknum rumah sakit tersebut diatas telah merusak nama baik dan
menciptakan citra buruk bagi tenaga kesehatan maupun tenaga administrasi di rumah sakit,
sedangkan diluar sana, masih ada rumah sakit lain yang menjalankan protokoler SOP sesuai
dengan prosedur dan aturan yang ada dengan menjunjung tinggi integritas pelayanan publik,
berdedikasi dan mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari segi Nilai-nilai Kode Perilaku/Kode Etik Adaptif, yaitu cepat menyesuaikan diri
menghadapi perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas, dan bertindak proaktif,
dengan jelas dapat kita lihat, pihak rumah sakit tersebut kurang bisa beradaptasi
menyesuaikan diri dengan sistem dan peraturan pelayanan kesehatan yang sudah ditetapkan
pemerintah melalui BPJS Kesehatan. Sistem rumah sakit menerapkan kerjasama dengan Pihak
BPJS Kesehatan, tetapi perlakuan yang diberikan antara Pasien BPJS dengan Pasien Umum
terlihat sangat berbeda. Artinya pihak rumah sakit juga belum mampu berinovasi dan
mengadopsi sistem yang ditetapkan oleh kebijakan terkait BPJS, dan bertindak tidak proaktif
dan tidak antusias terhadap kepentingan dan kebutuhan masyarakat sebagai pengguna layanan.
Proaktif merupakan sikap seseorang untuk bertanggungjawab dan mempertimbangkan sesuatu
sebelum mengambil keputusan. Pihak rumah sakit tidak bertanggungjawab dengan baik atas
pelayanan yang diberikan kepada pasien BPJS tersebut, sehingga menyebabkan ketidakpuasan
penerima layanan publik serta ketidakpuasan instansi yang bekerjasama dengan rumah sakit
tersebut, dalam hal ini adalah BPJS Kesehatan.

2. Analisis Dampak apa yang akan terjadi terhadap Proses Pelayanan Publik tersebut
apabila Nilai Harmonis, Loyal, dan Adaptif tidak diterapkan oleh ASN di Organisasi.

Apabila tindak diskriminasi ini terus dilakukan oleh pihak rumah sakit, tingkat kepuasan pasien
akan terus menurun. Lama kelamaan, masyarakat menjadi enggan menggunakan jasa BPJS,
enggan membayar uang iuran untuk BPJS, dan memilih alternatif jasa asuransi lain. Lama
kelamaan program ini akan gagal karena tidak ada pasien yang menggunakan program ini.

Masyarakat sebagai Penerima Layanan dalam hal ini juga dihadapkan pada situasi sulit, yang
mana BPJS Kesehatan mulai diwajibkan oleh pemerintah agar dimiliki oleh setiap warga
negaranya, namun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa pelayanan rumah sakit, baik rumah
sakit pemerintah maupun swasta cenderung mendiskreditkan Pasien Pengguna Layanan BPJS,
terlebih lagi rata-rata dan sebagian besar ASN di Indonesia bergantung dengan BPJS dalam
perawatan kesehatan mereka, yang menerima pelayanan sesuai dengan golongan jabatannya di
instansi masing-masing.

Dampak lain yang akan terjadi apabila nilai-nilai harmonis, loyal dan adaptif tidak dilakukan
oleh rumah sakit tersebut diatas, maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit
akan menurun dan akan menyebabkan penurunan minat masyarakat untuk berobat kembali ke
rumah sakit tersebut.

Tentunya perlu upaya-upaya nyata dari pemerintah untuk mengembalikan kembali kepercayaan
publik (masyarakat), salah satunya dengan cara mengambil tindakan jika ditemukan kasus
serupa. Untungnya di dalam video tersebut, Direktur Utama BPJS Kesehatan yaitu Bapak Ali
Ghufron Mukti langsung memberikan peringatan terhadap rumah sakit yang melakukan tindakan
diskriminasi terhadap pasien serta melakukan evaluasi secepatnya, bahkan ancaman terburuknya
yaitu BPJS Kesehatan tidak segan-segan akan memutus kerjasama terhadap rumah sakit yang
melakukan diskriminasi atau kecurangan apabila tidak melakukan pembenahan.

Analisa Dampak yang bisa terjadi, apabila dirinci, yaitu sebagai berikut :
1. Lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit ataupun BPJS Kesehatan
2. Banyak terjadi tunggakan Iuran BPJS Kesehatan
3. Semakin Viral di Media Sosial
4. Banyak masyarakat lebih memilih berobat di Luar Negeri

Anda mungkin juga menyukai