Judul : Hubungan Riwayat Kejang Demam Dengan Kejadian Epilepsi Pada
Anak Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Lubuk Baja Kota Batam
Penulis : Suryanti1, Efilona Setri2, Fadhil Ahmad
Penelaah : Dian Puspitaningtiyas
Komponen Hasil Analisa
Jurnal A. Pendahuluan 1. Masalah peneliti : (Introduction) Epilepsi merupakan penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup manusia ditandai dengan bangkitan epileptic (Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2014). 2. Besar masalah : WHO menyatakan 50 juta orang di dunia menderita epilepsi dan menjadi salah satu penyakit neurologi yang paling umum secara global (World Health Organization, 2019). Di Amerika Serikat terdapat 48/100.000 orang menderita epilepsi. Di India terdapat 49/100.000 orang menderita epilepsi. Di Indonesia terdapat 900.000 sampai 1.800.000 orang yang menderita epilepsy (Andretty et al., 2015). Penyebab epilepsi belum diketahui secara pasti, Penelitian di Rumah Sakit Al-Ihsan, Bandung pada 65 anak yang menderita epilepsi terdapat 46% riwayat kejang demam, 43% gangguan keseimbangan elektrolit, 23% serebral palsi, 19% kelainan perkembangan (Nurimaba & Dananjaya, 2015). Penelitian di RSUP DR Kariadi, Semarang pada 38 anak yang menderita epilepsi terdapat 58% kelainan perkembangan, 47% riwayat kejang demam dan 16% riwayat keluarga epilepsi (Yolanda et al., 2019). 3. Dampak masalah jika tidak teratasi : Tidak ada dampak yang dijelaskan oleh penulis karena penelitian ini untuk mengetahui tentang hubungan riwayat kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak karena belum ada penelitian tersebut di Kepulauan Riau khususnya Batam. 4. Perbandingan masalah yang ada dengan harapan/target : Peneliti dapat menemukan bahwa kejang demam dapat berhubungan dengan kejadian epilepsy pada anak 5. Tujuan dan hipotesa yang ditetapkan : Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang hubungan riwayat kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak karena belum ada penelitian tersebut di Kepulauan Riau khususnya Batam. Hipotesa penelitian ini yaitu ada hubungan riwayat kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak. . B. Method 6. Populasi target : B.1 Populasi Populasi pada penelitian ini yaitu anak yang menderita dan Sampel epilepsi pada tahun 2020-2021 dengan sampel sejumlah 98 anak dari populasi 130 anak 7. Sampel penelitian dan kriteria sampel : Berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, batas usia 1-18 tahun, mengidap epilepsi. 8. Metode sampling yang digunakan peneliti : Teknik sampling menggunakan Purposive Sampling memakai rumus Slovin. 9. Jumlah sampel dalam penelitian : Sampel pada penelitian ini berjumlah 98 anak dari 130 anak pada populasi terjangkau. 10. Desain Penelitian : Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. 11. Penggunaan random alokasi : Peneliti tidak menjelaskan randomisasi dalam penelitiannya. 12. Masking (Penyamaran) : B.2 Desain Peneliti tidak menjelaskan penyamaran dalam Penelitian penelitiannya karena ini adalah penelitian observasional. 13. Blinding Peneliti tidak menjelaskan blinding dalam penelitiannya. 14. Variabel yang diukur dalam penelitian : Variabel bebas (independent) :Riwayat kejang demam Variabel terikat (dependen) : Kejadian epilepsi pada anak 15. Metode pengumpulan data : Metode pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis 16. Alat ukur yang digunakan : SPSS dengan uji chi-square 17. Validitas dan reliabilitas : Peneliti tidak melakukan uji Validitas dan reliabilitas pada penelitiannya karena instrument dalam penelitian ini tidak menggunakan kuisioner. 18. Yang melakukan pengukuran adalah peneliti sendiri 19. Uji statistic untuk menguji hipotesa atau menganalisis data Data dianalisis hubungan Riwayat kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak 20. Program atau software yang digunakan untuk menganalisis data. Data dianalisis dengan menggunakan software SPSS. C. Hasil 21. Alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden : penelitian Peneliti tidak membuat alur penelitian yang terperinci, C1 Alur namun dijelaskan bahwa Riwayat kejang demam Penelitian berhubungan dengan kejadian epilepsi pada anak. dan data 22. Karakteristik responden : base line Berdasarkan analisis statistic bahwa Riwayat kejang demam berhubungan dengan kejadian epilepsi pada anak berdasarkan dari hasil review literatur. 23. Hasil penelitian : 24. Didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan riwayat C2 Hasil kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak. Penelitian 25. Menurut Maytal kejang demam lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan DNA dan protein otak sehingga menimbulkan jaringan parut, hal ini mengakibatkan proses inhibisi menjadi terganggu. Kejang demam yang sering terjadi dapat mengakibatkan sklerosis pada jaringan otak sehingga terbentuk fokus epilepsi dan suatu saat tanpa didahului demam dapat timbul bangkitan kejang/ serangan epilepsi. 26. Otak yang belum matang, regulasi ion natrium, kalium, dan kalsium belum sempurna sehingga mengakibatkan gangguan repolarisasi setelah depolarisasi dan meningkatkan eksitabilitas neuron yang memungkinkan untuk timbulnya kejang. Selain itu, keadaan otak yang belum matang mudah terkena efek traumatik, gangguan metabolik, gangguan sirkulasi, dan infeksi. Efek ini dapat berupa kerusakan neuron-neuron serta sel-sel glia yang dapat menjadi lingkungan neuronal epileptogenic. 27. Kesimpulan hasil : Pada penelitian ini, jumlah pasien epilepsi pada anak menurut jenis kelamin sama besar yaitu perempuan (50%) dan laki-laki (50%). Pada penelitian ini, jumlah pasien epilepsi pada anak berusia 1-5 tahun (34,7%). Sebagian besar pasien epilepsi pada anak didiagnosis berdasarkan EEG abnormal (67,3%). Sebagian besar pasien epilepsi pada anak tidak terdapat riwayat kejang demam (69,4%). Terdapat hubungan antara riwayat kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak, hasil uji chi square p value = 0,045 (p<0,05). 28. Penjelasan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian : Nilai kepentingan klinis menunjukan sejauh mana hubungan Riwayat kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak. D. Diskusi 29. Interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian : Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian.misalnya menunjukkan sejauh mana hubungan riwayat kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak. 30. Perbandingan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi : Peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian terdahulu dengan menganalisis hasil jurnal dari lireratul lain menngenai hubungan riwayat kejang demam dengan kejadian epilepsi pada anak. 31. Penjelasan peneliti tentang makna dan relevansi hasil penelitian dengan perkembangan ilmu kesehatan serta terhadap pemecahan masalah : Peneliti menjelaskan bahwa hasil penelitiannya mengenai riwayat kejang demam dapat mengakibatkan sklerosis pada jaringan otak sehingga bisa menyebabkan epilepsi. 32. Nilai kepentingan (importance) hasil penelitian : Peneliti menjelaskan dan menilai tentang riwayat kejang demam dapat menyebabkan kejadian epilepsi pada anak. 33. Kemampulaksanaan applicability hasil penelitian menurut peneliti : Peneliti tidak menjelaskan applicability pada hasil penelitian. 34. Replikasi hasil penelitian pada setting praktik klinik lainnya : Penelitian ini dapat direplikasikan untuk pasien anak- anak dengan epilepsi. 35. Penjelasan peneliti tentang kekuatan dan kelemahan peneliti : a. Peneliti menggunakan literatur lain untuk menggembangakan penelitian b. Menurut pembaca kelemahan peneliti kurang mendiskripsikan akan penelitiannya misalkan pada hasil pengumpulan data yang diambil melalui rekam medis. 36. Level evidence penelitian ini adalah level I