Anda di halaman 1dari 20

CONTOH DARI PENYAKIT HIPERTROFI,

HIPOTROFI, SERTA NEKROSIS


PADA TANAMAN

Disusun Oleh:
Nama : Winne Tanashya (C1G021263)
Nim: C1G021263
Prodi: Agribisnis

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
2022/2023
PENYAKIT HIPORTROFI PADA TANAMAN
 Hipertrofi Pada Daun Kubis

Hipertrofi daun kubis adalah kondisi di mana daun kubis tumbuh dengan ukuran yang lebih
besar dari biasanya dan kadang-kadang dengan tekstur yang kasar atau berkerut. Hal ini disebabkan
oleh infeksi virus mosaic kubis atau brassica mosaic virus (BMV). Virus ini menyebar melalui kutu
daun dan serangga lainnya yang memakan daun kubis yang terinfeksi.

Gejala hipertrofi daun kubis dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan infeksi virus.
Beberapa gejala yang umum meliputi:

1. Peningkatan ukuran daun: Daun kubis yang terinfeksi virus BMV dapat tumbuh menjadi lebih
besar dari ukuran normalnya, meskipun jumlah daun yang tumbuh mungkin lebih sedikit.
2. Perubahan warna: Daun kubis yang terinfeksi virus BMV dapat mengalami perubahan warna,
seperti bercak-bercak kuning atau hijau muda. Warna pada daun juga dapat terlihat lebih pucat
dari biasanya.

Pengendalian hipertrofi daun kubis dapat dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah


pencegahan. Hal ini termasuk penggunaan varietas tanaman yang tahan terhadap virus BMV,
menjaga kebersihan kebun dan tanaman, serta mengontrol populasi serangga vektor virus. Selain
itu, penggunaan insektisida dan pembersih tangan sebelum menyentuh tanaman juga dapat
membantu mencegah penyebaran virus.
 Hipertrofi Akar Cabai

Hipertrofi akar cabai atau yang juga dikenal sebagai penyakit luka akar pada cabai adalah
kondisi yang ditandai dengan pembengkakan akar dan penampilan luka-luka pada akar tanaman
cabai. Penyebab dari hipertrofi akar cabai adalah infeksi oleh cendawan Fusarium solani.

Gejala awal hipertrofi akar cabai termasuk penampilan bengkak pada akar cabai. Akar juga
bisa terlihat lebih tebal dari biasanya dan terkadang terlihat bercabang-cabang atau memiliki banyak
cabang. Seiring dengan perkembangan penyakit, akar cabai akan menjadi semakin bengkak dan
penampilan luka-luka semakin jelas.

Luka pada akar cabai terjadi karena infeksi oleh cendawan Fusarium solani yang menghasilkan
toksin yang merusak akar tanaman. Toksin ini memicu reaksi pertahanan tanaman yang
menghasilkan zat yang dapat merusak jaringan tanaman, sehingga terjadi pembengkakan akar dan
luka-luka.

Pengendalian hipertrofi akar cabai dapat dilakukan dengan cara-cara seperti:

1. Penyemprotan fungisida: Fungisida yang cocok dapat membantu mengendalikan infeksi


cendawan dan mencegah penyebaran lebih lanjut pada tanaman yang masih sehat.
2. Pemakaian bibit yang sehat: Penting untuk memastikan bahwa bibit yang digunakan sehat
dan tidak terinfeksi sebelum menanam cabai.
3. Pemeliharaan kebersihan tanaman: Kebersihan lingkungan tumbuh sangat penting untuk
mencegah infeksi oleh cendawan, seperti membuang daun kering, sisa-sisa tanaman dan
menjaga kelembaban tanah yang sesuai.
 Hipertrofi Batang Tomat

Hipertrofi batang tomat, juga dikenal sebagai penyakit keriting daun tomat, adalah kondisi yang
ditandai dengan pembengkakan pada batang tomat dan daun-daun yang menggulung atau
mengkerut. Penyebab utama dari hipertrofi batang tomat adalah infeksi oleh virus, terutama virus
keriting daun tomat (Tomato leaf curl virus).

Gejala awal hipertrofi batang tomat termasuk daun-daun tomat yang menggulung atau
mengkerut ke atas, sehingga batang terlihat lebih kecil dari biasanya. Daun-daun ini juga akan
memiliki tekstur yang lebih keras dan mungkin terlihat mengkilap. Batang tomat akan menjadi
semakin bengkak dan membesar seiring dengan perkembangan penyakit.

Penyakit ini disebabkan oleh serangan virus, yang menyebar melalui serangga penghisap,
terutama kutu putih (Bemisia tabaci) dan tungau laba-laba (Tetranychus urticae). Virus ini
menginfeksi sel-sel tanaman dan memicu reaksi pertahanan tanaman yang menghasilkan hormon
yang menyebabkan hipertrofi pada batang dan daun.

Pengendalian hipertrofi batang tomat dapat dilakukan dengan cara-cara seperti:

1. Pengendalian serangga: Kutu putih dan tungau laba-laba dapat dikendalikan dengan
penyemprotan insektisida.
2. Pemakaian bibit yang sehat: Penting untuk memastikan bibit yang digunakan sehat dan
bebas dari virus sebelum menanam tomat.
3. Pemeliharaan kebersihan tanaman: Kebersihan lingkungan tumbuh sangat penting untuk
mencegah infeksi oleh serangga penghisap dan virus, seperti membuang daun kering, sisa-
sisa tanaman dan menjaga kelembaban tanah yang sesuai.
PENYAKIT HIPORTROFI PADA TANAMAN
 Kekurangan Nitrogen Pada Tanaman

Kekurangan nitrogen pada tanaman merupakan salah satu masalah yang paling umum di bidang
pertanian dan dapat mempengaruhi produksi tanaman secara signifikan. Nitrogen adalah unsur hara
makro yang penting bagi tanaman karena berperan dalam membentuk protein, klorofil, dan DNA.

Gejala kekurangan nitrogen pada tanaman meliputi:

1. Pertumbuhan yang lambat atau terhambat: Tanaman dengan kekurangan nitrogen biasanya
tumbuh lebih lambat atau terhambat. Daunnya kecil dan tanaman menjadi lebih kecil dari
yang seharusnya.
2. Daun menguning: Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan daun tanaman menguning,
terutama pada bagian bawah tanaman. Daun yang menguning ini seringkali diikuti dengan
kematian jaringan daun, yang dapat menyebabkan kerontokan daun.
3. Pertumbuhan batang yang lemah: Kekurangan nitrogen juga dapat menyebabkan
pertumbuhan batang tanaman menjadi lemah, sehingga tanaman lebih mudah roboh atau
rusak akibat hujan, angin, atau tekanan mekanik.

Pengendalian kekurangan nitrogen dapat dilakukan dengan memberikan pupuk nitrogen pada
tanaman. Pupuk nitrogen dapat diberikan dalam bentuk urea, amonium nitrat, ammonium sulfat,
atau bahan organik seperti kompos atau pupuk kandang. Penting untuk memberikan pupuk nitrogen
pada dosis yang tepat dan pada waktu yang tepat, agar pupuk tersebut dapat diserap oleh tanaman
secara optimal dan tidak mengalami kehilangan. Kebutuhan pupuk nitrogen pada tanaman dapat
bervariasi tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, kondisi tanah, dan kebutuhan nutrisi
tanaman lainnya.
 Kekurangan Fosfor Pada Tanaman

Kekurangan fosfor pada tanaman juga dapat menjadi masalah yang signifikan dalam pertanian
dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Fosfor adalah salah satu unsur
hara makro yang penting bagi tanaman karena berperan dalam metabolisme energi, pertumbuhan
akar, dan pembentukan bunga dan buah.

Gejala kekurangan fosfor pada tanaman meliputi:

1. Pertumbuhan lambat: Tanaman dengan kekurangan fosfor biasanya tumbuh lebih lambat
dari yang seharusnya, karena fosfor mempengaruhi metabolisme energi dan pertumbuhan
tanaman.
2. Daun kebiruan atau ungu: Kekurangan fosfor dapat menyebabkan warna daun tanaman
berubah menjadi kebiruan atau ungu. Gejala ini terutama terlihat pada daun yang lebih muda
di bagian atas tanaman.
3. Akar tidak berkembang: Kekurangan fosfor dapat menyebabkan pertumbuhan akar tanaman
menjadi lambat atau terhambat. Akar yang tidak berkembang dengan baik dapat
menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap kekeringan dan serangan penyakit.

Pengendalian kekurangan fosfor dapat dilakukan dengan memberikan pupuk fosfor pada
tanaman. Pupuk fosfor dapat diberikan dalam bentuk superfosfat, triple superfosfat, atau bahan
organik seperti kompos atau pupuk kandang. Penting untuk memberikan pupuk fosfor pada dosis
yang tepat dan pada waktu yang tepat, agar pupuk tersebut dapat diserap oleh tanaman secara
optimal dan tidak mengalami kehilangan. Kebutuhan pupuk fosfor pada tanaman dapat bervariasi
tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, kondisi tanah, dan kebutuhan nutrisi tanaman
lainnya.
 Kekurangan Kalsium Pada Tanaman

Kekurangan kalsium pada tanaman juga dapat menjadi masalah serius dalam pertanian. Kalsium
adalah unsur hara makro yang penting bagi tanaman, terutama untuk pembentukan dinding sel tanaman
yang kuat dan sehat. Kalsium juga berperan dalam mengatur transportasi nutrisi dan air dalam
tanaman.

Gejala kekurangan kalsium pada tanaman meliputi:

1. Kerusakan jaringan tanaman: Kekurangan kalsium dapat menyebabkan kerusakan pada


jaringan tanaman, terutama pada bagian ujung daun dan akar. Gejalanya meliputi daun yang
melengkung atau keriting, ujung daun yang kering, dan pembusukan akar.
2. Pertumbuhan lambat: Tanaman dengan kekurangan kalsium biasanya tumbuh lebih lambat
dari yang seharusnya, karena kalsium mempengaruhi pembentukan dinding sel tanaman
yang kuat dan sehat.
3. Kerusakan pada buah dan bunga: Kekurangan kalsium dapat menyebabkan kerusakan pada
buah dan bunga tanaman, seperti busuk buah atau bunga yang tidak berkembang dengan
baik.

Pengendalian kekurangan kalsium dapat dilakukan dengan memberikan pupuk kalsium pada
tanaman. Pupuk kalsium dapat diberikan dalam bentuk kapur pertanian, gypsum, atau pupuk
organik seperti kapur tulang atau batu kapur. Penting untuk memberikan pupuk kalsium pada dosis
yang tepat dan pada waktu yang tepat, agar pupuk tersebut dapat diserap oleh tanaman secara
optimal dan tidak mengalami kehilangan. Kebutuhan pupuk kalsium pada tanaman dapat bervariasi
tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, kondisi tanah, dan kebutuhan nutrisi tanaman lainnya
PENYAKIT NEKROSIS PADA TANAMAN

 Nekrosis Daun Jagung


Nekrosis pada tanaman jagung terjadi ketika jaringan tanaman mati atau rusak secara permanen.
Nekrosis bisa terjadi pada berbagai organ tanaman, seperti daun, batang, atau akar. Penyebab utama
nekrosis pada tanaman jagung adalah infeksi patogen, keracunan, kekurangan nutrisi, atau faktor
lingkungan seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah.

Infeksi patogen seperti jamur, bakteri, atau virus bisa menyebabkan nekrosis pada tanaman jagung.
Misalnya, serangan jamur Fusarium dapat menyebabkan nekrosis pada akar dan batang tanaman,
sedangkan penyakit maupun virus tungro dapat menyebabkan nekrosis pada daun.

Keracunan juga bisa menjadi penyebab nekrosis pada tanaman jagung, baik karena bahan kimia
seperti pestisida atau pupuk berlebih, maupun akibat racun alami seperti zat-zat beracun dalam
tanaman lain yang tumbuh di sekitar tanaman jagung.

Kekurangan nutrisi juga bisa menyebabkan nekrosis pada tanaman jagung. Misalnya, kekurangan
nitrogen dapat menyebabkan nekrosis pada daun dan pertumbuhan tanaman yang lambat.

Faktor lingkungan seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah juga dapat mempengaruhi kesehatan
tanaman jagung dan menyebabkan nekrosis pada berbagai organ tanaman. Contohnya, suhu yang
terlalu tinggi dapat mengeringkan tanaman dan menyebabkan nekrosis pada daun dan batang.

Untuk mencegah nekrosis pada tanaman jagung, perlu dilakukan pengelolaan yang baik, termasuk
pemilihan varietas tanaman jagung yang tahan terhadap patogen tertentu, pengendalian hama dan
penyakit, serta pemberian nutrisi yang cukup. Selain itu, perlu juga memperhatikan kondisi
lingkungan di sekitar tanaman jagung, seperti memperhatikan suhu dan kelembaban yang sesuai
agar tanaman dapat tumbuh sehat.
 Nekrosis Akar Kentang
Nekrosis akar kentang adalah kondisi di mana akar-akar pada tanaman kentang mengalami kematian
atau kerusakan. Nekrosis akar kentang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk serangan
penyakit, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, dan kondisi lingkungan yang buruk.

Gejala awal nekrosis akar kentang adalah daerah-daerah pada akar yang berubah warna menjadi
kecoklatan dan terlihat mati. Akar yang terinfeksi juga cenderung mengalami pembusukan dan
keropos. Akar yang mengalami nekrosis akan mengalami gangguan dalam menyerap nutrisi dan air,
yang dapat menghambat pertumbuhan dan produksi kentang.

Infeksi jamur seperti Fusarium dan Rhizoctonia dapat menyebabkan nekrosis akar kentang.
Kekurangan nutrisi seperti kekurangan fosfor atau kalium juga dapat menyebabkan nekrosis akar.
Kondisi lingkungan yang buruk seperti tanah yang terlalu basah atau terlalu kering juga dapat
memicu nekrosis akar kentang.

Pengendalian nekrosis akar kentang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Menjaga kebersihan lingkungan dan tanah sekitar tanaman kentang: Hal ini dapat membantu
mencegah infeksi jamur dan pengaruh buruk kondisi lingkungan pada tanaman kentang.
2. Menggunakan varietas kentang yang tahan terhadap infeksi jamur: Beberapa varietas
kentang telah dikembangkan untuk tahan terhadap penyakit yang menyebabkan nekrosis
akar.
3. Memberikan pemupukan yang tepat: Pemberian pupuk yang tepat, terutama fosfor dan
kalium, dapat membantu mencegah kekurangan nutrisi yang menyebabkan nekrosis akar.
 Nekrosis Batang Tomat
Nekrosis batang tomat adalah kondisi di mana batang pada tanaman tomat mengalami kematian atau
kerusakan. Nekrosis batang tomat dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk serangan
penyakit, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, dan kondisi lingkungan yang buruk.

Gejala awal nekrosis batang tomat adalah bagian-bagian batang yang berwarna coklat atau hitam
dan mengalami kematian jaringan. Batang yang terinfeksi juga cenderung menjadi lunak dan mudah
patah. Nekrosis batang tomat dapat menyebabkan gangguan dalam transportasi air dan nutrisi pada
tanaman, yang dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tomat.

Infeksi jamur seperti Fusarium dan Verticillium dapat menyebabkan nekrosis batang tomat.
Kekurangan nutrisi seperti kekurangan kalium juga dapat menyebabkan nekrosis batang. Kondisi
lingkungan yang buruk seperti tanah yang terlalu basah atau terlalu kering juga dapat memicu
nekrosis batang tomat.

Pengendalian nekrosis batang tomat dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Menjaga kebersihan lingkungan dan tanah sekitar tanaman tomat: Hal ini dapat membantu
mencegah infeksi jamur dan pengaruh buruk kondisi lingkungan pada tanaman tomat.
2. Menggunakan varietas tomat yang tahan terhadap infeksi jamur: Beberapa varietas tomat
telah dikembangkan untuk tahan terhadap penyakit yang menyebabkan nekrosis batang.
3. Memberikan pemupukan yang tepat: Pemberian pupuk yang tepat, terutama kalium, dapat
membantu mencegah kekurangan nutrisi yang menyebabkan nekrosis batang

Anda mungkin juga menyukai