Anda di halaman 1dari 13

TAHAPAN, SENTRALISASI

DAN DESENTRALISASI DALAM


PENGEMBANGAN
KURIKULUM

KELOMPOK 7
KURIKULUM MERUPAKAN SALAH SATU KOMPONEN
PENTING DALAM PENDIDIKAN, KURIKULUM DIARTIKAN
SEBAGAI SUATU PROGRAM YANG DISEDIAKAN UNTUK
SISWA. SEBAGAIMANA YANG DIJELASKAN OLEH OEMAR
HAMALIK DALAM BUKU MANAJEMEN PENGEMBANGAAN
KURIKULUM, KURIKULUM MERUPAKAN SUATU
PROGRAM YANG DISEDIAKAN UNTUK SISWA.
TAHAPAN – TAHAPAN DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengembangan kurikulum

1 3
Pengembangan kurikulum
pada tingkat nasional, terdiri pada tingkat mata
dari Pendidikan formal, pelajaran, atau yang lebih
informal, dan non formal. akrab kita sapa silabus.

2 4
Pengembangan kurikulum pada tingkat
Pengembangan kurikulum pada tingkat
institusi, memiliki beberapa kegiatan
pembelajaran di kelas, Pada tingkat
yang harus dilaksanakan, yakni
pembelajaran dikelas pengembangan
merumuskan tujuan yang akan dicapai
kurikulum dilakukan dalam bentuk
oleh sekolah, Menyusun SKL (standar
susunan RPP yang dirancang oleh
kompetensi lulusan), dan penetapan isi
masing-masing guru.
kurikulum secara keseluruhan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES
PENGEMBANGAN KURIKULUM

PERGURUAN TINGGI MASYARAKAT SISTEM NILAI


Pengetahuan yang berkembang di Isi kurikulum yang ada Sistem nilai yang akan dipelihara
perguruan tinggi juga mempengaruhi seyogyanya dapat menjawab terintegrasikan dalam kurikulum.
isi materi ajar yang ada di kurikulum. tuntutan dan kebutuhan yang
ada di lingkungan masyarakat.
SENTRALISASI DAN
DESENTRALISASI DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengembangan kurikulum dalam sistem


pendidikan dan pengelolaan yang bersifat
sentralistik menekankan kepada penyeragaman
dokumen kurikulum maupun implementasinya.
(Bentri, 2017) menanamkan pengembangan
kurikulum seperti itu dengan the administrative
model. H.A.R Tilar (2002:30-31), menyebutnya
dengan model pengembangan kurikulum satu
arah (model linier). Model linier ini bermuara dan
pemerintah pusat dan mengalir ke daerah.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM BERSIFAT
SENTRALISTIK

KEKURANGAN:
KELEBIHAN: pengembangan kurikulum seperti ini, tidak selalu segera
berjalan dengan lancar

disusun dan dikembangkan oleh tim dan memerlukan biaya yang cukup besar untuk uji coba,
para ahli yang berpengalaman untuk monitoring dan evaluasi serta untuk pengawasan.

keseragaman kurikulum akan akan mematikan kreatifitas, inovasi dan produktiftas


memudahkan monitoring dan penilaian pribadi, masyarakat maupun daerah.

masyarakat semakin lama semakin jauh dan semakin


terlempar dari kebudayaan dan lingkungannya

kurikulum menjadi semata-mata alat kekuasaan oleh


birokrat
KURIKULUM
MUATAN LOKAL
SEBAGAI
IMPLEMENTASI
DESENTRALISASI
PENDIDIKAN

Menurut Mohammad Fachri Gafar (1990), kehadiran

kurikulum muatan lokal mempunyai makna, paling

tidak ditinjau dari tiga dimensi, yakni: dimensi isi

kurikulum, peserta didik dan kemanfaatan kurikulum.

kurikulum muatan lokal pada hakikatnya adalah untuk menjembatani


peserta didik dengan lingkungannya melalui pengenalan dan
pemahaman sampai dengan pemberian keterampilan fungsional.
ruang lingkup muatan lokal tersebut meliputi; kondisi lingkungan
alam, lingkungan sosial dan budaya serta ekonomi. Anwas Iskandar
(1988), mengidentifikasi sejumlah unsur yang dapat dijadikan
muatan lokal, seperti; benda alam, baik benda yang terlihat maupun
yang tidak terlihat langsung oleh indra, proses dan peristiwa-
peristiwa lokal, bahasa daerah, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan
khas daerah, sistem kehidupan dan sebagainya
KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum sebagai proses menyeluruh yang berkaitan dengan kebijakan nasional di
bidang pendidikan, sesuai dengan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Ada empat
tahap dalam pengembangan kurikulum menurut tingkatannya antara lain, Pengembangan kurikulum
pada tingkat makro (Nasional), tingkat institusi (sekolah), tingkat mata pelajaran (bidang studi), dan pada
tingkat pembelajaran di kelas.
proses pengembangan kurikulum secara umum terdiri dari perencanaan, implementasi, serta evaluasi.
Ada beberapa tahapan pengembangan kurikulum menurut para ahli antara lain model administratif,
Tyler, dan lain-lain. Model pengembangan dapat dijadikan pedoman untuk menyusun proses
pengembangan kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain: faktor perguruan
tinggi, masyarakat, dan sistem nilai Selain faktor-faktor di atas ada pula hambatan-hambatan
pengembangan kurikulum, hambatan yang pertama terletak pada guru. Guru sebagi subyek pelaksana
kurikulum kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu, kurang waktu. kekurangan sesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala
sekolah dan administrator. Dan faktor penghambat yang lain datang dari masyarakat.
Pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang bersifat sentralistik
menekankan kepada penyeragaman dokumen kurikulum maupun implementasinya. menanamkan
pengembangan kurikulum seperti itu dengan the administrative model. Sentralisasi pengelolaan
pendidikan yang selama ini diterapkan telah menyebabkan kemampuan daerah dalam mengurus
pendidikan kurang berkembang sehingga menjadi kendala bagi mutu pendidikan nasional.
Salah satu, implikasi dari tuntutan reformasi adalah lahirnya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
tentang otonomi daerah dan Undang-undang Nomor 25 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah. Kedua Undang-undang ini pada hakekatnya adalah berisi desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada Daerah untuk memberikan
pelayanan umum dalam kerangka menyelenggarakan Otonomi Daerah.
kurikulum muatan lokal pada hakikatnya adalah untuk menjembatani peserta didik dengan lingkungannya
melalui pengenalan dan pemahaman sampai dengan pemberian keterampilan fungsional. Keterampilan
fungsional adalah keterampilan yang berguna untuk memberikan bekal kepada peserta didik agar dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
KIAN...
SE

Heri Setiawan
Tasya Rahmadani
Wulan Sapitri

Anda mungkin juga menyukai