Nim : 119370021
Kelas : Agama dan Etika Islam RI
MINGGU 3 : AQIDAH
Akidah berasal dari bahasa Arab aqidah yang artinya Akidah adalah ajaran Islam yang
berkaitan dengan keyakinan, karenanya dalam penggunaannya, akidah sering disebut dengan
keimanan. Mengapa keyakinan? Karena sebagian besar pembahasannya banyak berkaitan
dengan sesuatu yang ghaib yang lebih membutuhkan keyakinan ketimbang penalaran logis.
Lantas apa alasan menerimanya jika tak bisa dinalar secara logis? Alasannya adalah sumber
informasinya. Nabi Muhammad SAW dan al-Quran adalah sumber informasi yang akurat.
Kenabian Muhammad dan kemukjizatan al-Quran bisa diuji bahkan secara ilmiah bahwa
semuanya berasal dari Tuhan. Al-Quran adalah satu-satunya kitab suci yang sampai sekarang
masih terjaga kemurniannya.
Anda pasti pernah pergi ke dokter kan? Anda didiagnosa, dan Anda diberi resep yang
bahkan Anda tak bisa membaca resep itu. Tapi Anda tetap percaya. Mengapa bisa demikian?
Karena Anda tahu sang dokter adalah dokter resmi, dokter yang punya izin praktik. Seorang
dokter yang sungguh-sungguh dokter. Nah, demikian juga dengan Nabi Muhammad SAW.
Kenabian Muhammad sudah terbukti secara meyakinkan bahwa ia benar-benar Nabi. Dengan
demikian, apa yang ia beritakan, apa ia informasikan kita percaya. Bahkan meskipun tidak
rasional.
URGENSI AKIDAH DAN MAKNA LILLAHI TA’ALA
Akidah atau keimanan merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam. Jika ajaran
Islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah jantung yang memompa
darah kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh
ajaran Islam. Berdasarkan imanlah seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya,
imanlah yang akan mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat,
haji, puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan. Demikian juga
kualitas keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur dengan seberapa besar keimanan
kita kepada Allah. Mungkin kita shalat dan melakukan kebajikan lain, tapi apakah kita benar-
benar mengingatnya? Apakah Allah senantiasa hadir dalam kehidupan kita? Apakah kalau
kita sedang shalat kita merasa benar-benar sedang menghadap Allah? Apakah saat kita
mendapat keberuntungan kita sadar bahwa itu datangnya dari Allah?
Karena itulah dalam Islam ada ajaran lillahi ta’ala (semua hal harus didasarkan karena
Allah atau untuk Allah). Lillahi ta’ala artinya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
penyembahan, pemujaan, tempat bergantung, tempat berserah diri, dan tempat memohon
pertolongan. Terkadang orang salah memahami kalimat lillahi ta’ala. Ia menyangka Allah itu
egois. Mengapa? Karena semuanya katanya harus ditujukan untuk Allah.
Pemahaman semacam ini jelas keliru. Beriman, memuja, dan berserah diri pada Allah
sejatinya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Mengapa demikian? Manusia adalah
makhluk yang tak bisa hidup sendiri. Dalam memenuhi hajatnya ia akan bergantung pada
obyek lain. Seandainya Allah tidak memerintahkan agar manusia bergantung pada-Nya, pasti
manusia akan bergantung pada yang lain? Apa yang lain itu? Mungkin teman, atasan, uang
atau mitos-mitos tertentu yang ia percayai.
Jika manusia bergantung pada semua ini apa jadinya? Selama masih ada teman, ada
atasan, ada uang, barangkali ia tenang. Tapi bagaimana kalau temannya berkhianat, atasannya
mati, uangnya habis? Galau, kan? Stress? Karena semua itu sesuatu yang labil, mudah
berubah, mudah datang dan mudah pergi. Jadi berbahaya bergantung pada sesuatu yang labil.
Tapi Allah tetap, tak berubah. Dia adalah Tuhan yang tak pernah meninggalkan hamba-Nya,
bahkan sekalipun hamba-Nya pernah mencaci maki-Nya. Tuhan adalah tempat bersandar
yang stabil. Manusia akan merasa tenteram dan matap dalam hidupnya ketika ia bergantung
pada Allah. Ia akan senantiasa optimis, bahkan saat ia gagal sekali pun
MINGGU 4 : THAHARAH
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah
membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-
cara yang ditentukan oleh syariat islam.Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus
dilakukan dalam beberapa macam ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6
[5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur.
Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
• Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah
membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau
dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4. [74:4] dan pakaianmu bersihkanlah,
Bersuci dari Hadats :
Hadats adalah sebuah keadaan atau sifat yang menempel pada badan seseorang dimana ia
terhalang dari ibadah shalat dan ibadah lainnya yang mempersyaratkan suci dari hadats.
Hadats sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
• Hadats Besar
• Hadats Kecil
Adapun hadats besar adalah hadats yang ada pada seluruh tubuh. Diantara penyebabnya
adalah : berhubungan seksual, haid, nifas, dsb.
Sedangkan hadats kecil adalah hadats yang ada pada anggota wudhu. Hadats ini disebabkan
oleh : buang air kecil, buang air besar, kentut, keluar air madzi dan lain-lain.
• Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan
perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan
nashoha yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Adapun tata cara bersuci dari hadats kecil adalah cukup dengan berwudhu. Adapun tata
cara praktisnya adalah sebagai berikut :
• Niat di dalam hati untuk menghilangkan hadats kecil
• Membaca basmalah
• Apabila baru bangun dari tidur dianjurkan membasuh kedua telapak tangan sebelum
memasukkannya dalam wadah air sebanyak tiga kali
• Berkumur dan menghirup air ke hidung
• Membasuh wajah dari dahi bagian atas hingga akhir janggut dan dari pelipis telinga
kanan hingga pelipis telinga kiri dan dianjurkan menyela-nyela janggut ketika
membasuh wajah.
• Membasuh kedua tangan mulai dari ujung jari hingga siku, dimulai dari tangan kanan
dan dianjurkan untuk menyela-nyela jari
• Mengusap kepala dari ubun-ubun hingga tengkuk.
• Dianjurkan untuk mengusap kedua telinga luar maupun dalam.
• Membasuh kedua kaki dari ujung jari dengan menyela-nyelanya hingga kedua mata
kaki dari kaki sebelah kanan.
Catatan : Saat membasuh anggota tubuh minimal dilakukan 1x dan disunnahkan maksimal
sampai 3x kecuali mengusap kepala yang cukup 1x. Tata cara ini wajib dilakukan dengan
berurutan dan berkesinambungan tidak diputus-putus atau disela-sela kegiatan lain yang
memakan waktu lama kecuali ada udzur seperti airnya habis dan sebagainya.
Adapun tata cara bersuci dari hadats besar adalah dengan mandi. Adapun rukun mandi ini
hanya dua yaitu : niat dan membasuh seluruh tubuh (termasuk lipatan-lipatan tubuh yang
tersembunyi) dengan air. Sementara mandi yang sempurna tata cara praktisnya adalah
sebagai berikut :
• Niat dalam hati untuk menghilangkan hadats besar
• Membaca “bismillah”
• Membasuh kedua telapak tangan sebelum memasukkannya dalam wadah air.
• Dimulai dengan membersihkan kotoran yang menempel pada kemaluan maupun
tubuh yang lainnya, seperti bekas air mani, darah haid dan semacamnya.
• Selanjutnya berwudhu seperti berwudhu untuk melaksanakan shalat tanpa membasuh
kedua kaki (karena ini diakhirkan saat mandi), namun boleh juga dilakukan di awal.
• Mencelupkan kedua tangan ke dalam air lalu menyela-nyela pangkal rambut dengan
kedua tangan hingga basah sembari membersihkan kepalanya.
• Setelah itu mengguyurkan tubuh yang sebelah kanan dengan air dan
membersihkannya dari atas hingga bawah.
• Lalu dilanjutkan mengguyurkan tubuh bagian kiri dengan air dan membersihkannya
dari atas hingga bawah.
• Pastikan seluruh tubuh sudah bersih dan terkena air, termasuk lipatan ketiak, pantat,
pusar, selangkangan, kerutan lutut, kerutan sikut dan bagian tersembunyi lainnya.
• Setelah itu membersihkan kedua kakinya dengan didahului kaki kanan.
Apabila seseorang tertimpa hadats baik besar maupun kecil sementara ia dalam keadaan
sakit atau tidak menemukan air maka diperbolehkan untuk bertayammum. Adapun tata
caranya sangat mudah, yakni :
• Niat
• Membaca basmalah
• Menepukkan kedua telapak tangan ke atas tanah atau benda berdebu yang suci
• Mengusap wajah
• Mengusap kedua tangan
Adapun tata cara mensucikan benda dari najis mugholladzoh adalah dengan
membasuhnya sebanyak 7x dan basuhan pertamanya adalah dengan tanah.
Tata Cara Mensucikan Najis Mutawassithoh
• Pertama : Apabila najis berada di atas permukaan tanah atau lantai maka cara
mensucikannya adalah dengan mengguyurnya atau menyiramnya dengan air sekali
saja hingga najisnya lenyap.
• Kedua : Apabila najis berada pada selain tanah seperti kain, pakaian dan sebagainya
maka cara mensucikannya adalah dengan menghilangkannya hingga tidak tersisa
warna, bau dan rasanya.
Adapun tata caranya adalah dicuci dengan air kemudian diperas hingga lenyap dan tidak
menyisakan bekas najisnya. Adapun mensucikan menggunakan alat suci selain air seperti
tanah, batu, tisu, dan semacamnya ini terdapat perselisihan pendapat ulama. Namun, pendapat
yang lebih kuat adalah dibolehkan, seperti beristinja’ dengan batu, membersihkan najis di
bawah alas kaki dengan menginjakannya ke atas tanah, membersihkan najis yang ada pada
pakaian bawah wanita dengan menyeretnya di atas tanah, dan sebagainya. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa :
“Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah apabila najis itu hilang kapapun dengan cara
apapun, maka hilang pula hukum najisnya. Karena hukum terhadap sesuatu jika penyebabnya
telah hilang maka hilang pula hukumnya. Namun, tidak boleh menggunakan makanan dan
minuman untuk menghilangkan najis tanpa keperluan. Karena hal ini menimbulkan mafsadat
pada harta dan juga tidak boleh beristinja’ dengan keduanya.”
Ketiga : Apabila najis berada di bawah sepatu atau alas kaki atau pakaian bawah wanita, baik
itu najis yang basah maupun najis yang kering, maka cukup mengusapkan atau menyeretnya
di atas tanah.
MINGGU 5 : SHALAT
Pengertian Sholat
Secara bahasa sholat bermakna do’a, sedangkan secara istilah, sholat merupakan suatu
ibadah wajib yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram
dan diakhiri dengan salam dengan rukun dan persyaratan tertentu.
Menurut hakekatnya, sholat ialah menghadapkan jiwa kepada Allah SWT, yang bisa
melahirkan rasa takut kepada Allah & bisa membangkitkan kesadaran yang dalam pada setiap
jiwa terhadap kebesaran & kekuasaan Allah SWT.
Menurut Ash Shiddieqy, sholat ialah menggambarkan rukhus shalat atau jiwa shalat;
yakni berharap kepada Allah dengan sepenuh hati dan jiwa raga, dengan segala kekhusyu’an
dihadapan Allah dan ikhlas yang disertai dengan hati yang selalu berzikir, berdo’a &
memujiNya.
Dalam mengerjakan sholat harus selalu berusaha menjaga kekhusu’annya. Secara
bahasa, khusyu’ berasal dari kata khasya’a yakhsya’u khusyu’an, yang berarti memusatkan
penglihatan pada bumi & memejamkan mata/meringankan suara ketika shalat.
Khusyu’ itu artinya lebih dekat dengan khudhu’ yakni tunduk & takhasysyu’ yakni membuat
diri menjadi khusyu’. Khusyu’ ini bisa melalui suara, gerakan badan atau pengelihatan.
ketiganya itu menjadi tanda kekhusyu’an bagi seseorang dalam melaksanakan shalat.
Secara istilah syara’, khusyu’ ialah keadaan jiwa yang tenang & tawadhu’, kemudian
khusyu’ dihati sangat berpengaruh dan akan tampak pada anggota tubuh lainnya. Menurut A.
Syafi’i khusyu’ berarti menyengaja, ikhlas, tunduk lahir batin; dengan menyempurnakan
keindahan bentuk ataupun sikap lahirnya (badan), serta memenuhinya dengan kehadiran hati,
kesadaran dan pemahaman segala ucapan maupun sikap lahiriyah tersebut.
Rukun Sholat
Ada beberapa rukun sholat yang wajib diketahui. Antara lain:
• Niat
• Berdiri tegap bila mampu, dan diperbolehkan duduk atau berbaring bagi yang udzur
• Takbiratul ihram
• Membaca suratul fatihah pada setiap rokaatnya
• Ruku’
• I’tidal
• Sujud
• Duduk di antara dua sujud
• Duduk Tasyahud Akhir
• Membaca tasyahud akhir
• Membaca shalawat Nabi
• Mengucap salam pertama
• Tertib (Dilaksanakan secara berurutan)
Pengertian Sholat, Syarat Dan Rukun Sholat Lengkap
Dalam melakukan sholat, tidak bisa semau-mau, tetapi waktunya telah ditentukan seperti
dalam firman Allah “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa : 103).
MINGGU 6 : ZAKAT
PENGERTIAN ZAKAT
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya,
sesuai dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi
salah satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat Islam.Oleh karena itu, hukum
zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat
juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan rinci
berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
MACAM-MACAM ZAKAT
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari raya
Idul Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan setara 3,5 liter (2,5
kilogram) makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan pokok di Indonesia
adalah nasi, maka yang dapat dijadikan sebagai zakat adalah berupa beras.
2. Zakat Maal
Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil
pertambangan, hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak.
Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.
Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998, pengertian
zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang Muslim atau badan yang
dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.
PERHITUNGAN ZAKAT
1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang biasa
kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang
sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat fitrah per orang = 2,5 kg x harga
beras per kg.
2. Zakat Maal
Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung nisab zakat
maal = 85 x harga emas pasaran per gram.
Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua yang
dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total harta yang
dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.
Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x Rp 600 ribu
= Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat maal
sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.
3. Zakat penghasilan
Untuk mengetahui zakat penghasilanmu, kurangi total pendapatan dengan utang. Lalu
hasilnya dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan adalah 520 x harga makanan pokok.
Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp 7 juta. Punya utang cicilan motor sebesar Rp 1 juta.
Maka sisa penghasilan tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi lain, rata-rata harga beras 1 kg adalah
Rp 10 ribu. Jadi batas nisab zakat penghasilan 520 x Rp 10 ribu = Rp 5,2 juta.
Karena sisa gajimu sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan yang wajib dibayar
adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.
PENERIMA ZAKAT
Dari pembahasan di atas, kamu pasti sudah dapat mengetahui apakah kamu termasuk orang
yang harus membayar zakat atau yang berhak menerima zakat. Dengan memenuhi kewajiban
Anda sebagai umat Muslim untuk membayar zakat, tentu saja banyak kebaikan yang bisa
didapat. Beberapa kebaikan tersebut di antaranya adalah:
• Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan dengan yang
berkecukupan
• Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang
• Sebagai pembersih harta dan menjaga seseorang dari ketamakan harta
• Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadamu
• Untuk pengembangan potensi diri bagi umat Islam
• Memberi dukungan moral bagi orang yang baru masuk agama Islam.
• Menciptakan Ketenangan
• Zakat dapat memberikan ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada penerima
tapi juga kepada orang yang membayar zakat. Perlu diingat bahwa segala hal baik
yang telah kamu lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah SWT, seperti
berzakat maka tidak akan mengurangi sedikitpun hartamu, tapi Allah menjanjikan
akan melipatgandakannya. Jadi jangan kikir atau pelit ya.