Pendahuluan • Jual beli kredit baik dilakukan pada seluruh harga maupun sebagian harga pada umumnya dilakukan oleh seseorang yang sangat membutuhkan suatu barang/produk, sementara ia tidak memiliki uang untuk membayar secara tunai. Oleh karena itu, pemberian kesempatan pembelian secara kredit membantu seseorang memenuhi keinginannya serta membantu meringankan kesulitan yang sedang dihadapinya. Sehingga dalam hal ini, Islam bukan hanya sekedar membolehkan jual beli sistem kredit, juga menganjurkannya sebagai wujud nyata dari rasa kepedulian atas kesulitan orang lain. Pengertian • Jual beli kredit atau Al-Bai bi Tsaman Al-Ajal adalah transaksi jual beli dengan cara berhutang. Artinya, penjual menyerahkan barang yang dijualnya kepada pembeli dengan harga yang disepakati bersama, tetapi pembayarannya ditangguhkan sampai pada jangka waktu yang telah ditentukan. Terkadang penjual menerima sebagian harganya secara tunai, sedangkan sisanya dibayar secara angsuran. Terkadang penjual tidak menerima sedikitpun uang muka melainkan seluruh harganya dibayar secara kredit. Landasan Hukum ب بَ ْي نَ ُك ْم ت ك ْي لو وه ب ت ك ا ف ىم س م ل َجأ ى ل ِ إ ن ي د ِ ب م ت ن ايد ت ا ذ ِ إ وا ن َم ِ َّ ُ ْ ُ ََ ْ ُ ُ ْ َ ِّ َ َُ َ ْ َ ُ َ ْْ َ َ َ ُ يَاأَيُّ َها ال َ َ آ ينذ َكاتِب بِال َْع ْد ِل (البقرة)٢٨٢ : قدم النبي صلى اهلل عليو وسلم المدينةَ عن ابن عباس رضي اهلل عنهما قالِ : والناس يُسلِفون في الثمر السنة والسنتين وجاء في رواية " والثالث " فقال ف في كيل معلوم النبي صلى اهلل عليو وسلم :من أسلف في شيء فَ لْيُ ْسلِ ْ ووزن معلوم إلى أجل معلوم (متفق عليو). فس َها ن تاشتر حيث عنها اهلل رضي ة َر ير ب ِ قصة ما جاء في الصحيحين من َ ْ َ َ َُْ َ التقسيط .ولم ِ أسيادىا بتس ِع َأواق في كل عام أوقية وىذا نوع من بي ِع من ِ أقره. بل ةيرر ب على ىذا وسلم عليو اهلل صلى النبي ر ِ َّ َ ُ يُ ْ نك إجماع جمهور العلماء عن جواز بيع التقسيط. Karakteristik • Jual beli kredit berbeda dengan aqad ariyah (pinjaman), tidak sama juga dengan pesanan yang harganya dibayar lunas terlebih dahulu sebelum bendanya diterima. Disini (pesanan) yang ditangguh kan adalah penyerahan bendanya bukan pembayaran harganya. Dilihat dari segi bentuk pembayarannya, ada yang dilakukan sekaligus bila sampai pada waktu yang ditetapkan, dan ada juga yang dilakukan dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan waktu dan jumlah pembayaran yang disepakati bersama dalam perjanjian. Ketentuan Bai At-Taqsith • Dilakukan oleh dua pihak atau lebih (Nasabah- Lembaga /bank/dieler-Produsen). • Adanya kesepakatan pertama berupa janji untuk menjual atau membeli sehingga keduanya dimungkinkan melakukan khiyar. • Aqad tersebut terjadi setelah lembaga/ bank/dieler memiliki sepenuhnya benda/ barang yang akan dijualnya. Kemudian lemba- ga/bank/dieler menjual kepadaNasabah baik dengan sistim murabahah atau dengan kredit. Pandangan Ulama • Kalangan ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah membolehkan kreditur mengambil keuntungan/ tambahan harga atas penangguhan pembayaran dari Nasabah, dengan syarat adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, baik tentang harga maupun tentang pembayaran- nya. Alasan mereka adalah: ِ يا أَيُّها الَّ ِذين آَمنُوا َل تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم بِالْب اط ِل إَِّل أَ ْن تَ ُكو َن ِِتَ َارةَ ْ َْ ْ َ ْ َ َِ َ َ )٢٩ :َع ْن تَ َراض مْن ُك ْم (النساء )البيع أن تراض (رواه إبن ماجو ُ إمنا:عن أىب سعيدد رضى اهلل عنو أوحرم ّ امار ح أحل شرطا إلّ شروطهم على أملسلمون :عوف بن عمرو عن )حالل (رواه الرتمذى • Kalangan Dhahiriyah dan Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albany dan para pengikutnya: tidak diperkenan kreditur mengambil keuntungan /tambahan harga atas penangguhan pembayaran dari nasabah, karena hal ini disamakan dengan mengambil riba/lebihan pembayaran. Pendapat ini menyalahi pendapat yang dikemukaan Jumhur Ulama baik dari kalangan ulama Mutaqaddimin maupun ulama muta’akhirin. • Namun ada juga kalangan yang hanya memakruhkan yakni: Imam Ikrimah, Said bin Zubair dan Ibnu Yasar. Pembayaran Sebelum Jatuh Tempo • Menurut Imam Ibnu Abbas ra, Annakha’i, Hasan As-Saybany, Ibnu Sirin, Syafi’iyah, Hanabilah, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan Syekh Ibnu Rahman bin Sa’dy, membolehkan melakukan pembayaran hutang atau kredit sebelum jatuh tempo, berdasarkan sabda Nabi SAW: ورد عن رسول أنو ملا أراد أن ُُيلِّي بىن النضري من املدينة ذكر ويتعجلُوا َّ يضعُوا َ فأمرىم أن َ ون ُدي الناس وبني بينهم أن لو )(رواه أبو داود وغريه • Syekh Abdurrahman Sa’dy: Pendapat yang shahih adalah bolehnya membayar hutang kredit sebelum jatuh tempo, karena tidak ada dalil yang melarang dan juga tidak bahaya, bahkan hal tersebut menyebabkan adanya kemaslahatan, karena terkadang pemilik hak (pemberi hutang) mungkin pada saat itu sedang membutuhkan dana. • Fatwa Syariyah Kuwait no. 316 dan Fatwa DSN, no 16 tahun 2000: membolehkan adanya diskon murabahah dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena itu, diskon adalah hak nasabah. Sanksi Bagi Nasbah Mampu yang Menunda Pembayaran • Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan i’tikad baik untuk membayar utang boleh dikenakan sanksi. • Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebab kan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi. • Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajiban. • Sanksi dapat berupa sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat pada saat akad ditandatangani. • Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial. (Fatwa MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000) Daftar Pustaka
• Fatwa Lembaga Syari’ah Kuwait.
• Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI Tahun 2006. • Habib Nazir,”Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah”, Penerbit: Kaki Langit