Anda di halaman 1dari 15

Machine Translated

Intermestik: Jurnal Studi by Google


Internasional
e-ISSN.2503-443X
Volume 3, No.1, November 2018 (29-43) doi:10.24198/intermestic.v3n1.3

KERJASAMA ASEAN-AS DALAM ENERGI TERBARUKAN:


TANGGAPAN ASEAN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
Dewi Agha Putri

1Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,


Universitas Padjadjaran; email: dewiagha1@gmail.com

Abstrak

Perubahan iklim telah menjadi salah satu isu yang paling banyak diperbincangkan dalam
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). ASEAN sendiri sebagai salah satu
kawasan yang paling berpengaruh dalam upaya memerangi perubahan iklim dengan
pengembangan energi terbarukan dan penciptaan standar kehidupan di dalam wilayahnya.
Untuk mengejar ambisi ini, ASEAN bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) sebagai salah
satu mitra dialog ASEAN dalam implementasi ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation
(APAEC) 2016-2025. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui analisa
data sekunder untuk menjelaskan bagaimana kooperasi ASEAN-AS membantu ASEAN untuk
memerangi perubahan iklim.
Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa kerjasama dalam hal energi terbarukan antara
ASEAN-AS berpotensi membantu ASEAN melancarkan ambisinya dalam hal perencanaan
investasi, serta pertukaran teknologi dan informasi.

Kata Kunci: APAEC 2016-2025, energi terbarukan, kerjasama energi terbarukan antara
ASEAN-AS, perubahan iklim

Abstrak

Fenomena perubahan iklim telah menjadi salah satu isu utama yang dibahas dalam
Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). ASEAN sebagai salah satu kawasan
paling berpengaruh di dunia mencoba memerangi perubahan iklim dengan mengembangkan
energi terbarukan dan menciptakan kehidupan yang lebih baik di kawasan tersebut. Untuk
mengejar ambisinya, ASEAN menggandeng Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu mitra
dialognya menyusul implementasi ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC)
2016-2025. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui data sekunder.
analisis untuk menjelaskan bagaimana kerja sama ASEAN-AS dalam energi terbarukan
membantu ASEAN memerangi perubahan iklim. Sepanjang penelitian, kerja sama ASEAN-
AS di bidang energi terbarukan berpotensi menguntungkan dan membantu ASEAN untuk
mengejar ambisinya dalam hal penyediaan investasi dan teknologi serta pertukaran informasi.1

Kata kunci: APAEC 2016-2025, ASEAN-US Cooperation on Renewable Energy, perubahan


iklim, energi terbarukan

Versi awal makalah ini dipresentasikan dalam ASEAN Youth Initiative Conference 2018 dengan judul
“ASEAN-US Cooperation on Renewable Energy: ASEAN's Response to Climate Change Phenomenon”.

29
Machine Translated by Google

KERJASAMA ASEAN-AS UNTUK ENERGI TERBARUKAN:


RESPON ASEAN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
Dewi Agha Putri

Perkenalan

Pada abad ke-21 , para ilmuwan setuju bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan terutama didorong

oleh aktivitas manusia. Perubahan iklim dapat didefinisikan sebagai “perubahan sistematis dalam jangka panjang

keadaan atmosfer jangka panjang selama beberapa dekade atau lebih” (Public Health Institute &

Pusat Perubahan Iklim dan Kesehatan, 2016). Pada dasarnya, perubahan iklim terjadi dan

membahayakan kelangsungan hidup manusia karena menyebabkan perubahan keseimbangan energi bumi. Itu

perubahan keseimbangan energi bumi dapat dilihat dengan mengamati berapa banyak energi dari

matahari yang memasuki bumi dan atmosfernya dilepaskan kembali ke angkasa. Dengan cara ini,

Bumi dapat memperoleh energi ketika energi yang dilepaskan kembali ke angkasa tidak seimbang dengan

energi yang masuk ke bumi dan atmosfernya, sehingga membuat suhu

Bumi naik.

Para ilmuwan percaya bahwa munculnya fenomena perubahan iklim telah terjadi

diperkirakan sejak sekitar 200 tahun yang lalu ketika Revolusi Industri dimulai. Industri

Revolusi telah menyebabkan penggunaan besar-besaran teknologi yang memberikan kontribusi dalam jumlah besar

gas rumah kaca (GRK) ke atmosfer bumi. GHG sendiri berperan sebagai rumah kaca

yang memiliki kemampuan menahan energi dan panas matahari agar tidak dipantulkan kembali ke angkasa.

Artinya, ketika konsentrasi GRK meningkat, energi dan panas terperangkap di dalamnya

atmosfer akan naik juga, yang kemudian menyebabkan naiknya suhu bumi.

GRK bervariasi dan setiap variasi memiliki kemampuan yang berbeda untuk memerangkap panas (dikenal sebagai global

potensi pemanasan). Selain itu, setiap variasi memiliki waktu paruh yang berbeda di dalam

suasana. Artinya, setiap variasi GRK membutuhkan periode waktu yang berbeda untuk turun

menjadi setengah dari nilai aslinya.

Karbon dioksida (Co2) dikenal sebagai salah satu GRK dengan kemampuan terbesar

menghangatkan Bumi hingga saat ini. Co2 terutama dihasilkan dari pembakaran fosil yang tidak sempurna

bahan bakar, seperti batu bara, minyak bumi dan gas yang biasa digunakan manusia untuk kegiatan dan kebutuhan sehari-hari. Di dalam

era ini, hampir setiap aktivitas dan kebutuhan manusia dapat berkontribusi terhadap peningkatan CO2

produksi, seperti penggunaan listrik, transportasi dan proses industri. Nyatanya,

ketiga aktivitas tersebut menyumbang lebih dari 80% CO2 yang terlepas ke atmosfer

(Lembaga Kesehatan Masyarakat & Pusat Perubahan Iklim dan Kesehatan, 2016). Meskipun

Co2 dikenal sebagai GRK yang paling berbahaya, ada GRK lain yang mungkin

dipancarkan dalam jumlah yang lebih kecil dari Co2 tetapi dapat memerangkap lebih banyak panas di atmosfer. Itu

GRK lainnya termasuk metana, dinitrogen oksida, karbon hitam, dan berbagai gas berfluorinasi

30 | Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAD


Machine Translated by Google

Intermestik: Journal of International


Studies Volume 3, No.1, November 2018 (29-43) doi:10.24198/intermestic.v3n1.3

yang memiliki potensi pemanasan global (GWP) lebih tinggi daripada Co2. Dengan penjelasan ini, bisa

dipahami bahwa semakin banyak GRK yang terperangkap di atmosfer, semakin tinggi Bumi

suhu bisa, yang kemudian mengarah pada munculnya perubahan iklim.

Dampak perubahan iklim telah dirasakan oleh manusia, baik di dalam maupun luar negeri

lingkup dunia dan wilayah. Dampak yang dirasakan oleh masing-masing wilayah di dunia bisa jadi

berbeda-beda tergantung kondisi daerah masing-masing, seperti status kesehatan yang ada,

faktor sosial ekonomi dan konteks lingkungan (Overland, et al., 2017). Salah satu dari

daerah dengan kerentanan tinggi untuk terkena dampak perubahan iklim di Asia Tenggara.

Ada empat dari sepuluh negara di dunia yang paling terkena dampak perubahan iklim terletak di

Asia Tenggara, yaitu Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Itu

Kerentanan Asia Tenggara disebabkan oleh konsentrasi penduduk dan ekonomi

aktivitas kawasan di sepanjang garis pantai kawasan. Mengenai itu, yang paling nyata

Konsekuensi perubahan iklim yang mengancam kawasan Asia Tenggara adalah mencairnya es

yang menyebabkan naiknya permukaan air laut. Naiknya permukaan air laut berpotensi menimbulkan masalah

untuk kota pesisir dan muara besar di kawasan ini, termasuk Bangkok, Jakarta, Manila, dan

Yangoon. Menanggapi hal tersebut, ASEAN sebagai asosiasi yang beranggotakan negara-negara dari

Asia Tenggara memiliki tanggung jawab untuk mengamankan negara-negara anggotanya dari ancaman

dampak perubahan iklim.

Terkait fenomena perubahan iklim, ASEAN telah mengadakan beberapa kebijakan dan tindakan

memerangi perubahan iklim di kawasan ini bersama dengan negara-negara anggotanya. Dalam hal ini ASEAN

percaya bahwa upaya pengurangan GRK, seperti Co2 sangat penting untuk dilakukan

mencegah suhu bumi naik. Salah satu cara untuk mengurangi produksi

GRK adalah dengan mengalihkan penggunaan energi primer (seperti batu bara, minyak, dan gas) ke energi terbarukan

energi (seperti panas bumi, tenaga air, radiasi matahari, dan angin). Dengan memiliki potensi

sumber daya untuk pengembangan energi terbarukan dalam setiap negara anggota, ASEAN akan

lebih mudah untuk mengejar ambisinya untuk menyediakan energi yang terjangkau dan bersih bagi masyarakat.

Pada tanggal 23 September 2014, ASEAN telah mengadakan Pertemuan Menteri Energi ASEAN (AMEM)

ke-32 di Vientiane, Lao PDR. AMEM ke -32 menghasilkan ide untuk disahkan

ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) 2016-2025 bertemakan

“Meningkatkan Konektivitas Energi dan Integrasi Pasar di ASEAN untuk Mencapai Energi

Keamanan, Aksesibilitas, Keterjangkauan, dan Keberlanjutan untuk Semua” (Zamora & States, 2015).

APEC 201-2025 bertujuan untuk meningkatkan perdagangan listrik multilateral untuk mempercepat

www.intermesticjournal.fisip.unpad.ac.id. | 31
e-ISSN.2503-443X
Machine Translated by Google

KERJASAMA ASEAN-AS UNTUK ENERGI TERBARUKAN:


RESPON ASEAN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
Dewi Agha Putri

realisasi ASEAN Power Grid (PAG), meningkatkan konektivitas gas dengan memperluas

fokus Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP) untuk memasukkan Liquefied Natural Gas

(LNG) terminal regasifikasi, dan mempromosikan teknologi batubara bersih. Apalagi APEC

Tahun 2016-2025 juga memuat strategi peningkatan efisiensi energi dan peningkatan penggunaan

sumber energi terbarukan.

Menyusul APEC 2016-2025, ASEAN melakukan kerja sama energi dengan

mitra dialognya, termasuk Amerika Serikat (AS). ASEAN meyakini hal itu

AS memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk membantu ASEAN dalam mengembangkan energi terbarukan sejak saat itu

AS adalah salah satu negara paling maju di dunia. Dalam hal ini, ASEAN dan AS

adalah kerjasama dalam dua jenis kerjasama, yaitu US-ASEAN Energy Cooperation

Rencana Kerja 2016-2020 dan USAID Clean Power Asia. Selanjutnya kerjasama keduanya

memiliki area prioritasnya sendiri. Rencana Kerja Kerjasama Energi AS-ASEAN 2016-2020

berfokus pada bidang yang berkaitan dengan Efisiensi dan Konservasi Energi, Energi Terbarukan,

Sektor Ketenagalistrikan, dan Gas Bumi, Minyak Bumi, sedangkan USAID Clean Power Asia fokus

untuk memastikan investasi dalam energi terbarukan yang terhubung ke jaringan. Melalui terbarukan ini

kerjasama energi, ASEAN diharapkan mencapai ambisinya untuk mengurangi produksi

GRK yang merusak lingkungan dan menyebabkan masalah lebih lanjut di wilayahnya oleh

akhir tahun 2025 sesuai dengan target APAEC 2016-2025.

Pendorong ASEAN untuk Memerangi Perubahan Iklim dengan Menggunakan Energi Terbarukan

Dampak Merugikan Energi Primer

Sejak Revolusi Industri dimulai, penggunaan teknologi semakin meningkat dari waktu ke waktu

karena membuat aktivitas manusia menjadi lebih mudah. Meskipun menggunakan teknologi

bermanfaat, dapat merugikan kehidupan manusia bila menggunakan bahan bakar fosil untuk beroperasi. Fosil

bahan bakar dikenal sebagai energi primer, termasuk minyak bumi, gas, batu bara, dan lain-lain. Penggunaan primer

energi berbahaya bagi lingkungan karena GRK (seperti Co2, metana, nitrous

oksida, karbon hitam, dan berbagai gas berfluorinasi) yang dilepaskannya ke atmosfer bumi

dapat menyebabkan fenomena perubahan iklim. GRK yang memiliki kemampuan memerangkap panas

dan energi di atmosfer meningkatkan suhu Bumi dan membahayakan manusia

bertahan hidup.

32 | Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAD


Machine Translated by Google

Intermestik: Journal of International


Studies Volume 3, No.1, November 2018 (29-43) doi:10.24198/intermestic.v3n1.3

Dampak penggunaan energi primer yang mengarah pada fenomena perubahan iklim dapat terjadi

dirasakan di seluruh dunia, termasuk di kawasan ASEAN. Adapun dampaknya

dari fenomena tersebut di kawasan ASEAN adalah sebagai berikut:

1. Kenaikan permukaan laut

Kenaikan permukaan laut adalah salah satu dampak paling berbahaya dari penggunaan energi primer yang menyebabkan

perubahan iklim di kawasan ASEAN. Itu paling mengancam wilayah itu

negara-negara anggota ASEAN adalah negara-negara yang tidak terkurung daratan. Non-landlock itu

negara bisa menyusut karena kenaikan permukaan laut, terutama negara-negara dengan

garis pantai yang panjang dan/atau dataran rendah yang signifikan (Overland, et al., 2017). Di antara

Dari 25 kota di dunia yang paling rentan terhadap kenaikan permukaan laut, ada tujuh kota yang berlokasi

di kawasan Asia Tenggara, lebih tepatnya terletak di Filipina. Namun, itu

diperkirakan bahwa Indonesia akan menjadi negara yang paling rentan terhadap banjir pesisir

yang akan mempengaruhi 5,9 juta orang setiap tahun pada tahun 2100 (Overland, et al., 2017).

Selain itu, Singapura juga terancam oleh naiknya permukaan air laut, sejak negara ini

datar dan dataran rendah (30% negara memiliki ketinggian lima meter atau kurang)

(Overland, et al., 2017). Dalam estimasi jangka panjang, kenaikan permukaan laut di ASEAN

wilayah tersebut bisa menjadi lebih buruk ketika es di Kutub Selatan mencair bersamaan dengan ekstrimnya

perubahan iklim.

2. Peristiwa cuaca ekstrem

Fenomena perubahan iklim yang disebabkan oleh ketidakseimbangan panas dan energi itu

dilepaskan ke atmosfer bumi dan dilepaskan kembali ke luar angkasa menciptakan keekstriman

peristiwa cuaca di Bumi. ASEAN telah merasakan dampak dari

peristiwa cuaca ekstrem di beberapa bagian wilayah, termasuk kota-kota terbesar di

kawasan ASEAN, seperti Bangkok, Manila, dan Jakarta. Salah satu yang paling ekstrim

peristiwa cuaca yang terjadi di kawasan ASEAN adalah Topan Nargis yang mematikan

138.000 orang di Myanmar pada tahun 2008 (Overland, et al., 2017). Selanjutnya pada tahun 2013

Kawasan ASEAN mengalami Topan Haiyan yang terjadi di bagian tengah

Provinsi Leyte Filipina. Bencana ini menewaskan sedikitnya 10.000 orang dan menyebabkan

kerusakan ekonomi yang luas (Overland, et al., 2017). Dengan cara ini, cuaca ekstrim

dapat dikategorikan sebagai salah satu dampak yang paling berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia di Indonesia

Bumi, karena mampu membunuh ribuan orang dan menciptakan kerusakan ekonomi

negara.

www.intermesticjournal.fisip.unpad.ac.id. | 33
e-ISSN.2503-443X
Machine Translated by Google

KERJASAMA ASEAN-AS UNTUK ENERGI TERBARUKAN:


RESPON ASEAN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
Dewi Agha Putri

3. Kabut asap

Kabut lintas batas yang berasal dari kebakaran telah menjadi isu yang dibahas di ASEAN

karena mempengaruhi kualitas udara (polusi dari kabut asap) dan menimbulkan masalah kesehatan. Di dalam

Di kawasan ASEAN, kabut lintas batas yang paling dikenal adalah kabut dari pertanian

kebakaran terkait di sekitar Sumatera Timur dan Selatan dan beberapa bagian Kalimantan. Itu

kabut yang berasal dari kebakaran dapat dengan mudah menyebar melalui udara dan efeknya

negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura yang letaknya berdekatan dengan

daerah kebakaran. Pencemaran asap menjadi problematis karena berdampak nyata pada

kawasan ASEAN, khususnya di bidang ekonomi dan kesehatan. Menanggapi hal ini,

Negara-negara anggota ASEAN menandatangani Perjanjian ASEAN tentang Asap Lintas Batas

Pencemaran tahun 2002. Namun, kesepakatan itu belum cukup untuk membenahi lintas batas

masalah kabut asap karena mampu menimbulkan sengketa antar negara pada tingkat tertentu,

seperti yang terjadi antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada tahun 2013. Di

sengketa, Indonesia berpendapat bahwa perusahaan Malaysia dan Singapura dengan perkebunan

di Indonesia termasuk yang memulai kebakaran (Overland, et al., 2017).

Oleh karena itu, lebih baik mencegah kabut asap yang berasal dari kebakaran dengan berusaha menguranginya

GRK berbahaya dilepaskan ke atmosfer bumi.

4. Ketahanan Pangan

Mengingat tenaga kerja kawasan ASEAN sebagian besar bergerak di bidang pertanian,

kehutanan, dan perikanan, ketahanan pangan menjadi salah satu konsekuensi yang mengancam di

wilayah. Sektor-sektor yang disebutkan sebelumnya sangat rentan terhadap perubahan iklim

dampak. Diperkirakan pada tahun 2100 kawasan ASEAN bisa mengalami penurunan beras sebesar 50%.

hasil panen dan penurunan PDB sebesar 6,7% (Overland, et al., 2017). Peluang penurunan beras

hasil panen bisa terjadi karena sektor pertanian ASEAN terancam kekeringan dan

banjir. Selain itu, para sarjana percaya bahwa sektor perikanan juga bisa terancam

di beberapa negara anggota ASEAN jika dampak perubahan iklim tidak teratasi

dengan baik. Oleh karena itu, ASEAN perlu menanggapi dampak perubahan iklim secara serius

dan berusaha mencegah dampak lebih lanjut, seperti ketahanan pangan.

Sumber Daya Energi Terbarukan Berlimpah di Kawasan ASEAN

Tidak seperti energi primer, energi terbarukan (juga dikenal sebagai energi sekunder) lebih bersih,

lebih ramah lingkungan, dan lebih terjangkau. Energi terbarukan menggunakan energi

34 | Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAD


Machine Translated by Google

Intermestik: Journal of International


Studies Volume 3, No.1, November 2018 (29-43) doi:10.24198/intermestic.v3n1.3

sumber yang secara terus-menerus diisi ulang oleh alam (Amerika Serikat-Department

Energi, 2001). Sumber energi tersebut antara lain matahari, angin, air, panas bumi,

dan tanaman yang dapat diubah menjadi bentuk energi yang dapat digunakan oleh energi terbarukan

teknologi. Teknologi energi terbarukan juga dikenal sebagai "bersih" atau "hijau"

teknologi karena teknologi menghasilkan sedikit polutan.

Kawasan ASEAN memiliki sumber daya energi terbarukan yang melimpah yang bervariasi di masing-masingnya

negara anggota. Ada tenaga air, radiasi matahari, angin, bioenergi, dan panas bumi

energi, khususnya. Setiap negara anggota memiliki spesialisasi energi terbarukan sendiri berdasarkan

jumlah sumber yang tersedia di negara bagian. Bahkan, tenaga air di ASEAN

dikenal sebagai salah satu potensi tenaga air terbaik di dunia. Namun,

tenaga air masih belum dimanfaatkan di negara-negara seperti Myanmar dan Laos. Tanpa memedulikan

masih belum dimanfaatkan, Myanmar dan Laos telah memperhitungkan dan memasukkannya

pengembangan tenaga air dalam rencana energi nasional mereka. Selain itu, ASEAN lainnya yang terbarukan

sumber daya energi memiliki potensi yang signifikan. ASEAN memiliki penyinaran matahari yang sangat kuat

(daya dari matahari) yang lebih dari 1.500-2.000 kWh per meter persegi per tahun pada

rata-rata. Dengan demikian, perkenankan faktor kapasitas 20% ke atas (Overland, et al., 2017).

Sumber daya angin ASEAN lebih sederhana daripada penyinaran matahari. Beberapa ASEAN

negara anggota yang terletak di sepanjang pantai dan pedalaman memiliki kecepatan antara enam dan

rata-rata tujuh meter per detik. Dengan demikian memungkinkan faktor kapasitas hingga 30-an tinggi

atau lebih. Negara-negara tersebut antara lain Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Myanmar.

Apalagi Indonesia dan Filipina memiliki potensi panas bumi yang besar

dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Selain itu, ASEAN juga memiliki pasokan bioenergi yang besar

potensi yang tersebar di seluruh wilayah. Diperkirakan bioenergi dapat memenuhi

permintaan ganda yang diharapkan pada tahun 2025.

Dengan sumber daya energi terbarukan yang melimpah, ASEAN akan lebih mudah menyediakannya

energi yang terjangkau dan bersih bagi masyarakat, serta ramah terhadap lingkungan.

Dengan demikian, akan menjadikan hasil upaya ASEAN untuk memerangi perubahan iklim menjadi

lebih signifikan. Namun, penting juga bagi ASEAN untuk bekerja sama dalam dialognya

mitra dalam mengembangkan energi terbarukan di kawasan, mengingat ASEAN

membutuhkan lebih banyak dukungan finansial, teknis dan mekanis. Dengan bekerja sama dengan dialognya

mitra, termasuk AS, akan membuat ASEAN menjadi lebih mudah untuk memastikan targetnya

dapat dicapai pada tahun 2025 berdasarkan APAEC 2016-2025. Apalagi mencapai target

www.intermesticjournal.fisip.unpad.ac.id. | 35
e-ISSN.2503-443X
Machine Translated by Google

KERJASAMA ASEAN-AS UNTUK ENERGI TERBARUKAN:


RESPON ASEAN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
Dewi Agha Putri

pada tahun 2025 sangat memungkinkan bagi ASEAN, karena AS sebagai salah satu mitra dialog ASEAN

sangat mengerti tentang kondisi di kawasan ASEAN.

Kerjasama ASEAN-AS dalam Energi Terbarukan Mengikuti APAEC 2016-2025

Rencana Aksi Kerjasama Energi ASEAN (APAEC) 2016-2025

Dengan mengusung tema “Enhancing Energy Connectivity and Market Integration in

ASEAN to Achieve Energy Security, Accessibility, Affordability and Causes for All”,

APAEC 2016-2025 bertekad mengembangkan energi sekunder untuk menjamin masyarakat

kelangsungan hidup ASEAN. Mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi dan demografis di ASEAN

wilayah yang menyebabkan permintaan energi ganda, ASEAN mulai menemukan cara untuk memenuhinya

permintaan tanpa merusak lingkungan dengan mengembangkan energi terbarukan. Terkait hal tersebut, ASEAN

akhirnya mengimplementasikan APAEC 2016-2025, yang ditandatangani pada 23 September 2014 dalam ASEAN

Ministers on Energy Meetings (AMEM) ke-32 yang diadakan di Vientiane, Laos PDR. APAEC 2016-2025 ini

sebenarnya merupakan APAEC ke-4 yang diselenggarakan oleh ASEAN

setelah APAEC 1999-2004, APAEC 2004-2009, dan APAEC 2010-2015.

APAEC 2016-2025 memiliki tujuh bidang program, termasuk ASEAN Power

Grid (APG), Trans-ASEAN Gas Pipeline (TAGP), Coal and Clean Coal Technology

(CCT), Efisiensi dan Konservasi Energi (EE&C), Energi Terbarukan (RE), Regional

Kebijakan dan Perencanaan Energi (REPP), dan Energi Nuklir Sipil (CNE). Terbarukan

area program energi dibuat untuk mengatasi tantangan pertumbuhan energi yang berkelanjutan

dan perubahan iklim dengan mendiversifikasi dan Menggunakan sumber energi pribumi AS secara efisien di

tingkat nasional (Zamora & States, 2015). Dalam hal ini, negara-negara anggota ASEAN memiliki

menerapkan beberapa inisiatif energi terbarukan yang didasarkan pada kebijakan untuk mengurangi

konsumsi minyak dan mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan bahan bakar fosil, termasuk

perubahan iklim.

Pengembangan energi terbarukan di setiap negara anggota ASEAN berencana

meliputi hidro, panas bumi, fotovoltaik surya, panas matahari, angin, bio-energi, laut

energi, sel bahan bakar, hidrogen, dan pencairan batubara. Namun, ASEAN menghadapi tantangan

untuk mewujudkan rencana tersebut, karena ASEAN membutuhkan lebih banyak transfer teknologi dan kemitraan

mensukseskan rencana pengembangan energi terbarukan. Dengan cara ini, ASEAN perlu

bekerja sama dengan negara-negara lain yang lebih maju dari negara-negara anggota untuk memenuhi

kebutuhan. Menyadari masih kurangnya kapabilitas dan kapasitas ASEAN di bidang energi terbarukan

36 | Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAD


Machine Translated by Google

Intermestik: Journal of International


Studies Volume 3, No.1, November 2018 (29-43) doi:10.24198/intermestic.v3n1.3

pembangunan, ASEAN kemudian mengadakan beberapa kerjasama dengan mitra wicaranya,

termasuk AS Kerjasama antara ASEAN dan AS sendiri bertujuan untuk mengurangi

dampak lingkungan penggunaan energi di kawasan ASEAN.

Rencana Kerja Kerjasama Energi Amerika Serikat-ASEAN 2016-2020

Mengingat ASEAN membutuhkan lebih banyak dukungan dalam pengerahan energi terbarukan

di negara-negara anggotanya, ASEAN bekerja sama dengan AS dalam pembangunan

energi terbarukan. Bahkan, ASEAN dan AS telah bekerja sama dalam masalah energi sejak itu

2006, yang dimulai di bawah Rencana Aksi 2006-2011 untuk Melaksanakan ASEAN

US Enhanced Partnership dan dilanjutkan dengan Plan of Action to Implement 2011-2015

Kemitraan yang Ditingkatkan ASEAN-AS. Karena keduanya Rencana Aksi untuk Diimplementasikan

Kemitraan yang Ditingkatkan ASEAN-AS telah dilakukan, ASEAN dan AS terus berlanjut

kerjasama energi melalui US-ASEAN Energy Cooperation Work Plan 2016-2020.

Kerja sama energi ini memperkuat komitmen kerja sama percepatan

penyebaran teknologi energi bersih di kawasan ASEAN dan untuk mendukung ASEAN

peningkatan kapasitas kelembagaan, secara umum (ASEAN Center for Energy, 2016).

Rencana Kerja Kerjasama Energi AS-ASEAN 2016-2020 memiliki empat bidang utama,

termasuk Efisiensi dan Konservasi Energi, Energi Terbarukan, Sektor Ketenagalistrikan,

Gas Bumi dan Minyak Bumi. Diantara keempat bidang utama tersebut, kerjasama ini mendukung

energi terbarukan sebagai prioritasnya. ASEAN dan AS percaya bahwa energi terbarukan itu benar-benar

penting untuk meningkatkan keragaman pasokan energi dan untuk mengurangi dampak lingkungan

penggunaan energi primer di kawasan ASEAN. Menurut pentingnya terbarukan

energi di ASEAN, kerjasama ini terdiri dari empat kegiatan kerjasama sebagai berikut:

1. Pemodelan Risiko Perubahan Iklim PLTA

Di bawah kerjasama ini, AS dan ASEAN mengadakan Hydropower Climate Risk

Screening framework project yang merupakan alat perencanaan yang mampu menganalisis iklim

risiko terkait untuk setiap pembangkit listrik tenaga air dan memberikan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti kepada

mempertahankan output daya yang stabil dan andal dalam kondisi iklim apa pun. Berdasarkan

proyek ini, US kemudian mengembangkan dan mendistribusikan aplikasi berbasis digital atau berbasis web

alat untuk memfasilitasi pemahaman dan kesadaran akan dampak merugikan dari iklim

perubahan tenaga air di kawasan ASEAN. Apalagi Iklim PLTA

Kerangka Skrining Risiko dapat diperluas untuk mencakup saran-saran spesifik

www.intermesticjournal.fisip.unpad.ac.id. | 37
e-ISSN.2503-443X
Machine Translated by Google

KERJASAMA ASEAN-AS UNTUK ENERGI TERBARUKAN:


RESPON ASEAN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
Dewi Agha Putri

modifikasi terkait desain terhadap aset pembangkit listrik tenaga air berisiko yang dimiliki oleh ASEAN

(Pusat Energi ASEAN, 2016).

2. Pengurangan Risiko Panas Bumi

Melalui kerja sama ini, ASEAN menerima lebih banyak investasi di energi panas bumi

mengingat ASEAN merupakan kawasan dengan potensi terbesar

tenaga panas bumi di dunia. Secara khusus, program ini bertujuan untuk mendukung

dampak transformasional melalui rekomendasi perubahan regulasi

kerangka kerja di negara-negara anggota ASEAN. Selain itu, program ini bekerja dengan Energi

Menteri, Regulator Energi dan Keuangan, bank komersial dan asuransi

perusahaan untuk membuat skema baru untuk berbagi risiko terkait panas bumi

eksplorasi dan pengeboran (Pusat Energi ASEAN, 2016).

3. Energi Terbarukan Off-Grid

Mengingat begitu banyaknya komunitas dan pulau di ASEAN yang ditenagai oleh

listrik yang dihasilkan dari bahan bakar diesel yang mahal dan intensif karbon, melalui ini

kerjasama ASEAN akan mencoba untuk mengurangi ketergantungan pada energi primer dengan

mengembangkan energi terbarukan. Terkait kesediaan ASEAN, AS kemudian membantu

ASEAN dengan kajian sumber daya terbarukan yang melingkupi energi terbarukan

sistem dan integrasi penyimpanan energi terbarukan untuk mengimbangi pembangkitan diesel di

beberapa situs di kawasan ASEAN. Apalagi dalam kerjasama ini, AS juga termasuk

analisis teknis dan ekonomi untuk energi dan energi terbarukan dengan penetrasi tinggi

teknologi yang efisien. Dalam hal ini, AS dapat memberikan teknis kepada ASEAN

bantuan, informasi tentang teknologi yang telah terbukti, panduan dan pelajaran investasi

belajar untuk mendukung energi terbarukan terdistribusi, termasuk namun tidak terbatas pada, tenaga surya,

angin, biogas, dan penyimpanan (ASEAN Center for Energy, 2016).

4. Mobilisasi Keuangan dan Pembangunan Kapasitas

Dalam program ini, ASEAN bekerja sama dengan AS untuk membantu negara-negara anggota ASEAN

menyalurkan pembiayaan untuk investasi energi terbarukan; membangun kapasitas untuk energi terbarukan

proyek energi; mengidentifikasi, menilai, dan mengalokasikan risiko dari proyek terpilih; membuat

kemajuan melalui pengembangan energi terbarukan; dan memastikan akuntansi yang tepat

dan pelaporan kontinjensi untuk proyek yang diusulkan dan diterima (ASEAN Center

untuk Energi, 2016). Singkatnya, program ini bertujuan untuk memastikan bahwa keuangan

mobilisasi untuk investasi energi terbarukan akan berjalan dengan cara yang tepat untuk masing-masing

38 | Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAD


Machine Translated by Google

Intermestik: Journal of International


Studies Volume 3, No.1, November 2018 (29-43) doi:10.24198/intermestic.v3n1.3

negara anggota ASEAN dan cegah korupsi dengan akuntansi dan pelaporan yang tepat.

Dengan program ini, diharapkan ASEAN akan membuat kemajuan yang

bernilai investasi (Pusat Energi ASEAN, 2016).

USAID Clean Power Asia

Selain Rencana Kerja Kerjasama Energi AS-ASEAN 2016-2020, ASEAN juga

bekerja sama dengan AS melalui USAID melalui program “Clean Power Asia”.

Clean Power Asia adalah program di mana AS membantu penggunaan sektor listrik ASEAN

teknologi yang berkelanjutan, efisien, dan inovatif (USAID, 2016). Untuk mencapai ASEAN

target pada tahun 2025 seperti yang tertulis dalam APAEC 2016-2025, ASEAN akan mendapat dukungan dalam

hal investasi dari AS untuk meningkatkan pasokan terbarukan yang terhubung ke jaringan

energi. Selain itu, program ini berfokus pada memasukkan energi terbarukan ke dalam

perencanaan, mempromosikan insentif cerdas, membangun lingkungan yang mendukung untuk energi terbarukan

kebijakan dan kerangka kerja energi dan memobilisasi keuangan (USAID, 2016).

Penegakan USAID Clean Power Asia sebenarnya didasarkan pada kesadaran

bahwa kebutuhan energi di ASEAN diperkirakan akan meningkat di masa mendatang seiring dengan perekonomian

dan pertumbuhan demografis. Menanggapi hal ini, ASEAN mengambil tindakan untuk mendukung rendah

sistem tenaga emisi untuk membuat ASEAN menjadi mandiri dari penggunaan

energi primer atau konvensional dan memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengembangkan energi terbarukan.

Mengingat bahwa penggunaan energi primer berdampak buruk bagi lingkungan,

ASEAN bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi primer dengan bekerja sama dengan AS ASEAN

dan AS bekerja sama dalam program ini untuk mempercepat transisi regional ke titik tertinggi

melakukan, sektor listrik rendah karbon yang akan dicapai melalui daerah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan Perencanaan Sektor Ketenagalistrikan

Area ini berfokus untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas data energi terbarukan dan

alat untuk analisis, termasuk potensi teknis dan ekonomi, zona energi terbarukan

dan studi integrasi jaringan. Berdasarkan hal tersebut, USAID Clean Power Asia bekerja sama

dengan ASEAN untuk menyediakan data sumber daya energi terbarukan yang valid, termasuk matahari, angin,

biomassa, hidro, dan data lainnya, seperti grid, infrastruktur, lingkungan, dan

sistem informasi geografis (SIG). Seperti disebutkan sebelumnya, melalui area ini,

ASEAN dan AS akan bekerja sama untuk menyediakan alat perencanaan energi terbarukan,

www.intermesticjournal.fisip.unpad.ac.id. | 39
e-ISSN.2503-443X
Machine Translated by Google

KERJASAMA ASEAN-AS UNTUK ENERGI TERBARUKAN:


RESPON ASEAN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
Dewi Agha Putri

termasuk namun tidak terbatas pada, perangkat lunak untuk perencanaan sumber daya dan iklim yang terintegrasi

perubahan penilaian mitigasi, alat pengambilan keputusan berbasis web, dan visualisasi GIS

kumpulan data (USAID, 2016).

Selain itu, program ini juga menyediakan perencanaan dan analisis energi terbarukan

yang terbagi menjadi tiga macam, yaitu perencanaan dan analisis energi terbarukan

untuk pemerintah, untuk perencana energi, dan untuk pengembang proyek. Yang terbarukan

perencanaan dan analisis untuk fokus pemerintah pada pengembangan sektor energi dan iklim

mengubah rencana strategi, menganalisis pertanyaan kebijakan termasuk akses energi, pedesaan

elektrifikasi, dan keamanan energi. Perencanaan dan analisis terbarukan untuk energi

perencana fokus pada pendugaan teknis potensi energi terbarukan dan pendukungnya

penetapan target energi terbarukan dan perencanaan skenario. Akhirnya, Yang terbarukan

perencanaan dan analisis untuk pengembang proyek difokuskan untuk mendukung kelayakan proyek

studi dan melakukan pemilihan lokasi untuk pengembangan surya, angin, dan lainnya

teknologi energi terbarukan (USAID, 2016).

2. Membina Kerangka Kebijakan yang Mendukung

Di bidang ini, AS dan ASEAN bekerja sama untuk meningkatkan energi terbarukan yang terhubung ke jaringan

pembangunan dengan menganalisis hambatan dan dampak kebijakan; memfasilitasi pertukaran

pembelajaran dan praktik terbaik, melakukan konsultasi pemangku kepentingan; Dan

mengembangkan program percontohan. Apalagi kegiatan di kawasan ini terbagi menjadi

tiga tema terfokus, yaitu Distributed Photovoltaics, Solar Farms, dan Resource

Komplementaritas. Ketiga tema fokus tersebut akan menerima dukungan teknis untuk

pengembangan atau peningkatan kebijakan dan insentif, serta regulasi dan standar

(USAID, 2016).

3. Mobilisasi Keuangan dan Investasi

Area ini berfokus pada lembaga keuangan pendukung, pengembang, dan lainnya

pemangku kepentingan pengembangan energi terbarukan untuk mengamankan dan mengurangi biaya keuangan

untuk proyek energi terbarukan dengan membantu mengembangkan model bisnis yang inovatif,

mempromosikan dokumentasi standar dan praktik evaluasi dan persetujuan

proses pembiayaan proyek energi terbarukan dan memberikan konsultasi lainnya

layanan (USAID, 2016). Singkatnya, bidang ini berfokus untuk memastikan semua energi terbarukan

proyek-proyek di ASEAN dapat menerima dana pasti. Namun, untuk memastikan pendanaan

40 | Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAD


Machine Translated by Google

Intermestik: Journal of International


Studies Volume 3, No.1, November 2018 (29-43) doi:10.24198/intermestic.v3n1.3

proyek energi terbarukan, proyek harus hemat biaya dan dijalankan berdasarkan

kebijakan dan peraturan yang komprehensif untuk menarik pengembang komersial.

4. Mempromosikan Peningkatan Kolaborasi Regional

Program ini bekerja dengan mitra regional dan internasional untuk berbagi

pengetahuan dan pelajaran (USAID, 2016). ASEAN percaya bahwa bekerja sama dengan

AS dan bekerja dengan mitra regional dan internasional bermanfaat karena membuat

ASEAN menjadi lebih mudah untuk mengembangkan energi terbarukan dengan upaya terkoordinasi dan

berbagi pengetahuan daripada melakukannya sendiri. Singkatnya, ASEAN dan AS bekerja sama

pemangku kepentingan regional dan internasional lainnya yang memiliki sistem atau gagasan yang sama

pengembangan energi terbarukan untuk memudahkan mendapatkan pengetahuan (seperti data terkait

energi terbarukan) dan dukungan lainnya (seperti keahlian, dukungan teknis, dan lain-lain).

Kesimpulan

Fenomena perubahan iklim telah menjadi isu problematis di seluruh dunia, termasuk

di kawasan ASEAN. Perubahan iklim itu sendiri pada dasarnya terjadi karena ulah manusia

kegiatan sehari-hari menggunakan teknologi yang membutuhkan bahan bakar fosil untuk beroperasi. Bahan bakar fosil yang juga

dikenal sebagai energi primer (seperti minyak, gas, batu bara, dan lain-lain) berbahaya karena memiliki

merugikan bagi lingkungan yang kemudian mengancam kelangsungan hidup manusia di

bumi. Energi primer menghasilkan begitu banyak polutan melalui gas rumah kaca (GRK)

yang terlepas ke atmosfer bumi. GRK memiliki kemampuan untuk memerangkap panas dan

energi dari matahari dalam atmosfer bumi, sehingga panas dan energi tidak dapat dilepaskan

kembali ke luar angkasa. Oleh karena itu, suhu bumi meningkat yang kemudian menimbulkan iklim

mengubah.

Perubahan iklim mengancam kawasan ASEAN karena sebagian besar ASEAN

negara adalah negara non-landlock. Dengan cara ini, negara-negara tersebut terancam oleh

naiknya permukaan air laut karena mencairnya es di Kutub Selatan. Apalagi perubahan iklim

juga mengancam karena dapat memunculkan kejadian cuaca ekstrim, kabut lintas batas

disebabkan oleh kebakaran, dan ketahanan pangan yang disebabkan oleh penyebab lingkungan yang tidak stabil. Mempertimbangkan

dampak perubahan iklim, ASEAN sebagai asosiasi yang merangkul negara-negara sekitar

Asia Tenggara memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan dalam menanggapi fenomena tersebut. Di dalam

Dalam hal ini, ASEAN telah melakukan beberapa upaya untuk memerangi perubahan iklim, termasuk mengembangkannya

teknologi terbarukan untuk mengurangi produksi GRK melalui implementasi

www.intermesticjournal.fisip.unpad.ac.id. | 41
e-ISSN.2503-443X
Machine Translated by Google

KERJASAMA ASEAN-AS UNTUK ENERGI TERBARUKAN:


RESPON ASEAN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN IKLIM
Dewi Agha Putri

APAEC 2016-2025. Dalam melakukan upaya tersebut, ASEAN bekerja sama dengan mitra wicaranya,

termasuk Amerika Serikat.

ASEAN dan AS bekerja sama dalam dua jenis kerja sama, yaitu AS

Rencana Kerja Kerjasama Energi ASEAN 2016-2020 dan USAID Clean Power Asia.

Melalui kerja sama tersebut, ASEAN dapat memperoleh manfaat dari dukungan yang diberikan AS

menyediakan dalam hal penilaian, pembangunan kelembagaan, pembangunan kapasitas, investasi,

dukungan teknis, berbagi data, pembuatan kebijakan dan kerangka kerja, dan lain-lain. Ini

kerjasama akan membantu ASEAN untuk mencapai targetnya lebih mudah pada tahun 2025 berdasarkan

APAEC 2026-2025. Dengan cara ini, ASEAN bersedia mengambil tanggung jawab untuk mengamankan

negara anggotanya dari dampak negatif perubahan iklim dengan mempromosikan penggunaan

energi terbarukan.

Referensi

Pusat Energi ASEAN. (2016). Rencana Kerja Kerjasama Energi Amerika Serikat-ASEAN 2016-2020.
Jakarta: Pusat Energi ASEAN.

Pusat Energi ASEAN. (2017). ASEAN-AS Diambil dari www.aseanenergy.org: http://www.aseanenergy.org/


engagements/asean-US/

IRENA & ACE. (2016). Prospek Energi Terbarukan untuk ASEAN: Analisis Remap.
Abu Dhabi; Jakarta: International Renewable Energy Agency (IRENA).

Overland, I., Azlan, L., Charadine, P., Chongkittavorn, K., Eksuriya, C., Estrada, ES, .
. . Perkasa, V. (2017). Dampak Perubahan Iklim pada Urusan Internasional ASEAN:
Pengganda Risiko dan Peluang. Institut Urusan Internasional Norwegia dan Institut Studi
Internasional dan Strategis Myanmar, 1-20.

Institut Kesehatan Masyarakat & Pusat Perubahan Iklim dan Kesehatan. (2016). Perubahan Iklim
101: dasar-dasar ilmu perubahan iklim. 1-10.

Amerika Serikat-Departemen Energi. (2001). Energi Terbarukan: Gambaran Umum. Efisiensi


Energi dan Energi Terbarukan, 1.

KAMU BILANG. (2016). Membina Kerangka Kerja Kebijakan yang Mendukung. Diambil
dari USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org:
http://USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org/what-we-do/fostering-supportive policy-
frameworks/

KAMU BILANG. (2016). Meningkatkan Perencanaan Sektor Tenaga Listrik. Diterima dari
http://USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org: http://
USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org/resource/improving-power-sector planning-factsheet/

42 | Departemen Hubungan Internasional FISIP UNPAD


Machine Translated by Google

Intermestik: Journal of International


Studies Volume 3, No.1, November 2018 (29-43) doi:10.24198/intermestic.v3n1.3

KAMU BILANG. (2016). Misi dan Tujuan. Diambil dari


USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org: http://
USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org/about/mission-objectives/

KAMU BILANG. (2016). Memobilisasi Keuangan dan Investasi. Diambil dari


USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org: http://
USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org/what-we-do/mobilizing-finance and-investment/

KAMU BILANG. (2016). Mempromosikan Kolaborasi Regional yang Disempurnakan. Diterima dari
USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org: http://
USAIDcleanpowerasia.aseanenergy.org/what-we-do/promoting-enhanced regional-collaboration/

KAMU BILANG. (2016, September AgustusU.St). Koneksi AS-ASEAN. Diterima dari


www.USAID.gove: https://www.USAID.gov/asia-regional/fact-sheets/US
koneksi asean

Zamora, CG, & Serikat, AM (2015). Rencana Aksi Kerjasama Energi ASEAN (APAEC) 2016-2025. Jakarta:
Pusat Energi ASEAN.

www.intermesticjournal.fisip.unpad.ac.id. | 43
e-ISSN.2503-443X

Anda mungkin juga menyukai