1. Saputri (11220700000032)
2. Tiara Chantika (11220700000035)
3. Adzkiya Nuha Zahira (11220700000038)
4. Ayu Fatimah (11220700000039)
5. Fatihah Fairuz Zahidah (11220700000221)
Kelas 2C
FAKULTAS PSIKOLOGI
2023
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
PENUTUP ............................................................................................................. 15
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kita masih dapat bernapas hingga
saat ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing kita ke jalan yang lurus.
Dengan taufik dan hidayah dari Allah SWT, kami telah menyelesaikan
makalah yang berjudul “PEMILIHAN PARTISIPAN PENELITIAN, UJI
VALIDITAS, MULTIPLE REGRESSION”. Kami turut mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Diana Mutiah M.Si dan Bapak Moh. Irvan M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah metodologi penelitian.
2. Rekan-rekan kelompok yang sudah bersedia membantu dalam
pengumpulan data dan penyusunan makalah.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa iti pemilihan partisipan penelitian dan metode yang
digunakan dalam menentukam partisipan sesuai dengan penelitian yang
dikaji
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan uji validitas dan kegunaannya
dalam penelitian
3. Dapat menjelaskan apa itu multiple regression dalam penelitian kuantitatif
dan pengukurannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemilihan Partisipan
● Metode Sampling
1. Probability Sampling
Dikatakan teknik probability sampling karena dapat digunakan
menentukan probabilitas partisipan yang akan dipilih dari suatu populasi.
Dengan menggunakan teknik probability sampling, sampel yang didapat
cukup untuk menggambarkan populasi.
a. Random Sampling
Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak atau
sedemikian rupa sehingga semua anggota populasi memiliki tingkat
probabilitas yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel.
b. Systematic Sampling
Systematic sampling atau pengambilan sampel secara sistematis
dilakukan untuk menyeleksi daftar populasi yang akan dimasukkan ke
dalam sampel. Seperti misalnya, ketika memiliki seluruh daftar pekerja
sosial yang berjumlah 600 orang, maka sampel yang bisa diperoleh
adalah sebanyak 100 orang dengan probabilitas satu banding enam.
Akan tetapi, perlu dipastikan bahwa daftar yang dikumpulkan tidak
akan membiaskan sampel.
3
c. Stratified Sampling
Jika pada systematic sampling menggunakan probabilitas satu banding
enam pada seluruh daftar pekerja sosial, maka stratified sampling dapat
digunakan dengan mengelompokkan daftar pekerja sosial.
Pengelompokkan tersebut contohnya bisa berdasarkan pada
pengalaman kerja yang dimiliki, mulai dari pengalaman kerja yang
paling lama hingga pengalaman kerja yang paling sedikit. Dengan
begitu, peneliti dapat secara acak memilih tingkatan pengalaman kerja
yang dimiliki untuk dimasukkan ke dalam sampel. Penggunaan
stratified sampling atau pengambilan sampel stratifikasi dapat
menjamin sampel menggambarkan komposisi numerik populasi
pekerja sosial yang diambil secara acak atau sengaja memilih dari setiap
strata yang ada.
d. Cluster Sampling
Cluster sampling atau pengambilan sampel klaster dilakukan ketika
daftar populasi yang dibutuhkan tidak tersedia. Cluster sampling bisa
dilakukan dengan mengidentifikasi setiap lembaga/klaster yang ada di
suatu wilayah. Peneliti akan memasukkan semua daftar populasi dari
setiap lembaga/klaster ke dalam sampel.
e. Multistage Sampling
Pengambilan sampel klaster sering dilakukan dalam beberapa tahap,
dari klaster yang lebih besar ke klaster yang lebih kecil. Namun, jika
tempat/wilayah yang dipilih untuk melakukan penelitian sangat besar,
maka dapat dilakukan dengan mengidentifikasi daerah pemilihan di
wilayah tersebut sebagai kelompok besar dan secara acak memilih
sejumlah kelompok tersebut. Kemudian, dari setiap klaster wilayah
yang telah dipilih, peneliti akan secara acak memilih sejumlah klaster
yang lebih kecil untuk dimasukkan ke dalam sampel.
4
2. Non-Probability Sampling
Disebut non-probability sampling karena teknik ini tidak mungkin
menentukan probabilitas untuk memilih satu individu. Setiap anggota
dalam suatu populasi tidak dapat dianggap memiliki peluang yang sama
untuk dipilih jika tidak mengetahui probabilitas pemilihan. Hal ini menjadi
penting karena untuk mengetahui apakah sampel yang didapat mungkin
atau tidak untuk mewakili populasi dan hal ini pula dapat memengaruhi
validitas eksternal pada suatu penelitian. Oleh karena itu, non-probability
sampling digunakan bukan untuk menggambarkan populasi, tetapi untuk
menguji prediksi teori atau hipotesis.
a. Convenience Sampling
Convenience sampling adalah pengambilan sampel dengan
pendekatan kepada siapa pun yang ada, contohnya melakukan survey.
Convenience sampling merupakan pengambilan sampel yang paling
umum digunakan dalam prosedur penelitian psikologi. Peneliti
psikologi biasanya mendapatkan sampel dari kelas pengantar
psikologi. Mengapa? Karena nyaman. Kemudian, kerangka sampel
tersebut adalah mahasiswa pengantar psikologi. Akan tetapi, teknik
ini tidak dapat dilakukan pada seluruh penelitian.
b. Quota Sampling
Quota sampling itu sama seperti convenience sampling, namun
tujuannya adalah untuk memilih partisipan dengan karakteristik
tertentu sampai cukup. Ini digunakan ketika peneliti ingin
mendapatkan jumlah yang sama dari beberapa kelompok partisipan
dalam sampel.
c. Referral Sampling
Jika populasi yang diinginkan sulit untuk ditemukan, maka ketika
peneliti telah menemukan individu, peneliti dapat memintanya untuk
merujuk orang lain kepada tersebut. Referral sampling juga biasa
disebut sebagai snowball sampling karena salah satu partisipan
5
memberitahu temannya, dan temannya memberitahu temannya,
begitu pula seterusnya.
6
B. Uji Validitas
Jenis-Jenis Validitas
1. Validitas muka
7
sebagai persyaratan beberapa lowongan pekerjaan, padahal mungkin kita merasa
bahwa tes kemampuan numerik tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang
akan kita ambil. Sehingga kita perlu menjelaskan kepada para kandidar bagaimana
tes terkait dengan pekerjaan yang dapat membantu kita meningkatkan validitas
muka, sehingga tes ini akan jauh lebih mudah diterima karena sesuai dengan tujuan
penilaian. Validitas muka tidak bersifat objektif secara ilmiah, melainkan hanya
bersifat subjektif semata sehingga hanya dapat digunakan sebagai permulaan
penilaian.
2. Validitas Konstruk
Adalah kesesuaian antara hasil pengukuran alat ukur dengan konsep teoritis
tentang variabel yang akan diteliti. Peneliti biasanya memeriksa validitas kosntruk
dengan melihat apakah ukuran tertentu berhubungan sebagaimana mestinya dengan
ukuran lain. Terdiri dari dua jenis yaitu:
a. Validitas konvergen, merujuk kepada derajat kesesuaian antara antribut
hasil pengukuran alat ukur dan konsep-konsep teoritis yang menjelaskan
keberadaan atribut-atribut dari variabel tersebut. Contohnya adalah
kecemasan pada seseorang ditandai dengan denyut jantung cepat, tangan
berkeringat, dan gerak mondar-mandir. Maka sebuah alat ukur
kecemasan bersifat konvergen apabila berkorelasi dengan bukti tersebut.
b. Validitas diskriminan, merujuk kepada derajat ketidaksesuaian antara
atribut-atribut yang seharusnya diukur oleh alat ukur dan konsep-konsep
teoritis tentang variabel tersebut. Contohnya adalah jika menurut teori
kecemasan tidak ditunjukan dengan tingginya tingkat kebotakan kepala,
maka pengukuran dengan validitas diskriminan tidak berkorelasi dengan
tingkat kebotakan kepala.
3. Validitas Kriteria
Saat kita melakukan tes, kita ingin memberi tahu bahwa tes berguna bagi
seorang individu. Biasanya dalam tes seleksi, apakah partisipan akan tampil
maksimal dalam penyeleksian. Contohnya adalah dengan memberi pertanyaan ”apa
8
definisi sukses dalam karir menurutmu?”. Meskipun seseorang dapat menjelaskan
definisi sukses menurutnya dengan sangat jelas, tetapi apakah penjelasannya
merupakan pengukuran sukses yang akurat?
Validitas kriteria adalah cara untuk mengukur antara skor tes dengan hasil
pengukuran. Validitas kriteria membedakan peserta dengan jenis perilaku tertentu.
Hal yang paling umum digunakannya pengukuran hasil adalah performa kerja yang
biasanya dievaluasi oleh manajer. Kemudian peringkat kerja dapat dikorelasikan
secara statistik dengan skor tes untuk menentukan kuatnya hubungan tes dengan
pengukuran hasil. Perlu diingat bahwa hasil pengukuran yang baik harus bersifat
reliabel, objektif, dan valid.
Merujuk kepada kesesuaian antara hasil pengukuran sebuah alat ukur dengan
alat ukur ideal tentang variabel yang diteliti. Terbagi menjadi dua jenis:
a. Validitas sewaktu, merujuk kepada kesesuaian hasil pengukuran antara
suatu alat ukur dan alat ukur ideal pada waktu yang sama.
b. Validitas prediktif, merujuk kepada kesesuaian antara hasil pengukuran
alat ukur sekarang dan hasil pengukuran di masa mendatang.
9
Contohnya adalah kita ingin mengukur besar pengaruh antara minat dan bakat
terhadap prestasi belajar. Maka minat adalah variabel independen pertama dan
bakat adalah variabel independen kedua. Sementara variabel terikatnya adalah
prestasi belajar yang diberikan pengaruh oleh kedua variabel bebas.
Regresi berganda adalah regresi yang menggunakan lebih dari satu variabel
bebas, jika hanya menggunakan satu variabel bebas maka disebut regresi linear
sederhana. Ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara dua
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Contohnya adalah pada kasus
mengukur besar pengaruh antara minat dan bakat terhadap prestasi belajar, maka
kita menggunakan persamaan regresi berganda untuk mencari tahu apakah minat
dan bakat berpengaruh terhadap prestasi? Lalu seberapa signifikan hubungan antara
ketiganya?
Kinerja karyawan = 2.79 x 0.17 (nilai tes) + 1.29(IPK) + 0.85 (motivasi kerja)
+ 0,04 (kekuatan fisik).
10
1. Y adalah variabel terikat atau DV, DV pada kasus ini adalah kinerja
karyawan
2. a adalah konstanta, ditemukan di sini bahwa konstanta berjumlah 2.79
3. b1x1, b adalah koefisien. b1x1 berarti koefisien dari variabel IV pertama.
Variabel IV pertama adalah nilai tes dengan jumlah koefisien 0.17,
4. b2x2 berarti koefisien dari variabel IV kedua. Variabel IV kedua adalah IPK
dengan jumlah koefisien 1.29.
5. b3x3 berarti koefisien dari variabel IV ketiga. Variabel IV ketiga adalah
motIVasi kerja dengan jumlah koefisien 0.85.
6. b4x4 berarti koefisien dari variabel IV keempat. Variebel IV keempat
adalah kekuatan fisik dengan jumlah koefisien 0.04.
Dari persamaan di atas, diketahui bahwa nilai koefisien IPK adalah yang
paling besar dengan jumlah 1.29. Sehingga besarnya IPK adalah yang paling
banyak memengaruhi kinerja karyawan.
Y = b0 + b1xI
Prestasi = b0 + minat
11
Setelah itu, kita akan memeriksa korelasi parsial X3 (motivasi) dengan minat
terdahap prestasi. Jika korelasi X3 adalah yang paling tinggi, maka X3 atau
motivasi dimasukkan ke dalam persamaan. Setelah itu dilakukan pula uji F, yaitu
untuk mengukur pengaruh antara seluruh IV terhadap DV. Jika setelah dilakukan
uji F ternyata X3 tidak nyata, maka tidak dimasukkan pada persamaan. Namun
setelah uji F lalu hasilnya X3 nyata, maka variabel X3 dimasukan dalam
persamaaan.
Y = b0 + b1xI + b3x3
12
Y : Prestasi
X1 : Minat
X2 : Bakat
X3 : Motivasi
Lalu kita akan mencari tahu apakah variabel moderasi (lingkungan belajar)
sigmifikan memoderasi X1, X2, X3 terhadap Y secara simultan.
Setelah itu dicarilah variabel interaksi, yaitu pengaruh suatu variabel yang
tergantung pada variabel lain. Akan dicari tahu apakah lingkungan belajar
signifikan posisinya sebagai moderator. Variabel interaksi adalah perkalian antara
variabel bebas dengan variabel moderator. Sehingga jika menggunakan tiga IV,
maka akan ada tiga variabel interaksi.
Minat (X1)
Motivasi X3
Minat (X1)
Bakat (X2)
Prestasi
Motivasi (X3)
Lingkungan
Belajar (M)
13
3. Tahap ketiga adalah dengan menambahkan variabel interaksi 1 (perkalian
X1 dengan M), variabel interaksi 2 (perkalian X2 dengan M), dan variabel
interaksi 3 (perkalian X3 dengan M) ke model kedua.
Minat (X1)
Bakat (X2)
Motivasi (X3)
Lingkungan
Prestasi
Belajar (M)
Int (X1 * M)
Int (X2 * M)
Int (X3 * M)
Dalam regsresi moderasi, kita akan melihat apakah dalam model 1, 2, dan 3
ada penambahan jumlah R-square (besar pengaruh seluruh IV terhadap DV). Jika
ada perubahan R-Square dan signifikan, maka kesimpulannya lingkungan sekolah
signifikan sebagai variabel moderator. Variabel interaksi menawarkan kekuatan
tambahan terhadap variabel dependen.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16