Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN SKRIPSI

PENGEMBANGAN TES TTMC MODIFIKASI BERBASIS HOTS UNTUK


MENGUKUR CRITICAL THINKING SISWA SMP PADA MATERI SPLDV

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai Salah Satu Prasyarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Matematika

Oleh :
FIFI FAUZIA RISTU
201810060311141

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
LEMBAR
PERSETUJUAN

SIDANG SKRIPSI

JUDUL :

PENGEMBANGAN TES TTMC MODIFIKASI BERBASIS HOTS UNTUK


MENGUKUR CRITICAL THINKING SISWA SMP PADA MATERI SPLDV

Oleh :

FIFI FAUZIA RISTU

NIM : 201810060311141

Telah memenuhi persyaratan untuk dipertahankan di

depan Dewan Penguji, dan disetujui pada tanggal 27 Juni

2022

Menyetujui :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

Dr. M. Syaifuddin, M.M Anis Farida Jamil, M.Pd

2
3
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul :


PENGEMBANGAN TES TTMC MODIFIKASI BERBASIS HOTS UNTUK
MENGUKUR CRITICAL THINKING SISWA SMP PADA MATERI SPLDV

Oleh :
FIFI FAUZIA RISTU
NIM : 201810060311141
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji dan
diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika, disyahkan
pada tanggal .....
Mengesahkan :
Dekan FKIP – UMM

Dr. Trisakti Handayani, M.M

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Dr. M. Syaifuddin, M.M .........................

2. Anis Farida Jamil, M.Pd .........................

3. .........................

4. .........................

4
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Fifi Fauzia Ristu

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 11 Januari 2000

NIM : 201810060311136

Fak/Prodi : FKIP/Pendidikan Matematika

Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya, bahwa:

1. Skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes TTMC Berbasis HOTS Untuk


Mengukur Critical Thinking Siswa SMP Pada Materi SPLDV ” adalah hasil
karya saya sendiri, dan didalamnya tidak terdapat karya ilmiah orang lain
dalam bentuk apapun, kecuali kutipan yang disebutkan sumbernya.
2. Apabila ternyata naskah ini terbukti ada unsur - unsur plagiasi, maka saya
bersedia diproses secara hukum, serta skripsi dan gelar akademik dibatalkan.
3. Skripsi ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan hak bebas royalty
non-ekslusif.

Malang, 1 Juli 2022


Yang menyatakan,

Fifi Fauzia Ristu


NIM : 201810060311141

5
6
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
math.umm.ac.id | math@umm.ac.id

Lembar Hasil Deteksi Persentase Similarity


(Kesamaan) Karya Ilmiah
Mahasiswa

Lembar Hasil Deteksi Plagiasi ini menyatakan bahwa

mahasiswa: Nama : FIFI FAUZIA RISTU

NIM : 201810060311141

Telah melalui cek kesamaan Karya Ilmiah (Skripsi) Mahasiswa dengan hasil
sebagai berikut:

Bagian Skripsi Persentase Kesamaan


Pendahuluan 7%
Kajian Pustaka 24%
Metode Penelitian 21%
Hasil dan Pembahasan 4%
Kesimpulan dan Saran 2%

Dengan ini disimpulkan bahwa hasil deteksi plagiasi telah memenuhi syarat
ketentuan yang diatur pada Peraturan Rektor No. 2 Tahun 2017.

Malan
g, 1
Juli
2022
Tim

7
Deteks
i

Winda Yuanita, S.Pd

8
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan keapda Allah Subhanahu wa
ta`ala karena berkat limpahan rahmat dan kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Pengembangan Tes TTMC
Modifikasi Berbasis HOTS Untuk Mengukur Critical Thinking Siswa SMP Pada
Materi SPLDV” ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Tugas Akhir Skripsi, sekaligus diajukan sebagai salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Malang.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas keridhoan Allah
Subhanahu wa ta`ala dan juga kerja sama, bimbingan serta bantuan dari semua
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. M. Syaifuddin, M.M dan Ibu Anis Farida Jamil, M.Pd selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dengan baik dalam
penyusunan karya tulis ini.
2. Keluarga saya, terutama Ibu yang selalu memberikan dukungan dan
nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
3. Sahabat-sahabat saya yang mendukung dan membantu serta menemani
saya dalam proses pengerjaan karya tulis ini.

Dengan Segenap kerendahan hati, penulis menyampaikan banyak terima


kasih. Penulis juga menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran semua pihak yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Malang, 1 Juli 2022


Yang menyatakan,

9
Fifi Fauzia Ristu

10
RINGKASAN
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk
mengembangkan tes TTMC (Two Tier Multiple Choice) modifikasi berbasis
HOTS untuk mengukur critical thinking siswa SMP pada materi SPLDV (Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel). Subjek penelitian adalah siswa SMP kelas VIII
di kota Malang sebanyak 60 siswa. Sumber data didapat dari hasil pengerjaan tes
TTMC Modifikasi siswa. Penelitian ini mengangkat pengembangan tes dari model
Borg & Gall (1983) dan dilakukan hanya sampai pada tahap ketujuh yang
meliputi tahapan sebagai berikut : (1) riset dan pengumpulan data, (2)
perencanaan, (3) mengembangkan produk awal, (4) uji coba, (5) revisi produk
utama, (6) pengujian produk utama, dan (7) revisi produk operational. Tes yang
dikembangkan memiliki kriteria valid, reliable, memiliki daya beda yang baik,
memiliki tingkat kesukaran soal yang sedang untuk 2 soal dan mudah untuk 3
soal, serta memiliki efektifitas distraktor yang baik, kurang, dan buruk. Pada
kemampuan berpikir kritis, terdapat 65% siswa dengan kategori sangat baik, 23%
berkategori baik, 5% berkategori cukup, dan 7% siswa berkategori kurang.

Kata kunci : tes TTMC, tes TTMC Modifikasi, Critical Thinking, SPLDV

11
DAFTAR ISI

12
DAFTAR TABEL

13
LAMPIRAN

14
PENDAHULUAN
Matematika adalah bahasa simbol dan bahasa numerik yang abstrak dan
deduktif, matematika merupakan metode untuk berpikir logis yang mempelajari
bentuk, struktur dan hubungan pola (Nur, 2013). Matematika lebih menegaskan
pada kegiatan hasil observasi atau penelitian atau percobaan matematika yag
berhubungan dengan proses, idea, dan pemikiran logis (Amir, 2014).
Pembelajaran matematika harus terus dikembangkan dan didorong untuk
meningkat karena ini merupakan tuntutan agar kemampuan manusia semakin
meningkat, agar manusia lebih kreatif dan menerapkan matematika sebagai ilmu
dasar (Kesumawati, 2008).
Kemanfaatan belajar ilmu matematika ditunjukkan dengan adanya
pemahaman tentang apa yang dipahami atau tidak dipahami oleh siswa mengenai
fenomena, konsep, hubungan antar konsep dan langkah matematika (Mawaddah
& Anisah, 2015). Menurut Siswono (2016) matematika mempunyai peran bukan
hanya untuk nilai pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan siswa namun
juga sebagai nilai pendidikan kepribadian siswa, termasuk untuk mendorong
siswa berpikir kritis. Pembelajaran matematikan menekankan pada kemampuan
daya pikir siswa yang didalamnya terdapat keterampilan berpikir siswa
(khususnya berpikir kritis) supaya bisa menyelesaikan soal dalam pembelajaran
matematika yang materinya mengarah pada sifat yang abstrak (Yasinta et al.,
2020). Menurut Pratiwi, dkk (2019), Sumber Daya Manusia pada abad ke 21 ini
dituntut untuk bisa menguasai 3 kemampuan dasar yang penting yaitu
kemampuan untuk berpikir kritis, kemampuan untuk berpikir kreatif dan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah. Untuk mengikuti perkembangan
jaman dan perkembangan teknologi dengan segala tuntutannya, siswa diharapkan
mampu untuk bisa memenuhi 3 kemampuan tersebut
Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan
siswa dalam kegiatan belajar matematika yang manfaatnya untuk membantu siswa
dalam menentukan penyelesaian masalah matematika, hal ini karena tujuan
berpikir kritis adalah agar siswa bisa merumuskan, mengenali masalah,
menganalisis masalah, dan merencanakan penyelesaian masalah (Sarimanah,
2017). Menurut Haryani (2011) berpikir kritis merupakan proses yang bermaksud

15
untuk membuat keputusan logis dan meyakinkan atau memutuskan untuk
melakukan suatu tindakan. Berpikir kritis merupakan langkah yang sistematis,
aktif, dan teliti. Berpikir kritis dapat dilihat sebagai kemampuan siswa berpikir
untuk membandingkan beberapa informasi yang saling dikaitkan (informasi baru
dan informasi yang baru didapat) (Siswono, 2016).
Kemampuan berpikir kritis merupakan proses kognitif siswa dalam
menjabarkan dan menelaah secara sistematis permasalahan, memahami masalah
tersebut dengan teliti, dan merencanakan cara menyelesaikan permasalahan
(Azizah et al., 2018). Berdasarkan Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 memperlihatkan bahwa nilai matematika
siswa di Indonesia ada diperingkat ke 45 dari 50 negara. Berdasarkan hasil
tersebut, diperlukan gagasan-gagasan baru untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Menurut Fay (2018) untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa, guru harus mengarahkan siswa untuk berpikir dan
menemukan solusi dari suatu permasalahan, jadi guru jangan memberikan solusi
langsung pada masalah yang disajikan kepada siswa. Sedangkan menurut
Achrarya (2018) untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, guru
harus membuat langkah-langkah berpikir secara spesifik dengan langkah pertama
yaitu bertanya secara dasar, membangun kemampuan siswa dalam menyimpulkan,
mengamati, menggabungkan informasi baru dan informasi yang sudah didapatkan
sebelumnya, lalu mengevaluasi keterampilan.
Menurut Yasinta, dkk (2020) hanya sedikit sekolah yang mendorong siswa
untuk berpikir kritis karena banyak sekolah malah memberikan jawaban yang
benar daripada mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru atau
menganalisis kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada. Kemudian Yasinta juga
menambahkan bahwa akibatnya banyak sekolah meluluskan siswa yang berpikir
secara sempit, hanya memahami permukaan permasalahan, bukan siswa yang
berpikir dengan dalam dan luas. Menurut Ramafhan, dkk (2018) kemampuan
berpikir kritis sangatlah penting bagi siswa dalam menganalisis atau mengamati
permasalahan yang ditemukanna. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis akan
mudah dalam menyelesaikan permasalahan.

16
Menurut Musafak (2021) salah satu materi yang membutuhkan
kemampuan berpikir kritis adalah materi sistem persamaan linier dua variabel
(SPLDV). Ditambahkan juga oleh Musafak bahwa materi SPLDV dapat
diharapkan untuk memotivasi peserta didik berprestasi dan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Maya, dkk (2019) berpikir kritis adalah
proses siswa memilah dan membedakan untuk selanjutnya dikaitkan dengan
permasalahan, jadi materi SPLDV sangatlah sesuai untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Anita (2021) materi SPLDV efektif dalam mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa dengan menggunakan indikator interpretation, analysis,
evaluation, dan inference. Dengan penelitian yang serupa Hidayat, dkk (2019)
menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya banyak siswa tidak dapat menjawab
permasalahan materi SPLDV karena siswa tidak terbiasa dan terlatih untuk
membuat sebuah kalimat atau permodelan matematika, serta siswa tidak dapat
menggunakan metode yang sesuai sengan permasalahan tersebut. Ketika
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan matei SPLDV, siswa dapat
menggunakan langkah penyelesaian masalah dengan proses berpikir kritis yaitu
pengenalan, analisis, evaluasi, dan alternatif penyelesaian (Ambarawati et al.,
2014)
Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika, dibutuhkan soal yang dapat mendorong siswa untuk
memaksimalkan kemampuan siswa dan salah satunya adalah dengan pengunaan
soal HOTS (High Order Thinking Skill). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Azizah (2018) melalui kegiatan siswa menyelesaikan soal HOTS,
dapat diketahui kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa. Pada penelitian
serupa yang dilakukan oleh Saraswati dan Agustika (2020) pengamatan terhadap
dalam kendala dalam menyelesaikan soal HOTS siswa kebanyakan mengalami
kesulitan dalam membuat kalimat matematika. Kesulitan lain yang dialami siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika juga disebabkan karena siswa jarang
mengerjakan soal kontekstual dalam bentuk soal cerita, sehingga siswa belum bisa
menemukan langkah yang tepat dalam menyelesaikan soal. Pokok dari soal
berbentuk uraian adalah tujuan soal dibuat untuk mendorong siswa menyusun

17
jawabannya sendiri dan mendorong siswa untuk berpikir kritis. Hasil pengamatan
tersebut menunjukkan bahwa dengan mengerjakan soal HOTS, kemampuan
berpikir kritis siwa dapat diukur.
Sama dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tajudin dan Chinnappan
(2016) pada penelitiannya, fungsi dari penggunaan soal HOTS lebih efesien
dalam peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam hal penyelesaian soal atau
masalah. HOTS berperan penting dalam penyelesaian masalah dan pemahaman
matematis. Annuuru, dkk (2017) menerangkan bahwa HOTS adalah kemampuan
untuk menyatuka suatu informasi dan gagasan dalam proses mengamati,
mengevaluasi hingga sampai langkah mencipta dengan memberikan penilaian
terhadap suatu informasi yang dipelajari atau menciptakan dari hal yang sudah
dipelajari sebelumnya. Sedangkan pendapat menurut Budiarta, dkk (2018) HOTS
diartikan sebagai kemampuan berpikir kompleks yang terdiri dari menjabarkan
materi, mengkritisi dan menyelesaikan permasalahan.
Maka disimpulkan oleh Saraswati dan Agustika (2020) bahwa HOTS
dapat diartikan merupakan kemampuan yang menggabungkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan permasalahan. Seseorang dengan
kemampuan berpikir kritis harus bisa menganalisis, menghubungkan,
menjabarkan dan mengartikan sebuah permasalahan untuk mendapatkan solusi
atau gagasan baru. Kemudian dtambahkan lagi oleh Saraswati dan Agustika
bahwa soal HOTS adalah soal yang memuat ranah kognitif C4 sampai C6, itu
berarti kemampuan berpikir kritis seseorang dapat diukur dengan menggunakan
soal HOTS.
Laksono (2019) menyatakan bahwa instrumen yang dipakai di sekolah
lebih banyak mencakup ranah kognitif C2, C2, dan C3 atau masuk dalam kategori
LOTS yang termuat dalam Taksonomi Bloom, ini menerangkan bahwa masih
kurangnya pemakaian soal tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
dan dibutuhkannya pengembangan soal tes yang bisa digunakan guru untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa melalui penilaian dan evaluasi yang
lebih terperinci. Instrumen penilaian yang dibuat dengan baik dan sesuai dengan
tingkatan kemampuan berpikir dapat meningkatkan daya pikir siswa, khususnya
dalam berpikir kritis (Amalia & Susilaningsih, 2014). Tes yang mengarah pada

18
kemampuan berpikir kritis dan berguna untuk mendorong siswa memiliki
keterampilan ini adalah tes TTMC.
Instrumen tes TTMC (Two Tier Multiple Choice) sama dengan bentuk soal
pilihan ganda biasanya namun sesuai dengan namanya, tes TTMC ini memiliki
dua tingkatan pertanyaan yang saling berkaitan. Tujuan adanya dua tingkatan
pertanyaan ini untuk mendorong peserta didik agar berpikir kritis. Pertanyaan
pada tingkat pertama ini digunakan untuk menguji pengetahuan siswa, dan pada
pertanyaan tingkat kedua ini digunakan untuk mendorong siswa agar berpikir
lebih kritis untuk memberikan alasan yang tepat dari pilihan jawaban pada
tingkatan pertama. Instrumen pertanyaan bertingkat ini membuat guru lebih
gampang untuk menilai tingkat pemikiran siswa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan soal pilihan ganda konvensional (Shidiq, 2015). Instrumen tes ini sesuai
dengan indikator yang akan diteliti yaitu kemampuan berpikir kritis siswa dan
juga sesuai dengan pertanyaan yang memuat ranah kognitif C4 hingga C6. Selain
itu, pada penelitian ini, instrument TTMC dimodifikasi dengan tes berupa uraian
yang akan lebih mempermudah peneliti dalam mengetahui kemampuan berpikir
kritis siswa. Soal uraian adalah soal dengan jawaban berupa uraian tertulis yang
jawabannya mendorong siswa untuk membentuk ide atau memberikan
gagasannya sendiri. Tes uraian menuntut kemampuan siswa untuk
mengemukakan, menyusun, dan memadukan gagasan-gagasan yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri secara jelas dan
terstruktur, sehingga dengan menggunakan tes uraian dapat mengukur
kemampuan (Wulandari, 2021). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Pradana, dll
(2017) bahwa pada penlitiannya, ia juga berhasil mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa menggunakan soal berbentuk uraian pada materi optik geometri.
Menurut Damayanti, dkk (2018) dalam penelitiannya salah satu alternatif
modified multiple choice yang ia gunakan untuk mengukur keterampilan berpikir
kritis siswa adalah bentuk TTMC question (pilihan ganda bertingkat) dengan cara
mengubah pola soal dan mengembangkan serta melakukan penyesuaian soal.
Salah satu tes objektif yang efektif untuk mengukur kemampuan berpikir berpikir
kritis siswa yaitu dengan tes two-tier multiple choice (Ramadhan et al., 2018).
Pada penelitian Ramadhan, dkk (2018) ia menggunakan tes TTMC untuk

19
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada materi konsep dan fenomena
kuantum. Mengenai ini juga diutarakan oleh Nofiana, dkk (2014) jika pada
penelitiannya menggunakan instrumen penilaian TTMC untuk menilai
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kingdom plantae.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kontruksi soal Tes TTMC (Two Tier Multiple
Choice), mengetahui Validitas dan reliabilitas dari tes TTMC berbasis HOTS
untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, dan untuk mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa melalui pengerjaan soal HOTS dengan
menggunakan instrumen TTMC.

20
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skill)
Berpikir kritis adalah inti dari pendidikan tersier, dan juga merupakan
fokus utama dari pendidikan di sekolah. Secara khusus, mengembangkan
kemampuan membaca dan membaca kritis sangat penting bagi siswa (Wilson,
2016). Kemampuan berpikir kritis merupakan proses mental, strategi, dan
representasi yang digunakan orang untuk memecahkan masalah, membuat
keputusan, dan mempelajari konsep baru (Robert & Price, 1986). Menurut
Sarimanah (2017) proses awal dalam berpikir kritis adalah fokus untuk
memahami atau mengidentifikasi permasalahan, kemudian merangkai pendapat-
pendapat atau pengetahuan yang sudah didapat untuk menarik sebuah kesimpulan,
mencari bukti yang memperkuat alasan dari kesimpulan yang sudah dibuat. Jika
kesimpilan yang dikemukakan sudah tepat, maka alasan yang diberikan harus kuat
dan sesuai dengan kesimpulan yang dibuat. Sedangkan menurut Arifin (2017)
berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan atau berpedoman dan reflektif
dengan menekankan kesimpulan atau keputusan yang dipercayai.
Indikator dari kemampuan berpikir kritis dapat dihasilkan dari kegiatan
kritis siswa antara lain : (1) mengambil informasi yang jelas dari setiap informasi
(2) mencari alasan yang tepat dari pengambilan informasi (3) mencari informasi
yang tepat (4) menggunakan sumber yang terpercaya dan mencantumkannya (5)
mengamati situasi secara menyeluruh (6) tetap beracuan pada informasi utama (7)
mendasarkan pada kepentingan yang sebenarnya (8) berfikir terbuka (9)
melakukan aksi ketika sudah ada bukti dan alasan mendasar yang cukup (10)
mencari penjelasan dan informasi dari berbagai sumber sebanyak mungkin dan
(11) bersikap teratur, terperinci dan sistematis (Arifin, 2017).
Kemudian (Arifin, 2017) menambahkan lagi bahwa kemampuan berpikir
kritis meliputi : (1) siswa bisa menganalisis pendapat yang disajikam (2) siswa
mampu mengetahui inti permasalahan (3) siswa bisa mengetahui akibat dari suatu
keputusan yang diambil, (4) siswa bisa mengetahui adanya bayangan berdasarkan
pada sudut pandang yang berbeda, (5) siswa bisa mengetahi teori atau dasar yang
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan (6) siswa mampu memberikan
kesimpulan dengan pendapatnya yang sesuai.

21
Menurut Ratna dan Salimi (2017) pembelajaran yang memacu siswa untuk
berpikir kritis memiliki ciri yang meliputi : (1) Meningkatkan hubungan
komunikasi di antara para siswa sebagai pembelajar, (2) dengan memberikan
kegiatan tanya jawab, (3) memberikan kesempatan dan waktu yang cukup kepada
siswa untuk menyimpulkan dan memahami pertanyaan yang diberikan atau
permasalahan yang diberikan, (4) mengajar untuk memberikan pengalaman baru
bagi siswa.
Indikator berpikir kritis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
merujuk pada indikator menurut Anita (2021): (1) interpretation yaitu bisa
memahami apa yang ditanyakan soal dengan jelas dan tepat, (2) analysis yaitu
menghubungkan menghubungkan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan
soal, (3) evaluation yaitu bisa menyelesaikan soal, dan (4) explanation yaitu
memberikan alasan yang tepat tentang kesimpulan yang diambil.
Berdasarkan hasil kajian diatas maka indikator yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1 :Level Kognitif dan Indikator Berpikir Kritis
Level kognitif Indikator Definisi
Berpikir Kritis
C4 Interpretation Dapat memahami apa yang ditanyakan soal
(menganalisis, dengan jelas dan tepat
membedakan,
mengorganisasi,
mengartibusi) Analysis Dapat menghubungkan konsep-konsep yang
digunakan dalam menyelesaikan soal
C5 Evaluation Dapat menyelesaikan soal dan memberikan
(mengevaluasi, kesimpulan
memeriksa,
mengkritik)
Explanation Memberikan alasan yang tepat tentang
kesimpulan yang diambil

B. HOTS (Higher Order Thinking Skills)


Menurut taksonomi Bloom hasil revisi Anderson (2001), keterampilan
berpikir pada ranah kognitif terbagi menjadi enam tingkatan yaitu dan
dikualifikasikan menjadi dua bagian yaitu yang pertama adalah Lower Order
Thinking Skills (LOTS) dan yang kedua merupakan kategori Higher Order
Thinking Skills (HOTS) :
Tabel 2. Pengkategorian Taksonomi Bloom

22
C1 Mengingat
C2 Memahami LOTS
C3 Mengaplikasikan
C4 Menganalisis
C5 Mengevaluasi HOTS
C6 Mencipta/ Mengkreasi

Soal HOTS dapat diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda, essai dan
lain-lainnya (Yusuf & Widyaningsih, 2018). Ditambahkan lagi oleh Yusuf dan
Widyaningsih bahwa soal HOTS yang meliputi kategori menganalisis, menilai,
dan mengkreasi memiliki hubungan satu sama lain terutama dalam
mengembangkan keterampilan berpikir.
Menurut Fanani (2018) terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang bisa
dipakaiuntuk menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian
PISA), sebagai berikut:
Tabel 3 : Alternatif Bentuk Soal HOTS
Bentuk Soal Deskripsi

Pilihan Ganda Soal jenis ini menyajikan soal dan pilihan jawabannya.
Pilihan jawaban terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh
(distractor). Kunci jawaban adalah jawaban yang paling
tepat. Distractor adalah jawaban yang tidak tepat, tapi
hampir sama dengan jawaban tepat.
Pilihan ganda Soal dengan beberapa pernyataan yang berhubungan
kompleks dengan bacaan, kemudian siswa diminta untuk memilih
benar/salah atau ya/tidak. Pernyataan tersebut berhubungan
satu sama lain. Susunan pernyataan benar dan pernyataan
salah dibentuk secara acak, tidak sistematis mengikuti pola
tertentu
Isian singkat atau Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang
melengkapi soal mendorong siswa untuk mengisi jawaban yang singkat
dengan cara mengisi kata, angka, atau symbol

Uraian Soal yang jawabannya mendorong siswa untuk membentuk


ide atau memberikan ide tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis.

Dalam penelitian ini jenis soal yang digunakan adalah soal pilihan ganda
yang dikombinasikan dengan soal berbentuk uraian, pilihan ganda yang dimaksud
adalah jenis soal yang menyajikan pertanyaan atau soal dan pilihan jawabannya.
Pilihan jawaban ini terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci
jawaban adalah jawaban yang paling tepat. Distractor adalah jawaban yang tidak

23
tepat, namun hampir sama dengan jawaban tepat. Dan uraian yang dimaksud
adalah soal dengan jawaban berupa uraian tertulis yang jawabannya mendorong
siswa untuk membentuk ide atau memberikan gagasannya sendiri.
C. SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua Variabel) Kontekstual
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) adalah materi
matematika kelas 8 SMP sederajat pada semester ganjil. Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel (SPLDV) merupakan suatu hubungan yang bentuknya aljabar
dengan dua variabel dan keduanya hanya memiliki pangkat satu. Disebut dengan
Sistem Persamaan Linear karena bentuk persamaan ini apabila digambarkan
dengan menggunakan grafik maka grafiknya akan membentuk sebuah garis lurus
(linear) (Muawwana, 2015). Kemudian Muawwana juga menambahkan bagian-
bagian dalam SPLDV yaitu terdapat variabel yang merupakan pengganti dari
sebuah nilai atau angka yang biasanya disimbolkan dengan sebuah huruf,
koefisien yang merupakan bilangan yang menyatakan banyaknya variabel sejenis,
konstanta yang merupakan bilangan tunggal tanpa variabel jadi nilainya tetap
(konstan), dan suku yang merupakan sebuah bagian dari bentuk aljabar yang
terdiri atas variabel dan koefisien atau bentuknya hanya konstanta yang tiap suku
dipisah oleh operasi penjumlahan.
Dalam materi SPLDV soal yang sering muncul adalah soal dalam bentuk
cerita atau kontekstual (Agustini & Pujiastuti, 2017). Materi SPLDV (Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel) diharapkan bisa meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan motivasi berprestasi siswa (Musafak, 2021). Saat
menyelesaikan permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan materi
SPLDV, siswa bisa memakai langkah pemecahan masalah yang salah satunya
dijelaskan oleh White tentang proses berpikir kritis. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh White ada 4 tahap dalam penyelesaian masalah dengan proses berpikir kritis
yaitu pengenalan (recognition), analisis (analysis), evaluasi (evaluation), dan
alternatif penyelesaian (thinking about alternatives) (Ambarawati et al., 2014).
Menurut Musafak (2021) SPLDV adalah salah satu materi dalam pelajaran
matematika yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis dan mendorong siswa
untuk berpikir kritis.
D. TTMC (Two Tier Multiple Choice) Modifikasi

24
Menurut Shidiq (2015) TTMC (Two Tier Multiple Choice) merupakan tes
yang diberikan untuk mendorong siswa untuk mempunyai keterampilan berpikir.
Ia juga menambahkan bahwa TTMC terdiri atas dua tingkat pertanyaan yang
saling berhubungan. Tujuan adanya dua tingkatan pertanyaan adalah untuk
memotivasi siswa agar berpikir kritis dan mempunyai kemampuan bernalar.
Pertanyaan pada tingkat pertama biasanya berhubungan dengan informasi tentang
pengetahuan, dan pertanyaan pada tingkat kedua ini bertujuan agar siswa kritis
untuk memberikan alasan yang tepat dari pilihan jawaban pada tingkatan pertama.
Instrumen pertanyaan bertingkat ini membuat guru lebih mudah untuk menilai
tingkat pemikiran siswa yang lebih tinggi dibandingkan dengan soal pilihan ganda
konvensional. Instrumen penilaian TTMC terdiri atas dua tingkatan soal pilihan
ganda pada setiap nomornya dan bentuk pertanyaannya yang lebih kompleks dari
pertanyaan pilihan ganda satu tingkat (Adodo, 2013). Sependapat dengan Shidiq
(2015), Laksono (2019) menjelaskan bahwa soal tingkat yang pertama di TTMC
ini akan mendorong siswa untuk memahami soal atau permasalahan yang
diberikan. Lalu menganalisis dan memperoleh kesimpulan dengan memilih salah
satu jawaban yang telah diberikan. Pada soal tingkat kedua, diberikan beberapa
pilihan pernyataan yang menguatkan alasan atas jawaban dari soal tingkat
pertama. Tingkat ini bisa menilai serta mengukur pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa. Soal Two Tier Multiple Choice question bertujuan untuk mendorong siswa
meningkatkan kemampuan berpikir yang tidak hanya sekedar menghapal
(Damayanti et al., 2018). Menurut Nofiana, dkk (2014) TTMC question (pilihan
ganda bertingkat) adalah suatu alternatif modified multiple choice yang bisa
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis.
TTMC yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda yang
terdapat 2 tingkatan pertanyaan yang dimodifikasi dengan penambahan soal
berbentuk uraian atau essay. Soal uraian adalah soal dengan jawaban berupa
uraian tertulis yang jawabannya mendorong siswa untuk membentuk ide atau
memberikan gagasannya sendiri. Tes uraian menuntut kemampuan siswa untuk
mengemukakan, menyusun, dan memadukan gagasan-gagasan yang telah
dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri secara jelas dan
terstruktur, sehingga dengan menggunakan tes uraian dapat mengukur

25
kemampuan (Wulandari, 2021). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Pradana, dkk
(2017) bahwa pada penlitiannya, ia juga berhasil mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa menggunakan soal berbentuk uraian pada materi optik geometri.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Adnyani, dkk (2018) bahwa pada
penelitiannya, ia menggunakan soal berbentuk uraian untuk mengetahui
kemampuan berpikir menggunakan model learning cycle.
Seperti dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Damayanti
(2018) yang menggunakan tes TTMC dengan model soal bertingkat yaitu soal
yang terdiri atas dua tingkatan soal, pada tingkat pertama adalah isi soal yang
memiliki empat pilihan jawaban dan soal tingkat kedua adalah alasan jawaban
yang sudah dipilih atas dasar pilihan pertama. Soal tingkat pertama menggunakan
soal dengan indikator HOTS (Higher Order Thinking Skill) yaitu menganalisis
(C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta/mengkreasi (C6) (Anderson, 2001) yang
terdiri dari empat alternalif jawaban singkat. Kemudian soal tingkatan kedua
merupakan alasan siswa memilih jawaban tersebut yang terdiri dari empat
alternatif jawaban juga dengan bentuk kalimat yang mendukung jawaban pertama
yang siswa pilih. Penelitian ini menggunakan soal berbasis HOTS untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
Tujuan dari berpikir kritis adalah agar siswa bisa membuat atau
merumuskan, mengidentifikasi, menafsirkan dan merencanakan penyelesaian
masalah (Sarimanah, 2017). Materi yang akan digunakan dalam tes TTMC pada
penelitian ini adalah SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua Variabel). Menurut
Maya, dkk (2019) berpikir kritis adalah proses siswa memilah dan membedakan
untuk selanjutnya dikaitkan dengan permasalahan, jadi materi SPLDV sangatlah
sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis.. Pada
penelititian ini, peneliti menyajikan lima soal tes TTMC berbasis HOTS dengan
materi SPLDV. Soal utama berupa soal cerita yang selanjutnya akan dianalisis
oleh siswa bagaimana bentuk kalimat matematikanya dengan mengubah subjek
pada cerita menjadi variabel, koefisien dan konstanta sesuai bentuk SPLDV. Soal
akan memuat pertanyaan mengenai nilai salah satu variabel. Pilihan jawaban pada
soal tingkat satu merupakan jawaban singkat berupa angka atau bilangan riil. Pada
soal tingkat kedua akan memperjelas pemahaman siswa dengan memuat pilihan

26
jawaban yang merupakan alasan siswa melilih jawaban pada soal tingkat pertama.
Contoh soalnya adalah sebagai berikut :
Bu Sri dan Pak Samsul sedang menpersiapkan hadiah untuk lomba 17 Agustus
dengan membeli berbagai keperluan di toko alat tulis yang sama. Di toko A,
Bu Sri membeli 15 pensil dan 18 buku tulis dengan membayar sebesar
Rp120.000,00, kemudian pak Samsul membeli 20 pensil dan 12 buku tulis
dengan membayar sebesar Rp100.000,00. Karena masih membutuhkannya lagi,
bu Sri membeli lagi 7 pensil dan 10 buku tulis dengan harga Rp61.000,00 dan
pak Samsul membeli lagi 8 pensil dan 9 buku tulis dengan harga Rp60.000,00
di toko buku B. Pernyataan berikut yang tepat yaitu …
a. Harga satuan buku di toko A lebih murah dari harga satuan buku di toko
B
b. Harga satuan buku di toko B lebih mahal dari harga satuan buku di toko
A
c. Harga satuan pensil di toko B lebih mahal dari harga satuan pensil di toko
A
d. Harga satuan pensil di toko A lebih mahal dari harga satuan pensil di
toko B
Alasan yang sesuai dengan pilihan tersebut adalah …
a. Karena harga buku di toko A adalah Rp.4000 dan harga buku di toko B
adalah Rp.5.000
b. Karena harga buku di toko A adalah Rp.5000 dan harga buku di toko B
adalah Rp.4000
c. Karena harga pensil di toko A adalah Rp.3000 dan harga pensil di toko B
adalah Rp.2000
d. Karena harga pensil di toko A adalah Rp.2000 dan harga pensil di toko B
adalah Rp.3000

27
METODE PENELITIAN
Pengembangan intrumen TTMC berbasis HOTS untuk mengukur critical
thinking siswa SMP pada materi SPLDV diatas tergolong penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan (reasearch and development), yaitu pengembangan tes TTMC
(Two Tier Multiple Choice). Berdasarkan uraian tersebut, maka prosedur
penelitian yang digunakan adalah prosedur penelitian yang dimodifikasi dari
model pengembangan Borg & Gall (1983) dan dilakukan hanya sampai pada
tahap ketujuh. Tahapan penelitian dan pengembangan ini meliputi :
1. Research and information collecting atau riset dan pengumpulan informasi,
yang dilakukan yaitu mengenali pemasalahan yang ada di lapangan (SMPN 8
Malang) yaitu belum adanya tes yang mendorong siswa untuk berpikir krittis
, analisis jenis soal yang digunakan guru dalam tes.
2. Planning atau perencanaan, yang dilakukan yaitu menentukan indikator
kemampuan berpikir kritis dan indikator soal tes TTMC berbasis HOTS
dengan materi SPLDV kontekstual
3. Develop preliminary from of product atau mengembangkan produk awal,
yang dilakukan antara lain menyiapkan membuat kisi-kisi soal dan
mengembangkan produk awal tes TTMC dengan memperhatikan tingkat
kesukaran soal, daya beda soal, dan penggunaan distractor untuk mengecoh
siswa dalam menentukan jawaban benar.
4. Preliminary field testing atau uji coba, soal tes TTMC Modifikasi yang
disusun akan divalidasi oleh dosen pendidikan matematika dan guru SMPN 8
Malang, dan uji skala tes TTMC terbatas kepada 27 orang siswa untuk uji
skala kecil.
5. Main product revision atau revisi produk utama, yang dilakukan yaitu
perbaikan sesuai dengan saran-saran dari hasil preliminary field testing.
6. Main field testing atau pengujian produk utama dilapangan, yang dilakukan
yaitu menguji produk pengembangan tes TTMC dalam skala lebih luas pada
60 orang siswa di SMPN 8 Malang untuk melihat validitas dan reliabilitas.
7. Operational product revision atau revisi produk operational, yang dilakukan
yaitu revisi produk berdasarkan saran-saran dari hasil main field testing. Hasil

28
tahap operational product revision adalah produk final soal tes two-tier
multiple choice question.
Luaran penelitian ini adalah terdiri dari beberapa hal berikut, antara lain :
1. Konstruksi soal
Penelitian ini akan menghasilkan konstruksi soal TTMC ( Two Tier Multipe
Choice) yaitu soal pilihan ganda bertingkat berbasis HOTS ( High Order
Thinking Skill) pada materi SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua Variable).
2. Validitas soal
Penelitian ini akan menghasilkan validitas soal. Tujuan dari uji validitas soal
ini adalah untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu intrumen tes. Uji
validitas soal dilakukan dengan menggunakan hasil tes siswa. Uji validitas
menggunakan aplikasi SPSS.
Tabel 4 : Indeks Validitas Instrumen
Nilai Pearson Correlation (r Hitung) Kategori
r Hitung > r Tabel ( N =60) Valid
r Hitung < r Tabel ( N =60) Tidak Valid
3. Reliabilitas soal
Penelitian ini akan menghasilkan reliabilitas soal. Tujuan dari uji reliabilitas
soal ini adalah untuk mengukur suatu instrumen tes yang merupakan
indikator dari peubah atau konstruk. Suatu instrument tes dikatakan reliabel
jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Uji reliabilitas soal dilakukan dengan menggunakan hasil tes
siswa. Uji realiabilitas menggunakan aplikasi SPSS.
Tabel 5 : Indeks Reliabilitas Instrumen
Nilai Cronbach’s Alpha Kategori
Cronbach’s Apha > r Tabel Reliabel
( N =60)
Cronbach’s Apha < r Tabel Tidak Reliabel
( N =60)

4. Kemampuan berpikir kritis


Penelitian ini akan menghasilkan bagimana kemampuan berpikir kritis siswa
yang diukur dengan menggunakan soal TTMC berbasis HOTS pada materi
SPLDV dengan menggunakan rubrik penilaian sebagai berikut:

29
Tabel 6 : Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Nilai
M M M M 20
M M M TM 15
M M TM TM 10
M TM TM TM 5
TM TM TM TM 0
M M TM M 10
TM TM TM M 0
M M TM M 10
Dengan :
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instrumen yaitu soal tes
TTMC berbasis HOTS pada materi SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua
Variabel) yang disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kritis dan
lembar validasi soal tes. Penyusunan soal tes berbentuk soal pilihan ganda
dua tingkat dengan maksud memudahkan peneliti mengetahui kemampuan
berpikir kritis siswa. Data hasil tes dikategorikan berdasarkan persentase
ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis pada kemunculan jawaban
peserta didik. Menurut permendikbud nomor 53 tahun 2015 tentang pedoman
penilaian pengkategorian hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 7: Pengkategorian Siswa Berdasarkan Kemampuan Critical
Thinking
Interval Kategori
¿ 56 Kurang
56−71 Cukup
72−87 Baik
88−100 Sangat baik
Sumber : Permendikbud nomor 53 tahun 2015
5. Karakteristik soal
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik soal tes TTMC
berdasarkan indikator HOTS yang dapat dilihat dari tingkat kesukaran soal,
daya beda soal, dan efektivitas distraktor untuk mengecoh siswa dalam
menentukan jawaban benar. Penilaian yang dilakukan untuk mengukur
karakteristik soal ini dihitung menggunakan rubric penilaian sebagai berikut :

30
Tabel 8 : Rubrik Penilaian Karakteristik Soal
Pertanyaan Tingkat 1 Pertanyaan Tingkat 2 Nilai

Benar Benar 1
Benar Salah 0
Salah Benar 0
Salah Salah 0
Pengukuran karakteristik soal ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi
excel. Menurut Riyani,dkk (2017)untuk mengetahui tingkat kesukaran soal,
daya beda soal, dan efektifitas distraktor maka caranya adalah sebagai
berikut:
 Kesukaran soal
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Untuk mengetahui
tingkat kesukaran soal dapat dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
B
TK =
JS
Dengan :
TK : Indeks kesukaran soal
B : Jumlah siswa yang ,menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah peserta tes
Dan dengan kategori sebagai berikut :
Tabel 9. Kategori Kesukaran Soal
Indeks Kesukaran Soal Interpretasi
P < 0,30 Sukar
0,30 < P < 0,70 Sedang
P > 0,70 Mudah
 Daya beda soal
Besarnya indeks daya beda soal antara (-1,00) sampai 1,00. Untuk
mengetahui daya beda soal dapat dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
D=P A −P B
BA BB
= −
J A JB
Dengan :
D : Daya beda atau discriminatory power

31
P A : Proporsi kelompok atas yang dapat menjawab soal dengan benar
PB : Proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab soal dengan benar
B A : Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
J A : Jumlah siswa yang ada dalam kelompok atas
BB : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
J B : Jumlah siswa yang ada dalam kelompok bawah
Dan dengan kategori sebagai berikut :
Tabel 10. Kategori Daya Beda Soal
Indeks daya beda soal Interpretasi
D<0 Sangat buruk
0 ≤ D < 0,20 Buruk
0,20 ≤ D < 0,40 Sedang
0,40 ≤ D < 0,70 Baik
0,70 ≤ D < 1,00 Sangat baik

 Efektivitas distraktor
Sebuah pilihan jawaban dikatakan memiliki efektivitas distraktor yang
baik jika :
- Paling sedikit dipilih 5% peserta tes
- Kelompok siswa dengan kategori bawah memilih lebih banyak dari
pada kelompok siswa dengan kategori atas
- Jawaban kosong tidak lebih dari 10%
Untuk mengetahui efektivitas distraktor dapat dengan menggunakan
software ITEMAN dengan memperhatikan pada hasil prop.
Dan dengan kategori sebagai berikut :
Tabel 11. Kategori Efektivitas Distraktor
Indeks Efektifitas Distraktor Kategori
D ≥ 5% Baik (BI)
5% > D > 0 Kurang (K)
D=0 Buruk (BK)

32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini akan menghasilkan luaran berupa soal TTMC (Two Tier
Multiple Choice) Modifikasi untuk siswa SMP pada materi SPLDV. Selain itu,
penelitian ini juga menghasilkan analisis kemampuan berpikir kritis siswa yang
diperoleh dari hasil tes menggunakan soal TTMC Modifikasi. Penelitian ini
menggunakan model pengembangan Borg & Gall (1983) dan dilakukan hanya
sampai pada tahap ketujuh. Tahapan penelitian dan pengembangan ini meliputi :
1. Research and informating collecting atau riset dan pengumpulan
informasi, yang dilakukan adalah dengan mengenali permasalahan yang ada
yaitu belum adanya tes yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritis
siswa. Tahapan ini dilakukan dengan wawancara guru matematika kelas 8 di
SMPN 8 Malang mengenai jenis tes apa saja yang biasa digunakan oleh guru
dan seberapa efektifkah tes tersebut untuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis. Dan diketahui bahwa guru menggunakan tes pilihan ganda dan essai
untuk mengukur kemampuan siswa. Pilihan ganda yang digunakan adalah
pilihan ganda satu tingkat yang hanya memuat pertanyaan tentang kesimpulan
dari jawaban yang ditemukan. Menurut guru, penggunaan tes ini kurang
efektif dalam mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, seperti siswa
belum bisa menentukan kesimpulan yang tepat dari jawaban dan menentukan
alasan pemilihan kesimpulan. Dengan menggunakan tes TTMC, kemampuan
berpikir kritis siswa dapat diukur dengan lebih maksimal. Karena pada tes
TTMC, terdapat dua tingkatan pertanyaan yang saling berkaitan dan
menuntut siswa agar dapat menghubungkan konsep dan memberikan alasan
atas pemilihan jawaban.
2. Planning atau perencanaan, tahap awal yang dilakukan untuk
pengembangan TTMC Modifikasi terdiri dari penentuan indikator
kemampuan berpikir kritis yaitu Interpretation (siswa memahami apa yang
ditanyakan pada soal dengan jelas dan tepat), Analysis (siswa dapat
menghubungkan konsep-konsep yang digunakan dalam menyelesaikan soal),
Evaluation (siswa dapat menyelesaikan soal dan memberi kesimpulan
berdasarkan penyelesaiannya), dan Explanation (siswa dapat memberikan

33
alasan yang tepat mengenai kesimpulan yang diambil). Kemudian peneliti
juga menentukan karakteristik dari soal HOTS, yaitu terdiri dari kemampuan
kognitif yang terdapat pada C4 (menganalisis, membedakan, mengorganisasi,
dan mengartibusi) dan pada C5 (mengevaluasi, memeriksa, dan mengkritik).
Yang terakhir pada tahapan ini, peneliti menentukan karakteristik dari tes
TTMC Modifikasi yang terdiri dari pertanyaan pilihan ganda tingkat pertama
yang menyajikan pertanyaan berupa kesimpulan dari jawaban yang
ditemukan, pertanyaan pilihan ganda tingkat kedua yang menyajikan
pertanyaan berupa alasan yang tepat dari pemilihan jawaban pada pertanyaan
tingkat pertama, dan pertanyaan uraian yang menyajikan perintah untuk
menguraikan cara pengerjaan soal tersebut untuk mengetahui konsep-konsep
yang digunakan siswa dalam mengerjakan soal. Produk awal yang
dikembangkan merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Garam (2021) yang dikembangkan dengan menggunakan materi SPLDV
mata pelajaran matematika dengan soal berbasis HOTS yang meliputi level
kognitif C4 dan C5.

Perhatikan reaksi berikut ini!


CH3COONa(aq) ↔ CH3COO-(aq) +.Na+ (aq) CH3COO-
(aq) + H2O(l) ↔CH3COOH. + OH- Na+ (aq) + H2O(l) ↛
tidak bereaksi.
Dari. reaksi di atas, maka dapat diketahui sifat dari
CH3COONa adalah ....
a. Asam
b. Basa
c. Netral
d. Tergantung harga Ka dan Kb
Alasan jawaban....
a. Karena kationnya terhidrolisis menghasilkan ion H+
b. Karena. Kationnya. terhidrolisis menghasilkan ion OH-
c. Karena. anionnya. terhidrolisis menghasilkan ion H+.
d. Karena. anionnya. terhidrolisis menghasilkan ion OH-
3. Develop preliminary from of product atau mengembangkan produk awal,
yang dilakukan adalah membuat kisi-kisi soal materi Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel yaitu sebagai berikut :

34
Tabel 12. Kisi-kisi Soal
KD Indikator Indikator Soal Level Bentuk Nomer
Kognitif Tes Tes
3.5 Menganalisis, Disajikan soal cerita C5 Pilihan 1
Menyelesai membedakan, dengan model system ganda
kan mengevaluasi, persamaan linier dua dan
masalah menghubungkan variabel, diketahui uraian
yang konsep dan persamaan dalam soal,
berkaitan penyelesaiannya siswa diharuskan
dengan yang dikaitkan menentukan nilai
sistem dengan masalah masing-masing variabel
persamaan kontekstual kemudian mencari nilai
linear dua persamaan baru,
variabel menentukan pernyataan
yang benar dan alasan
dari pemilihan jawaban.
3.5 Menganalisis, Disajikan tabel nilai dari C5 Pilihan 2
Menyelesai membedakan, masing-masing variabel, ganda
kan mengevaluasi, siswa diharusnkan dan
masalah menghubungkan mengubah soal cerita ke uraian
yang konsep dan model persamaan
berkaitan penyelesaiannya mencari nilai persamaan
dengan yang dikaitkan baru dan menentukan
sistem dengan masalah pernyataan yang benar
persamaan kontekstual dan alasan dari
linear dua pemilihan jawaban.
variabel

3.5 Menganalisis, Disajikan soal cerita C5 Pilihan 3


Menyelesai membedakan, dengan model system ganda
kan mengevaluasi, persamaan linier dua dan
masalah menghubungkan variabel, diketahui nilai uraian
yang konsep dan masing-masing variabel
berkaitan penyelesaiannya dan persamaannya tanpa
dengan yang dikaitkan nilai koefisien. Siswa
sistem dengan masalah diharuskan mencari nilai
persamaan kontekstual koefisien dari masing-
linear dua masing variable dan
variabel menentukan pernyataan
yang benar dan alasan
dari pemilihan jawaban.
3.5 Menganalisis, Disajikan soal cerita C5 Pilihan 4
Menyelesai membedakan, dengan model system ganda
kan mengevaluasi, persamaan linier dua dan
masalah menghubungkan variabel, diketahui uraian
yang konsep dan persamaan dalam soal,
berkaitan penyelesaiannya siswa diharuskan
dengan yang dikaitkan menentukan nilai
sistem dengan masalah masing-masing variabel
persamaan kontekstual kemudian mencari nilai

35
linear dua 5persamaan baru dan
variabel menentukan pernyataan
yang benar dan alasan
dari pemilihan jawaban.
3.5 Menganalisis, Disajikan soal cerita C5 Pilihan 5
Menyelesai membedakan, dengan model system ganda
kan mengevaluasi, persamaan linier dua dan
masalah menghubungkan variabel, diketahui nilai uraian
yang konsep dan persamaan awal dan
berkaitan penyelesaiannya nilai variabel awal,
dengan yang dikaitkan siswa diharuskan
sistem dengan masalah mencari nilai persamaan
persamaan kontekstual akhir, selisih antara nilai
linear dua persamaan awal dan
variabel akhir, serta menentukan
pernyataan yang benar
dan alasan dari
pemilihan jawaban.
Berikut pembuatan produk awal tes TTMC Modifikasi dengan rincian soal:
1) Bu Sri dan Pak Samsul sedang menyiapkan hadiah untuk lomba Perayaan
Hari Kemerdekaan dengan membeli hadiah di toko buku yang sama. Di toko
A, Bu Sri membeli 18 buku tulis dan 15 pensil dengan harga Rp120.000,00,
sedangkan pak Samsul membeli 12 buku tulis dan 20 pensil dengan harga
Rp100.000,00. Karena masih kekurangan, bu Sri membeli lagi 10 buku tulis
dan 7 pensil dengan membayar Rp61.000,00 dan pak Samsul membeli lagi 9
buku tulis dan 8 pensil dengan harga Rp60.000,00 di toko buku B. Pernyataan
berikut yang benar adalah …
a. Harga sebuah buku di toko A lebih murah dari harga sebuah buku di
toko B
b. Harga sebuah buku di toko B lebih mahal dari harga sebuah buku di
toko A
c. Harga sebuah pensil di toko B lebih mahal dari harga sebuah pensil di
toko A
d. Harga sebuah pensil di toko A lebih mahal dari harga sebuah pensil di
toko B
Alasan yang sesuai dengan pilihan tersebut adalah …
a. Karena harga buku di toko A adalah Rp.4000 dan harga buku di toko B
adalah Rp.5.000
b. Karena harga buku di toko A adalah Rp.5000 dan harga buku di toko B
adalah Rp.4000
c. Karena harga pensil di toko A adalah Rp.3000 dan harga pensil di toko B
adalah Rp.2000
d. Karena harga pensil di toko A adalah Rp.2000 dan harga pensil di toko B
adalah Rp.3000
Uraikan ...

4. Preliminary field testing atau uji coba, yang dilakukan adalah validasi soal
atau instrument tes kepada dosen pendidikan matematika Universitas

36
Muhammadiyah Malang dan guru matematika SMPN 8 Malang. Selanjutnya
adalah melakukan uji coba tes yang diberikan kepada 27 siswa, dengan hasil
uji coba sebagai berikut :
 Uji Validitas menggunakan SPSS
Data yang diperoleh berdasarkan tes diuji validitasnya menggunakan
aplikasi SPSS. Validitas ini dilakukan dengan menginput data hasil tes 27
siswa yang sudah diberi skor untuk masing-masing soal dan total dari nilai
siswa pada masing-masing soal. Berikut hasil uji validitas menggunakan
SPPS pada 27 siswa :
Tabel 13. Uji Validitas Preliminary field testing
NOMER PEARSON r TABEL KRITERIA
SOAL CORRELATION PEARSON
1 0.713 0.487 VALID
2 0.599 0.487 VALID
3 0.749 0.487 VALID
4 0.660 0.487 VALID
5 0.658 0.487 VALID
Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan bahwa nilai r hitung dari lima soal
yang disajikan lebih besar dari nilai r tabel, maka soal-soal tersebut
memenuhi kriteria valid.
 Uji Reliabilitas menggunakan SPSS
Data yang diperoleh berdasarkan tes diuji reliabilitasnya menggunakan
aplikasi SPSS. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menginput data hasil
tes 27 siswa yang sudah diberi skor untuk masing-masing soal dan total
dari nilai siswa pada masing-masing soal. Berikut hasil uji reliabilitas
menggunakan SPPS pada 27 siswa :
Tabel 14. Uji Reliabilitas Preliminary field testing
N OF ITEMS CRONBACH’S r TABEL KRITERIA
ALPHA PEARSON
5 0.689 0.487 RELIABEL
Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan bahwa nilai cronbach’s Alpha
dari lima soal yang disajikan lebih besar dari nilai r tabel, maka soal-soal
tersebut memenuhi kriteria reliable dengan kategori tinggi.
 Tingkat Kesukaran Soal
Untuk mengetahui indeks kesukaran dari masing-masing soal dibutuhkan
data jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar dan jumlah

37
keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Setelah kedua data tersebut
diperoleh maka indeks kesukaran dapat dihasilkan dari jumlah siswa yang
menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes. Berikut
data indeks kesukaran pada uji coba dari masing-masing soal :
Tabel 15. Tingkat Kesukaran Soal Preliminary field testing
KATEGORI ITEM JUMLAH PRESENTASE
KESUKARAN SOAL
Sukar 3 1 20%
Sedang 2,5 2 40%
Mudah 1,4 2 40%
Berdasarkan tabel 15, maka dapat disimpulkan bahwa soal tes yang
diberikan kepada siswa memiliki tingkat kesukaran yang berkategori
bervariasi yaitu 2 soal mudah, 2 soal sedang, dan 1 soal sukar.
 Daya Beda Soal
Untuk mengetahui daya beda dari masing-masing soal dibutuhkan data
berupa proporsi kelompok atas yang menjawab soal dengan benar dan
proporsi kelas bawah yang menjawab soal dengan benar. Proporsi ini
didapatkan dari banyaknya siswa pada kelompok tersebut yang menjawab
benar dibagi dengan jumlah siswa pada kelompok. Berikut data daya beda
pada uji coba dari masing-masing soal:
Tabel 16. Daya Beda Soal Preliminary field testing
KATEGORI DAYA ITEM JUMLAH PRESENTASE
BEDA SOAL
Sangat buruk - 0 0%
Buruk - 0 0%
Sedang 1,4 2 40%
Baik 2,3,5 3 60%
Sangat baik - 0 0%
Berdasarkan tabel 16, maka dapat disimpulkan bahwa soal tes yang
diberikan kepada siswa memiliki daya beda soal yang sedang dan baik.
 Efektifitas Distraktor Menggunakan ITEMAN
Untuk mengetahui indeks efektifitas distraktor dari masing-masing soal
dibutuhkan data pilihan jawaban siswa dan kunci jawaban. Kemudian
dilakukan analisis menngunakan software ITEMAN dengan
memperhatikan nilai prop pada output. Berikut data indeks efektifitas
distraktor dari masing-masing soal:

38
39
Tabel 17. Efektifitas Distraktor Preliminary field testing
TINGKAT PERTAMA
Pilihan Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
A 3,8% 0% 96,2%* 92,3%* 3,8%
Kategori Kurang Buruk Baik * Baik * Kurang
B 0% 0% 0% 7,7% 0%
Kategori Buruk Buruk Buruk Baik Buruk
C 92,3%* 0% 0% 0% 92,3%*
Kategori Baik * Buruk Buruk Buruk Baik *
D 3,8% 100% * 3,8% 0% 3,8%
Kategori Kurang Baik * Kurang Buruk Kurang
TINGKAT KEDUA
Pilihan Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
A 0% 0% 0% 7,7% 100%*
Kategori Buruk Buruk Buruk Baik Baik *
B 0% 0% 96,2%* 92,3%* 0%
Kategori Buruk Buruk Baik * Baik * Buruk
C 3,8% 96%* 3,8% 0% 0%
Kategori Kurang Baik * Kurang Buruk Buruk
D 96,2* 4% 0% 0% 0%
Kategori Baik * Kurang Buruk Buruk Buruk
Keterangan :
*: kunci jawaban atau jawaban yang benar
Berdasarkan tabel 17, maka dapat disimpulkan bahwa soal tes yang
diberikan kepada siswa memiliki efektifitas distraktor yang kurang dan
buruk, hanya 2 pilihan jawaban dengan kategori baik.
 Kemapuan Berpikir Kritis
Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dapat diperoleh dari
menjumlahkan keseluruhan poin yang didapat dari penilaian menggunakan
masing-masing indikator yang terpenuhi atau tidak, kemudian dijumlah.
Berikut data kemampuan berpikir kritis 27 siswa pada uji coba :
Tabel 18. Rata-rata skor
ITEM Jumlah Skor Siswa Banyaknya Rata-Rata Skor Tiap
siswa Soal (maks 20)
Soal 1 495 18,3
Soal 2 465 17,2
Soal 3 410 27 15,1
Soal 4 485 17,9
Soal 5 460 17,03
TOTAL SKOR SISWA (1-5) : 2315 RATA-RATA SKOR SISWA : 2315/27
: 85,7

40
Tabel 19. Kemampuan Berpikir Kritis Siwa Preliminary field testing
KATEGORI KEMAMPUAN JUMLAH SISWA PRESENTASE
BERPIKIR KRITIS
Sangat Baik 16 59%
Baik 7 26%
Cukup 3 11%
Kurang 1 4%
Berdasarkan tabel 19 dapat disimpulkan bahwa, siswa memiliki
kemampuan berpikir kritis yang sudah baik, hanya sebagian kecil siswa
saja yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang.
5. Main product revision atau revisi produk utama, yang dilakukan adalah
melakukan evaluasi berdasarkan hasil preliminary field testing. Hasil dari
tahapan preliminary field testing, soal tes TTMC Modifikasi sudah siap
digunakan dengan sedikit revisi yaitu memperbaiki penulisan soal yang
kurang tepat dan lebih menyesuaikan harga-harga yang tercantum pada soal
dengan harga sebenarnya. Kemudian soal tes sudah terbukti valid dan
reliable. Maka soal tes dapat digunakan untuk tahapan selanjutnya.
6. Main field testing atau pengujian produk utama dilapangan, yang
dilakukan yaitu menguji produk pengembangan tes TTMC Modifikasi dalam
skala lebih luas pada 60 orang siswa di SMPN 8 Malang untuk melihat
validitas, reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, daya beda soal, dan
efektifitas penggunaan distraktor dengan hasil analisis uji pengembangan
sebagai berikut :
 Uji Validitas menggunakan SPSS
Data yang diperoleh berdasarkan tes diuji validitasnya menggunakan
aplikasi SPSS. Validitas ini dilakukan dengan menginput data hasil tes 60
siswa yang sudah diberi skor untuk masing-masing soal dan total dari nilai
siswa pada masing-masing soal. Berikut hasil uji validitas menggunakan
SPPS pada 60 siswa :

41
Tabel 20. Uji Validitas Main field testing
NOMER PEARSON r TABEL KRITERIA
SOAL CORRELATION PEARSON
1 0.766 0.330 VALID
2 0.544 0.330 VALID
3 0.579 0.330 VALID
4 0.784 0.330 VALID
5 0.707 0.330 VALID
Berdasarkan tabel 20 dapat disimpulkan bahwa nilai r hitung dari lima soal
yang disajikan lebih besar dari nilai r tabel, maka soal-soal tersebut
memenuhi kriteria valid.
 Uji Reliabilitas menggunakan SPSS
Data yang diperoleh berdasarkan tes diuji reliabilitasnya menggunakan
aplikasi SPSS. Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menginput data hasil
tes 60 siswa yang sudah diberi skor untuk masing-masing soal dan total
dari nilai siswa pada masing-masing soal. Berikut hasil uji reliabilitas
menggunakan SPPS pada 60 siswa :
Tabel 21. Uji Reliabilitas Main field testing
N OF ITEMS CRONBACH’S r TABEL KRITERIA
ALPHA PEARSON
5 0.711 0.330 RELIABEL
Berdasarkan tabel 21 dapat disimpulkan bahwa nilai cronbach’s Alpha
dari lima soal yang disajikan lebih besar dari nilai r tabel, maka soal-soal
tersebut memenuhi kriteria reliable dengan kategori tinggi.
 Tingkat Kesukaran Soal
Untuk mengetahui indeks kesukaran dari masing-masing soal dibutuhkan
data jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar dan jumlah
keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Setelah kedua data tersebut
diperoleh maka indeks kesukaran dapat dihasilkan dari jumlah siswa yang
menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes. Berikut
data indeks kesukaran dari masing-masing soal :
Tabel 22. Tingkat Kesukaran Soal Main field testing
KATEGORI ITEM JUMLAH PRESENTASE
KESUKARAN SOAL
Sukar - 0 0%
Sedang 3,5 2 40%

42
Mudah 1,2,4 3 60%
Berdasarkan tabel 22, maka dapat disimpulkan bahwa soal tes yang
diberikan kepada siswa memiliki tingkat kesukaran yang berkategori
sedang dan mudah.
 Daya Beda Soal
Untuk mengetahui daya beda dari masing-masing soal dibutuhkan data
berupa proporsi kelompok atas yang menjawab soal dengan benar dan
proporsi kelas bawah yang menjawab soal dengan benar. Proporsi ini
didapatkan dari banyaknya siswa pada kelompok tersebut yang menjawab
benar dibagi dengan jumlah siswa pada kelompok. Berikut data daya beda
dari masing-masing soal:
Tabel 23. Daya Beda Soal Main field testing
KATEGORI DAYA ITEM JUMLAH PRESENTASE
BEDA SOAL
Sangat buruk - 0 0%
Buruk - 0 0%
Sedang - 0 0%
Baik 1,2,3,4,5 5 100%
Sangat baik - 0 0%
Berdasarkan tabel 23, maka dapat disimpulkan bahwa soal tes yang
diberikan kepada siswa memiliki daya beda soal yang baik.
 Efektifitas Distraktor Menggunakan ITEMAN
Untuk mengetahui indeks efektifitas distraktor dari masing-masing soal
dibutuhkan data pilihan jawaban siswa dan kunci jawaban. Kemudian
dilakukan analisis menngunakan software ITEMAN dengan
memperhatikan nilai prop pada output. Berikut data indeks efektifitas
distraktor dari masing- masing soal:

Tabel 24. Efektifitas Distraktor Main field testing


TINGKAT PERTAMA
Pilihan Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
A 0% 1,7% 100% 98,3%* 0%
Kategori Buruk Kurang Baik * Baik * Buruk
B 1,7% 0% 0% 1,7% 0%
Kategori Kurang Buruk Buruk Kurang Buruk
C 95%* 0% 0% 0% 100%*
Kategori Baik * Buruk Buruk Buruk Baik *
D 3,3% 98,3% * 0% 0% 0%

43
Kategori Kurang Baik * Buruk Buruk Buruk
TINGKAT KEDUA
Pilihan Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
A 0% 0% 1,7% 5% 96,7%*
Kategori Buruk Buruk Kurang Baik Baik *
B 5,1% 1,7% 96,7%* 95%* 0%
Kategori Baik Kurang Baik * Baik * Buruk
C 3,4% 96,7%* 1,7% 0% 0%
Kategori Kurang Baik * Kurang Buruk Buruk
D 91,5%* 1,7% 0% 0% 3,3%
Kategori Baik * Kurang Buruk Buruk Kurang
Keterangan :
*: kunci jawaban atau jawaban yang benar
Berdasarkan tabel 24, maka dapat disimpulkan bahwa soal tes yang
diberikan kepada siswa memiliki efektifitas distraktor yang kurang efektif
dan buruk, hanya 2 pilihan jawaban dengan kategori baik.
 Kemapuan Berpikir Kritis
Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dapat diperoleh dari
menjumlahkan keseluruhan poin yang didapat dari penilaian menggunakan
masing-masing indikator yang terpenuhi atau tidak kemudian dibagi
dengan jumlah nilai keseluruhan kemudian dikali dengan 100. Berikut data
kemampuan berpikir kritis 60 siswa :
Tabel 25. Rata-rata skor
ITEM Jumlah Skor Siswa Banyaknya Rata-Rata Skor Tiap
siswa Soal (maks 20)
Soal 1 1070 17,8
Soal 2 1095 18,3
Soal 3 985 60 16,4
Soal 4 1095 18,3
Soal 5 1045 17,4
TOTAL SKOR SISWA (1-5) : 5290 RATA-RATA SKOR SISWA : 5290/60
: 88,1

Tabel 26. Kemampuan Berpikir Kritis Siwa Main field testing


KATEGORI KEMAMPUAN JUMLAH SISWA PRESENTASE
BERPIKIR KRITIS
Sangat Baik 39 65%
Baik 14 23%
Cukup 3 5%
Kurang 4 7%

44
Berdasarkan tabel 26 dapat disimpulkan bahwa, siswa memiliki
kemampuan berpikir kritis yang sudah baik, hanya sebagian kecil siswa
saja yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang kurang dan cukup.
7. Operational product revision atau revisi produk operational, yang
dilakukan adalah melakukan perbaikan produk berdasarkan saran-saran dari
hasil main field testing. Hasil tahap operational product revision adalah
produk final soal tes two-tier multiple choice question modifikasi. Hasil
produk final soal tes TTMC Modifikasi ini sama dengan soal tes yang
diujikan pada tahap main field testing karena produk soal tes sudah
valid,reliabel, dan sudah layak digunakan.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai dari validitas soal yang sudah
diujikan kepada 60 siswa dengan nilai r tabel 0.330 dan nilai validitas masing-
masing soal yaitu 0.766, 0.544, 0.579, 0.784, dan 0.707. Hal ini membuktikan
bahwa soal tes TTMC Modifikasi tersebut valid. Menurut (Dewi & Sukadiyanto,
2015) tes yang valid adalah tes yang dapat mengukur dengan tepat dan teliti gejala
yang hendak diukur. (Kadir, 2015) menyampaikan bahwa tes yang baik harus
mempunyai syarat-syarat antara lain yaitu harus efisien, baku, mempunyai norma,
objektif, valid, dan reliable. Maka dapat dikatakan bahwa tes TTMC Modifikasi
merupakan tes yang baik karena validitasnya teruji valid.
Selain menghasilkan soal tes yang valid, penelitian ini juga menghasilkan
tes yang reliable. Nilai dari reliabelitas soal yang sudah diujikan kepada 60 siswa
dengan nilai r tabel 0.330 menghasilkan cronbach’s alpha 0.711. Hal ini
membuktikan bahwa soal TTMC Modifikasi tersebut reliable dengan kategori
tinggi. Menurut (Hani Hanafi, 2014) dalam membuat tes hasil belajar siswa harus
diperhatikan bahwa hendaknya tes dibuat dengan reliabilitas yang tinggi dan
kemudian harus ditafsirkan dengan hati-hati. Ia juga menambahkan bahwa
reliabilitas dapat menunjukkan hasil yang konsisten (tetap) walaupun sudah
berkali-kali tes tersebut dilakukan. Kemudian (Alfiana et al., 2021) suatu
instrumen tes dinyatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila nilai Alpha
Cronbach yang diperoleh bernilai lebih besar dari 0,06. Berdasarkan hasil tes,

45
maka instrumen TTMC Modifikasi dapat dinyatakan sebagai instrument tes yang
baik dan layak digunakan.
Soal tes yang baik harus valid dan reliabel, selain itu soal tes harus
memiliki tingkat kesukaran dan daya pembeda yang baik. Berdasarkan hasil tes
diperoleh bahwa tingkat kesukaran pada tes TTMC Modifikasi ini tergolong
bervariasi yaitu terdapat soal yang mudah dan sedang. Menurut (Mubarak, 2016)
tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi antara banyaknya peserta tes yang
menjawab butir soal dengan benar dengan banyaknya peserta tes. Mubarak juga
menambahkan bahwa Indeks tingkat kesukaran yang sangat baik adalah 0,3
sampai 0,7. Namun (Alfiana et al., 2021) menyatakan bahwa suatu instrumen
dinyatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach yang diperoleh bernilai lebih
besar dari 0,06. Pada penelitian ini menghasilkan indeks kesukaran soal 0,4
sampai 0,8, jadi dapat dikatakan bahwa indeks kesukaran pada instrumen TTMC
Modifikasi sudah baik. Hasil ini sependapat dengan penelitian sebelumnya
mengenai pengembangan tes TTMC yang dilakukan oleh Laksono (2019) dan
Damayanti,dkk (2018) yang menghasilkan tingkat kasukaran soal berkategori
sedang dan mudah.
Selanjutnya penelitian ini juga menghasilkan analisis daya beda soal.
Analisis daya beda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes
tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk kedalam kategori rendah dan
kategori tinggi (Hery Susanto, Achi Rinaldi, 2015). Kemudian Hery dan Achi
juga menambahkan bahwa daya pembeda butir adalah kemampuan suatu butir tes
untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dan
berkemampuan rendah. Menurut (Rahmani, 2015) soal dapat dikatakan
mempunyai daya pembeda jika soal tersebut dapat dijawab oleh siswa
berkemampuan tinggi dan tidak dapat dijawab oleh siswa berkemampuan rendah.
Pada penelitian ini menghasilkan daya beda soal yang baik, ditandai dengan
terdapatnya perbedaan yang cukup besar antara kemampuan siswa dengan
kategori tinggi dan rendah pada indeks 0.40 sampai 0.70.
Karakteristik soal terakhir yang dihasilkan pada penelitian ini adalah
efektifitas distraktor. Setiap pertanyaan memiliki distraktor berupa pilihan
jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Kefektifan distraktor

46
bertujuan untuk melihat seberapa banyak siswa dalam memilih tiap-tiap pilihan
jawaban yang telah disediakan (Elvira & Hadi, 2016). Efektivitas distraktor yang
dapat berfungsi dengan baik akan menjadikan butir soal juga baik (Nurdin, 2015).
Menurut (Sari et al., 2018) distraktor atau pengecoh yang berfungsi dengan baik
yaitu sekurangnya dipilih sebanyak 5% dari seluruh peserta tes. Pada penelitian
ini, dihasilkan efektifitas distraktor dengan presentase yang kurang dari 5%
sebanyak 28 pilihan jawaban, dan hanya 2 pilihan jawaban dengan presentase
lebih dari 5%. Hal ini menunjukkan bahwa kurang efektifnya penggunaan
distraktor dalam tes.
Kemampuan berpikir kritis merupakan proses kognitif siswa dalam
menjabarkan dan menelaah secara sistematis permasalahan, memahami masalah
tersebut dengan teliti, dan merencanakan cara menyelesaikan permasalahan
(Azizah et al., 2018). Berdasarkan Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 memperlihatkan bahwa nilai matematika
siswa di Indonesia ada diperingkat ke 45 dari 50 negara. Peringkat tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa tergolong
masih rendah. Namun pada penelitian ini ditemukan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa cenderung baik, bahkan sangat baik dengan presentase kemampuan
berpikir kritis kategori sangat baik 65%, kategori baik 23%, kategori cukup 5%
dan kategori kurang 7%. Hal ini disebabkan karena pengujian soal tes dilakukan
di kelas unggulan dengan tingkat kemampuan siswa yang baik. Hasil ini bertolak
belakang dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Shidiq (2015),
Ramadhan,dkk (2018), dan Laksono (2019) bahwa pada penelitian mereka dengan
menggunakan instrument TTMC untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
siswa, dihasilan kemampuan berpikir kritis yang cenderung kurang.

47
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Tes TTMC Modifikasi Berbasis HOTS memiliki Validitas dan reliabilitas
yang baik, kelima soal tes yang diberikan kepada siswa menghasilkan validitas
yang valid dengan reliabilitas yang reliable. Konstruksi soal tes TTMC Modifikasi
Berbasis HOTS pada materi SPLDV terdiri dari soal utama berupa soal cerita
yang memuat pertanyaan mengenai nilai salah satu variabel. Pilihan jawaban pada
soal tingkat satu merupakan jawaban singkat berupa angka atau bilangan riil. Pada
soal tingkat kedua akan memperjelas pemahaman siswa dengan memuat pilihan
jawaban yang merupakan alasan siswa melilih jawaban pada soal tingkat pertama.
Kemudian pada tingkat ketiga pertanyaan yaitu model uraian, yaitu siswa diminta
untuk menguraikan cara yang ia gunakan untuk menyelesaikan soal. Konstruksi
soal tes TTMC Modifikasi ini memperhatikan adanya tingkat kesukaran soal,
daya beda soal, dan penggunaan distraktor untuk mengecoh siswa dalam
menentukan jawaban benar.
Indikator paling banyak yang dapat dicapai siswa pada kemampuan
berpikir kritis adalah indikator pertama yaitu siswa dapat mengetahui apa yang
ditanyakan pada soal dengan jelas. Indikator paling sedikit yang dapat dicapai
siswa adalah indikator keempat yaitu siswa dapat memberikan alasan yang tepat
dari jawaban yang telah ia berikan. Dan dilihat dari hasil tes siswa, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa masih ada beberapa siswa yang kesulitan untuk
memahami pertanyaan pada soal dan menghubungkan konsep-konsep untuk
menyelesaikan soal tes TTMC Modifikasi Berbasis HOTS pada materi SPLDV.

SARAN
Perlu adanya pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, terutama pada kemampuan siswa untuk menyimpulkan serta memberi
alasan dalam penyimpulan. Disarankan untuk peneliti selanjutnya pada
pengembangan tes TTMC untuk membuat distraktor lebih baik lagi karena
penggunaan distraktor pada penelitian ini masih berkategori buruk.

48
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, K. P. (2018). Exploring Critical Thinking For Secondary Level Students
In Chemistry: From Insight To Practice. Journal of Advanced College of
Engineering and Management, 3, 31.
https://doi.org/10.3126/jacem.v3i0.18812
Adnyani, I. G. A. A. W., Pujani, N. M., & Juniartina, P. P. (2018). Pengaruh
Model Learning Cycle 7E Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 1(2), 56.
https://doi.org/10.23887/jppsi.v1i2.17172
Adodo, S. O. (2013). Effects of Two-Tier Multiple Choice Diagnostic Assessment
Items on Students’ Learning Outcome in Basic Science Technology (BST).
Academic Journal of Interdisciplinary Studies, 2(2), 201–210.
https://doi.org/10.5901/ajis.2013.v2n2p201
Agustini, D., & Pujiastuti, H. (2017). Media Pendidikan Matematika Program
StudiPendidikanMatematikaFPMIPA IKIP MATARAM Analisis Kesulitan
Siswa Berdasarkan Kemampuan Pemahaman Matematis dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi SPLDV. 8(1), 18–27.
Alfiana, H., Karyono, H., & Gunawan, W. (2021). Analisis Butir Tes
Keterampilan Berpikir Kritis dan Pengetahuan Prosedural Grammar Bahasa
Inggris. JINOTEP (Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran): Kajian
Dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran, 8(1), 20–29.
https://doi.org/10.17977/um031v8i12021p020
Amalia, N. F., & Susilaningsih, E. (2014). Pengembangan Instrumen Penilaian
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Materi Asam Basa. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 8(2), 1380–1389.
Ambarawati, M., Mardiyana, M., & Subanti, S. (2014). Profil Proses Berpikir
Kritis Siswa Kelas Viii Smp Negeri 3 Surakarta Dalam Memecahkan
Masalah Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ( SPLDV )
Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk dan Gender. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, 2(9), 984–994.
Amir, A. (2014). Kemampuan Penalaran dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Matematika. Logaritma: Jurnal Ilmu-Ilmu Pendidikan Dan Sains, 11(01),
18–33.
Anita, R. (2021). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel ( Spldv ) Berdasarkan Kemampuan Awal.
MAJU, 8(2), 159–167.
Annuuru, T., A., Johan, R., C., & Ali, M. (2017). Peningkatan Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Treffinger.
Edutcehnologia, 3(2), 136–144.
Arifin, Z. (2017). Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skills
Siswa pada Pembelajaran Matematika Abad 21. Jurnal THEOREMS (The

49
Original Research of Mathematics), 1(2), 92–100.
Azizah, M., Sulianto, J., & Cintang, N. (2018). Analisis Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Sekolah Dasar pada Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013.
Jurnal Penelitian Pendidikan, 35(1), 61–70.
https://doi.org/10.15294/jpp.v35i1.13529
Budiarta, K., Harahap, M. H., Faisal, & Mailani, E. (2018). Potret implementasi
pembelajaran berbasis high order thinking skills (HOTS) di Sekolah Dasar
Kota Medan. Jurnal Pembangunan Perkotaan, 6(2), 102–111.
Damayanti, D. R., Yamtinah, S., & Utomo, S. B. (2018). PENGEMBANGAN
INSTRUMEN PENILAIANTWO-TIER MULTIPLE CHOICE QUESTION
UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
TEMA MATA SEBAGAI ALAT OPTIK. INKUIRI: Jurnal Pendidikan IPA,
7(2), 252. https://doi.org/10.20961/inkuiri.v7i2.22984
Dewi, P. C. P., & Sukadiyanto, S. (2015). Pengembangan Tes Keterampilan
Olahraga Woodball Untuk Pemula. Jurnal Keolahragaan, 3(2), 228–240.
https://doi.org/10.21831/jk.v3i2.6254
Elvira, M., & Hadi, S. (2016). Karakteristik Butir Soal Ujian Semester dan
Kemampuan Siswa SMA di Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Evaluasi
Pendidikan, 4(1), 58–68.
Fanani, M. Z. (2018). Strategi Pengembangan Soal Hots Pada Kurikulum 2013.
Edudeena, 2(1), 57–76. https://doi.org/10.30762/ed.v2i1.582
Fay, D. L. (2018). Assesmen Pembelajaran Matematika. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952.
Garam, M. H. (2021). Desain Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice dalam
Mendeteksi Miskonsepsi Hidrolis Garam. 14(2).
Hani Hanafi. (2014). Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal
Dan Reliabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa Dan Pilihan Ganda
Asosiasi Mata Pelajaran Ekonomi. SOSIO E-KONS, 6(1), 41–55.
Haryani, D. (2011). Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah
Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 1980, 121–126.
Hery Susanto, Achi Rinaldi, N. (2015). Analisis Validitas Reabilitas Tingkat
Kesukaran dan Daya Beda pada Butir Soal Ujian Akhir Semester Ganjil
Mata Pelajaran Matematika Hery. The Journal of the Japan Society for
Respiratory Endoscopy, 37(3), 343.
Hidayat, F., Akbar, P., Bernard, M., Siliwangi, I., Terusan, J. L., Sudirman, J.,
Tengah, C., Cimahi, K., & Barat, J. (2019). Analisis Kemampuan Berfikir
Kritis Matematik Serta Kemandiriaan Belajar Siswa Smp Terhadap Materi
Spldv. Journal on Education, 1(2), 515–523.
Kadir, A. (2015). Menyusun dan Menganalisis Tes Hasil Belajar. Jurnal Al-

50
Ta’dib, 8(2), 70–81.
Kesumawati, N. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Semnas Matematika Dan Pendidikan Matematika 2008, 229–
235.
Laksono, P. J. (2019). PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN
INSTRUMEN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI
TERMOKIMIA UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS. Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia, 2(2), 80–92.
https://doi.org/10.19109/ojpk.v2i2.2646
Mawaddah, S., & Anisah, H. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakag) di SMPn
Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) di SMP. EDU-MAT:
Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 166–175.
https://doi.org/10.20527/edumat.v3i2.644
Maya, F. A., Sari, I. K., & Zanthy, L. S. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir
Kreatif, Berpikir Kritis Matematik Siswa Smk Pada Materi Spldv. JPMI
(Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 2(4), 167.
https://doi.org/10.22460/jpmi.v2i4.p167-176
Muawwana, N. amalia. (2015). Persamaan Linear Dua.
Mubarak, S. dkk. (2016). Pengembangan Tes Diagnostik Three Tier Multiple
Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Peserta Didik Kelas Xi.
Journal of Innovative Science Education, 5(2), 101–110.
Musafak, S. (2021). ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA
DIDIK DALAM MENYELESAIAKAN SOAL HOTS PADA MATERI SPLDV
KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAJAK BERDASARKAN MOTIVASI
BERPRESTASI. 16(1), 1–14.
Nofiana, M., Sajidan, S., & Puguh, P. (2014). Pengembangan Instrumen Evaluasi
Two-Tier Multiple Choice Question untuk Mengukur Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi pada Materi Kingdom Plantae. Jurnal Inkuiri, 3(2), 60–74.
Nur, R. (2013). HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh: Nur Rahmah.
Al-Khawarizmi, 2, 1–10.
Nurdin, R. (2015). Analisis Kualitas Soal Ujian Akhir Semester Mata Pelajaran
PAI. Analisis Kualitas Soal Ujian Akhir Semester …, 3(March), 35–43.
Pradana, S. D. S., Parno, P., & Handayanto, S. K. (2017). Pengembangan tes
kemampuan berpikir kritis pada materi Optik Geometri untuk mahasiswa
Fisika. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 21(1), 51–64.
https://doi.org/10.21831/pep.v21i1.13139
Pratiwi, N. P. W., Dewi, N. L. P. E. S., & Paramartha, A. A. G. Y. (2019). The
Reflection of HOTS in EFL Teachers’ Summative Assessment. Journal of
Education Research and Evaluation, 3(3), 127.
https://doi.org/10.23887/jere.v3i3.21853

51
Rahmani, M. (2015). Analisis Kualitas Butir Soal Buatan Guru Biologi Kelas X
Sma Negeri 1 Tanah Pinoh. Artikel Penelitian, 3–16.
Ramadhan, G., Dwijananti, P., & Wahyuni, S. (2018). ANALISIS
KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI (HIGH ORDER
THINKING SKILLS) MENGGUNAKAN INSTRUMEN TWO TIER
MULTIPLE CHOICE MATERI KONSEP DAN FENOMENA KUANTUM
SISWA SMA DI KABUPATEN CILACAP. UPEJ Unnes Physics
Education Journal, 7(3), 85–90. https://doi.org/10.15294/upej.v7i3.27682
Ratna Hidayah, Moh. Salimi, T. S. S. (2017). CRITICAL THINKING SKILL :
KONSEP DAN INDIKATOR PENILAIAN. JURNAL TAMAN CENDEKIA
VOL. 01 NO. 02, 24(13), 379–397.
Riyani, R., Maizora, S., & Hanifah, H. (2017). Uji Validitas Pengembangan Tes
Untuk Mengukur Kemampuan Pemahaman Relasional Pada Materi
Persamaan Kuadrat Siswa Kelas Viii Smp. Jurnal Penelitian Pembelajaran
Matematika Sekolah (JP2MS), 1(1), 60–65.
https://doi.org/10.33369/jp2ms.1.1.60-65
Robert, J., & Price, E. (1986). Critical Thinking: Its Nature, Measurement and
Improvement. National Institute of Education, Washington, DC., 37.
Saraswati, P. M. S., & Agustika, G. N. S. (2020). Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Dalam Menyelesaikan Soal HOTS Mata Pelajaran Matematika.
Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 4(2), 257.
https://doi.org/10.23887/jisd.v4i2.25336
Sari, D. R. U., Wahyuni, S., & Bachtiar, R. W. (2018). Pengembangan Instrumen
Tes Multiple Choice High Order Thinking Padapembelajaran Fisika Berbasis
E-Learning Di Sma. Jurnal Pembelajaran Fisika, 7(1), 100.
https://doi.org/10.19184/jpf.v7i1.7231
Sarimanah, T. (2017). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Siswa Smp Melalui Pendekatan Problem Posing. Prisma, 6(2).
https://doi.org/10.35194/jp.v6i2.123
Shidiq. (2015). ANALISIS HIGHER ORDER THINKING SKILLS ( HOTS )
MENGGUNAKAN INSTRUMEN TWO-TIER MULTIPLE CHOICE
PADA MATERI KELARUTAN DAN ANALISIS HIGHER ORDER
THINKING SKILLS ( HOTS ) MENGGUNAKAN INSTRUMEN TWO-
TIER MULTIPLE CHOICE PADA MATERI KELARUTAN UNTUK
SISWA KELAS X. Seminar Nasional Pendidikan Sains, November.
Siswono, T. Y. E. (2016). Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif sebagai Fokus
Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika (Senatik 1), 11–26.
Tajudin, N. M., & Chinnappan, M. (2016). The link between higher order
thinking skills, representation and concepts in enhancing TIMSS tasks.
International Journal of Instruction, 9(2), 199–214.
https://doi.org/10.12973/iji.2016.9214a

52
Wilson, K. (2016). Critical reading, critical thinking: Delicate scaffolding in
English for Academic Purposes (EAP). Thinking Skills and Creativity, 22,
256–265. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2016.10.002
Wulandari, P. (2021). PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES URAIAN UNTUK
MENGUKUR KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 3 SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA.
Yasinta, P., Meirista, E., & Rahman Taufik, A. (2020). Studi Literatur:
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (Ctl). Asimtot : Jurnal
Kependidikan Matematika, 2(2), 129–138.
https://doi.org/10.30822/asimtot.v2i2.769
Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018). Profil Kemampuan Mahasiswa Dalam
Menyelesaikan Soal Hots Di Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Papua.
Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(1), 42.
https://doi.org/10.32585/jkp.v2i1.63

53
Lampiran 1
MENYUSUN SPESIFIKASI TES
a.) Menentukan tujuan tes
Tujuan Tes TTMC Modifikasi Berbasis HOTS pada Materi SPLDV yaitu
untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa SMP.
b.) Menyusun kisi-kisi tes
Nama Sekolah : SMPN 8 Malang
Kelas : VIII
Mata Pelajaran : Matematika
Materi : SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua Variabel)

KD : 3.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan


sistem persamaan linear dua variabel

KI : 4.5 Menjelaskan sistem persamaan linear dua


variabel dan penyelesaiannya yang dihubungkan
dengan masalah kontekstual

Tabel 1 Kisi-kisi tes

KD Indikator Indikator Soal Level Bentuk Nomer


Kognitif Tes Tes
3.5 Menganalisis, Disajikan soal cerita C5 Pilihan 1
Menyelesai membedakan, dengan model system ganda
kan mengevaluasi, persamaan linier dua dan
masalah menghubungkan variabel, diketahui uraian
yang konsep dan persamaan dalam soal,
berkaitan penyelesaiannya siswa diharuskan
dengan yang dikaitkan menentukan nilai
sistem dengan masalah masing-masing variabel
persamaan kontekstual kemudian mencari nilai
linear dua persamaan baru,
variabel menentukan pernyataan
yang benar dan alasan
dari pemilihan jawaban.
3.5 Menganalisis, Disajikan tabel nilai dari C5 Pilihan 2
Menyelesai membedakan, masing-masing variabel, ganda
kan mengevaluasi, siswa diharusnkan dan
masalah menghubungkan mengubah soal cerita ke uraian
yang konsep dan model persamaan
berkaitan penyelesaiannya mencari nilai persamaan
dengan yang dikaitkan baru dan menentukan

54
sistem dengan masalah pernyataan yang benar
persamaan kontekstual dan alasan dari
linear dua pemilihan jawaban.
variabel

3.5 Menganalisis, Disajikan soal cerita C5 Pilihan 3


Menyelesai membedakan, dengan model system ganda
kan mengevaluasi, persamaan linier dua dan
masalah menghubungkan variabel, diketahui nilai uraian
yang konsep dan masing-masing variabel
berkaitan penyelesaiannya dan persamaannya tanpa
dengan yang dikaitkan nilai koefisien. Siswa
sistem dengan masalah diharuskan mencari nilai
persamaan kontekstual koefisien dari masing-
linear dua masing variable dan
variabel menentukan pernyataan
yang benar dan alasan
dari pemilihan jawaban.
3.5 Menganalisis, Disajikan soal cerita C5 Pilihan 4
Menyelesai membedakan, dengan model system ganda
kan mengevaluasi, persamaan linier dua dan
masalah menghubungkan variabel, diketahui uraian
yang konsep dan persamaan dalam soal,
berkaitan penyelesaiannya siswa diharuskan
dengan yang dikaitkan menentukan nilai
sistem dengan masalah masing-masing variabel
persamaan kontekstual kemudian mencari nilai
linear dua 5persamaan baru dan
variabel menentukan pernyataan
yang benar dan alasan
dari pemilihan jawaban.
3.5 Menganalisis, Disajikan soal cerita C5 Pilihan 5
Menyelesai membedakan, dengan model system ganda
kan mengevaluasi, persamaan linier dua dan
masalah menghubungkan variabel, diketahui nilai uraian
yang konsep dan persamaan awal dan
berkaitan penyelesaiannya nilai variabel awal,
dengan yang dikaitkan siswa diharuskan
sistem dengan masalah mencari nilai persamaan
persamaan kontekstual akhir, selisih antara nilai
linear dua persamaan awal dan
variabel akhir, serta menentukan
pernyataan yang benar
dan alasan dari
pemilihan jawaban.

c.) Menentukan bentuk tes

55
Dalam penelitian ini jenis soal yang digunakan adalah soal pilihan ganda
bertingkat dua, pilihan ganda yang dimaksud adalah soal pilihan ganda
yang terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan
jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Dan
dikombinasikan dengan soal berbentuk uraian.
d.) Menentukan panjang tes
Lama pengerjaan soal tes : 60 menit
Jumlah butir soal : 5 soal dengan bentuk jawaban pilihan
ganda bertingkat dua dan uraian

56
Lampiran 2
MEMBUAT ITEM TES
1. Bu Sri dan Pak Samsul sedang menyiapkan hadiah untuk lomba Perayaan
Hari Kemerdekaan dengan membeli hadiah di toko buku yang sama. Di
toko A, Bu Sri membeli 18 buku tulis dan 15 pensil dengan harga
Rp120.000,00, sedangkan pak Samsul membeli 12 buku tulis dan 20
pensil dengan harga Rp100.000,00. Karena masih kekurangan, bu Sri
membeli lagi 10 buku tulis dan 7 pensil dengan membayar Rp61.000,00
dan pak Samsul membeli lagi 9 buku tulis dan 8 pensil dengan harga
Rp60.000,00 di toko buku B. Pernyataan berikut yang benar adalah …
e. Harga sebuah buku di toko A lebih murah dari harga sebuah buku di
toko B
f. Harga sebuah buku di toko B lebih mahal dari harga sebuah buku di
toko A
g. Harga sebuah pensil di toko B lebih mahal dari harga sebuah pensil
di toko A
h. Harga sebuah pensil di toko A lebih mahal dari harga sebuah pensil
di toko B

Alasan yang sesuai dengan pilihan tersebut adalah …

e. Karena harga buku di toko A adalah Rp.4000 dan harga buku di toko B
adalah Rp.5.000
f. Karena harga buku di toko A adalah Rp.5000 dan harga buku di toko B
adalah Rp.4000
g. Karena harga pensil di toko A adalah Rp.3000 dan harga pensil di toko
B adalah Rp.2000
h. Karena harga pensil di toko A adalah Rp.2000 dan harga pensil di toko
B adalah Rp.3000

Uraikan ...

57
2. Perhatikan tabel di bawah ini!

Sari membeli 5 baju dan 7 celana untuk diberikan kepada saudara-


saudaranya. Kemudian ia membeli lagi 2 baju dan 5 celana untuk
diberikan kepada teman-temannya. Jika uang Sari adalah Rp. 620.000,
maka pernyataan berikut yang benar adalah …
a. Sisa uang Sari adalah Rp. 116.000
b. Sisa uang Sari adalah Rp. 96.000
c. Sisa uang Sari adalah Rp. 126.000
d. Sisa uang Sari adalah Rp. 106.000

Alasan yang sesuai dengan pilihan tersebut adalah …

a. Karena Sari sudah menghabiskan Rp. 145.000 untuk membeli baju


dan Rp. 306.000 untuk membeli celana
b. Karena Sari sudah menghabiskan Rp. 154.000 untuk membeli baju
dan Rp. 306.000 untuk membeli celana
c. Karena Sari sudah menghabiskan Rp. 154.000 untuk membeli baju
dan Rp. 360.000 untuk membeli celana
d. Karena Sari sudah menghabiskan Rp. 145.000 untuk membeli baju
dan Rp. 356.000 untuk membeli celana

Uraikan....

3. Perhatikan soal dibawah ini!

vs

58
Pertandingan sepak bola antara klub Arema FC dengan klum Persija akan
dilaksanakan di Stadion Kanjuruhan. Tiket khusus VIP telah terjual
sebanyak 500 tiket. Panitia menetapkan harga tiket untuk pelajar adalah
Rp.25.000 dan untuk umum adalah Rp. 35.000. Total pendapatan yang
diterima panitia adalah Rp. 14.300.000. Berapakah masing-masing jumlah
tiket yang terjual untuk pelajar dan umum?
a. 320 tiket pelajar dan 180 tiket umum
b. 302 tiket pelajar dan 198 tiket umum
c. 320 tiket pelajar dan 198 tiket umum
d. 180 tiket pelajar dan 320 tiket umum

Alasan yang sesuai dengan pilihan tersebut adalah …

a. Pendapatan yang didapat dari penjualan tiket pelajar adalah Rp.


8.000.000 dan dari penjualan tiket umum adalah Rp. 7.300.000
b. Pendapatan yang didapat dari penjualan tiket pelajar adalah Rp.
8.000.000 dan dari penjualan tiket umum adalah Rp. 6.300.000
c. Pendapatan yang didapat dari penjualan tiket pelajar adalah Rp.
6.300.000 dan dari penjualan tiket umum adalah Rp. 8.000.000
d. Pendapatan yang didapat dari penjualan tiket pelajar adalah Rp.
7.300.000 dan dari penjualan tiket umum adalah Rp. 8.000.000

Uraikan ...

4. Seorang tukang parkir mendapat uang sebesar Rp. 25.000 dari 3 buah
mobil dan 5 buah motor, sedangkan dari 4 buah mobil dan 2 buah motor ia
mendapat uang Rp24.000. Jika di tempat parkir terdapat 20 mobil dan 30
motor dan dari hasil pendapatan tersebut dibelanjakan sebesar Rp. 20.000
untuk makan siang tukang parkir, maka sisa pendapatan tukang parkir
tersebut adalah ...

a. Rp. 140.000
b. Rp. 160.000
c. Rp. 102.000

59
d. Rp. 104.000

Alasan yang sesuai dengan pilihan tersebut ...

a. Pendapatan yang diperoleh tukang parkir adalah Rp. 140.000


b. Pendapatan yang diperoleh tukang parkir adalah Rp. 160.000
c. Pendapatan yang diperoleh tukang parkir adalah Rp. 180.000
d. Pendapatan yang diperoleh tukang parkir adalah Rp. 116.000

Uraikan...

5. Bu Mira adalah seorang pedagang buah. Suatu hari Bu Mira membeli


lima keranjang apel (masing-masing keranjang berisi 10kg) dengan harga
keseluruhan Rp. 125.000 dan membeli jeruk 2 keranjang (masing-masing
keranjang berisi 10kg) dengan harga keseluruhan Rp. 60.000. Biaya
transportasi yang dikeluarkan sebesar Rp.25.000. Bu Mira menjual
kembali apel dengan harga Rp. 3000 dan jeruk Rp. 3.500. Dengan harga
jual tersebut apakah bu Mira mengalami kerugian atau keuntungan?.
Pernyataan yang sesuai adalah ...

a. Bu Mira mengalami kerugian sebesar Rp.10.000


b. Bu Mira mengalami kerugian sebesar Rp. 20.000
c. Bu Mira mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 10.000
d. Bu Mira mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 20.000

Alasan yang sesuai dengan pilihan tersebut adalah ...

a. Bu Mira mengeluarkan modal sebesar Rp. 210.000 dan memperoleh


pendapatan sebesar Rp. 220.000
b. Bu Mira mengeluarkan modal sebesar Rp. 220.000 dan memperoleh
pendapatan sebesar Rp. 210.000
c. Bu Mira mengeluarkan modal sebesar Rp. 212.000 dan memperoleh
pendapatan sebesar Rp. 202.000

60
d. Bu Mira mengeluarkan modal sebesar Rp. 230.000 dan memperoleh
pendapatan sebesar Rp. 210.000

Uraikan ...

61
Lampiran 3
MEMBUAT PEDOMAN PENSKORAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Nilai
M M M M 20
M M M TM 15
M M TM TM 10
M TM TM TM 5
TM TM TM TM 0
M M TM M 10
TM TM TM M 0
M M TM M 10
Dengan :
M : Memenuhi
TM : Tidak Memenuhi
PEDOMAN PENSKORAN KARAKTERISTIK SOAL
Pertanyaan Tingkat 1 Pertanyaan Tingkat 2 Nilai

Benar Benar 1
Benar Salah 0
Salah Benar 0
Salah Salah 0

62
Lampiran 4
LEMBAR VALIDASI DOSEN
Hal : Permohonan Validasi Instrumen TAS

Kepada Yth.

Bapak Adi Slamet, M.Si

Dosen Pendidikan Matematika

di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMM

Sehubungan dengan rencana pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi (TAS),


dengan ini saya :

Nama : Fifi Fauzia Ristu


NIM : 201810060311141
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul TAS : Pengembangan Test TTMC Modifikasi Berbasis
HOTS Untuk Mengukur Critical Thinking Siswa
SMP Pada Materi SPLDV
Dengan hormat mohon Bapak/Ibu berkenan memberi validasi terhadap instrumen
TAS yang telah saya susun. Sebagai pertimbangan, bersama ini saya lampirkan
(1) Indikator tes, (2) kisi-kisi tes, (3) soal tes, (4) kunci jawaban tes, (5) pedoman
penskoran, dan (6) lembar validasi tes.

Demikian permohonan saya, atas bantuan dan perhatian bapak/ibu saya ucapkan
terimakasih

Malang, 15 Mei 2022

FIFI FAUZIA RISTU NIM. 201810060311141

63
64
65
Lampiran 5
LEMBAR VALIDASI GURU
Hal : Permohonan Validasi Instrumen TAS

Kepada Yth.

Agus Setyawan, S.Pd

Guru Matematika

Di SMPN 8 Malang

Sehubungan dengan rencana pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi (TAS),


dengan ini saya :

Nama : Fifi Fauzia Ristu


NIM : 201810060311141
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul TAS : Pengembangan Test TTMC Modifikasi Berbasis
HOTS Untuk Mengukur Critical Thinking Siswa
SMP Pada Materi SPLDV
Dengan hormat mohon Bapak/Ibu berkenan memberi validasi terhadap instrumen
TAS yang telah saya susun. Sebagai pertimbangan, bersama ini saya lampirkan
(1) Indikator tes, (2) kisi-kisi tes, (3) soal tes, (4) kunci jawaban tes, (5) pedoman
penskoran, dan (6) lembar validasi tes.

Demikian permohonan saya, atas bantuan dan perhatian bapak/ibu saya ucapkan
terimakasih

Malang, 15 Mei 2022

66
FIFI FAUZIA RISTU NIM. 201810060311141

INSTRUMEN VALIDASI TES

Pengembangan Test TTMC Modifikasi Berbasis HOTS Untuk Mengukur


Critical Thinking Siswa SMP Pada Materi SPLDV

Nama Validator : Agus Setyawan, S.Pd Gr


NIP : 19890825 202221 1 009
Jabatan : Guru Matematika
Instansi : SMP Negeri 8 Malang
Tanggal Pengisian : 21 Mei 2022
PENGANTAR
Lembar validasi ini digunakan untuk memperoleh penilaian Bapak/Ibu
terhadap soal tes. Berkenaan dengan hal itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk menjadi validator dan mengisi lembar validasi berikut.
PETUNJUK
a. Bapak/Ibu dimohon memberikan penilaian pada setiap butir pernyataan
dengan cara memberi tanda centang pada kolom skor penilaian dengan skala
penilaian sebagai berikut:
1 = Tidak Sesuai
2 = Kurang Sesuai
3 = Sesuai
4 = Sangat Sesuai
b. Bapak/Ibu dimohon memberikan kritik dan saran perbaikan pada baris yang
telah disediakan.

PENILAIAN

67
Skala penilaian
No Indikator
1 2 3 4
1. Soal sesuai dengan silabus (KD/Indikator) V
2. Setiap butir soal dituliskan secara jelas dan V
terperinci
3. Pada soal terdapat petunjuk pengisian secara jelas V
4. Gambar atau tabel jelas dan berfungsi V
5. Soal menggunakan gambaran permasalahan yang V
mudah dipahami
6. Soal menggunakan bahasa yang mudah dipahami V
dan tidak menimbulkan penafsiran ganda
7. Soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku V
sesuai kaidah EYD

KOMENTAR DAN SARAN


Soal yang digunakan untuk uji coba sudah sesuai dengan indicator-indikator
yang telah ditentukan. Sehingga menurut validator, soal tersebut sudah
layak untuk digunakan dan diujikan kepada siswa.

KESIMPULAN
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, lembar angket untuk sisiwa ini
dinyatakan(*)
a. Layak digunakan untuk uji coba tanpa revisi
b. Layak digunakan untuk uji coba setelah revisi
c. Tidak layak untuk digunakan untuk uji coba

Malang, 15 Mei 2022

Validator,

(Agus Setyawan, S.Pd Gr)

68
NIP. 19890825 2022211009

* Mohon lingkari pada nomor yang sesuai dengan kesimpulan Bapak/Ibu.

Lampiran 6

DATA HASIL UJI COBA

NO NAMA SISWA No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 No. 5 TOTAL

1. Shazma Putria Atipin 20 20 20 20 20 100


2. Annisa Shafira Ramadhani 20 15 15 20 20 90
3. Makayla Nadjwa Maulidiva 10 20 10 20 10 70
4. Amadea Christanti 15 15 20 20 15 85
5. Afkar Duwera Rizky Gyza 15 10 15 20 15 75
6. Miraclelly Wijayanty 20 20 15 20 20 95
7. Tio Wildan Arya Maulana 10 20 10 10 15 65
8. Acica Airria 20 20 20 20 20 100
9. Abdillah Zwekinder 20 10 10 10 15 65
10. Moch. Revaldi Rangga 20 20 20 20 10 90
11. Rafel Savino Pradita 20 20 15 20 15 90
12. Isnaini Azzahra Rahelia 20 15 15 20 20 90
13. Viola Izza Roshida 20 20 20 15 20 95
14. Naifah Sahda Farras 20 20 20 20 20 100
15. Muhammad Rayyan 20 15 20 20 20 95
16. Aulia Nanda Setia 20 20 15 20 5 80

69
17. Tirta Ayu Pramesti 20 15 15 5 20 75
18. Findi Fauziah Nur Aini 20 20 15 20 20 95
19. Diaz Nayla Mahardika 20 15 15 15 20 85
20. Wahyu Putra Mahendra 20 20 15 20 20 95
21. Egalita Putri Jacinda 20 20 15 20 20 95
22. Rasyifa Cahya Febria 20 15 10 20 20 85
23. Reyna Hasta Zea 20 20 15 20 15 90
24. Dayinta Limpad Yudith 20 15 15 20 15 85
25. Reystha Queen Malicha 20 20 15 20 20 95
26. Arya Wira Satria 20 15 15 20 20 90
27. Yudhistira Edy Atmaja 10 15 15 20 20 80

Lampiran 7. Hasil Karakteristik soal tes uji coba

Gambar 1. Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba

70
Gambar 2. Daya Beda Soal Uji Coba

71
Lampiran 8
HASIL TES TTMC MODIFIKASI
TOTA
NO NAMA SISWA No. 1 No. 2 No. 3 No. 4 No. 5
L
1 Lalu Satria Reno 10 20 15 5 20 70
2 Muhammad Althaf 20 20 10 20 20 90
3 Rachhma Maulan 5 15 10 5 10 45
4 Nadira Izza Livia 10 10 10 10 5 45
5 Aisyah Regina Balqis 20 10 20 20 15 85
6 Scientia Marveline 20 20 15 20 15 90
7 Diara Aura Safitri 20 15 20 20 15 90
8 Muhammad Raihan 20 10 20 20 15 85
9 Jingga Naurell Arya 20 20 20 20 20 100
10 Mirza Nafila 10 20 10 10 10 60
11 Ferlly Ericka 20 20 20 20 20 100
12 Auriella Regita 20 20 20 20 20 100
13 Jeehan Aura 15 10 15 20 20 80
14 Alvino Pramana 20 15 15 15 15 80
15 Athalla Darin 20 15 20 20 15 90
16 Bagas Raditya 20 15 15 15 15 80
17 Moch Nur Fadhil 20 20 15 20 20 95
18 Fitri Rahmawati 10 20 15 15 20 80
19 Imanuel Revo 20 20 15 20 20 95
20 Arsa Arisatya 20 20 15 20 15 90
21 Zalfan Nashifa 20 20 15 20 10 85
22 Avirta Septia 20 20 15 20 20 95
23 Puti Rheida Aulana 15 20 20 15 10 80
24 Mozha Ramadhan 20 20 15 20 15 90
25 Anisaputri Hapsari 20 20 15 20 20 95
26 Aulia Destiani Nur 20 20 15 20 10 85
27 Gita Azizah Diva 20 15 20 20 10 85
28 Rama El Maulana 10 10 10 10 10 50

72
29 Ilyasa Daffa 15 20 20 15 20 90
30 Rafa Intishar Nuha 10 20 15 20 20 85
31 Mochamad Fernaldy 20 20 15 15 20 90
32 Ra Callista Nayara 20 20 10 20 20 90
33 Bregas Bismawan 20 20 20 20 20 100
34 Moch Naufal 20 20 15 20 20 95
35 Yanda Mawasty 20 20 15 20 20 95
36 Fahrezi Rizqi Hidayat 20 20 15 20 20 95
37 Zerlinda Alifiah 20 20 20 20 20 100
38 Fidela Naisyah Ayu 20 20 15 20 15 90
39 Lanang Dwi Angkasa 20 15 15 20 20 90
40 Firanda Dwi Santika 5 15 15 20 15 70
41 Rayhan Dwi Saputra 20 20 10 20 20 90
42 Erwindra Bima 20 20 15 20 20 95
43 Wahyu Pratama 20 20 20 20 20 100
44 Putri Wahyu 20 20 20 10 15 85
45 Fauzia Friska 20 20 20 20 20 100
46 Ailsa Naufalya 20 20 15 15 15 85
47 Muchammad Fakhri 20 20 15 20 20 95
48 Novalita Amelia Putri 20 20 20 20 20 100
49 Galih Fitroh 15 15 20 20 20 90
50 Mikaila Sophia 20 20 20 20 20 100
51 Florean Athaya 20 20 15 20 20 95
52 Dyah Ayu Kusuma 20 20 20 20 20 100
53 Regita Cahyaning 15 20 15 20 15 85
54 Shailaja Sandjavana 20 20 20 20 20 100
55 Nadila Raisya Balindra 20 20 20 20 20 100
56 Resh Aina Nadiya 15 20 20 20 20 95
57 Keysa Shakira Amalia 15 20 15 20 20 90
58 Fathimah Hafizhah 20 20 15 20 20 95
59 Mazia Afkarina Irhamni 15 20 20 20 20 95
60 Adinda Rajwa Aulia 10 10 10 10 10 50

73
Lampiran 9. Hasil Karakteristik soal tes

Gambar 3. Tingkat Kesukaran Soal

Gambar 4. Daya Beda Soal

74
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian

75
76
77

Anda mungkin juga menyukai