Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH DOGMATIKA

Dosen Pengampu: Hida Dianto, S.Si, M.Si

APAKAH HARI KIAMAT MEMBAWA BERKAT

Disusun Oleh:
Krisdian Novitaningtyas
(A120221016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN TEKNOLOGI SOLO
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kebaikan dan limpahan anugerah
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kepada bapak Hida Dianto, S.Si, M.Si sebagai dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Gereja yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Surakarta, 10 Februari 2023

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 4
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Reformasi Gereja……………….............................................................. 6
2.2 Maksud dan Tujuan Reformasi Gereja..............……………………....... 7
2.3 Latar Belakang Pembaharuan Gereja……………………………....…… 7
2.4 Tokoh Reformasi dan Peranannya............................................................ 9
2.5 Kontra-Reformasi...................................................................................... 10
2.6 Dampak Reformasi................................................................................... 11
2.7 Refleksi dari Sejarah Reformasi Gereja di Masa Kini.............................. 12
2.8 Pengembangan Reformasi Gereja Masa Kini........................................... 12

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 14
3.2 Saran……………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata refleksi memiliki arti bergerak mundur untuk merenungkan kembali apa yang
sudah terjadi dan dilakukan. Ini maksudnya terdapat suatu yang harus dilakukan secara sadar,
terencana, dan tidak spontan. Tetapi yang dimaksud disini mengenai refleksi adalah
merefleksikan dari sejarah gereja yang pernah terjadi di masa lampau secara rohani bagi
kehidupan bergereja dan jemaat di masa sekarang. Reformasi secara umum merupakan suatu
perubahan pada suatu sistem yang pernah ada. Kata reformasi itu sendiri ditujukan pada
gerakan reformasi yang pada akhirnya melahirkan berdirinya Gereja-gereja Protestan di abad
ke-16.

Pengertian sejarah gereja ialah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan


perubahan-perubahan yang dialami gereja selama di dunia ini1. Yaitu kisah tentang
pergumulan Injil dengan bentuk-bentuk yang dipakai untuk mengungkapkan Injil tersebut.
Kata “gereja”, berasal dari kata Portugis igreja, dalam bahasa Yunani kuriakon yang berarti
“rumah Tuhan”. Pengertian gereja Ekklesia dari bahasa Yunani juga artinya memanggil
keluar. Gereja tidaklah sebuah gedung ataupun tempat beribadahnya, tetapi yang terutama
gereja ialah orang yang percaya pada Kristus, mereka yang telah dipanggil dan dikuduskan
oleh karunia Allah2.

Saat gereja mengalami perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan


tersebut, lahirlah gerakan reformasi pada abad ke-16. Reformasi lahir sebagai hasil
pergumulan satu orang mengenai ajaran gereja pada zamannya. Dalam pergumulan itu ia
mendapat pertolongan dari amanat Alkitab. Injil bergumul di dalam jiwa orang itu untuk
melepaskan diri dari bentuk yang telah dipakai oleh Gereja Barat dalam Abad Pertengahan
untuk mengungkap Injil tersebut.

1
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 1
2
Jonar T.H. Situmorong, M.A., Eklesiologi (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2016), 8
4
Semboyan Ecclesia Reformata Semper Reformanda, Secundum Verbum Dei (The
Church always Re-reforming according to the Word of the Living God) yang lahir pada masa
reformasi bukan saja menjadi milik Gereja secara komunal tetapi semboyan ini berlaku bagi
manusia itu sendiri yang ada dalam lingkup gereja. Dapat dipahami bahwa ereja
merupakan perkumpulan dari umat manusia yang berkeyakinan pada Yesus Kristus.
Sehingga wujud dari gereja itu ialah persekutuan jemaat dengan Kristus dan
persekutuan jemaat dengan sesamanya . Dengan merefleksikan sejarah yang pernah terjadi
di masa lampau mampu membuka pengetahuan untuk terus melakukan pengembangan dan
perubahan secara individu sebagai dasar untuk menghadapi dan meresponi tantangan jaman.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang sudah dijelaskan, penulis bisa merumuskan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud reformasi gereja itu?
2. Apa yang menjadi maksud dan tujuan reformasi gereja?
3. Bagaimana latar belakang permulaan pembaharuan gereja (reformasi)?
4. Siapa tokoh dalam gerakan reformasi gereja serta peranannya?
5. Bagaimana peristiwa kontra-reformasi yang terjadi?
6. Apa saja dampak dari gerakan reformasi?
7. Bagaimana refleksi dari sejarah reformasi abad ke-16 untuk reformasi gereja saat ini?
8. Pengembangan apa yang bisa dilakukan oleh gereja sebagai hasil dari refleksi sejarah
gereja?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan, penulis dapat mengetahui tujuan penulisan
sebagai berikut :
1. Untuk memahami pengertian reformasi gereja.
2. Untuk memahami maksud dan tujuan reformasi gereja.
3. Untuk mengetahui latar belakang lahirnya pembaharuan gereja (reformasi).
4. Untuk mengetahui tokoh dan peranannya dalam gerakan reformasi abad ke-16.
5. Untuk mengetahui peristiwa terjadinya kontra-reformasi.
6. Untuk mengetahui dampak dari terjadinya reformasi gereja.
7. Untuk memahami refleksi dari sejarah reformasi gereja di zaman sekarang.
8. Untuk mengetahui pengembangan reformasi gereja masa kini.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Reformasi Gereja


Reformasi adalah suatu gerakan yang berawal pada abad ke-14 hingga abad ke-17 untuk
melahirkan pembaharuan dalam Kekristenan Barat. Peristiwa reformasi terjadi di abad ke-16
di beberapa tempat yang berbeda. Awal abad ke-16 terlihat kentara bahwa gereja di daerah
Eropa Barat ada di dalam keadaan yang sangat membutuhkan pembaharuan secara global.
Tata gereja yang resmi sangat memerlukan pembongkaran secara menyeluruh. Birokrasi
gereja yang tidak lagi efisiensi dan penuh dengan tindak korupsi. Akhlak para rohaniwan
mengalami kemerosotan dan menjadi sumber skandal bagi jemaat. Sedangkan jabatan
tertinggi dalam gereja di dapati melalui langkah-langkah yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Pada umumnya jabatan itu di dapati melalui dasar status politik,
interaksi keluarga, atau status keuangan, bukannya melalui mutu kerohanian mereka.

Kebanyakan orang, jeritan terhadap pembaruan itu adalah permintaan


untuk dilakukannya reformasi gereja pada bidang moral, hukum, dan administratif. 3 Imoralitas
serta penyalahgunaan harus disingkirkan, Paus mengurangi perhatiannya pada permasalahan
duniawi, administrasi gereja dibersihkan dari tindakan korupsi dan disederhanakan. Tidak
hanya itu, terdapat sebagian orang yang memberikan desakan lain, yakni perlunya reformasi
pada paham-paham keagamaan Kristen, dan ajaran teologinya. Bagi para tokoh reformasi,
gereja dianggap sudah kehilangan visi. Suatu kecurangan menurut paham-paham primer dan
spesial pada iman Kristen, dan kegagalan yang membekukan makna sebenarnya menurut
Kekristenan. Tiba waktunya gereja untuk “memutar haluan”, meninggalkan hasil karya abad
pertengahan dan balik kepada Kekristenan yang murni. Reformasi menekankan untuk kembali
kepada ajaran gereja mula-mula.

3
Hilaire Belloc, How the Reformation Happened (Austin: TAN Books,1992)
6
2.2 Maksud dan Tujuan Reformasi Gereja
Ada pula misi pembaharuan gereja merupakan mengembalikan ajaran-ajaran Kristen,
sebab telah dikira telah menyimpang. Alhasil menimbulkan pembaruan yang diawali oleh
berbagai figur. Figur pembaruan gereja yang populer merupakan Martin Luther, Yohanes
Calvin, serta Zwingli.

2.3 Latar Belakang Pembaharuan Gereja (Reformasi)


Reformasi gereja pertama kali terjadi di wilayah Eropa Barat sekitar abad ke-
16. Reformasi Gereja tahun 1483-1546 terjadi dikarenakan banyak penyimpangan dalam
agama, khususnya agama Kristen. Adanya praktik penjualan surat-surat pengampunan dosa,
yang dikenal dengan surat aflat. Surat aflat itu diperjuakanl ke orang-orang yang tidak
berpartisipasi dalam peristiwa perang salib sekitar abad 11-13. Kemudian hasil dari surat
pengampunan dosa digunakan untuk pembangunan gereja serta pemimpin agama memberikan
suap kepada pejabat gereja agar mereka mencapai status sosial di bidang keagamaan yang
tinggi. Penyimpangan yang sama terjadi pada acara sakramen sakral atau ritus-ritus pemujaan
benda atau figur-figur suci, yang mengarah pada munculnya takhayul dan mitologi yang tidak
masuk akal. Sebagai pendeta, yang hanya manusia dengan sifat yang sama sementara mereka
menganggap diri mereka suci.

Reformasi ini merupakan hasil dari ketidakpuasan yang besar terhadap praktik yang
dilakukan Gereja Katolik Roma saat itu. Ketidakpuasan juga terjadi di Inggris, Bohemia dan
di beberapa tempat lain. Pemimpin-pemimpin gereja pada saat itu hidup secara menentang
Alkitab dan munafik. Masyarakat melihat kebobrokan akhlak gereja, yang bahkan melebihi
kemerosotan moral di kalangan rakyat biasa. Tetapi masyarakat tidak punya hak untuk
mengkritik asumsi bahwa pemimpin ialah wakil Tuhan di dunia dan rakyat harus menaatinya.
Situasi ini pemicu banyak orang yang mulai meninggalkan gereja, tetapi mereka senantiasa
berkomitmen pada gereja karena sudut pandang yang menyatakan bahwa keselamatan hanya
ada di dalam gereja dan di luar gereja dianggap binasa.

Banyaknya penyimpangan keagamaan yang terjadi pada saat itu, diantaranya :


7
- Adanya praktik penyuapan oleh tokoh agama pada petinggi gereja, supaya mereka
mendapat kedudukan sosial dibidang keagamaan yang tinggi.
- Paus sebagai tokoh bapa suci yang dinilai amoral karena menyangkut relasinya dengan
perempuan, seperti Alexander VI yang memiliki 8 anak haram dari hasil hubungannya
dengan perempuan simpanannya.
- Praktik penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgencies).
- Penyimpangan pada sakramen suci atau ritus pemujaaan tokoh-tokoh suci dan benda-
benda keramat yang memunculkan mitologisasi dan takhayul yang tidak masuk akal.

Pada perjuangannya, Martin Luther mengecam keras keburukan-keburukan yang


terdapat pada gereja, paling utama kecurangan surat penghapusan dosa serta sistem kepausan.
Luther melawan ajaran substansiasi (pemahaman mengenai dasar Perjamuan Kudus yang
diyakini oleh Gereja Katolik Roma), kehidupan selibat para rohaniawan, yaitu sebutan untuk
para pemimpin gereja, serta menuntut penghapusan kekuasaan Paus di Jerman. Raja-raja
Jerman banyak membela pada Luther, semacam Raja Hessen, Saxony, Brunswicks,
Brandenburg, dan raja-raja lainnya di luar Jerman, semacam Raja Swedia serta Denmark.
Wilayah tersebut menjadi Lutheran serta Luther memberikan wewenang menata gereja pada
area itu pada rajanya.

Pembaharuan pula terjalin di luar negara Jerman. Ulrich Zwingli pula melangsungkan
pembaharuan gereja dalam tahun 1523 di kota Zurich dengan sokongan dari badan kota.
Pembaharuan yang dicetuskan Zwingli dinilai lebih radikal apabila dibanding dengan Luther.
Pembaruan di Zurich menimbulkan kota itu menjadi anti monastik, anti Paus serta anti
jenjang. Paham dari Zwingli lekas meluas di kota yang lain semacam Swiss serta Jerman
Selatan. Sebaliknya di Jenewa, William Farel mulai melakukan pembaruan pertama kali
setelah itu dilanjutkan oleh Johanes Calvin. Calvin sukses melangsungkan perubahan di kota
Jenewa, apalagi dalam tahun 1536 Calvin sukses menerbitkan novel Institutio (Institutes of
Christian Religion). Calvinisme lekas bertumbuh ke semua Eropa serta memunculkan
pergolakan politik, semacam perang agama di daerah Perancis, revolusi di Belanda yang
melepaskan kolonialisme Spanyol, kebebasan Skotlandia dari pengawasan Perancis, dan lain-
lain. Aksi pembaruan gereja pula timbul di Inggris. Aksi ini diisyarati oleh aksi Raja Henry

8
VIII pelopor berdirinya gereja Anglikan serta penolakannya kepada daulat Paus atas gereja-
gereja di Inggris.

2.4 Tokoh Reformasi dan Peranannya


1. Martin Luther (1483-1546)
Luther lahir di Eisleben, Jerman pada 10 November 1483. Ia adalah tokoh utama
membawa pengaruh besar dalam gereja di kalangan Protestan sesudah era Reformasi. Luther
menerjemahkan Kitab Injil dari bahasa Latin ke bahasa Jerman. Luther membawa pembaruan
besar di Jerman kala itu melalui pengertiannya akan ajaran dan tata gereja. Martin Luther
mengecam keras keburukan-keburukan yang ada di dalam gereja, terutama penyelewengan
surat-surat penghapusan siksa di Jerman oleh Tetzel4. Menentang ucapan-ucapan Tetzel,
Luther menyusun ke-95 dalilnya. Ia menyusun 95 dalil mengenai penghapusan siksa, dalam
bahasa Latin, bahasa kaum cendekiawan. Pada 31 Oktober 1517, dalil-dalil itu
ditempelkannya di pintu gereja Wittenberg.
2. John Calvin (1509-1564)

John Calvin lahir di Noyon, Kerajaan Perancis, pada tanggal 10 Juli 1509 di Swiss.
Calvin dikenal sebagai seorang teolog Kristen terkemuka selama reformasi yang berasal dari
Perancis. Pemimpin gerakan gereja reformasi di Swiss dan perannya sangat penting di antara
pelopor-pelopor reformasi gereja abad ke-16 di gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang
mengikuti ajaran tata gerejanya dikenal sebagai Gereja Calvinisme. Sebagai pelopor
reformasi gereja dia menyebarkan gagasannya mengenai seperti apa gereja
reformasi yang benar. Calvinisme menjadi sistem teologis mayoritas gereja Kekristenan di
Skotlandia, Belanda, daerah-daerah tertentu Jerman dan berpengaruh besar di Perancis,
Hungaria khususnya di Transylvania dan Polandia.

3. Zwingli

Huldrych (atau Ulrich) Zwingli, lahir 1 Januari 1484 di Swiss, merupakan pemimpin
gerakan reformasi di Swiss dan pelopor berdirinya Gereja Reformasi di Swiss. Reformasi

7
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 197
9
Zwingli di dukung Pemerintah dan masyarakat Zurich dan membawa perubahan yang
signifikan kehidupan publik dan urusan kenegaraan di Zurich5. Gerakan ini sangat terkenal
karena penganiayaan tanpa ampun terhadap kaum Anabaptis dan pengikut Kristus lain yang
mengambil sikap non-perlawanan.

4. Erasmus Desiderius Roterodamus

Erasmus adalah sosok yang ikut serta dalam gerakan reformasi gereja yang dipimpin
Luther. Luther menggunakan Perjanjian Baru edisi bahasa Yunani baru yang diterbitkan oleh
Erasmus. Erasamus juga mengkritik keburukan gereja dan menasihati Paus dan mengambil
langkah-langkah untuk mereformasi gereja.

2.5 Kontra Reformasi


Semakin banyak daerah yang melepaskan diri dari Roma, pimpinan Gereja Roma
mengerti bahwa tantangan hebat itu perlu dijawab, jawaban itu disebut Kontra-Reformasi.
Kontra-Reformasi merupakan gerakan yang melawan pembaruan gereja yang dipelopori oleh
Luther. Ciri-ciri corak anti pembaruan, antara lain: pendekatannya berkarakter institusional,
doktrinal, “dari atas”, berkuasa, serta bertugas serupa dengan instansi negeri. Institusi Gereja
Kristen merasa takut dengan terus menjadi meluasnya akibat Luther serta ajarannya. Dogma
Protestan yang bertumbuh ditaksir tidak seimbang, “putus asa”, menyesatkan serta butuh
disehatkan. Kontra-Reformasi dijalankan sekitar tahun 15406. Bentuk-bentuk kontra
reformasi sebagai berikut :
1. Serikat Yesus

Serikat ini berdiri tahun 1540, dan dipelopori oleh Ignatius dari Loyola. Tujuan dari
Serikat Yesus adalah mengumpulkan seluruh dunia di dalam Gereja Kristus7, yaitu Gereja
Katolik, membaharui gereja dari dalam (khususnya lewat pendidikan), memerangi penyesatan
(khususnya Protestanisme), membawa Injil ke dunia orang kafir.

2. Inkwisisi

5
Bella D, Ibnu A, Tedy W, Winy M. (2017)
6
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 195
7
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 197
10
Tahun 1542 Paus mengatur Inkwisisi. Inkwisisi adalah penghapusan ajaran sesat lewat
jalan pengadilan. Inkwisisi bertugas mengusut dan menghukum kaum penyesat. Inkwisisi
menggunakan bantuan negara, yang mengusir, memenjarakan, dan membunuh orang-orang
yang telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan gerejawi.

3. Konsili Trente

Tahun 1545-1563 diadakan Konsili Trente, konsili ini menetapkan mana ajaran yang
diakui oleh Roma dan mana ajaran yang sesat. Konsili Trente menolak ajaran reformasi
dengan tidak menunjukkan pengertian sedikitpun8. Konsili ini menerangkan kalau di luar
Gereja Kristen yang dipandu oleh Paus, tidak terdapat keamanan

2.6 Dampak Reformasi


Begitu juga gereja menata pada nyaris seluruh pandangan kehidupan dikala itu,
pergantian yang terjalin hendak berakibat pula dalam banyak zona. Akibatnya pula
mempengaruhi kepada kekacauan serta peristiwa berdarah yang tidak terbatas jumlahnya.
Eropa menjadi kunci pembaruan gereja sudah memunculkan Western Christendom sehinggga
muncullah negara-negara nasional kecil tanpa mempunyai pusat kewenangan semacam
instansi kepausan di Katolik Roma. Aksi pembaharuan gereja melahirkan kewenangan mutlak
di Eropa serta memunculkan bentrokan kalangan Protestan serta Kristen, perang kerabat serta
penghancuran karya-karya seni, arca, gambar yang beraroma katoliksisme. Pembaharuan
gereja pula menyebabkan terbelahnya agama Kristen jadi sekte-sekte kecil antara lain
Lutherisme, Calvinisme, Anglicanisme, Quakerisme, serta Katolikisme.

2.7 Refleksi dari Sejarah Reformasi Gereja di Masa Kini


Semboyan Ecclesia Reformata Semper Reformanda, Secundum Verbum Dei (The
Church always Re-reforming according to the Word of the Living God) bukan saja menjadi
kepunyaan gereja dengan cara komunal namun juga kepunyaan jemaat secara individu. Selaku
gereja Allah, kita harus mengalami pembaharuan bagi Firman Tuhan. Pembaharuan kita
dengan cara gereja wajib didasarkan oleh Firman Tuhan yang hidup bukan didasarkan dalam

8
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 198
11
kultur, trend, ataupun nilai-nilai sekuler duniawi. Firman Tuhan wajib menjadi dasar bagi
gereja untuk mengalami serta merespon tantangan zaman. Soli Deo Gloria.

2.8 Pengembangan Reformasi Gereja Masa Kini


Gereja yang ada di seluruh dunia tentu saja akan menghadapi banyaknya tantangan,
hambatan, juga perkembangan. Perkembangan itu mampu menjadi pendorong postif untuk
gereja. Contohnya saja perkembangan dalam hal teknologi, informasi, dan komunikasi yang
sangat pesat ini sudah banyak menyumbangkan berbagai hal dalam pelayanan di dalam gereja.
Pengajaran gereja atau semacam khotbah dan renungan bisa melalui televisi, handphone, atau
radio, adanya teknologi seluruh pelosok tempat bisa mempelajari ajaran gereja. Menyikapi
beraneka perkembangan yang terjadi di masyarakat, tentunya gereja masa sekarang dituntut
untuk merefomasi diri dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota jemaatnya. Oleh
karena itu, pengembangan reformasi gereja masa sekarang, tentunya tidak bisa terlepas dari
peran manusia itu sendiri, karena gereja akan mengalami pengembangan yang lebih baik
melalui bantuan dari manusia itu sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa gereja merupakan
perkumpulan umat manusia yang percaya kepada Yesus Kristus. Jadi, wujud dari gereja itu
sendiri ialah persekutuan jemaat dengan Kristus dan persekutuan dengan orang lain atau
sesamanya.9Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam mengembangkan gereja masa kini:

1. Fokus pada orangnya.

Mereformasi gereja masa kini yang perlu dipahami benar bahwa gereja itu berpusat
pada orang atau jemaatnya, gereja harus memikirkan perubahan-perubahan yang akan
dilakukan secara bijaksana, dan gereja harus melahirkan reformasi tanpa keraguan.
Ketika orang terfokuskan dalam mengatur dan menata gereja supaya gereja mengalami
kemajuan dan perkembangan pasti jemaat pun akan merasa senang. Dan jemaat pun
tidak merasa ketinggalan perkembangan zaman. Gereja yang mengikuti perkembangan
zaman adalah gereja yang memahami permasalahan hidup setiap warga jemaatnya,

9
Paulus Lie, Mereformasi Gereja (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010), 1
12
gereja yang mau mendalami problema jemaatnya, bahkan gereja yang bersedia
mencurahkan waktu untuk mendengarkan jemaat10.

2. Mereformasi Peran Pendeta Sebagai Penggerak Gerejanya

Sebagai tokoh masyarakat dalam bidang pemuka agama, seorang pendeta harus
memahami tugas, tanggung jawab, dan perannya. Tugas pokok seorang pendeta adalah
sebagai penasihat dibidang teologi, menjadi penggerak akan pembaharuan dalam
jemaatnya, dan seorang pendeta juga diharuskan cakap dalam membangun struktur
pelayanannya di dalam sebuah gereja11.

3. Mereformasi Tata Kebaktian Gereja

Tidak dapat dipungkiri bahwa tata kebaktian hampir mirip dengan liturgi gereja.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan gereja masa sekarang ini, gereja perlunya
melakukan kreativitas dalam mengatur ulang dan menata kebaktian. Gereja yang kreatif
ialah gereja yang mampu dan berani merencanakan keistimewaan liturgi ibadah atau
sanggup melakukan kreasi dan inovasi dalam kegiatan peribadahannya. Jika hal ini
dikerjakan, hasil yang didapat jemaat tidak merasa bosan dalam melaksanakan ibadah.
Gereja masa sekarang ini masih menggumuli tradisi kebaktian yang biasa dilakukan
untuk dipertahankan atau mereformasi kebaktian dengan melakukan hal-hal yang
baru12. Gereja seluruhnya adalah tempat bertumbuhnya iman masa sekarang, yang
artinya penerimaan Firman Allah bagi gereja, yang terjadi dalam iman keyakinan
seseorang, yang bersifat kreatif tidak pasif. Oleh karena itu, firman yang diambil dan
diterima gereja dalam penerapannya dilakukan dengan cara yang selalu kreatif dan baru.

10
Rika Tangdo, Pengembangan Reformasi Gereja Masa Kini (Toraja : OSFPREPRINTS, 2020)
11
Paulus Lie, Mereformas Gereja (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010), 64-75
12
Paulus Lie, Mereformasi Gereja (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010), 79 dan 81
13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa reformasi
merupakan jawaban iman terhadap proses perubahan dan perkembangan yang sedang
menantangnya yang ada di dalam gereja. Reformasi telah membawa banyak perubahan sosial.
Bagaimana hal itu terjadi dapat dilihat pada sejarah reformasi yang dipelopori Luther, Calvin,
dan tokoh-tokoh lainnya yang kehadiran mereka yang memberi dampak dalam sejarah masih
bisa dirasakan sampai saat ini. Reformasi yang saat itu menjadi gerakan yang untuk
menentang penyimpangan-penyimpangan Gereja Katolik Roma, kini reformasi melahirkan
ajaran dan tatanan gereja yang baru dalam melalui pemahaman sola scriptura yang kemudian
menimbulkan munculnya banyak aliran Protestanisme yang tersebar di seluruh dunia.
Pembaharuan yang dilakukan untuk gereja wajib didasarkan oleh Firman Tuhan yang hidup
bukan didasarkan dalam kultur, trend, ataupun nilai-nilai sekuler duniawi. Alkitab menjadi
dasar, pedoman yang mutlak dalam pembaharuan dan pengembangan gereja.

Pengembangan pembaharuan di dalam gereja era ini adalah bentuk refleksi diri dari
sejarah peristiwa reformasi yang pernah ada. Pengembangan pembaruan gereja amatlah
bermanfaat bagi jemaat. Bukan cuma gereja saja yang mengalami pembaruan melainkan pula
jemaatnya. Paling awal yang wajib direformasi merupakan jemaatnya ataupun fokus pada
orangnya, kemudian tugas tanggung jawab dan serta peranan pendeta dalam membangun
struktur pelayanannya, serta mereformasi secara kreatif tatanan kebaktiannya. Dengan
semangat Reformasi, sebagai warga gereja yang terus berubah sesuai dengan Firman Tuhan.
Firman Tuhan harus menjadi dasar gereja untuk terus berubah dalam menghadapi dan
merespon tantangan jaman. Soli Deo Gloria.

14
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan karya tulis
yang bisa memberi manfaat bagi banyak orang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bella D, Ibnu A, Tedy W, Winy M. (2017). Makalah Reformasi Gereja.


https://baixardoc.com/preview/makalah-reformasi-gereja-5d17ca832d129
Hilaire Belloc. (1992). How the Reformation Happened. Austin: TAN Books
Jonar T.H. Situmorong, M.A. (2016). Eklesiologi. Jakarta: Penerbit ANDI.
Paulus Lie. (2010). Mereformasi Gereja. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Rika Tangdo (2020). Pengembangan Reformasi Gereja Masa Kini.
https://osf.io/bmj7a/download/?format=pdf
Thomas Van Den End. (2019). HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.

16

Anda mungkin juga menyukai