Disusun Oleh:
Krisdian Novitaningtyas
(A120221016)
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kebaikan dan limpahan anugerah
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
ditentukan tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kepada bapak Hida Dianto, S.Si, M.Si sebagai dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Gereja yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini.
Menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
2
DAFTAR ISI
Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 4
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Reformasi Gereja……………….............................................................. 6
2.2 Maksud dan Tujuan Reformasi Gereja..............……………………....... 7
2.3 Latar Belakang Pembaharuan Gereja……………………………....…… 7
2.4 Tokoh Reformasi dan Peranannya............................................................ 9
2.5 Kontra-Reformasi...................................................................................... 10
2.6 Dampak Reformasi................................................................................... 11
2.7 Refleksi dari Sejarah Reformasi Gereja di Masa Kini.............................. 12
2.8 Pengembangan Reformasi Gereja Masa Kini........................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 1
2
Jonar T.H. Situmorong, M.A., Eklesiologi (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2016), 8
4
Semboyan Ecclesia Reformata Semper Reformanda, Secundum Verbum Dei (The
Church always Re-reforming according to the Word of the Living God) yang lahir pada masa
reformasi bukan saja menjadi milik Gereja secara komunal tetapi semboyan ini berlaku bagi
manusia itu sendiri yang ada dalam lingkup gereja. Dapat dipahami bahwa ereja
merupakan perkumpulan dari umat manusia yang berkeyakinan pada Yesus Kristus.
Sehingga wujud dari gereja itu ialah persekutuan jemaat dengan Kristus dan
persekutuan jemaat dengan sesamanya . Dengan merefleksikan sejarah yang pernah terjadi
di masa lampau mampu membuka pengetahuan untuk terus melakukan pengembangan dan
perubahan secara individu sebagai dasar untuk menghadapi dan meresponi tantangan jaman.
5
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hilaire Belloc, How the Reformation Happened (Austin: TAN Books,1992)
6
2.2 Maksud dan Tujuan Reformasi Gereja
Ada pula misi pembaharuan gereja merupakan mengembalikan ajaran-ajaran Kristen,
sebab telah dikira telah menyimpang. Alhasil menimbulkan pembaruan yang diawali oleh
berbagai figur. Figur pembaruan gereja yang populer merupakan Martin Luther, Yohanes
Calvin, serta Zwingli.
Reformasi ini merupakan hasil dari ketidakpuasan yang besar terhadap praktik yang
dilakukan Gereja Katolik Roma saat itu. Ketidakpuasan juga terjadi di Inggris, Bohemia dan
di beberapa tempat lain. Pemimpin-pemimpin gereja pada saat itu hidup secara menentang
Alkitab dan munafik. Masyarakat melihat kebobrokan akhlak gereja, yang bahkan melebihi
kemerosotan moral di kalangan rakyat biasa. Tetapi masyarakat tidak punya hak untuk
mengkritik asumsi bahwa pemimpin ialah wakil Tuhan di dunia dan rakyat harus menaatinya.
Situasi ini pemicu banyak orang yang mulai meninggalkan gereja, tetapi mereka senantiasa
berkomitmen pada gereja karena sudut pandang yang menyatakan bahwa keselamatan hanya
ada di dalam gereja dan di luar gereja dianggap binasa.
Pembaharuan pula terjalin di luar negara Jerman. Ulrich Zwingli pula melangsungkan
pembaharuan gereja dalam tahun 1523 di kota Zurich dengan sokongan dari badan kota.
Pembaharuan yang dicetuskan Zwingli dinilai lebih radikal apabila dibanding dengan Luther.
Pembaruan di Zurich menimbulkan kota itu menjadi anti monastik, anti Paus serta anti
jenjang. Paham dari Zwingli lekas meluas di kota yang lain semacam Swiss serta Jerman
Selatan. Sebaliknya di Jenewa, William Farel mulai melakukan pembaruan pertama kali
setelah itu dilanjutkan oleh Johanes Calvin. Calvin sukses melangsungkan perubahan di kota
Jenewa, apalagi dalam tahun 1536 Calvin sukses menerbitkan novel Institutio (Institutes of
Christian Religion). Calvinisme lekas bertumbuh ke semua Eropa serta memunculkan
pergolakan politik, semacam perang agama di daerah Perancis, revolusi di Belanda yang
melepaskan kolonialisme Spanyol, kebebasan Skotlandia dari pengawasan Perancis, dan lain-
lain. Aksi pembaruan gereja pula timbul di Inggris. Aksi ini diisyarati oleh aksi Raja Henry
8
VIII pelopor berdirinya gereja Anglikan serta penolakannya kepada daulat Paus atas gereja-
gereja di Inggris.
John Calvin lahir di Noyon, Kerajaan Perancis, pada tanggal 10 Juli 1509 di Swiss.
Calvin dikenal sebagai seorang teolog Kristen terkemuka selama reformasi yang berasal dari
Perancis. Pemimpin gerakan gereja reformasi di Swiss dan perannya sangat penting di antara
pelopor-pelopor reformasi gereja abad ke-16 di gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang
mengikuti ajaran tata gerejanya dikenal sebagai Gereja Calvinisme. Sebagai pelopor
reformasi gereja dia menyebarkan gagasannya mengenai seperti apa gereja
reformasi yang benar. Calvinisme menjadi sistem teologis mayoritas gereja Kekristenan di
Skotlandia, Belanda, daerah-daerah tertentu Jerman dan berpengaruh besar di Perancis,
Hungaria khususnya di Transylvania dan Polandia.
3. Zwingli
Huldrych (atau Ulrich) Zwingli, lahir 1 Januari 1484 di Swiss, merupakan pemimpin
gerakan reformasi di Swiss dan pelopor berdirinya Gereja Reformasi di Swiss. Reformasi
7
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 197
9
Zwingli di dukung Pemerintah dan masyarakat Zurich dan membawa perubahan yang
signifikan kehidupan publik dan urusan kenegaraan di Zurich5. Gerakan ini sangat terkenal
karena penganiayaan tanpa ampun terhadap kaum Anabaptis dan pengikut Kristus lain yang
mengambil sikap non-perlawanan.
Erasmus adalah sosok yang ikut serta dalam gerakan reformasi gereja yang dipimpin
Luther. Luther menggunakan Perjanjian Baru edisi bahasa Yunani baru yang diterbitkan oleh
Erasmus. Erasamus juga mengkritik keburukan gereja dan menasihati Paus dan mengambil
langkah-langkah untuk mereformasi gereja.
Serikat ini berdiri tahun 1540, dan dipelopori oleh Ignatius dari Loyola. Tujuan dari
Serikat Yesus adalah mengumpulkan seluruh dunia di dalam Gereja Kristus7, yaitu Gereja
Katolik, membaharui gereja dari dalam (khususnya lewat pendidikan), memerangi penyesatan
(khususnya Protestanisme), membawa Injil ke dunia orang kafir.
2. Inkwisisi
5
Bella D, Ibnu A, Tedy W, Winy M. (2017)
6
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 195
7
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 197
10
Tahun 1542 Paus mengatur Inkwisisi. Inkwisisi adalah penghapusan ajaran sesat lewat
jalan pengadilan. Inkwisisi bertugas mengusut dan menghukum kaum penyesat. Inkwisisi
menggunakan bantuan negara, yang mengusir, memenjarakan, dan membunuh orang-orang
yang telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan gerejawi.
3. Konsili Trente
Tahun 1545-1563 diadakan Konsili Trente, konsili ini menetapkan mana ajaran yang
diakui oleh Roma dan mana ajaran yang sesat. Konsili Trente menolak ajaran reformasi
dengan tidak menunjukkan pengertian sedikitpun8. Konsili ini menerangkan kalau di luar
Gereja Kristen yang dipandu oleh Paus, tidak terdapat keamanan
8
Thomas Van Den End, HARTA DALAM BEJANA Sejarah Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2019), 198
11
kultur, trend, ataupun nilai-nilai sekuler duniawi. Firman Tuhan wajib menjadi dasar bagi
gereja untuk mengalami serta merespon tantangan zaman. Soli Deo Gloria.
Mereformasi gereja masa kini yang perlu dipahami benar bahwa gereja itu berpusat
pada orang atau jemaatnya, gereja harus memikirkan perubahan-perubahan yang akan
dilakukan secara bijaksana, dan gereja harus melahirkan reformasi tanpa keraguan.
Ketika orang terfokuskan dalam mengatur dan menata gereja supaya gereja mengalami
kemajuan dan perkembangan pasti jemaat pun akan merasa senang. Dan jemaat pun
tidak merasa ketinggalan perkembangan zaman. Gereja yang mengikuti perkembangan
zaman adalah gereja yang memahami permasalahan hidup setiap warga jemaatnya,
9
Paulus Lie, Mereformasi Gereja (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010), 1
12
gereja yang mau mendalami problema jemaatnya, bahkan gereja yang bersedia
mencurahkan waktu untuk mendengarkan jemaat10.
Sebagai tokoh masyarakat dalam bidang pemuka agama, seorang pendeta harus
memahami tugas, tanggung jawab, dan perannya. Tugas pokok seorang pendeta adalah
sebagai penasihat dibidang teologi, menjadi penggerak akan pembaharuan dalam
jemaatnya, dan seorang pendeta juga diharuskan cakap dalam membangun struktur
pelayanannya di dalam sebuah gereja11.
Tidak dapat dipungkiri bahwa tata kebaktian hampir mirip dengan liturgi gereja.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan gereja masa sekarang ini, gereja perlunya
melakukan kreativitas dalam mengatur ulang dan menata kebaktian. Gereja yang kreatif
ialah gereja yang mampu dan berani merencanakan keistimewaan liturgi ibadah atau
sanggup melakukan kreasi dan inovasi dalam kegiatan peribadahannya. Jika hal ini
dikerjakan, hasil yang didapat jemaat tidak merasa bosan dalam melaksanakan ibadah.
Gereja masa sekarang ini masih menggumuli tradisi kebaktian yang biasa dilakukan
untuk dipertahankan atau mereformasi kebaktian dengan melakukan hal-hal yang
baru12. Gereja seluruhnya adalah tempat bertumbuhnya iman masa sekarang, yang
artinya penerimaan Firman Allah bagi gereja, yang terjadi dalam iman keyakinan
seseorang, yang bersifat kreatif tidak pasif. Oleh karena itu, firman yang diambil dan
diterima gereja dalam penerapannya dilakukan dengan cara yang selalu kreatif dan baru.
10
Rika Tangdo, Pengembangan Reformasi Gereja Masa Kini (Toraja : OSFPREPRINTS, 2020)
11
Paulus Lie, Mereformas Gereja (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010), 64-75
12
Paulus Lie, Mereformasi Gereja (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010), 79 dan 81
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa reformasi
merupakan jawaban iman terhadap proses perubahan dan perkembangan yang sedang
menantangnya yang ada di dalam gereja. Reformasi telah membawa banyak perubahan sosial.
Bagaimana hal itu terjadi dapat dilihat pada sejarah reformasi yang dipelopori Luther, Calvin,
dan tokoh-tokoh lainnya yang kehadiran mereka yang memberi dampak dalam sejarah masih
bisa dirasakan sampai saat ini. Reformasi yang saat itu menjadi gerakan yang untuk
menentang penyimpangan-penyimpangan Gereja Katolik Roma, kini reformasi melahirkan
ajaran dan tatanan gereja yang baru dalam melalui pemahaman sola scriptura yang kemudian
menimbulkan munculnya banyak aliran Protestanisme yang tersebar di seluruh dunia.
Pembaharuan yang dilakukan untuk gereja wajib didasarkan oleh Firman Tuhan yang hidup
bukan didasarkan dalam kultur, trend, ataupun nilai-nilai sekuler duniawi. Alkitab menjadi
dasar, pedoman yang mutlak dalam pembaharuan dan pengembangan gereja.
Pengembangan pembaharuan di dalam gereja era ini adalah bentuk refleksi diri dari
sejarah peristiwa reformasi yang pernah ada. Pengembangan pembaruan gereja amatlah
bermanfaat bagi jemaat. Bukan cuma gereja saja yang mengalami pembaruan melainkan pula
jemaatnya. Paling awal yang wajib direformasi merupakan jemaatnya ataupun fokus pada
orangnya, kemudian tugas tanggung jawab dan serta peranan pendeta dalam membangun
struktur pelayanannya, serta mereformasi secara kreatif tatanan kebaktiannya. Dengan
semangat Reformasi, sebagai warga gereja yang terus berubah sesuai dengan Firman Tuhan.
Firman Tuhan harus menjadi dasar gereja untuk terus berubah dalam menghadapi dan
merespon tantangan jaman. Soli Deo Gloria.
14
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan karya tulis
yang bisa memberi manfaat bagi banyak orang.
15
DAFTAR PUSTAKA
16