Eko Prasetyo
Tata Negara
Darurat
DUA MACAM
HUKUM TATA NEGARA DARURAT
instrumen yang di anggap utama yang mengatur pemberlakuan keadaan darurat ini ada tiga,
1) Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia atau European Convertion Human Rights (ECHR) 1950;
2) Konvensi Inter-Amerika tentang Hak Asasi Manusia atau Inter-American Convention Human Right (IACHR) 1969;
3) Konvenan Internasional Hak-Hak Sipil atau International Convenant on Civil adn Political Rights (ICCPR) Perserikatan Bangsa-Bangsa
1966.
Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 1959, “Presiden/Panglima tertinngi angkatan perang menyatakan seluruh atau sebagian dari
wilayah Negara Republik Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan darurat sipil atau keadaaan darurat militer atau keadaan
darurat perang apabila:100
a) Keamanan atau ketertiban hukum diseluruh wilayah atau disebagian wilayah Negara Republik Indonesia terancam oleh
pemberontakan, kerusuhan-kerusuhan atau akibat bencana alam sehingga dikhawatirkan tidak dapat diatasi oleh alat-alat perlengkapan
secara biasa;
b) Timbul perang atau bahaya perang atau dikhawatirkan perkosaan wilayah Negara Republik Indonesia dengan cara apapun juga; dan
c) Hidup negara berada dalam keadaan bahaya atau dari keadaan-keadaan khusus ternyata ada atau dikhawatirkan ada gejala-gejala
yang dapat membahayakan hidup negara.
HAK ASASI DALAM
HUKUM TATA NEGARA DARURAT
Presiden memegang kekuasaan sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan, terdapat beberapa prinsip pokok dalam sistem pemerintahan presidensil
yang bersifat universal yaitu109:
1) Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan eksekutif dan legislatif;
2) Presiden merupakan eksekutif tunggal, kekuasaan eksekutif Presiden tidak terbagi dan hanya Presiden dan Wakil Presiden;
3) Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara;
4) Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai bawahan yang bertanggung jawab kepadanya;
5) Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demikian pula sebaliknya;
6) Presiden tidak dapat membubarkan ataupun memaksa parlemen;
7) Jika dalam sistem parlementer berlaku prinsip supremasi parlemen, maka dalam sistem presidensil berlaku prinsip supremasi konstitusi. Karena itu, pemerintahan
eksekutif bertanggung jawab kepada konstitusi;
8) Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada rakyat yang berdaulat; dan
9) Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem parlementer yang terpusat pada parlemen.
Kekuasaan Presiden berdasarkan UUD RI Tahun 1945 meliputi kekuasaan administratif, legislatif, yudikatif, militer, dan kekuasaan diplomatik.
Negara dalam keadaan darurat bisa mengurangi sebagian dari hak asasi manusia. Namun negara tidak boleh mengurangi sedikit pun hak dasar manusia (non derogable
rights). Berikut ini hak dasar manusia: a). hak untuk hidup; b). hak untuk tidak disiksa; c). hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani; d). hak beragama; e). hak untuk tidak
diperbudak; f). hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum; g). hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut. 1
FUNGSI HUKUM
HUKUM TATA NEGARA DARURAT POSITIF
SUBYEK HUKUM
HUKUM TATA NEGARA DARURAT POSITIF
Presiden adalah pihak yang diberikan kekuasaan dan kewenangan dalam menentukan
keadaan bahaya.
Tidak ada subyek lain yang ditentukan oleh konstitusi sebagai subyek hukum HTND