HTN pada dasarnya adalah hukum yang mengatur organisasi kekuasaan suatu negara
beserta segala aspek yang berkaitan dengan organisasi negara tersebut.
B. Objek HTN
Obyek kajian ilmu hukum tata negara adalah negara. Dimana negara dipandang dari sifatnya
atau pengertiannya yang konkrit. Artinya obyeknya terikat pada tempat, keadaan dan waktu
tertentu. Hukum tata negara merupakan cabang ilmu hukum yang membahas tatanan,
struktur kenegaraan, mekanisme hubungan antara struktur organ atau struktur kenegaraan
serta mekanisme hubungan antara struktur negara dan warga negara.
Ruang lingkup Hukum Tata Negara adalah struktur umum dari negara sebagai organisasi,
yaitu:
1. sumber hukum materil tata Negara adalah sumber hukum yang menentukan isi kaidah
hukum tata Negara, yaitu:
a) Dasar dan pandangan hidup bernegara sepeti Pancasila
b) kekuatan politik yang berpengaruh pada saat merumuskan kaidah hukum tata
Negara.
2. sumber hukum dalam arti formal, yaitu
a) hukum perundang-undangan ketatanegaraan
b) hukum adat ketatanegaraan
c) hukum adat kebiasaan atau konvensi ketatanegaraan
d) yurisprudensi ketatanegaraan adalah kumpulan putusan-putusan pengadilan.
e) Trakta atau hukum perjanjian internasional ketatanegaraan
f) Doktrin ketatanegaraan
F. Asas HTN
Menurut Boedisoesetyo bahwa mempelajari asas HTN sesuatu Negara tidak luput dari
penyelidikan tentang hukum positifnya yaitu UUD karena dari situlah kemudian ditentunkan
tipe Negara dan asaa kenegaraan bersangkutan.
• asas pancasila
• asas Negara hukum (rechtsstaat)
• asas legalitas
• asas kedaulatan dan demokrasi dalam Negara Indonesia, mencari keseimbangan
individualisme dan kolektivitas dalam kebijakan demokrasi politik dan ekonomi.
• asas Negara kesatuan
• asas pemisahan kekuasaan dan check and balance (perimbangan kekuasaan)
Negara darurat (State of Emergancy)
yaitu keadaan bahaya yang tiba-tiba mengancam tertib umum, yang menuntut negara untuk
bertindak dengan cara-cara yang tidak lazim menurut aturan hukum yang biasa berlaku
dalam keadaan normal.
Hukum keadaan darurat memiliki model yang berbeda-beda di berbagai negara. Model-
model tersebut memiliki perbedaan pada perkembangan sejarah, ketentuan konstitusional
dan pelaksanaannya. Berikut adalah model-model hukum keadaan darurat diberbagai
negara
Dalam UUD 1958, Artikel 16 menetukan bahwa keadaan memberikan kewenangan pada
presiden untuk secara unilateral menyatakan atau mendeklarasikan keadaan darurat (etat de
siege).
Pada Artikel 36 berisi ketentuan yang secara khusus mengatur tentang pemberlakuan keadaaan
darurat atau pendeklarasian etat de siege.
Pada Artikel 7 UU tahun 1878, pelaksanaan tugas-tugas kepolisian yang biasanya berada dalam
otoritas sipil beralih ketangan penguasa militer.
c. Emergency Law di India
1) Dalam UUD India part XXVIII Konstitutusi India, yaitu artikel 352 sampai dengan
artikel 360 keadaan darurat dibedakan dalam 3 (tiga) tipe;
2) Keadaan darurat yang timbul karena ancaman terhadap keselamatan India atau
bagian dari wilayahnya (emergency arising from a threat to securityof india or
any part of its territory);
3) Kegagalan fungsi-fungsi aparatur dalam menjalankan tugas konstitusionalnya
dalam negara (failure of constitutional machinery in a State);
Darurat keuangan (financial emergency).
Menurut Herman Sihombing dilihat dari corak, bentuk, dan sumbernya, maka HTN Darurat
itu dapat digolongkan atau ditempatkan ke dalam:
Dari sudut formal isinya, yakni dari tingkatan bahaya darurat dalam HTN Darurat itu, dapat
dikemukan, tingkatan Darurat Sipil, tingkatan Darurat Militer dan dalam tingkatan Darurat
Perang.
UU Nomor 23 Tahun 1959 merupakan hukum tata negara darurat positif di Indonesia.
Dalam penetapan berlakunya keadaan darurat itu harus dilakukan oleh Presiden sebagai
kepala negara (the sovereign head of state). Penetapannya dapat dilakukan dalam bentuk
Peraturan Presiden, apabila isinya hanya bersifat “Beschikking” yang mengadung norma
konkret dan individual.
Jika normanya mengandung penetapan (beschikking) yang bersifat konkret dan individual
serta sekaligus norma pengaturan (regelingen) yang bersifat umum dan abstrak, maka
bentuk hukum yang dipilih dapat berbentuk Pengaturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Peppu)
Setelah Ditetapkan Negara Dalam Keadaan Darurat
Keamanan atau ketertiban hukum diseluruh wilayah atau disebagian wilayah Negara
Republik Indonesia terancam oleh pemberontakan, kerusuhan-kerusuhan atau
akibat bencana alam sehingga dikhawatirkan tidak dapat diatasi oleh alat-alat
perlengkapan secara biasa;
Timbul perang atau bahaya perang atau dikhawatirkan perkosaan wilayah Negara
Republik Indonesia dengan cara apapun juga; dan
Hidup negara berada dalam keadaan bahaya atau dari keadaan-keadaan khusus
ternyata ada atau dikhawatirkan ada gejala-gejala yang dapat membahayakan hidup
negara.
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1959, ditetapkan ada 3 tingkatan bahaya atau darurat;
-Penghapusan keadaan perang, jika seluruh atau sebagian wilayah RI dinyatakan tadinya
dalam keadaan perang.
-Penghapusan darurat militer, jika tadinya dinyatakan bahaya itu dalam darurat militer.
-Penghapusan darurat sipil, jika tadinya dinyatakan bahaya itu dalam darurat sipil.
Kedaulatan
Pengertian:
Menurut Jack H. Nagel pembicaraan tentang kekuasaan selalu meliputi 2 (dua) aspek, yaitu
lingkup kekuasaan (scope of power) dan jangkauan kekuasaan (domain of power).
Persoalan lingkup kedaulatan mengarah kepada kegiatan yang ada dalam fungsi kedaulatan
yang meliputi 2 (dua) fokus, yaitu
Konsepsi kedaulatan rakyat berakar pada doktrin Romawi, yaitu lex regia, yang berarti
bahwa kekuasaan diperoleh dari rakyat (populus). Kedaulatan rakyat dapat dipahami dalam
beberapa pengertian:
(a) Rakyat diartikan sebagai “seluruh rakyat”, dalam suatu wilayah negara;
(b) Rakyat dapat ditafsirkan sebagai suatu “bangsa” (the nation, das Volk);
(d) Kedaulatan terletak pada suatu dewan pemilihan (the electorate); dan
TAHAPAN-TAHAPAN DEMOKRASI
DEMOKRASI KONSENSUS
Demokrasi konsensus terdapat pada masyarakat kesukuan (tribe society) atau adat. Pada
asasnya, setiap orang harus menyetujui suatu keputusan sebelum keputusan tersebut
dilaksanakan. Dalam konteks Indonesia, hal ini merupakan asas konsensus atau
musyawarah mufakat dalam peristilahan hukum di Indonesia
DEMOKRASI GANDA
Bentuk demokrasi ganda (dual democracy) terjadi pada masyarakat adat tertentu. Dalam
demokrasi ini, para pemimpin masyarakat secara bergilir menjadi fungsionaris yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan. Bentuk demokrasi ganda ini mengalami transformasi
pada negara modern menjadi bentuk perwakilan modern. Pergiliran fungsionaris dalam
demokrasi ganda diambil alih dalam bentuk demokrasi modern menjadi perwakilan yang
secara berkala anggota-anggotanya dipilih kembali.
DEMOKRASİ KORPORATİF
Bentuk demokrasi modern ini disebut demokrasi korporatif, karena menggunakan badan
(corporation) yang menyelenggarakan suatu forum pertemuan umum dan memiliki
kekuasaan untuk mengambil keputusan. Di dalamnya berlaku prinsip mayoritas, karena
perwakilan dipilih secara berkala dalam pemilihan umum (Pemilu).
Asumsinya bahwa badan perwakilan pada asasnya mewakili mayoritas rakyat dan sejak
itulah pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan kaidah mayoritas sebagai legitimasi
sebagaimana jika dilakukan langsung oleh mayoritas pemilih .
PERWAKILAN FUNGSIONAL
Berdasarkan anggapan bahwa negara modern tersusun oleh komposisi masyarakat industri,
maka timbul gagasan untuk mengorganisasikan masyarakat semata- mata atas dasar fungsi-
fungsi industri. Perwakilan ini lazim disebut sebagai perwakilan korporatis yaitu suatu sistem
perwakilan yang dibentuk berdasarkan sistem korporatisme negara.
Konsepsi kedaulatan rakyat rumusan sila keempat Pancasila yaitu “kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.” Dalam pandangan
Pancasila, konsep kedaulatan rakyat dapat diartikan sebagai pentingnya suara-suara rakyat
dalam politik. Konsep kedaulatan rakyat juga bermakna adanya kekuasaan rakyat untuk
mengawasi dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik
Dalam rumusan alinea ke-2 Pembukaan UUD 1945 dinyatakan “Dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat
sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.”
Rumusan alinea ke-2 tersebut menunjukkan pengakuan akan peran “perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia” yang secara historis faktual dilakukan oleh kekuatan-kekuataan
sosial dan politik yang berkembang sebelum kemerdekaan Indonesia. Hal ini menjelaskan
bahwa konsepsi dasar tentang kedaulatan rakyat di dalam UUD 1945 adalah kedaulatan
rakyat yang pluralis.
Menurut Jimly Asshiddiqie, secara umum ada tiga prinsip perwakilan yang dikenal di dunia;
Perwakilan melalui prosedur partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi modern.
Namun pilar partai politik ini dipandang tidak sempurna jika tidak dilengkapi dengan sistem
“double-check” sehingga aspirasi dari kepentingan seluruh rakyat benar-benar dapat
tersalurkan dengan baik. karena itu, diciptakan pula adanya mekanisme perwakilan daerah
(regional representation) atau perwakilan territorial (territorial representation).
Untuk negara-negara besar dan kompleks, apalagi negara-negara yang berbentuk federal,
sistem “double check” ini dianggap lebih ideal. Karena itu, banyak diantaranya mengadopsi
keduanya dengan membentuk struktur parlemen bikameral atau dua kamar.
KONSTITUSI & UUD
bahwa tidak ada satu negara pun di dunia ini yang tidak mempunyai konstitusi atau undang-
undang dasar. Konstitusi atau undang-undang dasar adalah hukum tertinggi (supreme law)
yang harus ditaati baik oleh rakyat maupun oleh alat-alat perlengkapan negara.
Konstitusi tidak hanya memuat norma tertinggi (een hoogste normen) tetapi merupakan
pula pedoman konstitusional (een constitutionale richtsnoer) bagi para warga (rakyat
banyak) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Konstitusi harus secara sadar diinternalisasi dalam perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara bagi rakyat banyak selaku pemegang kedaulatan.
Maksudnya adalah landasan kesediaan warga negara taat terhadap konstitusi- Mahmud
Rasyid;
Pada masa perang Dunia I tahun 1914, setidaknya telah memberikan sumbangsih bagi
konstitusionalisme, dengan menghancurkan pemerintahan yang tidak liberal, menciptakan
negara-negara baru dengan suatu konstitusi yang berasaskan demokrasi dan nasionalisme.
(Ni’matul Huda).
Tiga tahun kemudian muncul perlawanan yang menentang keras konstitusionalisme. Pada
tahun 1917 terjadinya revolusi Rusia, meletusnya fasisme di Italia, pemberontakan Nazi di
Jerman hingga terjadinya perang dunia II.
ELEMEN KONSTITUSIONALISME
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 pertama kali ditetapkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut sebenarnya merupakan
hasil karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan
tanggal 10 Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya BPUPKI berupa rancangan pembukaaan
hukum dasar dari BPUPKI itulah yang selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia
setelah mengalami perubahan seperlunya oleh PPKI.
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut, Kusnardi
menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam dua bagian, yakni
membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintahan atau penguasa
dalam negera.
Sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk menjamin hak-
hak warga negara. Hak-hak tersebut mencangkup HAM, seperti hak untuk hidup,
kesejahteraan hidup dan hak kebebasan.
Konstitusi mempunyai tiga tujuan pokok, petama, keadilan (justice), kedua, kepastian
(certainty atau zekenheid), dan ketiga, kebergunaan (utility).
Keadilan itu sepadan dengan keseimbangan (balance, mizan) dan kepatutan (equity), serta
kewajaran (proportionality).
Sementara, kebergunaan diharapkan dapat menjamin bahwa semua nilai-nilai tersebut akan
mewujudkan kedamaian hidup bersama.
TUJUAN KONSTITUSI
Sedangkan, Maurice Hauriou mengatakan bahwa tujuan konstitusi adalah untuk menjaga
keseimbangan antara (i) ketertiban (order), (ii) kekuasaan (gezag), dan (iii) kebebasan
(vrijheid).