Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. (02103067) Nur Munifah Anugrah R

2. (02103058) Imas Madinah Putri

3. (020035031) Sulfia Melati Sulpakar

4. (02103044) Imma

5. (02103047) Arnol Wijaya

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


AMANAH MAKASSAR
PROGRAM DIII KEPERAWATAN GIGI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan Oksigen”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Di
samping itu, penulis juga berharap makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam
menunjang pengetahuan berbagai pihak khususnya para mahasiswa.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


berbagai pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin Ya Rabbal Alamin.

Makassar, 13 April 2023

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul .............................................................................................. i

Kata pengantar ............................................................................................. ii

Daftar isi..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1
D. Manfaat .............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN KASUS ....................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................... 13

A. Pengertian Oksigenasi ...................................................................... 13


B. Tujuan Oksigenasi ............................................................................ 13
C. Proses Oksigenasi ............................................................................. 13
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen ................... 15
E. Alat-Alat yang dibutuhkan untuk Melakukan Oksigenasi .................. 17
F. Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Oksigen ......................................... 18
G. Hal-Hal yang Perlu diperhatikan Mengenai Oksigenasi..................... 21

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 23

A. Kesimpulan ...................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................ 23
Daftar Pustaka ........................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya
kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam
bidang garapan tenaga medis. Karenanya, setiap tenaga medis harus paham dengan
manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi
berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu,
tenaga medis perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian oksigenasi?
2. Apa tujuan oksigenasi?
3. Bagaimana proses oksigenasi?
4. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen?
5. Apa sajakah alat yang dibutuhkan untuk melakukan oksigenasi?
6. Bagaimana prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen?
7. Apa sajakah hal yang perlu diperhatikan mengenai oksigenasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian oksigenasi.
2. Untuk mengetahui tujuan oksigenasi.
3. Untuk mengetahui proses oksigenasi.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen.
5. Untuk mengetahui alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan oksigenasi.

1
6. Untuk mengetahui prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen.
7. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai oksigenasi.

D. Manfaat
1. Memahami pengertian oksigenasi.
2. Memahami tujuan oksigenasi.
3. Memahami proses oksigenasi.
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen.
5. Mengetahui alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan oksigenasi.
6. Memahami prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen.
7. Memahami hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai oksigenasi

2
BAB II
TINJAUAN KASUS

1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Alamat : Plumbon Rt 03/06 Karangsambung
Jenis kelamin : Laki-laki
No.RM 064704
Dx Medis : Obs dyspnea

b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk-batuk.
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan saat ini
Pasien baru datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas sejak kemarin
siang, batuk, serta lemes.
 Riwayat kesahatan dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah sakit sampai rawat inap di Rumah Sakit.
 Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada penyakit menurun ataupun menular.
d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson
1) Pola Oksigenasi
Sebelum Sakit : Pasien bernafas dengan normal RR=24x/mnt, tanpa alat
bantu pernafasan
Saat di kaji : Pasien bernafas dengan RR=28x/mnt, dengan alat
bantu pernafasan
2) Pola Nutrisi

3
Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan komposisi
nasi, sayur dan lauk pauk. Pasien minum 6-7 gelas perhari jenis air putih,
teh, kopi dan kadang-kadang susu.
Saat dikaji : Pasien makan 3x sehari hanya menghabiskan ¼ porsi
yang diberikan klinik dan minum ±4-5 gelas perhari jenis air putih dan
susu.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Eliminasi volume tidak teridentifikasi, Warna kuning
jernih, Frekwensi 6 -7/24 jam, Kesulitan tidak ada. Pasien mengatakan
BAB 1-2x sehari dengan konsistensi berbentuk lunak berwarna kuning.
BAK ±4-5 perhari berwarna kuning jernih
Saat dikaji : Pasien mengatakan BAB 1x sehari. BAK ±4-5 x
perhari.
4) Pola aktivitas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beraktivitas secara mandiri
tanpa bantuan orang lain.
Saat dikaji : Pasien dalam beraktivitas, sebagian dibantu oleh
istrinya.
5) Pola istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan biasa tidur ± 7 – 8 jam / hari tanpa
ada keluhan di malam hari.
Saat dikaji :pasien mengatakan bisa tidur 5-6 jam/hari, kadang-
kadang malam tidak bisa tidur karena sesak dan batuk.
6) Personal hygine
Sebelum sakit : pasien mandi 2 x sehari pagi dan sore, gosok gigi dan
keramas.
Saat dikaji : pasien diseka 2x sehari oleh keluarganya setiap pagi dan
sore. Klien belum keramas dan gosok gigi selama di rumah sakit.
7) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : pasien tidak merasa gelisah, pasien merasa nyaman di
dekat keluarga dan teman-temannya.
Saat dikaji :pasien mengatakan rasa tidak nyaman di rumah sakit
karena sebelumnya belum pernah rawat inap di rumah sakit.
8) Kebutuhan berpakaian

4
Sebelum sakit : pasien dapat berpakaian rapi dan mandiri, tanpa
bantuan orang lain. Pasien mengganti pakaian 2x sehari setelah mandi.
Saat dikaji : pasien berpakaian dibantu keluarga.
9) Kebutuhan berkomunikasi
Sebelum sakit : pasien dapat berkomunikasi dengan lancar
menggunakan bahasa jawa atau bahasa indonesia.
Saat dikaji : pasien dapat berbicara tapi terlalu jelas dan lancar
menggunakan bahasa jawa dan bahasa indonesia.
10) Kebutuhan rekreasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan rutin
untuk rekreasi, pasien hanya berkunjung ke rumah saudara-saudaranya
Saat dikaji : pasien dapat melihat keluar melalui jendela.
11) Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : pasien mengatakan mendapat informasi dari TV atau
radio.
Saat dikaji : pasien mengatakan belum tahu banyak tentang
penyakit yang dideritanya.
12) Pola Spiritual
Sebelum sakit : pasien menjalankan shalat lima waktu dan
menjalankan ibadah sesuai ajaran yang dianutnya.
Saat dikaji : pasien menjalankan ibadah di atas tempat tidur sambil
tiduran.

2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1. KU = cukup
2. Kesadaran = composmentis
3. TD = 120/80mmHg
4. N = 80x/mnt
5. S = 36˚C
6. RR = 28x /mnt
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : bentuk mesochepal, rambut lurus pendek , rambut bersih,
tidak ada lesi.

5
2. Mata : Bentuk simetris, konjungtiva anemis, tidak ada nyeri tekan
pada kelopak mata, warna bola mata hitam. Sclera anikterik.
3. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada secret
4. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen berlebih, tidak ada infeksi,
selama sakit belum pernah dibersihkan.
5. Mulut : Bibir kering, gigi agak kotor, dan terdapat karies tidak ada
nyeri tekan pada langit-langit mulut, tidak ada pendarahan gusi.
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kaku leher, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
7. Dada : I : Bentuk simetris, tidak ada luka.
Pe : terdengar bunyi sonor
Pa : tidak ada nyeri tekan
A : wheezing
8. Abdomen: I :Tidak ada lesi,
Pe: timpani
Pa : tidak ada nyeri tekan
A: terdengar peristaltic usus
9. Integumen : Warna kulit sawo matang, jumlah rambut banyak, lembab,
tidak ada lesi, turgor kulit cukup.
10. Extermitas
Akral dingin, tidak ada edema dan terpasang infuse pada tangan kanan.
11. Genetalia : tidak terpasang DC.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 30 November 2010 jam 23.47

Para result Ref Range

WBC H 13,3x103/uL (N= 4,0-10,0 k/uL)

Lymph 1,3x103/uL 0,8-4,0

Mid 0,7x103/uL 0,1-0,9

Gran H 11,3X103/uL 2,0-7,0

Lymph% L 9,9% 20,0-40,0

6
Mid% 5,3% 3,0-9,0

Gran% H 84,8 % 50,0-70,0

HGB H 16,1 g/dl 11,0-16,0

RBC 4,90x106/uL 3,50-5,50

HCT 39,9% 37,0-50,0

MCV L 81,6 fL 82,0-95,0

MCH H 32,8 pg 27,0-31,0

MCHC H 40,3 g/dl 32,0-36,0

RDW-CV 13,1 % 11,5-14,5

RDW-SD 38,4 fL 35,0-56,0

PLT 222x103/uL 150-500

MPV L 6,9 fL 7,0-11,0

PDW 15,3 15,0-17,0

PCT 0,153% 0,108-0,282

2) Kimia Darah

Macam Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

GDS 150 mg% 70-20

SGOT 30 U/I L : < 25 P : <21

SGPT 19 U/I L : <25 P : < 22

Ureum 21,33 mg % 10-50

Creatinin 0,85 mg % L : 0,6-1,3 P : 0,5-1,2

7
d. Terapi
Oral : OBH sirup 3x1 cth
CTM 3x1
Injeksi : aminophilin 1 amp
Rantin 2x1 mg
Ampicilin 4x1 amp
Dexa 3x1 amp
Infus : D 5% + drip aminophilin 1 amp 12 tpm
Oksigen : 4 liter

3. ANALISIS DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah

1 Ds: Klien mengatakan sesak nafas terus Bronkospasme Pola nafas tidak efektif
menerus

Do:

- sesak nafas, nafas dangkal dan cepat

- Auskultasi : wheezing di bronkus dan


area paru

- Batuk tidak produktif, sekret sulit


keluar

- RR= 28 kali permenit

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif b.d Bronkospasme

5. INTERVENSI

8
No. No. Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx

1 1 Setelah dilakukan - Kaji tanda vital - Mengetahui adanya


tindakan keperawatan
penyimpangan data dan
selama 1x24 jam,
diharapkan pola nafas - Kaji / pantau untuk intervensi
kembali efektif dengan frekuensi pernafasan selanjutnya
criteria hasil : catat rasio inspirasi dan
ekspirasi.
sesak berkurang, batuk
- Takipnea biasanya ada
berkurang, klien dapat - Berikan oksigen
pada beberapa derajat
mengeluarkan sputum, sesuai program dan
dan dapat ditemukan
wheezing pantau pulse oximetry
pada penerimaan selama
berkurang/hilang, vital
- Berikan cairan strest/adanya proses
dalam batas normal
hangat infeksi akut. Pernafasan
keadaan umum baik.
dapat melambat dan
- Ajarkan latihan nafas
frekuensi ekspirasi
dalam
memanjang dibanding
-Kaji pasien untuk inspirasi.
posisi yang aman,
- Mengurangi rasa sesak
misalnya : peninggian
kepala tidak duduk pada - penggunaan cairan
sandaran hangat dapat
menurunkan spasme
bronkus dan relaksasi

- Dengan latihan nafas


dalam

dapat membantu
mengurangi sesak dan
melebarkan jalan nafas

- Dengan posisi ini akan

9
mempermudah fungsi
pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.

-meminimalkan
- kolaborasi dengan kesalahan dalam
dokter dalam pemberian pemberian asuhan
bronkodilator keperawatan

6. IMPLEMENTASI

Tanggal/Waktu Implementasi Respon Paraf

31-10-10/21.00 -mengkaji Ku pasien -KU pasien sesak,batuk


WIB
- Memonitor TTV - TD : 120/80 mmHg, N :
70x/m, RR : 25 x/m
- Memberikan cairan hangat
- batuk pasien agak
- Menciptakan lingkungan yang
berkurang dengan minum air
tenang dan nyaman
hangat.
- Menganjurkan pasien untuk
- pasien dapat istirahat
istirahat
sebentar
- Memberikan terapi sesuai
Terapi yang diberikan
program
ampicilin 4x1,rantin 2x1,
dexa 2x1 jam 04.00 WIB

- Mengkaji KU pasien -KU pasien cukup namun


1-11-10/ 08.00 dada masih terasa sesak.
- Memonitor TTV
WIB
- TD : 120/80 mmHg, N :
-Memberikan posisi semi
78x/m, RR : 24 x/m

10
fowler -Pasien merasa nyaman
dengan posisi semi fowler
- Mengajarkan latihan nafas
dalam - Setelah latihan nafas dalam
rasa sesak berkurang
-menciptakan lingkungan yang
nyaman

-KU pasien cukup

-TD : 140/90 mmHg, N : 80


x/m, RR :20 x/m

1-11-10/ 14.00 -pasien akan mencobanya


-Mengkaji KU pasien
WIB
-terapi yang diberikan dexa
-Memonitor TTV
jam 17.00 WIB
-Menganjurkan pasien untuk
latihan tidak memakai oksigen
-KU pasien cukup
-Memberikan terapi sesuai
program -TD : 120/80 mmHg N : 86

RR : 22 x/m

- Bunyi repirasi spt


mendengkur tidak ada
1-11-10/21.00 - Mengkaji KU pasien
WIB -Pasien dapat tidur 6 jam
-Memonitor TTV

- Memantau respirasi yang


berbunyi seperti mendengkur

- Mengkaji pola tidur pasien

-Menciptakan lingkungan yang


tenang

7. EVALUASI

11
No. No. Dx Hari/ Tanggal Evaluasi Paraf

1 1 Selasa, 2-11-10 S : Pasien mengatakan tidak sesak lagi


8. P
dan tidak ada keluhan
E
M O : Pasien tampak tenang , tidak

B terdengar bunyi nafas tambahan, tidak

A terlihat sesak. RR :22 x/m

H
A : Masalah teratasi
A
S P : Lanjutkan intervensi

A
Menganjurkan pasien untuk latihan
N
nafas dalam apabila sesak
O
k Menganjurkan untuk minum air

s hangat.

i
gen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolism sel tubuh. Kekurangan
oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubu, salah satunya adalah
kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan
kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya
pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan garapan perawat tersendiri, oleh karena itu
setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada
kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhantesebut.
Dalam kasus ini, pasien mengalami gangguan pernafasan yaitu dispnea. Pasien
merasa sesak nafas dan batuk. Terapi yang diberikan berupa obat dan oksigen. Setelah
diberikan terapi pasien berangsur sembuh dan tidak sesak nafas lagi.

12
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau


fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel.

B. Tujuan Oksigenasi

Fungsi utama oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat


digunakan oleh sel-sel tubuh du an mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel.
Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke
seluruh tubuh (sel-selnya) nelalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya,
sisa pembakaran berupa CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-par untuk
dibuang ke lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

C. Proses Oksigenasi
1. Oksigenasi Eksternal
Oksigenasi/ pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu
pada keseluruhan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam tiga langkah, yakni

13
ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbon
dioksida.
1) Ventilasi pulmoner. Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru-
paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan alveolus. Prosesn ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan
sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang
dan berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
2) Pertukaran gas alveolar. Setelah oksigen memasuki alveolus, proses
pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh
darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau
bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran
kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan
gas.
3) Transpor oksigen dan karbon dioksida. Tahap ketiga pada proses
pernapasa adalah transpor gas-gas pernapasan. Pada proses ini, oksigen
diangkut dari paru-paru menuju jaringan dan karbon dioksida diangkut
dari jaringan kembali menuju paru.
a. Transpor O2. Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-
paru. Normalnya, sebagian besar oksigen (97%) berikatan lemah dengan
hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin (HbO2), dan sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini
dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah O2 yang masuk ke paru) dan perfusi
(aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang membawa
oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma, jumlah hemoglobin
(Hb), dan ikatan O2 dengen Hb.
b. Transpor CO2. Karbon dioksida sebagai hasil metabolisme sel terus-
menerus diproduksi dan diangkut menuju paru dalam tiga cara: (1)
sebagian besar karbon dioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah
dalam bentuk bikarbonat (𝐻𝐶𝑂3−); (2) sebanyak 23% karbon dioksida
berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin
(𝐻𝑏𝐶𝑂2); dan (3) sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam
plasma dan dalam bentuk asam karbonat.

14
2. Oksigenasi Internal

Pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengacu pada proses


metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses penyerapan energi
molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen
dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi
pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di
kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti
penurunan gradien tekanan parsial.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen


1. Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi fungsi
pernapasannya.
a. Penurunan kapasitas angkut O2. Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin
untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut
dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat kegangguan pada tubuh.
Misalnya, padapenderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
b. Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat
penggunaan alat terapi pernapasan dan penurunan kadar O2 lingkungan.
c. Hipovolemia. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi
darah akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan (misalnya
pada penderita shock atau dehidrasi berat).
d. Peningkatan laju metabolik. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi
dan demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju
metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah persediaan protein dan
menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi lainnya. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada
seperti kehamilan, obesitas, abnormalitas muskuloskeletal (misalnya pectus
excavatum dan kifosis), trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf,
gangguan saraf pusat, dan penyakit kronis.

15
2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernaqpasan dapat menyediakan kadar oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit
tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhamba sehingga dapat
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara
lain gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit kronis,
penyakit obstruksi pernapasan atas, dll.
3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi
sistem pernapaan individu.
a. Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit
membran hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa
hialin yang membatasi ujung saluran pernapasan. Kondisi ini disebabkan
oleh produksi surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru dalam
menyintesis surfaktan baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak. Kelompok usa ini beresiko mengalami infeksi saluran
napas atas, seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing
(misalnya makanan, permen, dll).
c. Anak usia sekolah dan remaja. Kelompok usia ini beresiko mengalami
infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merkokok.
d. Dewasa muda dan parubaya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang
tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatan
resiko penyakit jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
pada fungsi normal pernapasan, seperti penurunan elastisitas paru,
pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang
yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan
kadar O2.
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi
pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

16
a. Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih atau obesitas dapat menghambat
eskpansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan
otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga. Latihan fisik akan meningkatkan aktifitas metabolik, denyut
jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obat berlebihan
dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena: (1) alkohol dan
obat-obatan dapat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf pusat
sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan. ; (2)
penggunaan narkotika dan analgesik terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernapasan.
d. Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan
kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang
terkandung dalam rokok mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan koroner..
5. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu serta polusi udara dapat
memengaruhi proses oksigenasi.
a. Suhu. Faktor suhu (panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas
atau kekuatan ikatan Hb dan O2. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga
bisa memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan
terjadi peningkatan tekanan oksigen.

17
c. Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain
pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik abses atau bedak
tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat
berbahaya.

E. Alat-Alat yang dibutuhkan untuk Melakukan Oksigenasi

1. Flow meter : Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya sesuatu aliran
material dalam suatu jalur aliran, dengan segala aspek aliran itu sendiri,
yang meliputi kecepatan aliran dan total massa atau volume dari material
yang mengalir dalam jangka waktu tertentu. Dosis pemberiam oksigen
(ukuran oksigen yang diberikan 1-10)

2. Humidifier : Alat untuk menambah jumlah uap air di udara dalam suatu
ruangan atau aliran udara.alat ini berisi air DTT / Aquades.

3. Tabung Oksigen : Sebuah alat bantu yang berisi gas oksigen dan diberikan
untuk mereka yang sedang mengalami gangguan pernafasan akibat penyakit
tertentu.

4. Manometer : alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan udara dalam


ruang tertutup. Angka 0 menunjukkan oksigen dalam tabung habis atau
belum dinyalakan.

5. Nasal Kanula : Alat yang dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter
per menit dan kosentrasi oksigen sebesar 24% - 44%. Alat ini memberikan
oksigen langsung ke hidung melalu 2 cabang kecil, karena digunakan di
dalam dan pediatrik pasien dewasa sama sebagai suatu jenis dukungan
pernafasan.

6. Face Mask / Rebreathing Mask :

7. Non Rebreathing Mask : Non rebreathing mask menggunakan alat serupa


dengan partial rebreathing mask, ada kantong penampung, namun pada alat
ini juga terpasang dua katup satu arah (one way valves). Katup pertama
antara kantong penampung dan masker, katup kedua pada pintu keluar di

18
kedua sisi masker. Tujuan kedua katup tersebut adalah agar gas yang
dihembuskan tidak masuk ke kantong penampung saat ekspirasi, dan
mencegah udara luar masuk kemasker saat inspirasi.
8. Ambubag : Alat yang digunakan untuk memberikan tekanan pada sistem
pernafasan pasien yang henti nafas atau yang nafasnya tidak kuat.

F. Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

DRAINASE POSTURAL

Drainase postural adalah drainase sekret dari berbagai segmen paru dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen paru
yang berbeda dibutuhkan posisi yang berbeda pula. Posisi yang paling
sering digunakan pada prosedur ini adalah posisi untuk mengeluarkan
sekret dari segmen bawah perut. Ini karena segmenatas paru dapat
mengalirkan sekretnya dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Perlengkapan:

1. Bantal-bantal untuk mengatur posisi klien


2. Tempat sputum, tissue, obat kumur

Prosedur:

1. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien


2. Mengatur posisi klien sesuai dengan segmen paru atau bronkus yang terisi
sekret
3. Untuk mengluarkan sekret dari segmen apeks paru, menempatkan klien
pada posisi semi-Fowler dengan kemiringan 300 . Melakukan perkusi dan
vibrasi pada area klavikula dan di atas skapula (bahu)
4. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen posterior, memposisikan klien
duduk dengan kepala agak menunduk kemudian melakukan perkusi dan
vibrasi pada area bahu
5. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen anterior lobus atas, menempatkan
klien pada posisi terlentang. Meletakkan bantal di bawah bokong klien dan
memposisikan kaki klien fleksi

19
6. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen lateral dan medial paru,
memposisikanklien terlentang dengan kaki tempat tidur dimiringkan 150.
Pada laki-laki, melakukan perkusi dan vibrasi pada area dada kanan
(sebatas puting) antara iga IV dan VI. Sedangkan pada perempuan,
menempatkan pangkal tangan di aksila dan jari-jari di bawah mamae
7. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen basal lateral, memposisikan pasien
miring dan meninggikan bagian kaki tempat tidur pada sudut 300-400 .
Melakukan perkusi dan vibrasi pada area palingatas dari rusuk terbawah
8. Untuk mengeluarkan cairan atau sekret dari segmen basal posterior,
menempatkan klien pada posisi tengkurap dan meninggikan bagian kaki
tempat tidur 45 cm. Ginjal bagian pinggul dengan menggunakan 2-3 bantal
sehingga posisi klien seperti jackknife. Melakukan perkusidan vibrasi pada
segmen atas rusuk terbawah di kedua sisinya, bukan di atas spinal atau
ginjal
9. Untuk mengeluarkan sekret dari segmen basal anterior, meninggikan kaki
tempat tidur pada sudut 300-400 . Memiringkan tubuh pasien pada sisi yang
sehat; lengan bagian atas dapat dinaikkan dan diletakkan di atas kepala dan
di antara kaki dapat diletakkan bantal
10.Untuk mengeluarkan sekret dari segmen superior paru, menempatkan klien
pada poisi tengkurap. Menempatkan dua buah bantal di bawah pangul.
Perkusi dan vibrasi area tengah punggung, di bawah skapula di sisi
vertebra.

TERAPI OKSIGEN

Terapi oksigen diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada
seluruh area paru, pasien dengan gangguan pertukaran gas, serta mereka yang
mengalami gagal jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna mencegah
hipoksia.

A. Penatalaksanaan Sumber Oksigen


Sumber oksigen di rumah sakit dapat meliputi oksigen dinding dan tabung
oksigen.
1. Sumber Dinding. Penatalaksananan pemberian oksigen melalui sumber
dinding meliputi:

20
a. Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen; gunakan tekanan yang tidak
terlalu kuat.
b. Isi botol dengan air steril, pasang pada flowmeter, dan atur aliran flowmeter.
c. Pasangkan alatyang akan digunakan pada slang atau saluran oksigen.

2. Tabung. Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui tabung meliputi:


a. Lepas tutup pelindung tabung.
b. Putar keran tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar untuk
membersihkan debu dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen.
Lakukan dengan hati-hati sebab tindakan tersebut dapt menimbulkan bunyi
yang keras (meretakkan silinder).
c. Sambungkan flowmeter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci
inggris atau tang.
d. Letakkan tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan
sampai terbuka penuh, lalu kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.
e. Ataur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (instruksi dokter).
f. Isi botol pelembab dengan air suling, kemiudian pasang pada tempatnya.
g. Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.

Pemberian Terapi Oksigen


Pemberian terapi oksigen dapat dilakukan melalui beberapa car, seperti kanula
hudung, masker, transtrakea, dll.
1. Kanula Hidung. Pemberian oksigen melalui kanula hidung dilakukan
dengan langkah-langkah berikut.
Perlengkapan
a. Set perlengkapan oksigen
b. Flowmeter
c. suplai oksigen
d. Kanula hidung dan slang oksigen
e. Plaster jika perlu

Prosedur
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kanula hidung kepada klien.

21
b. Cuci tangan.
c. Sambungkan kanula pada set oksigen dan sesuaikan flowmwter.
d. Cek apakah oksigen keluar melalui saluran nasal, apakah timbul
gelembung pada humidifer, atau apakah slang oksigen terlipat.
e. Letakkan cabang kanula atau outlet pada lubang hidung. Atur slang
dengan cara melingkarannya di kepala atau menyelipkan pada daun
telinga.
f. Anjurkan klien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup.
g. Cuci tangan.
h. Catat respons klien pada catatan perawatan.
i. Angkat dan bersihkan slang dan lubang hidung setiap 8 jam.

2. Masker. Pemberian oksigen melalui masker dilakukan dengan langkah-


langkah berikut.
Perlengkapan
a. Suplai oksigen dan flowmeter.
b. Humidifier dan air suling
c. Masker yang akan digunakan
d. Bantalan elastis

Prosedur
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan masker pada klien.
b. Cuci tangan.
c. Sambungkan masker dengan set oksigen.
d. Letakkan masker wajah, di atas hidung dan mulut. Gunakan tali elastis agar
masker tidak lepas.
e. Gunakan bantalan elastis untuk mengurangi iritasi pada telinga dan
belakang kepala.
f. Cuci tangan.
g. Jika oksigen diberikan tterus-menerus, lepaskan masker dan keringkan kulit
setiap 2-3 jam.
h. Kaji atau observasi respons klien terhadap pemberian terapi oksigen.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini, dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai pemenuhan kebutuhan oksigen, yaitu sebagai berikut:
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem
pernapasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran
pernapasan bagian atas yaitu, hidung, faring, laring, epiglottis. Dan saluran
pernapasan bagian bawah yaitu, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru- paru yang
merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Proses pemenuhan oksigenisasi
dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan yaitu, ventilasi, difusi dan transpor. Dimana
tahapan-tahapan itu mempunyai prosedur-prosedur tersendiri dalam
mempraktekkanya. Selain itu, ada juga cara untuk dapat mengatasi masalah
kebutuhan oksigenasi yaitu dengan latihan napas, latihan batuk efektif, pemberian
oksigen, dan fisioterapi dada.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari makalah ini, dapat penulis merekomendasikan
beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari dengan
sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah makalah
tentang kebutuhan dasar oksigenasi ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua baik kami yang membuat maupun anda yang membaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca ,kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cria, Sri. 2011. Asuhan Keperawatan Oksigenasi. (Online),


(http://siyulopecri.co.id/2011/09/akep-oksigenasi.html , diakses 24 September 2017.

https://www.academia.edu/40349383/Makalah_KDM_Pemenuhan_Kebutuhan_Oksigenasi

Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Gresik: EGC.

Angelina Bunga. 2019. Keperawatan Dasar. Malang.

24

Anda mungkin juga menyukai