Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran massa tiap satuan volume disebut dengan massa jenis (densitas

atau kerapatan). Densitas sebenarnya ukuran untuk kerapatan suatu zat yang dapat

dinyatakan sebagai banyaknya zat (massa) per satuan volume zat itu sendiri.

Satuan massa per satuan volume, misalnya kg per meter kubik, gram per

centimeter kubik, dan lain sebagainya bagian dari satuan densitas. Pengujian

densitas sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan metode Archimedes.

Densitas termasuk ke dalam salah satu sifat fisis yang dimiliki suatu bahan yang

menggambarkan kerapatan ikatan material-material penyusun suatu bahan.

Tingkat densitas dipengaruhi oleh jenis dan jumlah mineral serta persentasenya,

porositas, dan fluida pengisi rongga. Sifat material utama yang digunakan untuk

menguji kemurnian dan densitas atau kerapatan disebut dengan bobot jenis

(Erliyanti, 2019: 37).

Bobot jenis dinyatakan sebagai rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat

baku yang volume dan suhunya sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis

menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku,

misalnya air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan

daripada air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 dinyatakan lebih

berat daripada air. Bobot jenis dapat dihitung untuk senyawa khusus dapat

ditentukan dalam United States Pharmocopeia (USP). Menentukan bobot jenis

suatu larutan dapat digunakan alat piknometer (Ansel, 2004: 210).

Prinsip dari pengukuran bobot jenis menggunakan piknometer dengan cara

mengukur berat zat cair secara langsung yang dibandingkan dengan volume dari

piknometer tersebut. Volume piknometer ditentukan dengan cara mengukur berat


air (pembanding) yang berada dalam piknometer yang terisi penuh, kemudian

menetapkan suhu air sehingga didapatkan bobot jenis air pada suhu 25˚C dan

melakukan perhitungan volume piknometer yang sesungguhnya. Kemudian

mengukur bobot jenis masing-masing produk dengan menggunakan volume

piknometer yang telah diketahui sebelumnya (Azharuddin, 2017: 13).

Penentuan kerapatan (densitas) dan bobot jenis menggunakan suatu larutan

yang berbentuk cairan. Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini adalah QS.

Al-Mu’minun/ 23: 18, yang berbunyi:

َ‫ب بِ ِهۦ لَ ٰقَ ِدرُون‬ ٰ ۡ


ِ ۖ ‫َوَأن َزلنَا ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َمٓا ۢ َء بِقَد َٖر فََأ ۡس َكنَّهُ فِي ٱَأۡل ۡر‬
ِ ۢ ‫ض َوِإنَّا َعلَ ٰى َذهَا‬
Terjemahnya:
“ Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu kami jadikan air itu
menetap di bumi, dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkan
nya”
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'd mengatakan bahwa

“Dan kami turunkan air dari langit,” yang menjadi sumber rizki bagi kalian dan

binatang-binatang piaraan kalian sesuai dengan ukuran yang memadai kalian. Dia

tidak menguranginya (di mana tidak mencukupi bagi tanah dan pepohonan.

Akibatnya, tujuan tidak terwujud, dan tidak pula menambahi dengan kadar yang
tidak bisa tertampung), sampai meluluhlantahkan pemukiman, lalu tumbuh

tumbuhan dan pepohonan pun tidak bisa hidup. Bahkan Allah menurunkannya di

permukaan bumi, lalu air itu diam dan menetap, mengeluarkan berbagai pasangan

tanaman dengan kekuasaan Dzat yang menurunkannya. Allah juga

mendiamkannya untuk dipersiapkan menjadi simpanan air tanah, tidak

menggelontor ke bawah hingga tidak bisa di capai dan tidak bisa dijangkau

dasarnya. “Dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya,”

baik dengan cara kami tidak menurunkannya atau menurunkannya kemudian

langsung lenyap ke tempat yang tidak bisa dicapai, maupun tidak terwujud tujuan

penurunannya.
Ini merupakan peringatan darinya kepada para hambanya, supaya mereka

bersyukur atas nikmat-nikmatnya dan membayangkan musibah apa yang terjadi

bila tidak ada, sebagaimana firman-Nya :

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering;

maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?".

Penelitian untuk mengukur massa jenis sebenarnya sudah cukup banyak

dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa universitas di Indonesia untuk jurusan

fisika, pengukuran massa jenis justru menjadi salah satu materi untuk kegiatan

praktikum. Anjarsari (2015: 124), telah melakukan penelitian merancang alat ukur

massa jenis zat cair yang berdasarkan hukum Archimedes dengan menggunakan

sensor fotodioda. Penelitian ini menghasilkan sebuah alat yang dapat menghitung

nilai massa jenis dan dapat mengukur ketinggian suatu benda yang berada pada

permukaan sebuah zat cair ataupun yang tercelup didalam zat cair. Begitu juga

Jannah (2013), telah melakukan penelitian untuk mengukur massa jenis dengan

menggunakan sampel sebuah zat cair berupa minyak goreng, dan melakukan

pengukuran massa jenis dengan bantuan sensor LDR, untuk proses perhitungan

dan pengukuran massa jenis digunakan bantuan program Visual Basic 6.0 yang

ditampilkan pada sebuah monitor. Dalam penelitiannya Kartika (2009),

menggunakan metode Mohr. telah membuat alat ukur yang dapat digunakan untuk

mengukur massa jenis secara otomatis. Seperti neraca Mohr pada umumnya, alat

ukur ini menggunakan prinsip seperti timbangan yang memanfaatkan keadaan

lengan Berdasarkan latar belakang di atas dilakukan percobaan penentuan

kerapatan dan bobot jenis dengan tujuan untuk mengetahui cara menentukan

kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan mengginakan piknometer.


B. Rumusan masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah berapa nilai kerapatan dari

sampel akuades, metanol dan gliserin?

C. Tujuan percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara menentukan nilai

kerapatan sari sampel akuades, metanol dan gliserin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerapatan (Densitas) dan Bobot Jenis


Kerapatan dapat diartikan sebagai ukuran atau jarak antara partikel-partikel

didalam suatu zat. Kerapatan didalam fluida yang dilambangkan dengan rho (ρ)

didefinisikan sebagai massa jenis yang diartikan massa fluida per satuan volume.

Massa jenis fluida biasa digunakan untuk mengkarakteristikkan massa sebuah

sistem fluida. Nilai massa jenis suatu zat dipengaruhi oleh temperatur, semakin

tinggi temperatur maka nilai massa jenis akan semakin rendah, karena ikatan yang

ada pada molekul akan terlepas. Sistem BG, ρ mempunyai satuan slugs/ft 3 dan

dalam satuan SI adalah kg/m3 (Pande, 2017: 8).

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang

volume dan suhunya sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis dapat

ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer. Bobot jenis

menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku.

Bobot jenis dari sebuah fluida dilambangkan dengan huruf yunani (gamma) yang

didefinisikan sebagai berat fluida per satuan volume yang berhubungan dengan

kerapatan. Bobot jenis juga dipengaruhi oleh tingkat ketidakjenuhan dan bobot

molekul

rata-rata komponen asam lemaknya. Nilai bobot jenis suatu cairan tergantung dari

komponen-komponen yang terkandung dalam cairan. Bobot jenis didefinisikan

sebagai perbandingan massa suatu bahan suhu tertentu dengan massa air pada

volume dan suhu yang sama. Parameter ini penting untuk mengetahui adanya zat

asing dalam suatu cairan serta perubahan lain yang mempengaruhi mutunya.

bobot jenis minyak ditentukan oleh komponen-komponen yang ada di dalam


minyak. Komponen yang ada dalam minyak maka fraksi berat semakin tinggi,

sehingga bobot jenis tersebut semakin besar (Warsono, 2013: 87).

Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan

lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25˚C terhadap

bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Suhu ditetapkan dalam monografi

maka, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang

ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Suhu 25˚C zat

berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada

masing-masing monografi dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25˚C.

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi,

yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.

Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai

perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu

4˚C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Januarti, 2009: 8).

Mengetahui nilai massa jenis dari suatu zat sangatlah penting dalam

kehidupan sehari-hari sehinga dapat memanfaatkan suatu zat dengan baik. Salah

satu contoh utamanya adalah dalam kegiatan eksperimental. Selama ini

pengukuran nilai massa jenis dalam kegiatan eksperimental menggunakan metode

manual yaitu melalui menimbang massa beserta volumenya. Metode lain yang

digunakandalam kegiatan eksperimental adalah menggunakan alat ukur yang

dikenal dengan tabung areometer. Tabung areometer merupakan salah satu dari

aplikasi hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa benda yang tercelup ke

dalam fluida mengalami gaya keatasmseberat fluida yang dipindahkan. Ketika

areometer dicelupkan ke dalam fluida, maka fluida akan memberikan gaya keatas

yang besarnya sama dengan berat aerometer (Rodji, 2015: 1).


B. Piknometer

Piknometer (bahasa Yunani, translit. puknos berarti "rapat"), adalah alat

yang digunakan untuk menentukan massa jenis dari suatu cairan. Sebuah

piknometer biasanya terbuat dari kaca, dengan penyumbat ketat

dengan pipa kapiler yang melaluinya, sehingga gelembung udara dapat lolos dari

alat tersebut. Perangkat ini memungkinkan massa jenis cairan untuk diukur secara

akurat dengan mengacu pada fluida kerja yang sesuai, seperti air atau raksa,

menggunakan neraca analitik. Metodologi yang mempelajari hasil yang diperoleh

oleh alat ini disebut Piknometri. Piknometer pertama dirancang oleh Abu Raihan

Muhammad al-Biruni (973-1048) dari Persia (Sindi, 2017: 24).

Menentukan massa jenis zat cair, dapat dilakukan mengukur volume dengan

menggunakan piknometer dan mengukur massa zat cair dengan menghitung

selisih massa piknometer sebelum diisi zat cair dan setelah diisi zat cair. Selisih

massa tersebut adalah massa zat cairnya. Mengukur massa zat cair dapat

menggunakan neraca analitik atau yang lainnya. Piknometer adalah alat berupa

wadah yang biasa digunakan untuk menentukan massa jenis dari suatu zat cair

atau fluida. Piknometer terbuat dari bahan kaca dan berbentuk mirip Erlenmeyer

dan bertutup. Piknometer memiliki volume spesifik dan pada penggunaannya

sering dilengkapi dengan thermometer untuk menunjukkan suhu zat yang

terkandung (Rahma, 2020: 25).

Piknometer memiliki prinsip kerja sama seperti hukum Archimedes yaitu

membandingkan nilai massa piknometer pada saat kosong dan pada saat berisi air

dan kaca. Langkah pertama, dilakukan penimbangan massa kaca menggunakan

neraca digital, massa piknomreter kosong, massa piknometer dengan kaca, massa
piknometer dengan kaca dan air. Langkah kedua, berdasarkan hasil penimbang

massa kemudian dihitung besar volume kaca dan dihitung besar densitas kaca

tersebut (Sari, 2016: 34).

C. Sampel

Akuades(H2O) merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat

pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades berwarna bening,

tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk

membersihkan alat-alat laboratorium dari zat pengotor. Akuades merupakan

pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum

dijumpai. Senyawa yang melarut di dalam akuades mencakup berbagai senyawa

organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol,

aldehida dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan molekul

akuades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan

alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton (Pujiastuti, 2017: 32).

Metanol (CH3OH) merupakan senyawa golongan alkohol yaitu senyawa

hidrokarbon alkil yang memiliki gugus fungsi hidroksil (OH). Oleh karena itu,

rumus kimia alkohol cukup ditulis dengan R-OH. Metanol merupakan alkohol

dengan kandungan atom karbon paling kecil. Pembuatan biodiesel berbahan baku

minyak nabati, alkohol digunakan sebagai reaktan dalam reaksi esterifikasi

maupun transesterifikasi. Alkohol yang sering digunakan ialah metanol, etanol,

propanol dan isopropanol. Dalam skala industri, metanol lebih banyak digunakan

karena fatty acid methyl ester (FAME) yang dihasilkan memiliki viskositas paling

rendah dibanding menggunakan alkohol yang lain. Alasan lainnya adalah harga

metanol relatif paling murah dibanding alkohol yang lain (Rubianto, 2018: 30).

Gliserin (C3H8O3) adalah cairan kental yang tidak berwarna dan rasanya

manis. Gliserin mempunyai 3 hidroksil yang bersifat hidrofilik dan higroskopik


serta merupakan komponen yang menyusun berbagai macam lipid, termasuk

trigliserida. Gliserin memiliki titik didih tinngi dan membeku dalam bentuk pasta.

Umunya gliserin digunakan dalam sabun dan produk kecantikan lainnya seperti

lotion atau bahkan digunakan untuk membuat dinamit (dalam bentuk

nitrogliserin). Gliserin ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom

karbon. Tiap karbon memiliki gugus -OH. Gliserin dapat diperoleh dengan jalan

penguapan

hati-hati, kemudian dimurnikan dengan distilasi pada tekanan rendah. Gliserin

berbentuk cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti

rasa hangat, apabila disimpan pada agak lama pada suhu rendah dapat memadap

membentuk massa hablur tidak berwarna dan dianggap tidak beracun. Gliserin

dapat dicampur dengan air dan etanol (95%), praktis tidak larut dalam

kloroforom, eter, minyak menguap dan dalam minyak lemak. Gliserin disimpan

pada wadah yang tertutup rapat/kedap udara dan hindari panas serta kelembaban

dan mempunyai berat molekul sebesar 92,09 (Noviana, 2018: 12).

D. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Penerapan massa jenis dalam kehidupan sehari-hari , contohnya orang

jaman dahulu membuat perahu dari kayu yang ringan. Volume kayu besar tetapi

massanya kecil. Sehingga massa jenisnya kecil pula. Oleh karena itu, kayu dapat

terapung di air. Hal ini membuktikan bahwa benda yang massa jenisnya kecil akan

terapung dalam air. Selain itu ada beberapa contoh lain yaitu massa jenis gas

helium lebih kecil dibanding dengan massa jenis udara. Akibatnya, helium akan

selalu naik dan memberi daya angkat pada balon tersebut. Kita perlu ketahui

bahwa massa jenis merupakan perbandingan antara massa dan volume suatu zat.

Volume dan massa dari suatu zat semakin besar, maka semakin besar pula massa

jenisnya. Begitupun sebaliknya, semakin kecil volume dan massa maka massa
jenisnya semakin kecil pula. Massa jenis dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan

bahan baku yang dipengaruhi oleh suhu (Rahma, 2020: 28).


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Mei 2023 pukul

13.30-16.20 WITA di Laboratorium Kimia Fisik Jurusan Kimia Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, termometer

100° C, piknometer, oven, hotplate dan gelas kimia 100 mL.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades (H 2O), metanol

(CH3OH) dan gliserin (C3H3O8).

C. Prosedur Kerja

Piknometer kosong dibersihkan dan dikeringkan. Kemudian piknometer

kosong ditimbang di neraca analitik untuk mengetahui bobot kosong. Piknometer

diisi dengan sampel hingga tanda batas. Lalu sebelum piknometer ditutup dengan

penyumpalnya diukur suhu sampel menggunakan termometer 100° C dan ditutup

dengan peyumpal serta dikeringkan. Piknometer yang telah berisi sampel

ditimbang dan dicatat suhu serta bobot dari sampel. Piknometer dibersihkan dan

dikeringkan lalu diisin untuk sampel berikutnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kerapatan dan Bobot Jenis Larutan


Bobot (Gram)
Bobot
Nama Sampel Piknometer Piknometer +
Sampel Jenis
Kosong Sampel
Akuades (H2O) 15, 8261 26, 0900 10, 2639 0, 995767
Metanol (CH3OH) 15, 8261 23, 9242 8, 0981 0, 785576
Gliserin (C3H3O8) 15, 8261 28, 7800 12, 9539 1, 253698

B. Pembahasan

Kerapatan adalah suatu sifat intensif yang tidak bergantung pada jumlah

massa yang ada. Alasannya adalah karena V meningkat dengan meningkatnya m,

sehingga perbandingan kedua besaran itu tetap sama untuk bahan tertentu. Satuan

turunan SI untuk kerapatan adalah kilogram per meter kubik (Kg/cm 3). Sedangka

Bobot jenis suatu bahan adalah perbandingan antara bobot bahan tersebut dengan

bobot air pada suhu dan volume yang sama. Berdasarakan batasan ini, maka bobot

jenis tidak memiliki satuan (Purwadi, 2017: 18).


Percobaan ini menggunakan piknometer. Piknometer digunakan untuk

mancari bobot jenis. Biasanya terbuat dari kaca berbentuk erelnmeyer kecil

dengan kapasitas antara 10-50 mL. Piknometer dibersihkan dengan akuades yang

telah dipanaskan dan dibilas dengan bersih. Pembilasan dilakukan untuk

menghilangkan sisa dari pembersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan

tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehingga dapat mempengaruhi hasil

penimbangan piknometer kosong, yang akhinya juga mempengaruhi nilai bobot

jenis sampel. Sementara penggunaan air hangat pada saat pembilasan piknometer

agar tidsk mempengaruhi bobot jenisnya, dimana pada suhu tinggi senyawa yang

diukur berat jenisnya dapat menguap. Piknometer dikeringkan dengan


menggunakan oven tujuannya untuk mengeringkan bekas air yang ada dalam

piknometer agar suhu stabil dan tidak membiaskan hasil penimbangan.

Piknometer ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dalam keadaan

kosong untuk mengetahui bobot dari piknometer. Pada saat penimbangan

menggunakan tisu tujuannya agar tidak ada zat atau kotoran yang ada ditangan

yang menempel pada piknometer sehingga dapat mempengaruhi bobot timbangan.

Akuades dimasukkan ke dalam piknometer untuk menentukan kerapatan dan

bobot jenis. Akuades terlebih dahulu dimasukkan karena merupakan cairan yag

netral dan juga dipakai sebagai pembanding dengan sampel yang lain. Pada proses

pengisian akuades harus dilakukan secara cepat, tidak boleh ada jeda atau

pengisiannya melalui dinding dalam dari piknometer. Hal ini dilakukan untuk

menghindari adanya gelembung udara, jika terbentuk gelembung udara, maka

dilakukan pengisian ulang sampai tidak terbentuk gelembung udara. Dilakukan

pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer, agar diketahui suhu dari

akuades. Piknometer yang berisi akuades ditimbang lagi menggunakan neraca

analitik untuk melihat berapa nilai bobot jenis dari sampel tersebut. Piknometer

dibersihakan dan dilakukan proses yang sama dengan sampel yang ingin

digunakan.

Hasil pada percobaan ini adalah untuk mengetahui bobot jenis suatu zat/

larutan, terlebih dahulu harus mengetahui bobot piknometer kosong dan bobot

dari sampel, kemudian mengurangkan bobot piknometer yang ditambah sampel

dengan bobot piknometer kosong agar mendapatkan bobot dari sampel tersebut.

Hasil yang didapatkan dalam percobaan ini adalah, bobot kosong piknometer

sebesar 15,8261 g, bobot jenis akuades (H2O) sebesar 0,995676 dengan kerapatan

1 g/cm3, bobot jenis metanol (CH3OH) sebesar 0,785576 dengan kerapatan


0,788988 g/cm3 dan bobot gliserin (C3H3O8) sebesar 1,256625 dengan kerapatan

1,262083 g/cm3.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa

untuk larutan akuades (H2O) menghasilkan kerapatan sebesar 1 g/cm3 dan bobot

jenis sebesar 0,995766, metanol (CH3OH) menghasilkan kerapatan sebesar

0,788988 g/cm3 dan bobot jenis sebesar 0,785576, Sedangkan untuk larutan

gliserin (C3H3O8) menghasilkan kerapatan sebesar 1,262083 g/cm3 dan bobot jenis

sebesar 1,256625.

B. Saran

Saran untuk percobaan selanjutnya adalah sebaiknya menggunakan sampel

larutan lain seperti minyak goreng ataupun minyak kemiri, agar praktikan dapat

membandingkan berapa bobot jenis dari kedua larutan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim.
Anjasari. “Desain Dan Realisasi Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair Berdasarkan
Hukum Archimedes Menggunakan Sensor Fotodioda”. Teori dan Aplikasi
Fisika 3, no. 2 (2015): h. 123-130.
Ansel. Pharmaceutical Calculation. Terj. Cucu Aisyah dan Ella Elviana.
Kalkulasi Farmasetik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004.
Azharuddin. “Optimasi Suhu dan Jumlah Katalis pada Proses Perekahan Katalik
dari Oli Bekas menjadi Fraksi Bensin Menggunakan Katalis Bentonit”.
Tugas Akhir. Bandung: Fakultas Teknik, Politeknik Negeri Bandung, 2017.
Erliyanti. “Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Densitas Porositas dan
Kekuatan Bending Lining Refractory Berbasis Limbah Evaporation
Boats”. Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang,
2019.
Januarti. “Penetapan Bobot Jenis dan Rapat Jenis”. Universitas Hasanuddin 1 no.
1 (2009): h. 6-14.
Kartika. “Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair Menggunakan Metode Mohr”. Skripsi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia, 2009.
Noviana. “Penggunaan Gliserin (Humectant) dalam Sediaan Pasta Gigi Ekstrak
Kayu Siwak (Salvadora perscia) dan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
Crocatum)”. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 2017.
Pande. “Realisasi Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair Berdasarkan Metode Tekanan
Hidrostatik Dengan Menggunakan Sensor Fotodioda Berbasis
Mikrokontroler Atmega 8535”. Skripsi. Lampung: Fakultas Fisika,
Universitas Lampung, 2017.
Pujiastuti. “Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada Proses Destilasi untuk
Pengolahan Aquades Di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman”.
Chemurgy 1 no. 1 (2017): h. 32-35.
Purwadi. Penanganan Hasil Ternak. Malang: UB Press, 2017.
Rahma. Nilai Ampas Tebu Bernilai Jual. Palembang: ICP, 2020.
Rodji. “Rancang Bangun Sistem Pengukur Massa Jenis Zat Cair Berbasis
Mikrokontroler”. Skripsi. Jawa Timur: Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga, 2015.
Rubianto. Biodiesel. Malang: Polinema Press, 2018.
Sari. “Karakteristik Sifat Fisik, Sifat Optik dan Sifat Listrik Kaca TZBPN”.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, 2016.
Sindi. “Pengembangan Ensiklopedia Peralatan Laboratorium Kimia Sebagai
Sumber Belajar Siswa SMA Negeri 10 Pontianak”. Skripsi. Pontianak:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
Triono. “Implementasi Kebijakan Perubahan Tata Ruang Pasar Tradisional di
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo”. Skripsi. Probolinggo:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Panca Marga, 2019.
Warsono. “Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (Cnsl) Dari Kulit Biji Mete dengan
Menggunakan Metode Pengepresan” Teknosains pangan 2 no. 2 (2013):
h. 84-92.
LAMPIRAN I
ANALISI DATA

A. Bobot Jenis Aquades (H2O)


Diketahui:

Suhu : 30˚C → 0,995676 g/cm3

Bobot piknometer kosong (a) : 15. 8261 g

Bobot piknometer + aquades (b) : 26. 0900 g

Bobot aquades (b-a) : 10. 2639 g

Ditanyakan:

Bobot jenis aquades =…?

Penyelesaian:
bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t˚C
Sgt =
bobot sejumlah volume air pada suhu 4˚ C
10.2639 g
Sgt =
10.2639 g
Sgt = 1
Sehingga:
dt4 = Sgt × dt4
dt4 = 1 × 0,995676 g/cm3
dt4 = 0,995676 g/cm3
B. Bobot Jenis Metanol (CH3OH)
Diketahui:

Suhu : 30˚C → 0,995676 g/cm3

Bobot piknometer kosong (a) : 15. 8261 g

Bobot piknometer + metanol (b) : 23.9242 g

Bobot metanol (b-a) : 8.0981 g

Ditanyakan:
Bobot jenis metanol =…?

Penyelesaian:
bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t˚C
Sgt =
bobot sejumlah volume air pada suhu 4˚ C
8.0981 g
Sgt =
10.2639 g
Sgt = 0,788988
Sehingga:
dt4 = Sgt × dt4
dt4 = 0,788988 × 0,995676 g/cm3
dt4 = 0,785576 g/cm3
C. Bobot Jenis Gliserin (C3H3O8)
Diketahui:

Suhu : 37˚C → 0,9934 g/cm3

Bobot piknometer kosong (a) : 15. 8261 g

Bobot piknometer + gliserin (b) : 29.7800 g

Bobot gliserin (b-a) : 12.9539 g

Ditanyakan:
Bobot jenis gliserin =…?

Penyelesaian:
bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t˚C
Sgt =
bobot sejumlah volume air pada suhu 4˚ C
12.9539 g
Sgt =
10.2639 g
Sgt = 1,262083
Sehingga:
dt4 = Sgt × dt4
dt4 = 1,262083 × 0,9934 g/cm3
dt4 = 1,256625 g/cm3
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA

Akuades

 Ditimbang piknometer yang telah bersih dan kering.


 Diisi piknometer dengan aquades sampai tanda garis kemudian
impitkan dan ditutup.
 Ditimbang piknometer yang telah berisi aquades tersebut dengan
menggunakan neraca dan dicatat bobotnya serta dicatat suhu dari
larutan sampel.
 Dibersihkan dan dikeringkan lalu diisi dengan sampel yang akan
diukur.

Hasil

Gliserin

 Ditimbang piknometer yang telah bersih dan kering.


 Diisi piknometer dengan gliserin sampai tanda garis kemudian
impitkan dan ditutup.
 Ditimbang piknometer yang telah berisi gliserin tersebut dengan
menggunakan neraca dan dicatat bobotnya serta dicatat suhu dari
larutan sampel.
 Dibersihkan dan dikeringkan lalu diisi dengan sampel yang akan
diukur.

Hasil
Metanol

 Ditimbang piknometer yang telah bersih dan kering.


 Diisi piknometer dengan metanol sampai tanda garis kemudian
impitkan dan ditutup.
 Ditimbang piknometer yang telah berisi gliserin tersebut dengan
menggunakan neraca dan dicatat bobotnya serta dicatat suhu dari
larutan sampel.
 Dibersihkan dan dikeringkan lalu diisi dengan sampel yang akan
diukur.

Hasil
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai