PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran massa tiap satuan volume disebut dengan massa jenis (densitas
atau kerapatan). Densitas sebenarnya ukuran untuk kerapatan suatu zat yang dapat
dinyatakan sebagai banyaknya zat (massa) per satuan volume zat itu sendiri.
Satuan massa per satuan volume, misalnya kg per meter kubik, gram per
centimeter kubik, dan lain sebagainya bagian dari satuan densitas. Pengujian
Densitas termasuk ke dalam salah satu sifat fisis yang dimiliki suatu bahan yang
Tingkat densitas dipengaruhi oleh jenis dan jumlah mineral serta persentasenya,
porositas, dan fluida pengisi rongga. Sifat material utama yang digunakan untuk
menguji kemurnian dan densitas atau kerapatan disebut dengan bobot jenis
Bobot jenis dinyatakan sebagai rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat
baku yang volume dan suhunya sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku,
misalnya air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan
daripada air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 dinyatakan lebih
berat daripada air. Bobot jenis dapat dihitung untuk senyawa khusus dapat
mengukur berat zat cair secara langsung yang dibandingkan dengan volume dari
menetapkan suhu air sehingga didapatkan bobot jenis air pada suhu 25˚C dan
yang berbentuk cairan. Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini adalah QS.
“Dan kami turunkan air dari langit,” yang menjadi sumber rizki bagi kalian dan
binatang-binatang piaraan kalian sesuai dengan ukuran yang memadai kalian. Dia
tidak menguranginya (di mana tidak mencukupi bagi tanah dan pepohonan.
Akibatnya, tujuan tidak terwujud, dan tidak pula menambahi dengan kadar yang
tidak bisa tertampung), sampai meluluhlantahkan pemukiman, lalu tumbuh
tumbuhan dan pepohonan pun tidak bisa hidup. Bahkan Allah menurunkannya di
permukaan bumi, lalu air itu diam dan menetap, mengeluarkan berbagai pasangan
menggelontor ke bawah hingga tidak bisa di capai dan tidak bisa dijangkau
langsung lenyap ke tempat yang tidak bisa dicapai, maupun tidak terwujud tujuan
penurunannya.
Ini merupakan peringatan darinya kepada para hambanya, supaya mereka
fisika, pengukuran massa jenis justru menjadi salah satu materi untuk kegiatan
praktikum. Anjarsari (2015: 124), telah melakukan penelitian merancang alat ukur
massa jenis zat cair yang berdasarkan hukum Archimedes dengan menggunakan
sensor fotodioda. Penelitian ini menghasilkan sebuah alat yang dapat menghitung
nilai massa jenis dan dapat mengukur ketinggian suatu benda yang berada pada
permukaan sebuah zat cair ataupun yang tercelup didalam zat cair. Begitu juga
Jannah (2013), telah melakukan penelitian untuk mengukur massa jenis dengan
menggunakan sampel sebuah zat cair berupa minyak goreng, dan melakukan
pengukuran massa jenis dengan bantuan sensor LDR, untuk proses perhitungan
dan pengukuran massa jenis digunakan bantuan program Visual Basic 6.0 yang
menggunakan metode Mohr. telah membuat alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur massa jenis secara otomatis. Seperti neraca Mohr pada umumnya, alat
kerapatan dan bobot jenis dengan tujuan untuk mengetahui cara menentukan
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah berapa nilai kerapatan dari
C. Tujuan percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara menentukan nilai
TINJAUAN PUSTAKA
didalam suatu zat. Kerapatan didalam fluida yang dilambangkan dengan rho (ρ)
didefinisikan sebagai massa jenis yang diartikan massa fluida per satuan volume.
sistem fluida. Nilai massa jenis suatu zat dipengaruhi oleh temperatur, semakin
tinggi temperatur maka nilai massa jenis akan semakin rendah, karena ikatan yang
ada pada molekul akan terlepas. Sistem BG, ρ mempunyai satuan slugs/ft 3 dan
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volume dan suhunya sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis dapat
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku.
Bobot jenis dari sebuah fluida dilambangkan dengan huruf yunani (gamma) yang
didefinisikan sebagai berat fluida per satuan volume yang berhubungan dengan
kerapatan. Bobot jenis juga dipengaruhi oleh tingkat ketidakjenuhan dan bobot
molekul
rata-rata komponen asam lemaknya. Nilai bobot jenis suatu cairan tergantung dari
sebagai perbandingan massa suatu bahan suhu tertentu dengan massa air pada
volume dan suhu yang sama. Parameter ini penting untuk mengetahui adanya zat
asing dalam suatu cairan serta perubahan lain yang mempengaruhi mutunya.
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan
lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25˚C terhadap
bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Suhu ditetapkan dalam monografi
maka, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Suhu 25˚C zat
berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada
masing-masing monografi dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25˚C.
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu
4˚C atau temperatur lain yang telah ditentukan (Januarti, 2009: 8).
Mengetahui nilai massa jenis dari suatu zat sangatlah penting dalam
kehidupan sehari-hari sehinga dapat memanfaatkan suatu zat dengan baik. Salah
manual yaitu melalui menimbang massa beserta volumenya. Metode lain yang
dikenal dengan tabung areometer. Tabung areometer merupakan salah satu dari
areometer dicelupkan ke dalam fluida, maka fluida akan memberikan gaya keatas
alat tersebut. Perangkat ini memungkinkan massa jenis cairan untuk diukur secara
Menentukan massa jenis zat cair, dapat dilakukan mengukur volume dengan
selisih massa piknometer sebelum diisi zat cair dan setelah diisi zat cair. Selisih
massa tersebut adalah massa zat cairnya. Mengukur massa zat cair dapat
menggunakan neraca analitik atau yang lainnya. Piknometer adalah alat berupa
wadah yang biasa digunakan untuk menentukan massa jenis dari suatu zat cair
atau fluida. Piknometer terbuat dari bahan kaca dan berbentuk mirip Erlenmeyer
membandingkan nilai massa piknometer pada saat kosong dan pada saat berisi air
neraca digital, massa piknomreter kosong, massa piknometer dengan kaca, massa
piknometer dengan kaca dan air. Langkah kedua, berdasarkan hasil penimbang
massa kemudian dihitung besar volume kaca dan dihitung besar densitas kaca
C. Sampel
tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk
pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum
organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol,
akuades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan
alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton (Pujiastuti, 2017: 32).
hidrokarbon alkil yang memiliki gugus fungsi hidroksil (OH). Oleh karena itu,
rumus kimia alkohol cukup ditulis dengan R-OH. Metanol merupakan alkohol
dengan kandungan atom karbon paling kecil. Pembuatan biodiesel berbahan baku
propanol dan isopropanol. Dalam skala industri, metanol lebih banyak digunakan
karena fatty acid methyl ester (FAME) yang dihasilkan memiliki viskositas paling
rendah dibanding menggunakan alkohol yang lain. Alasan lainnya adalah harga
metanol relatif paling murah dibanding alkohol yang lain (Rubianto, 2018: 30).
Gliserin (C3H8O3) adalah cairan kental yang tidak berwarna dan rasanya
trigliserida. Gliserin memiliki titik didih tinngi dan membeku dalam bentuk pasta.
Umunya gliserin digunakan dalam sabun dan produk kecantikan lainnya seperti
nitrogliserin). Gliserin ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom
karbon. Tiap karbon memiliki gugus -OH. Gliserin dapat diperoleh dengan jalan
penguapan
berbentuk cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti
rasa hangat, apabila disimpan pada agak lama pada suhu rendah dapat memadap
membentuk massa hablur tidak berwarna dan dianggap tidak beracun. Gliserin
dapat dicampur dengan air dan etanol (95%), praktis tidak larut dalam
kloroforom, eter, minyak menguap dan dalam minyak lemak. Gliserin disimpan
pada wadah yang tertutup rapat/kedap udara dan hindari panas serta kelembaban
jaman dahulu membuat perahu dari kayu yang ringan. Volume kayu besar tetapi
massanya kecil. Sehingga massa jenisnya kecil pula. Oleh karena itu, kayu dapat
terapung di air. Hal ini membuktikan bahwa benda yang massa jenisnya kecil akan
terapung dalam air. Selain itu ada beberapa contoh lain yaitu massa jenis gas
helium lebih kecil dibanding dengan massa jenis udara. Akibatnya, helium akan
selalu naik dan memberi daya angkat pada balon tersebut. Kita perlu ketahui
bahwa massa jenis merupakan perbandingan antara massa dan volume suatu zat.
Volume dan massa dari suatu zat semakin besar, maka semakin besar pula massa
jenisnya. Begitupun sebaliknya, semakin kecil volume dan massa maka massa
jenisnya semakin kecil pula. Massa jenis dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan
METODE PERCOBAAN
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah neraca analitik, termometer
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades (H 2O), metanol
C. Prosedur Kerja
diisi dengan sampel hingga tanda batas. Lalu sebelum piknometer ditutup dengan
ditimbang dan dicatat suhu serta bobot dari sampel. Piknometer dibersihkan dan
A. Tabel Pengamatan
B. Pembahasan
Kerapatan adalah suatu sifat intensif yang tidak bergantung pada jumlah
sehingga perbandingan kedua besaran itu tetap sama untuk bahan tertentu. Satuan
turunan SI untuk kerapatan adalah kilogram per meter kubik (Kg/cm 3). Sedangka
Bobot jenis suatu bahan adalah perbandingan antara bobot bahan tersebut dengan
bobot air pada suhu dan volume yang sama. Berdasarakan batasan ini, maka bobot
mancari bobot jenis. Biasanya terbuat dari kaca berbentuk erelnmeyer kecil
dengan kapasitas antara 10-50 mL. Piknometer dibersihkan dengan akuades yang
tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehingga dapat mempengaruhi hasil
jenis sampel. Sementara penggunaan air hangat pada saat pembilasan piknometer
agar tidsk mempengaruhi bobot jenisnya, dimana pada suhu tinggi senyawa yang
menggunakan tisu tujuannya agar tidak ada zat atau kotoran yang ada ditangan
bobot jenis. Akuades terlebih dahulu dimasukkan karena merupakan cairan yag
netral dan juga dipakai sebagai pembanding dengan sampel yang lain. Pada proses
pengisian akuades harus dilakukan secara cepat, tidak boleh ada jeda atau
pengisiannya melalui dinding dalam dari piknometer. Hal ini dilakukan untuk
analitik untuk melihat berapa nilai bobot jenis dari sampel tersebut. Piknometer
dibersihakan dan dilakukan proses yang sama dengan sampel yang ingin
digunakan.
Hasil pada percobaan ini adalah untuk mengetahui bobot jenis suatu zat/
larutan, terlebih dahulu harus mengetahui bobot piknometer kosong dan bobot
dengan bobot piknometer kosong agar mendapatkan bobot dari sampel tersebut.
Hasil yang didapatkan dalam percobaan ini adalah, bobot kosong piknometer
sebesar 15,8261 g, bobot jenis akuades (H2O) sebesar 0,995676 dengan kerapatan
1,262083 g/cm3.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa
untuk larutan akuades (H2O) menghasilkan kerapatan sebesar 1 g/cm3 dan bobot
0,788988 g/cm3 dan bobot jenis sebesar 0,785576, Sedangkan untuk larutan
gliserin (C3H3O8) menghasilkan kerapatan sebesar 1,262083 g/cm3 dan bobot jenis
sebesar 1,256625.
B. Saran
larutan lain seperti minyak goreng ataupun minyak kemiri, agar praktikan dapat
Al-Qur’anul Karim.
Anjasari. “Desain Dan Realisasi Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair Berdasarkan
Hukum Archimedes Menggunakan Sensor Fotodioda”. Teori dan Aplikasi
Fisika 3, no. 2 (2015): h. 123-130.
Ansel. Pharmaceutical Calculation. Terj. Cucu Aisyah dan Ella Elviana.
Kalkulasi Farmasetik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004.
Azharuddin. “Optimasi Suhu dan Jumlah Katalis pada Proses Perekahan Katalik
dari Oli Bekas menjadi Fraksi Bensin Menggunakan Katalis Bentonit”.
Tugas Akhir. Bandung: Fakultas Teknik, Politeknik Negeri Bandung, 2017.
Erliyanti. “Pengaruh Temperatur Sintering Terhadap Densitas Porositas dan
Kekuatan Bending Lining Refractory Berbasis Limbah Evaporation
Boats”. Skripsi. Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang,
2019.
Januarti. “Penetapan Bobot Jenis dan Rapat Jenis”. Universitas Hasanuddin 1 no.
1 (2009): h. 6-14.
Kartika. “Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair Menggunakan Metode Mohr”. Skripsi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia, 2009.
Noviana. “Penggunaan Gliserin (Humectant) dalam Sediaan Pasta Gigi Ekstrak
Kayu Siwak (Salvadora perscia) dan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper
Crocatum)”. Skripsi. Purwokerto: Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 2017.
Pande. “Realisasi Alat Ukur Massa Jenis Zat Cair Berdasarkan Metode Tekanan
Hidrostatik Dengan Menggunakan Sensor Fotodioda Berbasis
Mikrokontroler Atmega 8535”. Skripsi. Lampung: Fakultas Fisika,
Universitas Lampung, 2017.
Pujiastuti. “Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada Proses Destilasi untuk
Pengolahan Aquades Di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman”.
Chemurgy 1 no. 1 (2017): h. 32-35.
Purwadi. Penanganan Hasil Ternak. Malang: UB Press, 2017.
Rahma. Nilai Ampas Tebu Bernilai Jual. Palembang: ICP, 2020.
Rodji. “Rancang Bangun Sistem Pengukur Massa Jenis Zat Cair Berbasis
Mikrokontroler”. Skripsi. Jawa Timur: Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga, 2015.
Rubianto. Biodiesel. Malang: Polinema Press, 2018.
Sari. “Karakteristik Sifat Fisik, Sifat Optik dan Sifat Listrik Kaca TZBPN”.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, 2016.
Sindi. “Pengembangan Ensiklopedia Peralatan Laboratorium Kimia Sebagai
Sumber Belajar Siswa SMA Negeri 10 Pontianak”. Skripsi. Pontianak:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Pontianak.
Triono. “Implementasi Kebijakan Perubahan Tata Ruang Pasar Tradisional di
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo”. Skripsi. Probolinggo:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Panca Marga, 2019.
Warsono. “Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (Cnsl) Dari Kulit Biji Mete dengan
Menggunakan Metode Pengepresan” Teknosains pangan 2 no. 2 (2013):
h. 84-92.
LAMPIRAN I
ANALISI DATA
Ditanyakan:
Penyelesaian:
bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t˚C
Sgt =
bobot sejumlah volume air pada suhu 4˚ C
10.2639 g
Sgt =
10.2639 g
Sgt = 1
Sehingga:
dt4 = Sgt × dt4
dt4 = 1 × 0,995676 g/cm3
dt4 = 0,995676 g/cm3
B. Bobot Jenis Metanol (CH3OH)
Diketahui:
Ditanyakan:
Bobot jenis metanol =…?
Penyelesaian:
bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t˚C
Sgt =
bobot sejumlah volume air pada suhu 4˚ C
8.0981 g
Sgt =
10.2639 g
Sgt = 0,788988
Sehingga:
dt4 = Sgt × dt4
dt4 = 0,788988 × 0,995676 g/cm3
dt4 = 0,785576 g/cm3
C. Bobot Jenis Gliserin (C3H3O8)
Diketahui:
Ditanyakan:
Bobot jenis gliserin =…?
Penyelesaian:
bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t˚C
Sgt =
bobot sejumlah volume air pada suhu 4˚ C
12.9539 g
Sgt =
10.2639 g
Sgt = 1,262083
Sehingga:
dt4 = Sgt × dt4
dt4 = 1,262083 × 0,9934 g/cm3
dt4 = 1,256625 g/cm3
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA
Akuades
Hasil
Gliserin
Hasil
Metanol
Hasil
REFERENSI