Anda di halaman 1dari 1

RA

THE REPRESENTATIVE
DEMOCRATIC
ACCOUNTABILITY
FEEDBACK LOOP
Hugh T. Miller & Charles J. Fox
Sumber: Miller, Hugh T. et al. (2007). Postmodern Public Administration Revised Edition. London: M.E. Sharpe ,Inc.

Erika Maya S. M. Rivaldy Rizky A. Inas Qori A.


170110170020 170110170038 170110170055

1. Di Amerika, kedaulatan berada di tangan rakyat;


The Loop Model of 2. Kebijakan mencerminkan keinginan masyarakat.
Democracy 3. Kesadaran masyarakat mengenai apa saja yang mereka inginkan
atau butuhkan;
4. Adanya persaingan kandidat politik untuk mendapatkan jabatan
electoral;
5. Adanya koalisi;
6. Masyarakat memerhatikan proses dan hasil dari para
perwakilannya;
7. Keterwakilan memiliki fungsi paralel untuk akuntabilitas;
8. Makna demokratisasi: mayoritas, suara, pemilu, legislatif, dan
1.1 (Orthodoxy) konstitusi;

1. Keinginan dan kebutuhan orang, pada umumnya, dimanipulasi;


The Folly
2. Citra jauh lebih penting daripada substansi;
Accountability 3. Masyarakat tidak memilih atas pertimbangkan secara rasional;
4. Setelah pemilu, koalisi politik cenderung dipengaruhi oleh
Democracy &
kelompok yang memiliki kepentingan politis;
Quixotic Main- 5. Politisi hanya bersedia membuka ruang komunikasi pada media
tertentu sehinngga masyarakat tidak mengetahui kinerja
stream Reform
mereka;
6. Tidak masalah jika masyarakat tidak puas dengan kinerja
kongres dan sebab mereka yakin akan terpilih kembali.

The Problem 1. Menunjukkan hal yang dikerjakan menjadi dinilai lebih penting daripada benar-
benar ‘melakukan’ pekerjaan tersebut;
in Practice & 2. Administrasi publik dapat ditingkatkan dengan berfokus pada hasil dengan
penganggaran kinerja, manajemen yang berorientasi pada hasil, dan pengukuran
Persistent hasil;
3. Pemerintah yang berorientasi pada hasil akan melihat anggaran dan keputusan
Problem from harus didasarkan pada kinerja melalui tugas mengembangkan indikator kinerja
Positivist untuk mengukur hasil dan menetapkan tujuan agar kemajuannya dapat dinilai;
4. Mengaitkan manfaat pada program selalu menimbulkan masalah karena dapat
dengan sengaja dipalsukan.
1.2 (Positivism
5. Hal yang menjadi penting disini adalah bahwa ‘kenyataan’ ternyata sangat sulit
in Public untuk diukur atau direpresentasikan.
Administration) 6. Pengukuran kinerja yang memadai membutuhkan tingkat detail yang tinggi.

Falsifiability & Karl Popper (1959) berpendapat terkait keharusan verifikasi


positivisme logis (bahwa hanya pernyataan yang diverifikasi secara
Self-Referential empiris yang dapat dihitung sebagai benar) kemudian menghasilkan
teori pemalsuan. Sistem Popper secara permanen tidak dapat
Systems diverifikasi karena pemalsuan memerlukan pengujian empiris yang
bergantung pada verifikasi yang tidak dapat diperoleh.

Penelitian positivis atau empiris dalam ilmu sosial termasuk andalan


administrasi publik seperti penelitian survei, pengukuran hasil, evaluasi
program, dan analisis kebijakan dapat dianggap sebagai epifenomena
referensial diri.

1. Model lingkaran menyatukan pemikiran terbaru dari epistemologi,


Representation teori evolusi, dan teori wacana;
& Symbolic 2. Pendekatan postmodern menawarkan kemungkinan solusi pragmatis
pada pluralisme politik dan interaksi sosial;
System 3. Representasi yang sebenarnya tidak sesuai dengan cita-cita
demokrasi perwakilan dan aturan birokratis;
4. Kehadiran masyarakat perlu diwakilkan melalui badan/lembaga
naungan;
5. SimbolisasI masyarakat diperlukan sebagai identitas kolektif;
6. Peran simbol politik meningkatkan hegemoni demokrasi;
1.3 (Deconstructing the 7. Representasi dimaknai sebagai manifestasi masyarakat pada proses
Loop Model) politik dan legitimasi keputusan publik.

Representative democracy, presiden dipilih langsung oleh DPR, tapi direct democracy
Case menerapkan sistem pemilihan presiden oleh rakyat. Pada representative democracy
Study lebih rawan akan intervensi politik, karena DPR sebagai legislative enderung memihak
pada konstituen sehingga nantinya akan berpengaruh pada akuntabilitas. Contohnya
pada rezim Soeharto yang berkuasa bersama Partai Golkar selama 32 tahun.

Salah satu langkah strategis yang telah dilakukan pemerintah adalah dengan
meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) yang berorientasi pada
hasil, yaitu melalui pembentukan SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah). SAKIP merupakan integrasi dari sistem perencanaan, penganggaran dan
sistem pelaporan kinerja yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas
keuangan dalam mencapai sasaran utama pembangunan agar lebih terukur.

Anda mungkin juga menyukai