Anda di halaman 1dari 3

TEORI PENDIDIKAN

“Belajar” dalam dunia pendidikan merupakan konsep pengetahuan yang banyak


dilakukan oleh pendidik. Guru yang berperan sebagai pendidik atau pengajar akan
berusaha menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya atau peserta didik
dengan sungguh-sungguh dan giat. Satu hal yang perlu diketahui dari proses belajar
mengajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat dan bertambahnya ilmu pengetahuan
hanya salah satu bagian kecil dari kegiatan untuk membentuk kepribadian seutuhnya.

Dalam proses belajar ada yang namanya teori belajar. Teori belajar adalah suatu
langkah-langkah yang dapat membantu guru atau pendidik untuk mendidik dan
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid atau peserta didik.

Berikut ini 4 jenis teori belajar, yaitu:

1. Teori Konvergensi
Amaludin Darwis mendefinisikan teori konvergensi secara bahasa yaitu berasal
dari bahasa Inggris dari kata verge yang artinya menyatu, mendapat
awalan con yang artinya menyertai, dan mendapat akhiran ance sebagai
pembentuk kata benda. Sedangkan secara istilah konvergensi mengandung arti
perpaduan antara entitas luar dan dalam, yaitu antara lingkungan sosial dan
hereditas. kamus Inggris Convergence yang artinya pertemuan pada satu titik.
dalam kamus psikologi yang dimaksud aliran konvergensi adalah interaksi
antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan
tingkah laku.

Sumadi Surya Brata menegaskan teori konvergensi yaitu bahwa dalam


perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan
memainkan peranan penting, bakat kemungkinan telah ada pada masing-masing
individu; akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan
yang sesuai supaya dapat berkembang.

Jadi Menurut aliran ini, hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila
tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan
lingkungan tidak akan membina perkembangan tingkah laku baik tanpa didasari
oleh faktor hereditas. Penentuan kepribadian seseorang ditentukan oleh kerja
yang integral (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan).

Teori konvergensi ini dipelopori oleh William Lois Stern (1871-1936), Stern
adalah salah satu pelopor dari psikologi modern dan perannya terletak dalam
kemampuannya untuk menyatukan teori-teori yang saling bertentangan untuk
menerangkan tingkah laku, yaitu antara aliran nativisme dan aliran empirisme.
Beliau lahir di Jerman di kota Berlin pada tanggal 29 April 1871. tetapi
meninggal di Amerika Serikat yaitu di Durham, North California pada tanggal 27
Maret 1938.

Aliran konvergensi lahir dikarenakan adanya perbedaan pendapat tentang dua


faktor yang mempengaruhi perkembangan akhlak anak, yaitu faktor hereditas
(keturunan) dan Milliu (lingkungan).

2. Teori Behaviorisme
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan
perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan
tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Teori
belajar ini berorientasi pada perilaku yang lebih baik. Teori behaviorisme
merupakan salah satu teori pembelajaran yang terfokus ke pengamatan tingkah
laku seseorang dalam belajar. Teori ini mengambil hasil belajarnya melalui
tingkah laku atau kepribadian. Dalam teori ini, tidak mengenal baik maupun
buruk karena mereka lebih terfokus ke reaksi dari seseorang, seperti respons
atau balasan. Selain dari reaksi yang spontan, lingkungan sekitar menjadi salah
satu bagian untuk mengetahui bagaimana perkembangannya sampai menuju
hasil nanti.

Bisa disimpulkan bahwa teori behaviorisme didasarkan dari bagaimana para


pelajar memberikan respons serta alasan apa yang mendorong mereka untuk
melakukan tindakan seperti itu.
3. Teori Konstruktivisme
Secara umum, pengertian teori konstruktivis yaitu mememandang ilmu
pengetahuan tidak sebatas mengungkap tentang fakta, kaidah dan konsep yang
harus diingat secara baku, tetapi manusialah yang harus mengkonstruksikan
pengetahuan itu sendiri. Jadi manusialah yang memberikan nilai sentimentil dan
menggali ilmu pengetahuan, baik itu lewat kajian, penelitian ataupun lewat
pengalaman. Ada banyak cara untuk melakukan konstruksi dan mengembangkan
ilmu pengetahuan.

Sementara jika ditinjau dari tujuan teori konstruktivisme, ada beberapa tujuan,
sebagai berikut. Menurut pendapat Thobroni (2015) tujuan belajar
konstruktivisme, yaitu mendorong siswa untuk ingin bertanya dan menggali
pengertahuan sendiri terlebih dahulu, membantu siswa bisa pemahaman konsep
secara lengkap dan meningkatkan potensi siswa menjadi pemikir yang mandiri.

4. Teori Progresivisme
Progresivisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang mengehendaki
adanya perubahan pada diri peserta didik mejadi pribadi yang tangguh dan
mampu menghadapi persoalan serta dapat menyesuaikan dengan kehidupan
sosial di masyarakat.

Adapun tujuan dari aliran progresivisme dalam pendidikan ialah ingin merubah


praktik pendidikan yang selama ini terkesan otiriter menjadi demokratis dan
lebih menghargai potensi dan kemampuan anak, serta mendorong untuk
dilaksanakannya pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

Aliran progresivisme ini mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di


sekolah berpusat pada anak dan menjadikan pendidik hanya sebatas sebagai
fasilitaor, pembimbing, dan pengarah bagi peserta didik.
Contoh pelaksanaan aliran progresivisme yaitu seperti dalam kebebasan nilai,
kebebasan untuk memilih jurusan, kebebasan pendidikan yang sesuai dengan
minat dari peserta didik itu sendiri, serta masih banyak lagi penerapan
kehidupan dengan menggunakan filsafat progresivisme

Anda mungkin juga menyukai