Anda di halaman 1dari 98

MAKALAH

HEALTHY NURSE

Dosen Pengampuh :

Ismar Agustin. S.Kp,. M.Kep

Disusun Oleh :

Rahma Abelia

(PO7120122061)

Tingkat 1B

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

D-III KEPERAWATAN PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang atas rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah ini membahas tentang ―Healthy Nurse‖.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ismar Agustin. S.Kp,.
M.Kep selaku dosen pengampu Mata Kuliah Management Patient Safety yang
telah memberikan tugas.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum


saya ketahui. Maka dari itu mohon kritik dan saran dari teman-teman maupun
dosen. Kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
orang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulis............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Healthy Nurse .......................................................................... 2

2.2 Program Healthy Nurse .............................................................................. 3

2.2.1 Cardiovascular Health ................................................................. 3

2.2.2 Nutrition ...................................................................................... 15

2.2.3 Woman Health ........................................................................... 23

2.2.4 Men Health .................................................................................. 27

2.2.5 Cancer Awareness ....................................................................... 31

2.2.6 Happiness .................................................................................... 35

2.2.7 Program Recovery....................................................................... 41

2.2.8 Work-Life Balance ...................................................................... 42

2.2.9 Infection Control ......................................................................... 49

2.2.10 Imunisasi ................................................................................... 54

2.2.11 Moral Resilience ....................................................................... 57

2.2.12. Mental health ............................................................................ 62

2.2.13 WellNess ................................................................................... 68

ii
2.2.14 Worksite Wellness .................................................................... 72

2.2.15 Combatting Stress ..................................................................... 77

2.2.16 Fitness atau Olahraga ................................................................ 83

2.2.17 Healthy Sleep ............................................................................ 86

2.2.18 Healthy Eating........................................................................... 88

2.2.19 Healthy Holiday ........................................................................ 89

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 92

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di


Rumah Sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian
dari tujuan utama rumah sakit. Sesuai dengan UU No 44 tahun 2009 bahwa rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Karena itu, perawat sebagai ujung tombak pemberi
pelayanan di rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu, aman dan professional sesuai dengan perkembangan IPTEK
kesehatan serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. [1]

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang jumlah dan kebutuhannya


paling banyak di antara tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011–2015, target rasio perawat terhadap
jumlah penduduk pada tahun 2019 adalah 180 per 100.000 penduduk. Target
tersebut masih lebih dari 2 kali lipat dibandingkan angka terakhir, pada tahun
2015, yaitu 87,65 perawat per 100.000 penduduk (Pusdatin, 2017). Hal ini dapat
mengakibatkan tingginya beban kerja perawat. Maka dari itu,kesehatan perawat
harus juga diperhatikan agar perawat tidak mudah stres. Saat ini, 66,7% memiliki
tingkat stress menengah tinggi,12% perawat mengantuk saat mengemudi, 84%
perawat memakan buah dan sayur kurang dari rekomendasi. [2]

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu healthy nurse ?
2. Apa saja 19 program healthy nurse ?

1.3 Tujuan Penulis


1. Untuk Mengetahui apa itu healthy nurse
2. Untuk Mengetahui pa saja 19 program healthy nurse

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Healthy Nurse

Healthy nurse atau perawat sehat didefinisikan sebagai perawat yang aktif
berperilaku menciptakan dan menjaga keseimbangan dan sinergi kesejahteraan
fisik, intelektual, emosional, sosial, spiritual, personal, dan professional. Namun,
secara keseluruhan banyak perawat tidak dalam keadaan sehat. Dikarenakan
Tidur yang kurang dan kualitas tidur yang tidak memadai dimana memberikan
dampak buruk terhadap kinerja pekerjaan mereka, serta pada keselamatan dan
keselamatan perawat itu sendiri bukan hanya itu lingkungan kerja di rumah sakit
juga berdampak pada perawat, dan selanjutnya pada kualitas pelayanan yang di
berikan. [3]

Hal ini perlu mendapat perhatian baik dari perawat maupun rumah sakit.
Jika keselamatan dan kesehatan perawat tidak diperhatikan akan terjadi
peningkatan absensi, ketidak puasan bekerja, produktifitas menurun, hilangnya
kepercayaan diri, kreatifitas dan konsentrasi perawat dalam bekerja dimana hal itu
akan berpengaruh terhadap pelayanan perawat terhadap pasien.

Healthy nurse atau perawat sehat adalah perawat yang aktif


menciptakandan menjaga keseimbangan dan sinergi kesejahteraan fisik,
intelektual, emosional,sosial, spiritual, personal, dan professional(American
Nurses Association, 2017). Perawat yang sehat adalah perawat yang menjaga
kesehatan, keselamatan, dan kebugaran pribadinya serta menjalani kehidupan
sesuai dengan kapasitasnya. Healthy Nurse merupakan panutan, pendidik, dan
advokat yang lebih baik secara pribadi, untuk keluarga, untuk komunitas, untuk
lingkungan kerja, dan untuk pasien itu sendiri. Namun, secara keseluruhan banyak
perawat tidak dalam keadaan sehat. Dikarnakan Stres, tuntutan giliran kerja, gizi
buruk, dan praktik olahraga yang buruk dimana telah berkontribusi pada masalah
yang berkembang dan serius bagi profesi perawat itu sendiri dan bahkan pasien
mereka (American Nurses Association, 2017). [4]

2
2.2 Program Healthy Nurse

Program healthy nurse terdiri dari 19 program yaitu worksite wellness,


cardiovascular health, nutrition, combatting stress, National fitness months,
woman health, men health, cancer awareness, healthy sleep, happiness, recovery,
work-life balance, infection control, immunization, moral resilience/emotional
distress, mental health, wellness, healthy eating/ healthy holiday. [5]

2.2.1 Cardiovascular Health


A. Penyakit Pada Cardiovascular

Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang berhubungan dengan pola


perilaku modern sehingga penyakit ini tidak hanya menyerang Negara-negara
maju saja tetapi sudah menjadi ancaman bagi Negara yang sedang menuju kearah
modernisasi. World Health Organization (WHO) (2002) melaporkan
Noncomunicable Disease (NCDs) atau penyakit non infeksi menyumbang 60
persen mortalitas dan 47 persen beban penyakit di dunia dan akan terus meningkat
dengan prediksi pada tahun 2020 kematian akibat NCDs adalah 73 persen dan
merupakan 60 persen beban penyakit di dunia. Penyakit noninfeksi utama yang
menduduki proporsi tertinggi adalah penyakit jantung koroner, stroke, diabetes
(DM), kanker dan penyakit paru.

Persepsi sampai saat ini penyakit jantung adalah tipikal penyakit laki-laki,
namun data-data menunjukkan telah terjadi pergeseran angka kejadian penyakit
jantung antara laki-laki dan perempuan. Angka kejadian penyakit jantung dan
stroke akhir-akhir ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dimana terdapat kecenderungan perempuan meningkat angka
kejadiannya. Kematian akibat stroke lebih besar perempuan daripada laki-laki,
perempuan mempunyai daya hidup lebih rendah daripada laki-laki dan perempuan
mempunyai kemungkinan lebih besar mengalami serangan ulang (The 2000
victoria declaration, 2000). Sejak tahun 2004 kejadian penyakit kardiovaskular di
USA, proporsi jenis kelamin perempuan melebihi laki-laki dengan proporsi 52,9%
(AHA,2007). Data- data menunjukkan rentannya perempuan terserang penyakit

3
kardiovaskular seperti laporan dari CHS bahwa 23% perempuan umur 40 tahun
atau lebih meninggal akibat terserang penyakit jantung koroner, dibanding 18%
pada laki-laki. Risiko kematian akibat serangan stroke lebih tinggi perempuan
daripada laki-laki, 16% perempuan berisiko meninggal saat serangan stroke
dibanding laki-laki yang hanya sebesar 8% (Mosca, L. et al, 1997).

Terdapat kesalahan persepsi diantara perempuan yang masih berlangsung


sampai sekarang, dimana penyakit kardiovaskular hanya merupakan masalah
utama yang menyerang laki-laki usia pertengahan. Pada kenyataannya penyakit
kardiovaskular berpengaruh sama antara laki-laki dan perempuan. Kebanyakan
masih percaya bahwa kanker lebih berisiko daripada penyakit kardiovaskular
(WHO, 2007). Faktor risiko mayor serangan penyakit jantung koroner pada
perempuan adalah konsumsi rokok, hipertensi, lemak darah, diabetes, obesitas,
inaktivitas fisik dan diet yang salah (Mosca, L., 1997). Data-data hasil penelitian
menunjukkan secara jelas dan kuat rokok, hipertensi dan kolesterol yang tinggi
menyebabkan 2/3 serangan jantung dan stroke (WHO,2005). Saat ini diduga
konsumsi rokok, konsumsi alkohol, obesitas, hipertensi, diabetes dan kelas sosial
menyebabkan setengah variasi serangan stroke pada laki-laki dan 2/3 pada
perempuan.

Berdasarkan jumlah faktor resiko penyakit kardiovaskular antara laki-laki


dan perempuan menunjukkan rata-rata jumlah faktor resiko penyakit
kardiovaskular pada responden laki-laki sebanyak 6,22, sedangkan pada
perempuan sebanyak 5,0. Hal ini menunjukkan responden perempuan lebih rentan
terserang penyakit kardiovaskular di banding laki-laki. Rata-rata jumlah faktor
resiko penyakit kardiovaskular pada responden perempuan lebih sedikit dibanding
responden laki-laki. Terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata jumlah faktor
resiko penyakit kardiovaskular pada perempuan dan laki-laki dengan nilai
p=0,004.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perempuan lebih rentan terserang


penyakit kardiovaskular di banding responden laki-laki. Hasil ini berbeda dengan

4
penelitian oleh KUsmana (2006) dimana serangan jantung lebih banyak
menyerang laki-laki daripada perempuan dengan resiko 7 kali. Faktor resiko
utama yang dapat dimodifikasi pada perempuan adalah hipertensi dan nilai
Cholesterol yang tinggi. Dua resiko utama pada laki-laki adalah hipertensi dan
rokok.

B. Perbedaan Prevalensi Pada Cardiovaskuler


- Perbedaan Prevalensi Merokok

Rokok menjadi permasalahan di seluruh dunia termasuk Indonesia


prevalensi rokok dari berbagai penelitian menempati peringkat pertama di seluruh
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan persentase di atas 50% untuk laki-laki
dengan risiko 2-4 kali lebih tinggi daripada bukan perokok (Kusmana, 2006).
Penelitian oleh Wald (1981) membuktikan bahwa perokok sigaret mempunyai
kadar karboksihemoglobin (COHb) yang jauh lebih tinggi. Merokok sigaret tinggi
nikotin, rendah nikotin atau tanpa nikotin, menyebabkan kadar COHb ini
meningkat. Hal ini disebabkan proses pembakaran tidak sempurna bahan organik
dalam sigaret meningkatkan Carbonmonoksida (CO). Moris dkk, (2003) meneliti
faktor risiko penyakit jantung dan stroke di Britain secara prospektif didapat hasil
insiden penyakit PJK mempunyai korelasi kuat merokok, korelasi sedang
peningkatan tekanan darah dan kondisi kelas sosial.

Bank Dunia memperkirakan konsumsi rokok Negara Indonesia 6% dari


seluruh konsumsi dunia. Hasil Susenas tahun 2001 memberikan gambaran bahwa
27% penduduk usia lebih dari 10 tahun menyatakan merokok dalam satu bulan
terakhir, 54,5% penduduk laki-laki merupakan perokok dan 1,2% perempuan
sebagai perokok. Yang lebih mengkhawatirkan 92% dari perokok menjelaskan
kebiasaan merokok di dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya
(Depkes, 2006). Secara nasional, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap
hari oleh lebih dari separuh (52,3%) perokok adalah 1-10 batang dan sekitar 20
persen sebanyak 11-20 batang per hari. Pemeriksaan yang dilakukan pada usia
dewasa muda dibawah usia 34 tahun, dapat diketahui terjadinya atherosklerosis

5
pada lapisan pembuluh darah (tunika intima) sebesar 50 %. Berdasarkan literatur
yang ada hal tersebut banyak disebabkan karena kebiasaan merokok dan
penggunaan kokain serta diabetes mellitus dan dislipidemia yang dianggap
merupakan faktor risiko dalam perkembangan lebih awal terjadinya
atherosclerosis.

Temuan penelitian ini menunjukkan berdasarkan data perilaku merokok


75% dilakukan oleh responden laki-laki. Perilaku merokok merupakan urutan
ketiga tertinggi faktor resiko penyakit kardiovaskular pada laki-laki. Hal ini
menunjukkan rokok tetap menjadi faktor resiko dominan serangan penyakit
kardiovaskular pada penduduk laki-laki setelah hiperetensi dan umur. Sementara
rokok bukan menjadi kebiasaan pada perempuan, rokok hanya dikonsumsi 5 dari
56 perempuan (8,9%).

Pengaruh rokok terhadap penyakit kardiovaskular merupakan proses yang


kompleks yang diawali pada usia muda. Pengaruh itu adalah timbulnya
aterosklerosis, peningkatan trombogenesis dan vasokonstriksi, peningkatan
tekanan darah, dan peningkatan kebutuhan kebutuhan oksigen. Peran- peran inilah
yang saling terkait sehingga menimbulkan serangan penyakit jantung dan stroke.

- Perbedaan Prevalensi Konsumsi Alkohol

Meskipun ada satu dasar teori mengenai efek protektif alkohol dosis
rendah hingga moderat, hal ini masih kontroversial. Alkohol dalam dosis rendah
meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet dan meningkatkan
kadar HDL dalam sirkulasi, namun tidak semua literature mendukung konsep ini.

Beberapa penelitian menemukan hubungan nyata positif antara konsumsi


minuman beralkohol dan kejadian obesitas sentral. Seperti penelitian oleh Erem et
all (2004) yang mendapatkan hasil obesitas berhubungan dengan konsumsi
alcohol. Terdapatnya hubungan antara konsumsi minuman beralkohol dan
kejadian obesitas sentral dihubungkan dengan kandungan energi dan pengaruhnya
terhadap metabolisme tubuh.

6
Hasil penelitian ini menunjukkan rendahnya konsumsi alcohol baik pada
laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan masih tingginya nilai
keagamaan pada responden. Berdasarkan hasil penelitian, konsumsi alcohol
merupakan penyebab terkecil serangan penyakit kardiovaskular.

- Perbedaan Prevalensi Diet Buah dan Sayur

Hasil penelitian menunjukkan pola diet buah tidak sehat responden laki-
laki lebih besar sedangkan pada responden perempuan sebagian besar pola diet
buah sehat. Hal ini menunjukkan konsumsi buah belum menjadi kebiasaan
responden Namun demikian pola diet sayur kategori sehat sebagian besar
responden dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Pola konsumsi buah dan sayur
tidak sehat menunjukkan angka lebih rendah dibanding angka nasional. Secara
nasional konsumsi buah dan sayur tidak sehat sebesar 93,6%, hasil penelitian ini
menunjukkan diet sayur sehat dikonsumsi oleh 88%, sementara diet buah ssehat
dikonsumsi 51% responden.

Serat yang terkandung dalam buah dan sayur larut dan mengikat asam
empedu yang didalamnya terlarut lemak. Serat akan keluar bersama tinja, dengan
demikian makin banyak konsumsi buah dan sayur semakin banyak pula lemak
dan kolesterol yang dikeluarkan, dan pada akhirnya, mampu mengurangi
timbunan lemak di tubuh. Selain itu kandungan serat pada buah dan sayur sangat
bermanfaat untuk mengurangi konsumsi lemak dan gula karena perasaan kenyang.
Drapeau et al. (2004) menyatakan bahwa peningkatan konsumsi sayuran dan buah
dapat menurunkan berat badan dan lemak seseorang. Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan ada hubungan antara konsumsi buah dengan obesitas. Konsumsi
buah tidak sehat cenderung tidak mengalami obesitas (Rosjidi, 2012).

Pola diet tidak sehat terdapat pada 12,5% responden perempuan dan
11,4% pada responden laki-laki. SEmentara diet buah tidak sehat laki-laki lebih
banyak disbanding perempuan. Temuan penelitian ini menggambarkan pola
konsumsi sayur kategori sehat sangat tinggi, hal ini didukung data mayoritas
pekerjaan responden adalah petani memungkinkan konsumsi sayur lebih sering.

7
Promosi konsumsi buah harus digalakkan oleh pemerintah sehubungan dengan
rendahnya perilaku konsumsi buah masyarakat.

- Perbedaan Prevalensi Aktivitas Fisik

Hasil penelitian menunjukkan terdapat berbedaan tingkat aktivitas Fisik


berdasarkan jenis kelamin. Aktivitas tingkat sedang dan berat lebih banyak
dilakukan oleh laki-laki dibanding perempuan. Prevalensi inaktivitas fisik pada
responden laki-laki sebesar 13,6%, sedang pada perempuan sebesar 35,7%. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Yusnidar (2007) dimana
inaktivitas fisik merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner pada
perempuan. Secara total prevalensi inaktivitas fisik sebesar 26%. Penelitian
sebelumnya di Ponorogo mennunjukkan angka kejadian inaktivitas fisik sebesar
33,3% (Rosjidi, 2012). HAsil ini lebih rendah dari angka nasional sebesar 48,2%
(Depkes, 2008).

Aktivitas fisik dan olah raga telah diketahui mempunyai banyak manfaat.
Kaplan (1994) menjelaskan beberapa riset memberikan bukti secara tidak
langsung efek perlindungan gerak badan aerobik terhadap PKJ dengan
memberikan pengaruh pada pengurangan berat badan, hipertensi, lipid darah,
toleransi glukosa dan peningkatan cara hidup sehat. Individu yang aktif secara
fisik biasanya lebih kurus daripada individu yang banyak duduk. Aktivitas fisik
kategori sedang dan berat mampu memberikan efek perbaikan sistem
kardiovaskular, dengan cara membakar cadangan lemak di tubuh. Olah raga
teratur mampu membakaran kalori sehingga memacu insulin untuk metabolisme
glukosa. Pada penderita jantung, olah raga sangat bermanfaat karena dapat
membakar lemak sehingga risiko penumpukan kolesterol dapat dikontrol.
Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang
melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika
asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Hasil
penelitian juga menunjukkan inaktivitas fisik merupakan faktor resiko ke 9

8
(35,7%) penyakit kardiovaskular pada perempuan. Hal ini berbeda pada laki-laki,
dimana inaktivitas fisik merupakan faktor resiko ke 11 (13,6%).

- Perbedaan Prevalensi Obesitas

Obesitas adalah keadaan dimana terdapat akumulasi lemak tubuh


berlebihan sebagai manifestasi berbagai faktor yang melatar-belakanginya.
Faktor-faktor yang diduga berperan pada regulasi penyimpanan lemak antara lain
heriditas, metabolik, hormonal, obat-obatan, kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan
makan, dan psikologik. seimbang. Di mana seseorang lebih banyak
mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan serat. Kelebihan berat
badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa
sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang
beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan
lebih besar pada dinding arteri.

Secara Nasional kejadian obesitas lebih banyak terjadi pada wanita


dibandingkan laki-laki (Kemenkes R.I, 2011), namun hasil penelitian ini laki-laki
cenderung mengalami obesitas disbanding wanita. Hal ini berpengaruh pada pola
konsumsi yang semakin membaik. Pola konsumsi yang semakin bergizi lebih
berhubungan dengan perbaikan gizi dan berhubungan dengan peningkatan berat
badan. Terdapat perbedaan faktor resiko obesitas terhadap penyakit
kardiovaskular, dimana laki-laki beresiko 50%, sedangkan perempuan 25%. Laki-
laki cenderung lebih banyak mengalami obesitas disbanding perempuan.
Meskipun aktivitas berat dan sedang lebih banyak dilakukakan laki-laki namun
laki-laki juga banyak yang mengalami obesitas. Beberapa hal yang mempengaruhi
adalah adanya perbaikan pola konsumsi makan.

- Perbedaan Prevalensi Hipertensi

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri


ketikadarah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan
gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi

9
sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah pada arteri
besar bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan ini paling tinggi ketika
ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel
berelaksasi (tekanan diastolik). Hipertensi terjadi karena desakan darah yang
berlebihan dan hampir konstan pada arteri. Hipertensi juga disebut dengan
tekanan darah tinggi, dimana tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung
ketika memompa darah sehingga hipertensi ini berkaitan dengan kenaikan tekanan
sistolik dan tekanan diastolik. Standar hipertensi adalah sistolik >=140 mmHg dan
diastolik >=90 mmHg.

Tingginya kadar plasma total cholesterol, hipertensi arterial dan kebiasaan


merokok merupakan 3 faktor risiko utama PJK. Hasil penelitian sejalan dengan
teori yang menggambarkan hipertensi merupakan faktor mayor terjadinya
penyakit kardiovaskular, hal ini ditunjukkan oleh tingginya angka kejadian
Hipertensi pada laki-laki dan perempuan. Pada responden laki-laki 88,6%
mengalami hipertensi, sedangkan pada responden perempuan 71,4% mengalami
hipertensi. Secara total angka kejadian hiperetensi adalah 79%. Berbeda oleh
penelitian sebelumnya oleh MOsca at al., (2011) dimana prevalensi hiperetensi
lebih banyak pada perempuan di atas usia 65 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
hipertensi merupakan faktor resiko mayor pada kedua kelompok laki-laki dan
perempuan.

Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan


mortalitas kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang
dari 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang. Terapi
non farmakologi antara lain mengurangi asupan garam. Olah raga, menghentikan
rokok dan mengurangi berat badan, dapat dimulai sebelum atau bersama-sama
obat farmakologi.

- Perbedaan Prevalensi Diabetes Millitus

Diabetes Milletus menyebabkan gangguan vaskuler berupa


mikroangiopati, terjadinya penebalan dinding pembuluh darah pada semua organ,

10
mata, ginjal, otak dan jantung, sehingga terjadi aterosklerosis hebat. Kelebihan
berat badan, usia lanjut, konsumsi karbohidrat berlebih, kerusakan pancreas
merupakan penyebab tejadinya penyakit DM. Penyakit DM yang tidak terkontrol
menyumbang 80% angka kematian akibat PJK dan stroke (Kusmana, 2006).
Tingginya gula darah sangat erat hubungannya dengan obesitas, hipertensi dan
dislipid. Gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan lapisan endotel
pembuluh darah yang berlangsung secara progresif.

Hasil penelitian menggambarkan angka kejadian DM lebih banyak laki-


laki dibandingkan perempuan (54,5%;42,9%). Secara total angka kejadian DM
sebesar 48%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh
Mosca (2011) dimana perempuan lebih rentan terkena DM disbanding laki-laki.
Namun berdasarkan urutan terbanyak penyebab penyakit jantung dan stroke DM
merupakan resiko penting terjadinya penyakit kardiovaskular pada perempuan.
Hal ini terlihat dari urutan penyebab penyakit jantung dan stroke terbanyak, DM
menduduki urutan ke 5. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana
laki-laki lebih banyak mengalami DM dibanding perempuan. Laki-laki beresiko
1,3 kali meskipun secara statistic tidak dapat di generalisasikan (OR=1,3 CI95%
0,6-3,32). Semakin bertambah umur, resiko DM dan hipertensi semakin besar
(OR=2,86) (Rosjidi, 2012).

Penyakit DM sering disebut sebagai the great imitator artinya mengenai


semua organ dengan berbagai macam keluhan. Gejalanya bervariasi dan
timbulnya perlahan tanpa disadari oleh penderita dengan gambaran klinis kadang
tidak jelas atau tanpa gejala (asimtomatik) dan biasanya ditemukan saat
memeriksakan penyakit lain. Diabetes menyebabkan gangguan vascular berupa
mikroangiopati, terjadinya penebalan dinding pembuluh darah semua organ
seperti mata, ginjal, otak, dan jantung. Proses terjadinya kerusakan organ
berlangsung pelan-pelan sehingga sering sekali penderita tidak menyadari jika
menderita DM. Hal ini jelas berefek sangat buruk dimana pada saat terdiagnosis
sudah dalam kondisi terjadi komplikasi. Sangat penting bagi masyarakat untuk
melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin untuk mendeteksi penyakit DM.

11
- Perbedaan Prevalensi lemak darah

Lemak darah terdiri atas LDL, HDL, total Cholesterol, dan Trigliserida.
Kadar lemak terutama Kolesterol di dalam tubuh terutama berasal dari proses
sintesis di dalam hati. Sumber utama berasal dari karbohidrat, Protein atau lemak.
Jumlah yang disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah diperoleh
dari makanan. Kolesterol hanya terdapat di dalam makanan asal hewan. Sumber
utama kolesterol adalah hati, ginjal, dan kuning telur. Setelah itu daging, susu
penuh dan keju serta udang dan kerang (Sunita, 2004). Peningkatan kadar lemak
darah merupakan masalah pada masyarakat modern. Peningkatan kadar lemah
darah merupakan cerminan dari tingginya asupan lemak dalam makanan.
Kolesterol menjadi permasalahan besar yang berhubungan dengan risiko PJK.
Peningkatan kadar kolesterol darah yang disertai faktor risiko lain seperti
hipertensi dan merokok menjadikan risiko PJK lebih besar lagi (Kusmana, 2006).
Kadar LDL kolesterol 100-129 mg/dl dikatakan di atas normal, kadar total
kolesterol 200-239 mg/dl borderline high dan kadar HDL kolesterol diatas 60
mg/dl tinggi. Konsentrasi LDL memiliki sensitifitas 47% untuk memprediksi
angka kematian setelah 10 tahun pada penderita PJK (Sargowo, D., 2003).

LDL tinggi dan Trigliserida tinggi merupakan dua komponen lemak darah
dengan kejadian lebih tinggi perempuan dibanding laki-laki. Sedangkan pada
HDL rendah dan Cholesterol tinggi lebih tinggi laki-laki dibanding perempuan.
Hasil penelitian menggambarkan LDL dan Cholesterol tinggi merupakan dua
komponen lemak dengan proporsi tinggi pada perempuan, masing-masing 41,1%
dan 35,7%, sedangkan pada laki-laki Cholesterol tinggi dan HDL rendah
merupakan resiko utama pada komponen lemak darh masing-masing 61,4% dan
56,8%. Hasil ini menggambarkan pada kedua kelompok sama-sama beresiko
tinggi.

Kolesterol LDL yang tinggi dalam darah akan sangat mudah berubah
bentuk dan sifatnya sehingga akan di anggap sebagai benda asing oleh tubuh dan
akan di fagositosis oleh sel-sel makrofag yang berperan untuk mengeluarkan zat-

12
zat yang sudah tidak berguna lagi atau bahaya bagi tubuh. Sel-sel makrofag ini
akan berubah menjadi sel-sel busa (foam cell) yang dapat mengendap pada lapisan
dinding pembuluh darah arteri dan bentuk sumbatan-sumbatan. Proses
penyumbatan ini kemudian dikenal sebagai arteroskleroris. Dari arterosklerosis
yang terjadi pada pembuluh darah inilah kemudian berlanjut menjadi PJK
(Waspadji, dkk., 2003:146)

C. Cara Menjaga Kesehatan Cardiovaskular


a. Pola makan yang tidak sehat dan berimbang

Dewasa kini, kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji memang sudah


tidak dapat dihindari lagi. Hasilnya, terjadilah penimbunan beberapa senyawa ,
semisal lemak jenuh dan kolesterol, yang sudah barang tentu tidak baik bagi
kesehatan tubuh. Jangan anggap sepele, ya, karena jika dibiarkan terus berlanjut,
Anda akan lebih rentan terkena penyakit mematikan, seperti serangan jantung,
jantung koroner, tekanan darah tinggi, diabetes, hingga obesitas. Solusi yang
paling jitu untuk mengatasinya adalah dengan dengan perlahan mulai mengubah
pola makan harian Anda Biasakanlah untuk memilih bahan pangan yang rendah
lemak namun tinggi serat dan nutrisi, semisal sayuran hijau dan buah-buahan.
Selain itu, batasi diri Anda dan keluarga dalam mengonsumsi daging merah,
makanan yang digoreng, serta minuman berpemanis buatan. Tujuannya tidak lain
adalah untuk menjaga kesehatan jantung sekaligus meningkatkan metabolisme
tubuh.

b. Rutin berolahraga

Seringkali, kebiasaan berolahraga dan dampaknya bagi kesehatan tubuh


dianggap sebelah mata. Padahal, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
kebiasaan berolahraga setidaknya 3-4 kali dalam seminggu terbukti ampuh dalam
menurunkan tekanan darah, menormalkan tingkat kolesterol, serta menjaga berat
badan Anda. Tidak perlu ke gym untuk memulai kebiasaan baik ini. Anda dapat
memilih olahraga ringan yang murah meriah, seperti lari di pagi hari atau

13
bersepeda bersama kelauarga, untuk menjaga kesehatan jantung dan organ tubuh
lainnya.

c. Membatasi makanan asin

Makanan asin dan gurih memang nikmat, tapi jika berlebihan bisa
menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang merupakan salah satu faktor
risiko penyakit jantung. Saat tekanan darah Anda tinggi, kerja jantung dalam
memompa darah akan semakin berat dan ini bisa mengganggu kesehatan jantung.
Batas asupan garam (natrium) per hari bagi untuk orang berusia 19-49 tahun
adalah 1500 mg. Anda bisa mengurangi garam dengan membatasi penggunaan
garam saat memasak. Selain itu, batasi juga makanan tinggi garam yang sudah
dikemas, seperti daging sapi asap, snack, dan junk food. Agar masakan tetap
sedap, Anda bisa mengganti garam dengan rempah sehat, seperti bawang putih,
bawang merah, atau lada.

d. Cukup tidur

Cara menjaga kesehatan jantung yang perlu Anda lakukan adalah menjaga
kualitas tidur Anda. Jangan biasakan tidur larut malam dan bangun siang hari,
atau begadang tanpa tujuan yang jelas. Perlu diketahui bahwa tidur adalah waktu
bagi tubuh Anda untuk beristirahat. Jika Anda sering tidur larut malam atau
kebiasaan begadang, maka jam biologis tubuh akan rusak. Kondisi ini bisa
menyebabkan tekanan darah menjadi naik dan peradangan, sehingga bisa
meningkatkan risiko penyakit jantung. Jadi, cobalah untuk tidur lebih awal dan
bangun pagi hari setiap hari, sekalipun Anda sedang libur. Jauhkan segala hal
yang dapat mengganggu tidur Anda pada malam hari, seperti main ponsel atau
menonton tv. Pastikan Anda tidur setidaknya 7-8 jam per hari.

Untuk menjaga aliran darah ke jantung cukup, rawatlah setiap bagian


jantung dengan:

1. Menghindari hal-hal yang dapat merusak pembuluh jantung, misalnya


kolesterol yang terlalu tinggi, gula darah yang terlalu tinggi. Semua itu

14
dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung (pembuluh
jantung koroner).
2. Hindari obat-obatan dan zat yang bisa merusak otot jantung, misalnya
kurare (Semacam pelemas otot, seperti pada bisa ular), sianida dan
alkohol.
3. Berkaitan dengan system penghantar araf jantung, saraf jantung bias rusak
oleh virus-virus dan zat-zat tertentu seperi Pb (timah hitam).
4. Kuman tertentu dapat merusak katup jantung, seperti kuman Beta
streptococcus haemoliticus. Kuman ini biasanya terdapat di tenggorokan.
Jika tidak diberi antibiotik yang cukup.(dr. Djoko Maryono,2008)

2.2.2 Nutrition

A. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi
merupakan kebutuhan utama pasien kritis dan nutrisi enteral lebih baik dari
parenteral karena lebih mudah, murah, aman, fisiologis dan penggunaan nutrien
oleh tubuh lebih efisien.

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk


membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).
Nutrisi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan (Supariasa, 2001). Nutrisi merupakan salah satu
kebutuhan vital bagi semua makhluk hidup.

B. Jenis-jenis Nutrisi

15
Nutrisi adalah zat dalam makanan yang menyediakan energi, membantu
―membakar‖ nutrisi lain menjadi energi bagi tubuh kita, dan memperbaiki
jaringan. Berbagai jenis nutrisi ialah Protein, Karbohidrat, Lemak, Vitamin,
Mineral dan Air.

1. Protein

Protein merupakan bagian penting dari tulang, otot, dan kulit. Bahkan
dalam setiap sel dalam tubuh kita terdapat protein . Protein mempunyai banya
fungsi, antara lain adalah membantu memecah nutrisi untuk menjadi energi,
sebagai struktur bangunan dalam tubuh, dan menghancurkan racun.

Protein terdiri dari blok bangunan yang disebut asam amino. Tubuh kita
dapat memproduksi beberapa asam amino. Protein yang kita peroleh dari daging
dan produk hewani lainnya mengandung semua asam amino yang kita butuhkan.
Protein dari daging dan produk hewani yang lain juga disebut sebagai protein
lengkap. Berbeda dengan dengan protein Nabati yang tidak mengandung semua
asam amino yang kita butuhkan, untuk melengkapi asam amino yang kita
butuhkan kita perlu mengkonsumsi beberapa makanan nabati agar kita
memperoleh asam amino yang lengkap yang kita butuhkan.

Beberapa Sumber protein yang sangat baik baik antara lain meliputi, Ikan,
kerang, Daging unggas, Daging merah (sapi, babi, domba), Telur, Kacang-
kacangan, Selai kacang, Biji bijian Produk dari kedelai (tahu, tempe, burger
vegetarian), Susu dan produk terbuat dari susu (keju, keju cottage, yoghurt)

2. Karbohidrat

Makanan yang kita makan mengandung berbagai jenis karbohidrat. Dari


jenis jenis karbohidrat ada yang lebih baik untuk kesehatan kita dibanding jenis
karbohidrat yang lainnya. Jenis jenis kabohidrat antara lain adalah:

 Gula. Gula secara alami dapat ditemukan dalam buah-buahan, sayuran,


dan susu. Makanan seperti kue dan biskuit memiliki pemanis buatan atau

16
juga disebut dengan gula tambahan. Gula yang kita dapatkan secata alami
maupun yang didapat dari gula tambahan Semuanya dapat diubah menjadi
glukosa, atau zat gula darah. Sel-sel kita membakar glukosa dan
menjadikan energi.
 Zat tepung. Zat tepung di dalam tubuh kita dipecah menjadi gula. Zat
tepung dapat ditemukan dalam sayuran tertentu, seperti kentang, buncis,
kacang polong, dan jagung. Ia juga ditemukan dalam roti, sereal, dan biji-
bijian.
 Serat . Serat adalah karbohidrat yang yang tidak dapat dicerna oleh tubuh
kita. Serat melewati tubuh kita tanpa dipecah menjadi gula. Meskipun
tubuh kita tidak mendapatkan energi dari serat, kita masih perlu
mengkonsumsi serat untuk tetap sehat. Serat membantu menyingkirkan
lemak berlebih dalam usus, yang membantu mencegah penyakit jantung.
Serat juga membantu mendorong makanan melalui usus, yang membantu
mencegah sembelit. Makanan tinggi serat ialah buah-buahan, sayuran,
kacang-kacangan, kacang polong, biji-bijian, dan gandum makanan
(seperti roti gandum, oatmeal, dan beras merah).

3. Lemak

Agar tubuh kita tetap stabil, tubuh kita juga membutuhkan Lemak. Lemak
memiliki fungsi antara lain sebagai sumber energi, memproduksi zat zat yang
dibutuhkan oleh tubuh, serta membantu tubuh menyerap vitamin tertentu dari
makanan. Tidak semua makanan berlemak baik untuk kesehatan kita. Lemak yang
baik untuk kita konsumsi adalah lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated ) dan
lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated). Dengan mengkonsumsi lemak tak jenuh
kita dapat meminimalisir akan terserang penyakit jantung.

Beberapa makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal antara lain
adalah, Minyak zaitun, Minyak kacang, Minyak canola, dan Alpukat. Dan
beberapa makanan yang memiliki kandungan lemak tak jenuh jamak tinggi antara
lain adalah minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak kedelai. Jenis lemak

17
yang kurang baik untuk kesehatan kita adalah lemak jenuh dan trans yang dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dengan menyebabkan penumpukan zat
lemak dalam arteri yang dapat menghambat aliran darah yang kaya oksigen ke
jantung kita. Lemak ini juga dapat meningkatkan risiko stroke dengan
menyebabkan penumpukan zat lemak yang sama dalam arteri yang menjadi
saluran aliran darah ke otak kita.

Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi


banyak lemak trans dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Makanan yang
memiliki kandungan lemak jenuh tinggi antara lain Daging merah (sapi, babi,
domba), Daging unggas, Mentega, Susu, Minyak kelapa, Minyak kelapa sawit.
Sedangkan lemak trans dapat kita jumpai pada beberapa makanan yang digoreng
seperti seperti kerupuk, donat, dan kentang goreng.

Sama halnya dengan lemak jenuh dan lemak trans. Kolesterol juga kurang
baik bagi kesehatan kita, yang juga dapat meningkatkan resiko serangan jantung.
Kolesterol juga dapat kita temukan daging merah (sapi, babi, domba) dan daging
unggas. Meskipun lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh jamak baik untuk
kesehatan kita, namun kita tetap teratur dalam mengkonsumsi lemak tersebut.
Karena jika lemak terus bertambah maka tubuh kita akan mengalami kegemukan
yang dapat beresiko terserang penyakit lain seperti diabetes dan obesitas.

4. Vitamin

Vitamin adalah zat yang ditemukan dalam makanan yang dibutuhkan


tubuh kita untuk pertumbuhan dan kesehatan. Ada 13 vitamin yang dibutuhkan
tubuh kita . Masing masing vitamin memiliki fungsi tersendiri. Berikut adalah
beberapa vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh kita.

Vitamin A. Vitamin A berfungsi melindungi tubuh kita dari beberapa


infeksi, serta membantu menjaga kulit kita agar tetap sehat. Vitamin A dapat kita
temukan pada makanan seperti brokoli, bayam, wortel, labu, ubi jalar, hati, telur,
susu, krim, dan keju.

18
Vitamin B1. Vitamin B1 berfungsi membantu tubuh kita dalam mencerna
karbohidrat serta baik dalam menjaga sistem saraf. Vitamin B1 dapat kita
temukan pada makanan seperti hati, kacang, sereal, roti, dan susu.

Vitamin B2. Vitamin B2 baik dalam menjaga kesehatan kulit kita. Untuk
memenuhi kebutuhan akan vitamin B2, kita bisa mengkonsumsi Hati, telur, keju,
susu, makanan hijau , kacang polong, dan gandum.

Vitamin B3. Vitamin B3 berfungsi membantu tubuh kita dalam


menggunakan protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu Vitamin B3 juga baik
dalam menjaga sistem sarafdan kulit kita. Vitamin B3 dapat kita temukan dalam
makanan antara lain Hati, ragi, kacang, daging, ikan, dan unggas.

Vitamin B5. Vitamin b5 membantu dalam proses penggunaan karbohidrat


dan lemak dan membantu dalam produksi sel darah merah. Vitamin ini dapat kita
temukan dalam daging sapi, ayam, lobster, susu, telur, kacang, kacang polong,
brokoli, ragi, dan biji-bijian.

Vitamin B6. Vitamin B6 berfungsi membantu tubuh kita dalam


menggunakan protein dan lemak dan membantu dalam proses transportasi oksigen
serta sangat baik untuk kesehatan saraf kita. Vitamin ini terkandung dalam Hati,
biji-bijian, kuning telur, kacang, pisang, wortel, dan ragi.

Vitamin B 9 (asam folat). Vitamin b9 membantu dalam produksi sel baru


dan memeliharanya, serta dapat mencegah cacat lahir. Makanan hijau, hati, ragi,
kacang, kacang polong, jeruk, sereal dan gandum mengandung vitamin jenis ini.

Vitamin B12. Vitamin B12 dapat membantu dalam produksi sel darah
merah dan sangat baik untuk kesehatan saraf. Vitamin B12 dapat kita temukan
pada Susu, telur, hati, unggas, kerang, sarden, dan telur.

Vitamin C. Vitamin C bermanfaat dalam menjaga kesehatan tulang, kulit


dan pembuluh darah. Makanan yang mengandung Vitamin C antara lain jeruk,
tomat, kentang, pepaya, stroberi, dan kubis.

19
Vitamin D. Vitamin D sangat baik dalam menjaga kesehatan tulang. Untuk
memenuhi kebutuhan vitamin D kita cukup berjemur atau terkena sinar matahari
selama 5- 30 menit minimal 2 kali dalam seminggu. Selain itu kita juga bisa
mengkonsumsi makanan antara lain seperti Hati dan Susu.

Vitamin E. Vitamin E dapat memelihara sel tubuh kita dari kerusakan,


memperlancar aliran darah, serta mampu memperbaiki jaringan tubuh. Makanan
yang mengandung Vitamin E antara lain kuning telur, hati sapi, ikan, susu,
brokoli, dan bayam.

Vitamin H (Biotin). Vitamin H dapat membantu tubuh dalam


menggunakan karbohidrat dan lemak serta membantu dalam pertumbuhan sel.
Kita dapat menemukan Vitamin H dalam Hati, kuning telur, tepung kedelai,
sereal, ragi, kacang polong, buncis, kacang, tomat, dan susu.

Vitamin K. Vitamin K membantu dalam proses pembekuan darah dan


pembentukan tulang.bayam, kubis, keju, bayam, brokoli, kubis, dan tomat. Selain
itu, tubuh kita juga memproduksi vitamin K.

5. Mineral

Sama halnya dengan vitamin, mineral adalah zat yang ditemukan dalam
makanan yang dibutuhkan tubuh kita untuk pertumbuhan dan kesehatan. Ada dua
jenis mineral: macrominerals dan jejak mineral. Macrominerals adalah mineral
yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang lebih besar, yaitu kalsium, fosfor,
magnesium, natrium, kalium, dan klorida. Sedangkan jejak mineral terdiri dari
besi, tembaga, yodium, seng, fluorida, dan selenium.

6. Kalsium.

Kalsium membantu dalam pembentukan tulang dan gigi serta membantu


menjalankan fungsi otot dan saraf. Kalsium terkandung dalam ikan Salmon,
sarden, susu, keju, yoghurt, kubis Cina, kangkung, lobak, sawi, brokoli, dan jeruk.

7. Khlorida.

20
Klorida berfungsi menjaga keseimbangan kadar air di seluruh tubuh kita.
Klorida terkandung dalam Garam, rumput laut, gandum, tomat, selada, seledri,
buah zaitun, sarden, daging sapi, dan keju.

8. Tembaga.

Tembaga membantu melindungi sel dari kerusakan dan juga untuk


membentuk tulang dan sel darah merah. Tembaga dapat ditemukan dalam kerang
(terutama tiram), coklat, jamur, kacang, dan gandum.

9. Fluoride.

Floride berfungsi memperkuak tulang dan gigi. Kopi dan dan teh
merupakan makanan yang mengandung flouride.

10. Yodium.

Youdium membantu menjalankan fungsi kelenjar tiroid. Tiroid terkandung


dalam Seafood, dan garam beryodium.

11. Zat Besi.

Zat Besi membantu sel darah merah dan mengantarkan oksigen ke seluruh
jaringan tubuh serta membantu menjalankan fungsi otot. Untuk memenuhi
kebutuhan zat besi kita dapat mengkonsumsi Daging merah, unggas, ikan, hati,
tepung kedelai, telur, kacang-kacangan, kacang polong, bayam, lobak hijau,
kerang, dan sereal.

12. Magnesium.

Magnesium berfungsi untuk membentuk tulang dan gigi serta untuk


memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Magnesium terkandung dalam
beberapa makanan ysitu kacang-kacangan, seafood, susu, keju, dan yogurt.

13. Fosfor.

21
Fosfor sama halnya dengan magnesium yang berfungsi untuk membentuk
tulang dan gigi serta untuk memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Fosfor
dapat kita temukan pada makan antara lain Susu, yoghurt, keju, daging merah,
unggas, ikan, telur, kacang-kacangan, dan kacang polong.

14. Kalium.

Kalium berfungsi menjaga keseimbangan kadar air di seluruh tubuh kita


serta berfungsi memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Kalium terkandung
dalam Susu, pisang, tomat, jeruk, melon, kentang, ubi jalar, plum, kismis, bayam,
lobak, kangkung, dan kacang polong.

15. Selenium.

Selenium berfungsi mencega kerusakan pada sel serta membantu fungsi


kelenjar tiroid. Sayuran, ikan, kerang, daging merah, biji-bijian, telur, ayam, hati,
bawang putih, dan ragi bisa kita konsumsi untuk memeneuhi kebutuhan akan
Selenium.

16. Sodium.

Sodium sama halnya dengan kalium yang berfungsi menjaga


keseimbangan kadar air di seluruh tubuh kita serta berfungsi memeliahara syaraf
dan otot agar tetap normal. Makanan yang mengandung Sodium antara lain adalah
Garam, susu, keju, bit, seledri, daging sapi, daging babi, sarden, dan buah zaitun
hijau.

17. Seng (Zinc).

Seng berfungsi dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu dalam


penyembuhan luka. Selain itu Seng juga berfungsi membantu tubuh kita untuk
melawan penyakit. Seng dapat kita temukan dalam beberapa makanan antara lain
Hati, telur, makanan laut, daging merah,tiram, telur, kacang-kacangan, biji-bijian,
sereal, gandum, dan biji labu.

18. Air

22
Air adalah bagian penting dari tubuh kita. Bahkan lebih dari 60 persen
tubuh kita terdiri dari air.Beberapa fungsi

Membasahi jaringan, seperti di sekitar mulut, mata, dan hidung


Mengatur suhu tubuh anda
Sebagai Bantalan sendi kita
Membantu tubuh kita mendapatkan nutrisi

C. Fungsi Nutrisi

Berdasarkan pengertian Nutrisi itu sendiri , zat ini memang menjadi


asupan utama bagi tubuh seseorang dalam melakukan berbagai kegiatan sebagai
pembentuk energi penting. Fungsi nutrisi itu sendiri juga beragam seperti sebagai
proses pengambilan zat-zat makanan yang penting, sebagai subtansi organik yang
dibutuhkan organisme untuk bergerak normal. Namun nutrisi sangat berbeda dari
makanan yang kita makan tiap harinya, nutisi adalah apa yang terkandung dalam
makanan tersebut. Nutrisi juga berperan aktif sebagai asupan makanan yang sehat
bagi tubuh, tubuh setidaknya mengkonsumsi beberapa jenis makanan setiap
harinya. Tidak lantas kita menyepelekan nutrisi, sebab tidak semua makanan
memiliki nutrisi.

2.2.3 Woman Health

A. Pengertian Kesehatan wanita

Kesehatan perempuan merujuk kepada kesehatan perempuan, yang


berbeda dari laki-laki dalam beberapa cara unik. Kesehatan perempuan adalah
sebuah contoh dari kesehatan masyarakat. Seringkali berkaitan dengan kesehatan
produktif perempuan, beberapa kelompok memberikan definisi yang lebih luas
terkait kesehatan perempuan secara keseluruhan. Perbedaan tersebut makin timbul
di negara-negara berkembang di mana perempuan, yang kesehatannya meliputi
risiko dan pengalaman mereka, makin tak maju.

B. Determinan Kesehatan Wanita

23
Determinan kesehatan wanita berkaitan dengan apa yang dinamakan
dengan seks dan gender. Seks merupakan pembagian manusia menjadi laki-laki
atau perempuan secara biologis, sedangkan gender merupakan posisi atau
pencirian sosial melalui atribut-atribut yang sering didukung oleh nilai atau sistem
dan simbol di masyarakat, atau bisa diartikan juga sebagai penggambaran
seseorang secara sosial atas kondisi biologisnya. Contoh seks adalah perempuan
memiliki ovarium dan mengalami menstruasi, sedangkan gender, misalnya adalah
perempuan memiliki karakter yang lemah lembut. Seks merupakan bawaan lahir
yang tidak dapat diubah, sedangkan gender merupakan hal yang dibentuk oleh
sosial dan dapat diubah. Seks bersifat universal sedangkan gender dapat berbeda-
beda di tiap tempat dan waktu. Lebih lanjut, determinan kesehatan bisa
berhubungan dengan hanya seks saja atau gender saja atau juga kombinasi dari
keduanya.

a. Determinan Biologis

Wanita menghadapi berbagai macam risiko biologis, beberapa di antaranya adalah


pertama, karena mengalami menstruasi, wanita berisiko mengalami anemia
defisiensi besi. Kedua, ketika masa kehamilan wanita bisa mengalami komplikasi
kehamilan, penyakit yang dapat diperburuk karena kehamilan, atau efek dari gaya
hidup tidak sehat, seperti misalnya mengalami pendarahan yang dapat berujung
pada kematian. Ketiga, wanita lebih rentan terhadap beberapa infeksi menular
seksual dibandingkan pria karena wanita memiliki area mukosa yang terpapar
yang lebih besar ketika berhubungan berhubungan seksual dibandingkan pria.
Keempat, terdapat juga kondisi kesehatan tertentu khusus pada wanita, seperti
misalnya kanker uterus dan kanker rahim. Kelima, saat wanita bertambah usia,
wanita mengalami peningkatan risiko terkena penyakit hati dibandingkan pria.

b. Determinan Sosial

Determinan sosial kesehatan wanita juga memiliki peranan penting, terutama


dalam masyarakat yang memihak pada laki-laki. Determinan sosial berkaitan
dengan norma-norma gender yang menetapkan peran dan nilai berbeda antara

24
laki-laki dan perempuan, biasanya yang merugikan pihak perempuan. Beberapa
contoh determinan sosial di antaranya adalah pertama, keinginan keluarga untuk
memiliki anak laki-laki sebagai anak pertama, untuk itu beberapa keluarga
menggunakan sonogram dan mengaborsi jika bayi pertamanya adalah perempuan.
Kedua, pemberian baik asi maupun makan bergizi yang lebih banyak
diperuntukkan bagi laki-laki, hal ini menyebabkan gizi buruk yang dapat membuat
wanita menjadi rentan terkena penyakit. Ketiga, status sosial wanita yang rendah
atau dominasi pria di masyarakat yang dapat menyebabkan wanita tidak dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa izin suami atau kerabat laki-lakinya atau
juga yang lebih parah dapat menyebabkan kekerasan pada wanita secara fisik dan
seksual. Keempat, status wanita yang rendah juga ekspektasi masyarakat pada
wanita dapat menyebabkan tingkat stress yang tinggi.

C. Ketidaksetaraan yang meluas dan persisten Perbedaan antara


wanita dan pria

Sering menjadi pertanyaan mengapa fokus pada kesehatan wanita. Hal ini
disebabkan oleh karena wanita dan anak perempuan memiliki kebutuhan
Kesehatan khusus. Kebutuhan yang dimaksudkan adalah adanya kondisi yang
hanya dialami perempuan dan berdampak negatif terhadap kesehatan. Beberapa
contoh dari kondisi yang dimaksud adalah seperti kehamilan dan persalinan, hal
ini bukan sebuah penyakit, tetapi merupakan proses fisiologis dan sosial normal
yang membawa risiko Kesehatan sehingga mereka memerlukan perawatan
kesehatan. Masalah kesehatan dapat terjadi baik pada pria maupun wanita, tetapi
karena memiliki dampak yang lebih besar atau berbeda pada wanita, tantangan
tersebut memerlukan respons yang disesuaikan secara khusus dengan kebutuhan
wanita. Kondisi lain yang dapat mempengaruhi pria dan wanita secara kurang
lebih sama, tetapi wanita menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam
mendapatkan perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Selain itu, ketidaksetaraan
berbasis gender atau jenis kelamin seperti dalam pendidikan, pendapatan dan
pekerjaan dapat membatasi kemampuan wanita untuk melindungi kesehatan
mereka dan mencapai status kesehatan yang optimal. Wanita biasanya hidup lebih

25
lama dibanding pria, rata-rata enam hingga delapan tahun lebih lama. Perbedaan
ini disebabkan oleh keunggulan biologis yang terdapat pada wanita. Hal tersebut
juga mencerminkan perbedaan perilaku antara pria dan wanita.

D. Seksualitas dan reproduksi merupakan keutamaan dalam


kesehatan wanita

Kesehatan wanita pada masa reproduksi atau masa subur (antara usia 15-
49 tahun) tidak hanya berdampak pada kesehatan mereka tetapi juga berdampak
pada kesehatan dan pekembangan generasi penerus. Di negara berkembang,
komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian pada
wanita muda usia antara 15 sampai 19 tahun. Transisi demografis ditandai dengan
angka kematian yang lebih rendah pada anak-anak di bawah lima tahun dan
penurunan angka kesuburan yang mengakibatkan populasi yang menua. Jumlah
rata-rata anak per wanita telah turun secara global dari 4,3 selama awal 1970-an
menjadi 2,6 pada 2005-2010. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh
karena meningkatnya penggunaan kontrasepsi. Eratnya hubungan antara KB.
berikut yang merupakan hasil analisis terha
]\dap proporsi kematian ibu usia 15-49

tahun dan angka prevalensi KB di 172 negara di dunia. Semakin tinggi angka
prevalensi KB di suatu negara maka semakin rendah proporsi kematian ibu di
negara tersebut.

E. Kekerasan dan Gangguan Mental

Wanita lebih rentan terhadap depresi dan kecemasan. Diperkirakan 73 juta


wanita dewasa di seluruh dunia menderita episode depresi berat setiap tahun.
Gangguan mental setelah melahirkan, termasuk depresi pascapersalinan,
diperkirakan mempengaruhi sekitar 13% wanita dalam satu tahun setelah
melahirkan. Di negara berpenghasilan tinggi, hampir 40% wanita yang
melaporkan gangguan mental sedang atau berat menerima perawatan selama 12
bulan sebelumnya, dibandingkan dengan hanya sekitar 14% di negara
berpenghasilan rendah Baik di negara berpenghasilan tinggi maupun rendah,

26
wanita di rumah tangga termiskin melaporkan lebih banyak gangguan kesehatan
mental daripada wanita di Negara terkaya, namun sebagian kecil dari mereka
menerima perawatan. Permasalahan kekerasan terhadap perempuan ternyata tidak
hanya terjadi di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju.
Pada tahun 2010, data WHO menunjukkan bahwa secara umum 1 dari 3
perempuan di dunia mengalami kekerasan. Jika dilihat menurut wilayah, terlihat
bahwa prevalensi kekerasan terhadap perempuan di Negara-negara berkembang
cenderung lebih tinggi dibandingkan Negaranegara maju. Meskipun demikian,
ternyata prevalensi kekerasan terhadap perempuan di Negara maju cukup tinggi
yakni sekitar 25 persen.

F. Permasalahan sosial merusak kesehatan wanita

Secara keseluruhan kesehatan wanita sangat dipengaruhi oleh cara mereka


diperlakukan dan status mereka yang diberikan oleh masyarakat. Ketika
perempuan terus mengalami diskriminasi atau menjadi sasaran kekerasan,
kesehatan mereka dapat terganggu. Ketika mereka dikecualikan oleh hukum dari
kepemilikan tanah atau harta ataupun hak untuk bercerai, kerentanan sosial dan
fisik mereka meningkat. Paling ekstrem adalah apabila terjadinya bias gender atau
jenis kelamin secara sosial atau budaya sehingga dapat menyebabkan kematian
akibat kekerasan atau pembunuhan bayi perempuan. Meskipun ada banyak
kemajuan dalam memberikan akses pendidikan kepada anak perempuan, tetapi
masih terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal pendidikan
tinggi, akses ke pekerjaan dengan upah yang sama. Secara global, perempuan
kurang terlindungi dengan baik di tempat kerja, dari segi keamanan maupun
kondisi kerja.

2.2.4 Men Health

A. Indikator-Indikator Kesehatan Pada Pria

Berdasarkan indikator-indikator sikap terhadap kesehatan reproduksi, dan


dilakukan kategori jika responden dapat menjawab pertanyaan lebih dari 60 %,
maka dikategorikan berpengetahuan baik. Jika mampu menjawab pertanyaan

27
kurang dari 60%, maka dikategorikan berpengetahuan kurang. Hasilnya adalah
sebagian besar responden mempunyai sikap yang baik tentang kesehatan
reproduksi, yaitu sebesar 60% di Kecamatan Tegalsari dan 61 % di Kecamatan
Tandes. Berdasarkan uji Chi-Square, yang berusaha melihat ada atau tidaknya
perbedaan pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi berdasarkan
daerah responden, didapatkan bahwa responden dari daerah urban yaitu
Kecamatan Tegalsari ratarata mempunyai sikap tentang kesehatan reproduksi
yang sama dengan responden dari daerah sub urban yaitu Kecamatan Tandes
dengan tingkat kemaknaan (p) = 0,748.

Khajehei (2013) menyatakan kesehatan seksual mempengaruhi


kesejahteraan umum dan kualitas hidup secara keseluruhan semua pria dan
wanita. Di Iran diperlukan pendidikan Zain, Persepsi pria terhadap kesehatan
reproduksi khususnya konseling pranikah untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap orang dewasa baik pria dan wanita terhadap kesehatan reproduksi. Menurut
A. Vanusha (2018) pendidikan dan sikap pria, pengetahuan dan kesadaran, faktor
sosial budaya, factor psikologis, faktor sistem kesehatan, dan kebijakan
memainkan peran penting dalam keterlibatan pria dalam kesehatan reproduksi.
Programprogram tentang implementasi yang efektif dari keterlibatan laki-laki
dalam prakarsa kesehatan reproduksi harus mengatasi hambatan dan tantangan
terhadap kegiatan pendukung laki-laki. Studi ini juga menyarankan peningkatan
literasi kesehatan reproduksi di kalangan pria yang meningkatkan kepositifan
mereka dan memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam layanan kesehatan
reproduksi.

B. Beberapa Pengendalian dan Pencegahan penyakit Kesehatan Pria

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat,


satu dari empat pria tahun memiliki penyakit jantung dan tekanan darah tinggi dan
umumnya terjadi pada usia di bawah 45 tahun. Beberapa masalah jantung umum
yang mempengaruhi kesehatan pria adalah aritmia, gagal jantung, penyakit
jantung bawaan dan lainnya.

28
 China Kebut Pembuatan Vaksin Corona

Sebagian besar disebabkan oleh merokok, namun kanker paru juga terjadi pada
orang yang tidak pernah merokok dan pada orang yang tidak pernah terpapar asap
rokok dalam waktu lama. Selain merokok, paparan asap rokok, paparan asbes atau
radon dan polusi udara juga dapat menyebabkan perkembangan kanker paru.

 Kanker prostat

Kanker prostat adalah penyebab kematian kedua pada pria setelah kanker paru.
Namun penyakit ini dapat diobati jika ditemukan pada tahap awal. Tantangannya
adalah kanker prostat tidak menunjukkan gejala sampai menyebar ke bagian lain
dari tubuh.

 Stroke

Stroke berkembang ketika ada gangguan yang tak terduga dan tiba-tiba dalam
suplai darah. Ini dapat berkembang sebagai akibat dari masalah jantung,
penyumbatan arteri karena kolesterol dan penyalahgunaan zat. Stroke dapat
bervariasi tergantung intensitas, di mana strok mini sering tidak menyebabkan
kerusakan permanen dan dapat sembuh sendiri dalam waktu 24 jam. Sedangkan
yang parah dapat mengakibatkan kematian. Tingkat kejadian strok adalah 1,25
kali lebih besar terjadi pada pria dibanding wanita.

 Depresi

Depresi adalah salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum dan 300
juta orang di dunia memerangi depresi setiap hari. Depresi dapat meningkatkan
risiko seseorang untuk mengembangkan pikiran bunuh diri dan melukai diri
sendiri. Sebuah penelitian telah mengaitkan kanker paru dengan depresi, di mana
beberapa tanda dan gejala fisik, termasuk batuk, mengi, penurunan berat badan,
insomnia, kelelahan, dan nyeri dada, dapat mengganggu kualitas hidup dan
menyebabkan gangguan depresi.

 Penyakit liver atau hati

29
Sebuah studi menghubungkan perkembangan umum penyakit hati pada pria
dengan alkohol dan penggunaan tembakau. Laporan menunjukkan bahwa pria
memiliki risiko tingkat kematian akibat alkohol dan menjalani perawatan di
rumah sakit lebih tinggi dibandingkan wanita. Konsumsi alkohol yang berlebihan
juga dapat meningkatkan risiko kanker mulut, tenggorokan, kerongkongan, hati,
dan kanker usus besar, serta disfungsi ereksi dan ereksi, masalah kesehatan umum
lainnya yang dilaporkan pada pria.

 Disfungsi ereksi

Disfungsi ereksi dilaporkan terjadi pada dua pertiga pria yang berusia lebih tua
dari 70 tahun dan hingga 39 persen pria 40 tahun. Pria dengan disfungsi ereksi
juga dilaporkan mengalami depresi. Disfungsi ereksi paling sering disebabkan
oleh aterosklerosis, yang menyebabkan serangan jantung dan strok dan dokter
menganggap disfungsi ereksi sebagai tanda peringatan dini untuk penyakit
kardiovaskular.

 Diabetes

Diabetes mellitus atau diabetes adalah kondisi kronis yang terjadi ketika pancreas
tidak menghasilkan insulin yang cukup. Jika tidak diobati, diabetes dapat
menyebabkan kerusakan saraf dan ginjal, penyakit jantung dan strok, bahkan
masalah penglihatan. Untuk pria, diabetes dapat meningkatkan risiko kadar
testosteron yang lebih rendah, kehilangan massa otot dan impotensi seksual, yang
pada gilirannya menyebabkan depresi atau kecemasan. Meskipun tidak ada obat
permanen untuk diabetes, namun penyakit ini dapat dijaga dengan campuran gaya
hidup sehat, olahraga dan obat-obatan.

C. Peningkatan aktivitas pada pria

Peningkatan sikap pria dalam kesehatan reproduksi yaitu dengan


meningkatkan paparan Komunikasi Informasi Dan Edukasi (KIE) mengenai
kesehatan reproduksi dengan melalui media yang efektif seperti TV, radio, poster,
dan lain sebagainya. Atau dengan meningkatkan peran keteladan tokoh

30
masyarakat dan tokoh agama akan pentingnya sikap pria dalam kesehatan
reproduksi. Dapat pula dengan memperbaiki isi informasi pada buku, majalah,
film, sinetron, dan lain-lain yang mengemukakan tentang sub ordinasi perempuan.

2.2.5 Cancer Awareness

A. Definisi Penyakit Kanker

Penyakit Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari


sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya,
sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkan kematian. Kanker adalah istilah yang mencakup sekelompok
kompleks lebih dari berbagai jenis penyakit kanker. Kanker dapat mempengaruhi
hampir setiap organ dalam tubuh manusia. Banyak orang terkejut ketika
mengetahui kanker yang dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh seperti mata
dan jantung. Setiap jenis kanker khas dengan penyebab, gejala, dan metode
pengobatan yang berbedaSeperti kelompok penyakit yang lain, beberapa jenis
kanker ada yang lebih umum daripada yang lain

B. Gejala – gejala penyakit kanker

Gejala penyakit kanker secara umum yang timbul tergantung dari jenis
atau organ tubuh yang terserang yaitu:

a. Perubahan kebiasaan buang air besar


b. Luka yang tidak sembuh - sembuh.
c. Benjolan pada payudara.
d. Perubahan tahi lalat atau kulit yang mencolok.
e. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.
f. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein
(kaheksia)
g. Tuli, atau adanya suara-suara dalam telinga yang menetap
h. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan
pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap

31
kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan
atau kecemasan.

C. Faktor – faktor penyebab kanker

Penyebab Penyakit Kanker sulit untuk mengetahui secara pasti karena


merupakan gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan lingkunganNamun
sebenarnya ada faktor-faktor yang diduga meningkatkan resiko terjadinya
Penyakit Kanker, antara lain adalah :

a. Faktor keturunan

Faktor genetic menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk
menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya.

b. Faktor kejiwaan, emosional

Stres yang berati dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler tubuh.

c. Faktor prilaku

Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi makanan yang


banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan juga peminum minuman
beralkoholPerilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan
sering berganti ganti pasangan.

d. Faktor makanan yang mengandung bahan kimia

Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan
kanker adalah Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar)
meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang mengandung
alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan Zat
pewarna makanan Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada
makanan laut yang tercemar seperti: kerang, ikan, dsb. Berbagai makanan
(manis.tepung) yang diproses secara berlebihan

32
Faktor – faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker

Faktor-faktor yang dapat meningkatan resiko terjadinya kanker, antara lain:

a) Bahan Kimia

Zat-zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan berbagai jenis kanker
pada perokok dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja
menghirup asap rokok orang lain) dalam jangka waktu yang lama. Bahan kimia
untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon dapat meningkatkan
kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker.

b) Penyinaran yang berlebihan

Sinar ultra violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit.
Sinar radio aktif sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan
kanker kulit dan leukemia.

c) Virus

Beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel
kanker. Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.

d) Hormon

Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah
mengatur kegiatan alat-alat tubuh dari selaput tertentuPada beberapa penelitian
diketahui bahwa pemberian hormon tertentu secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis kanker seperti payudara,
rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria)

e) Makanan

Zat atau bahan kimia yang terdapat pada makanan tertentu dapat menyebabkan
timbulnya kanker misalnya makanan yang lama tersimpan dan berjamur dapat
tercemar oleh aflatoxin. Aflatoxin adalah zat yang dihasilkan jamur Aspergillus
Flavus yang dapat meningkatkan resiko terkena kanker hati.

33
D. Cara pemeriksaan dan pengobatan kanker

Bagi yang ada kecurigaanmaka pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:


Pemeriksaan sitologi dan patologi anatomi Tes-tes pertanda kanker dalam darah

1. Rontgen
2. Mamografi (rontgen khusus untuk payudara)
3. Ultrasonografi / USG (memotret alat tubuh bagian dalam)
4. Endoskopi (peneropongan alat tubuh bagian dalam)
5. Kolposkopi (peneropongan leher rahim)
6. Laparoskopi (peneropongan rongga perut)
7. Pemotretan lapisan-lapisan tubuh dengan alat CT Scan, MRI (Magnetic
Resonance Imaging)
8. Pengobatan kanker terdiri dari salah satu atau kombinasi dari beberapa
prosedur berikut:
 Pembedahan (operasi)
 Penyinaran (Radio-terapi)
 Pemakaian obat-obat pembunuh sel kanker (sitostatika/kemoterapi)
 Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
 Pengobatan dengan hormone
 Transplantasi organ.
 Stem Cell
 Hasil pengobatan terutama tergantung pada stadium atau tingkat kanker.
E. Proses penyebaran kanker ke bagian lain tubuh

Sel-sel dalam tumor ganas memiliki kemampuan untuk menyerang


jaringan dan organ disekitarnya, sehingga penyebaran penyakit. Hal ini juga
mungkin bagi sel kanker untuk memisahkan diri dari tumor dan memasuki aliran
darah, sehingga terjadi penyebaran penyakit ke organ lain. Proses penyebaran ini
disebut metastasis. Bila kanker telah menyebar dan telah mempengaruhi area lain
dari tubuh, penyakit ini masih mengacu pada organ originasiSebagai contoh, jika
kanker serviks menyebar ke paru-paru, masih disebut kanker serviks, bukan

34
kanker paru-paru. Meskipun sebagian besar kanker berkembang dan menyebar
dengan cara ini (melalui organ)namun kanker darah seperti leukemia tidak.
Mereka mempengaruhi darah dan organ- organ yang membentuk darah dan
kemudian menginvasi jaringan di dekatnya.

F. Cara Pencegahan Kanker

Sebagian besar jenis kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat
sejak usia muda dan menghindari faktor-faktor penyebab kanker. Meskipun
penyebab kanker secara pasti belum diketahui, setiap orang dapat melakukan
upaya pencegahan dengan cara hidup sehat dan menghindari penyebab kanker:

o Mengenai makanan
o Mengurangi makanan berlemak yang berlebihan
o Lebih banyak makan makanan berserat.
o Lebih banyak makan sayur-sayuran berwarna serta buah-buahan,
beberapa kali sehari
o Lebih banyak makan makanan segar
o Mengurangi makanan yang telah diawetkan atau disimpan terlalu
lama Membatasi minuman alcohol
o Mengenai Perilaku
o Hindari diri dari penyakit akibat hubungan seksual
o Hindari kebiasaan merokok. Bagi perokok: berhenti merokok
o Upayakan kehidupan seimbang dan hindari stress
o Periksakan kesehatan secara berkala dan teratur.

2.2.6 Happiness

A. Pengertian Kebahagiaan

Menurut Martin Seligman, kebahagiaan (happiness) adalah suatu konsep


yang mengacu pada bentuk emosi dan aktivitas positif yang dirasakan individu
dan tidak memiliki komponen perasaan sama sekali. Emosi positif
diklasifikasikan dalam 3 bentuk, yakni berhubungan terhadap masa lalu, masa

35
sekarang, dan masa depan. Emosi positif yang terhubung dengan masa lalu berupa
kepuasan, pemenuhan, kebanggaan, dan ketenangan. Untuk emosi pada masa
sekarang berkaitan terhadap kesenangan. Sedangkan emosi positif yang berkaitan
akan masa depan lebih mengacu terhadap harapan, optimisme, keyakinan, dan
kepercayaan. Pada tingkat yang lebih tinggi kesenangan berasal dari bentuk
kegiatan yang kompleks dan menimbulkan suatu perasaan bahagia.

Menurut A Carr, kebahagiaan adalah kondisi psikologis dalam bentuk


positif yang ditandai dengan kepuasaan terhadap masalalu, emosi positif yang
tinggi, dan rendahnya tingkat emosi negatif. Kebahagiaan merupakan keadaan
dimana individu berada pada lingkup positif (perasaan positif) dan mencapai suatu
kebahagiaan yang autentik.

Myers menggambarkan kebahagiaan sebagai perasaan ketika individu


merasakan kehidupannya berkecukupan, bermakna, dan menyenangkan, dengan
mengusung empat dimensi yaitu menghargai diri sendiri, optimis, terbuka dan
mampu bersosialisasi, serta kemampuan mengontrol dan mengendalikan diri
sepenuhnya.

Dengan demikian kebahagiaan adalah kondisi perasaan yang amat


subjektif yang muncul dalam diri individu sebagai respon afeksi terhadap berbagai
pengalaman kehidupannya. Tanda individu yang bahagia adalah lebih didominasi
emosi positif daripada emosi negatif. Sebaliknya individu yang tidak bahagia
cenderung lebih dikuasai oleh emosi negatif daripada emosi positifnya.

B. Aspek-Aspek Kebahagiaan

Menurut Martin Seligman, aspek-aspek kebahagiaan (happiness) 35


meliputi 5 hal antara lain:

1. Menjalin hubungan positif dengan orang lain. Hubungan positif dapat


tercipta ketika seseorang berada pada lingkup yang penuh akan adanya
dukungan sosial dari orang lain, sehingga individu mampu
mengembangkan suatu bentuk harga diri, meminimalisir segala bentuk

36
problem psikologis, kemampuan dalam memecahkan masalah secara
adaptif, dan sehat secara fisik maupun non-fisik.
2. Keterlibatan penuh. Keterlibatan penuh sama artinya dengan melibatkan
diri dan jiwa secara menyeluruh dalam pekerjaan yang ditekuni. Tidak
berpacu hanya kepada karir namun juga pada aktivitas lain tertentu seperti
hobi dan aktivitas bersama keluarga. Keterlibatan penuh membutuhkan
partipasi aktif dari orang yang bersangkutan baik fisik, pikiran maupun
hati.
3. Temukan makna dalam keseharian. Apapun yang dilakukan seseorang
dalam kondisi bahagia pasti akan selalu menemukan makna atau segala
bentuk hikmah dari setiap aktivitas dalam kesehariannya tanpa terkecuali.
Kebahagiaan tidak selalu diperoleh dari peristiwa besar atau
keberuntungan yang sesekali terjadi, melainkan dari keseharian dalam
hidup. Dengan menemukan makna dalam hal-hal kecil, indahnya dapat
terasa di sepanjang hidup.
4. Optimis namun tetap realistis. Orang yang optimis cenderung lebih
bahagia. Memiliki harapan dan impian yang positif dimasa depan.
Seseorang yang dinilai memiliki keyakinan atau optimis terhadap diri
sendiri mengenai kehidupan di masa yang akan mendatang, merasa puas
akan kehidupannya, dan mampu mengevaluasi diri secara positif akan
memiliki kontrol yang baik akan masa depannya. Namun untuk
mewujudkan keyakinan tersebut diperlukan suatu tindakan yang nyata
sesuai kemampuan.
5. Menjadi pribadi yang resilien. Orang berbahagia bukan berarti tidak
pernah mengalami penderitaan. Kebahagiaan tidak selalu tertuju kepada
individu yang sering mengalami hal-hal yang menyenangkan, melainkan
sejauh mana seseorang memiliki kepribadian yang resilien, yaitu suatu
kemampuan untuk bangkit dari peristiwa atau kejadian yang kurang/ tidak
menyenangkan.
C. Faktor Kebahagiaan

37
Menurut Martin Seligman, faktor-faktor kebahagiaan meliputi:

1. Uang Uang memang bukan segalanya, tetapi semua membutuhkan uang.


Penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya
lebih daripada uang itu sendiri.
2. Status Pernikahan Pernikahan sangat erat hubungannya dengan
kebahagiaan
3. Kehidupan Sosial Menurut Seligman orang yang sangat bahagia menjalani
kehidupan sosial yang memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu
sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi.
4. Usia Pada penelitian dikatakan usia muda cenderung lebih bahagia, namun
setelah diteliti lebih dalam usia tidak berhubungan dengan kebahagiaan.
5. Kesehatan Menurut Seligman yang terpenting adalah persepsi subjektif
individu terhadap seberapa sehat individu itu sendiri.
6. Emosi Negatif Untuk mendapatkan emosi positif, individu harus mampu
mengurangi emosi negatif
7. Pendidikan, Iklim, dan Ras Ketiga komponen ini memiliki pengaruh yang
tidak cukup besar terhadap tingkatan kebahagiaan individu.
8. Jenis Kelamin Jenis kelamin memiliki suatu hubungan yang tidak
konsisten terhadap kebahagiaan.
9. Agama Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap
kebahagiaan daripada orang yang tidak religius.
D. Pengukuran Kebahagiaan (Measuring of happiness)

Terdapat beberapa aspek kebahagiaan. Ada dua hal yang harus


dipenuhiuntuk mendapatkan kebahagiaan yaitu afeksi dan kepuasan hidup
(Rusydi,2007).

a) Afeksi Perasaan (feeling) dan emosi (emotion) merupakan bagian yang


tidak terpisahkan. Menurut salah seorang pakar psikologi Tellegen
menyebutkan bahwa setiap pengalaman emosional selalu

38
berhubungandengan afektif atau perasaan yang sangat menyenangkan
sampai kepada perasaan yang tidak membahagiakan.
b) Kepuasan Hidup, Kepuasan hidup merupakan kualitas dari kehidupan
seseorang yang telah teruji secara keseluruhan berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan. Kepuasan hidup merupakan hasil dari perbandingan
antara segala peristiwa yang dialami dengan apa yang menjadi tumpuan
harapan dan keinginan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakinterpenuhinya kebutuhan dan


harapan seseorang maka semakin tinggi pulatingkat kepuasan seseorang.
Kebahagiaan mempunyai komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen
kebahagiaan bisa dikenali dari afektif dan kognitif. Diener (1985)menyatakan
bahwa happiness atau kebahagiaan mempunyai makna yang sama dengan
subjective wellbeing dimana subjective wellbeing terbagi atasdua komponen
didalamnya. Kedua komponen kebahagiaan menurut Diener tersebut adalah:

o Komponen afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi


darikesenangan, kegembiraan dan emosi. Ditambahkan lagi oleh
Diener(1985) bahwa komponen afektif ini terbagi lagi atas afek positif dan
afek negatif.
o Komponen kognitif yaitu kepuasan hidup dan dengan domain kehidupan
lainnya.

Komponen diatas didukung oleh Suh (dalam Carr, 2004) yangmenyatakan


bahwa kegembiraan dalam hidup merupakan komponen afektifdan kepuasan
hidup merupakan komponen kognitif. Kemudian Suh juga menambahkan bahwa
komponen afektif tersebut terbagi menjadi dua komponen yang saling bebas yaitu
afek positif dan afek negatif.

Selanjutnya evaluasi kognitif yang saling tergantung pada kepuasan dalam


variasi domainseperti keluarga atau aturan kerja dan pengalaman-pengalaman
kepuasan lainnya.

39
Argyle dan Crosland (1987) berpendapat bahwa kebahagiaan terdiridari tiga
komponen, yaitu frekuensi dari afek positif atau kegembiraan; leveldari kepuasan
pada suatu periode; dan kehadiran dari perasaan negatif sepertidepresi dan
kecemasan.

Aspek-aspek yang telah disebutkan oleh beberapa tokoh diatas sejalandengan


dua komponen kebahagiaan menurut Rakhmat (2004) dimanakomponen
kebahagiaan pertama adalah perasaan menyenangkan. Bahagiaadalah emosi
positif, dan sedih adalah emosi negatif. Sedangkan komponenkebahagiaan yang
kedua adalah penilaian seseorang tentang hidupnya.Perasaan kita sebut sebagai
unsur afektif dan penilaian unsur kognitif.

E. Dinamika Kebahagiaan (Pencapaian kebermaknaan)

Menurut Bastaman (1996) dalam proses perubahan dari penghayatanhidup


tak bermakna menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan
pengalaman tertentu. Hal ini hanya merupakan konstruksi teoritis yang
dalamrealitas sebenarnya tidak selalu mengikuti urutan tersebut (untuk
mepermudah pemahaman secara menyeluruh). Tahapan-tahapan ini dapat
digolongkan menjadi lima sebagai berikut :

a. Tahap Derita (peristiwa tragis, penghayatan tampa makna)


b. Tahap Penerimaan Diri (pemahaman diri, pengubahan sikap)
c. Tahap Penemuan Makna Hidup (penemuan makna dan penemuan
tujuan-tujuan hidup)
d. Tahap Realisasi Makna (keikatan diri, kegiatan terarah untuk
pemenuhan makna hidup)
e. Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan bermaknaan,
kebahagiaan).

Setelah individu berhasil menghadapi masalahnya, semangat hidup dan gairah


kerja meningkat, kemudian secara sadar melakukan keikatan diri (self
commitment) untuk melakukan berbagaikegiatan terarah untuk memenuhi makan
hidup yang ditemukan.

40
2.2.7 Program Recovery

Recovery, dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemuliahan atau


pulih. Recovery dapat diartikan sebagai proses pengembalian keadaan dari yang
tidak baik menjadi lebih baik, dari sebelumnya tidak sehat menjadi sehat, Kembali
ke keadaan atau kondisi yang lebih baik. Recovery adalah proses perubahan yang
dilakukan dan dipayakan oleh individu untuk meningkatkan Kesehatan dan
kesejahteraannya. Proses ini dilakukan dengan secara terencana Menyusun ulang
hidup dan menargetkan pada tujuan untuk mengoptimalkan hidup sampai
mencapai ―full potential‖. Berikut empat dimensi dari recovery;

Seorang perawat yang sehat menjalani hidup dengan kapasitas penuh,


melintasi kontinum sehat/sakit, saat mereka menjadi panutan, pendukung, dan
pendidik yang lebih kuat; pribadi, untuk keluarga mereka, komunitas mereka dan
lingkungan kerja, dan akhirnya untuk pasien mereka. Recovery adalah Kembali ke
kondisi normal atau kondisi sadar setelah mendapat anastetik.

Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup,


bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan
(Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013). Kekuatan diri merupakan pondasi diri
dukungan dan sistem recovery yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri.

41
Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan
pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa an orang-orang yang sangat
penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan
pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang
merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi
dapat dicapai.

2.2.8 Work-Life Balance (Keseimbangan Kerja dan Kehidupan)

A. Pengertian Work-Life Balance

Work-life balance didefinisikan oleh Fisher, dkk (2009) sebagai upaya


yang dilakukan oleh individu untuk menyeimbangkan dua peran atau lebih yang
dijalani. Sedangkan menurut Greenhaus, dkk (2003) work-life balance adalah
sejauh mana suatu individu terikat secara bersama di dalam pekerjaan dan
keluarga, dan sama sama puas dengan peran dalam pekerjaan dan peran dalam
keluarganya.

Menururt Lockwood (2003) work-life balance adalah suatu keadaan


seimbang pada dua tuntutan dimana pekerjaan dan kehidupan seorang individu
adalah sama. Dimana work-life balance pada pandangan pekerja merupakan
pilihan mengola kewajiban kerja serta pribadi ataupun tanggung jawab akan
keluarga. Lain halnya untuk pandangan perusahaan, istilah ini merupakan
tantangan membentuk budaya yang mendukung di perusahaan. Dimana pekerja
bisa fokus dalam pekerjaannya di tempat kerja. Schermerhorn (2008) menyatakan
bahwa work-life balance adalah bagaimana seseorang mampu untuk
menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan
keluarganya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa


work-life balance merupakan suatu kondisi seimbang antara kehidupan pekerjaan
dan kehidupan pribadi yang akan menciptakan rasa puas atas keduanya.

42
Jika work-life balance pada seseorang yang mengalami beban kerja yang
berlebih tidak dapat tercapai maka dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya
stres kerja yang lebih cepat (Purwati, 2016) dan juga akan berdampak timbulnya
work family conflict (Kristianti, 2017). Sebaliknya pekerja yang mampu
menyeimbangi antara kehidupan kerja dan keluarga cenderung memiliki
kesejahteraan psikologis yang lebih baik (Wang & Walumba 2005; Kim, 2014)
serta meningkatkan komitmen terhadap organisasinya (Birdi, Clegg, Patterson,
Robinson, Stride, Wall & Wood, 2008). Ketika work-life balance berada pada
tingkat kepuasan yang tinggi, maka etos kerja akan menjadi lebih berkualitas
untuk memberikan kontribusi dan pelayanan terbaik(Darmawan, Ika, & Ika,
2015).

B. Komponen Work-Life Balance

Terdapat tiga komponen work-life balance, pertama, keseimbangan waktu


yang merupakan merefleksikan jumlah yang sama/adil dari waktu yang
dihabiskan untuk bekerja dan peran keluarga. Kedua, keseimbangan keterlibatan
atau peran yaitu tingkat keterlibatan psikologis yang sama dalam pekerjaan dan
keluarga. Keseimbangan kepuasan yakni kepuasan yang sama dalam peran
pekerjaan dan keluarga (Greenhaus dkk, 2003).

Fisher (2001) menjelaskan bahwa terdapat empat komponen work-life


balance yaitu;

a. Waktu, dimana komponen waktu meliputi kuantitas dan kualitas waktu


yang digunakan ketika bekerja dibandingkan dengan waktu yang
digunakan untuk kegiatan lain di luar pekerjaannya misalnya dalam
keluarga, sosial maupun pribadi.
b. Perilaku, komponen ini mencakup bagaimana tindakan yang dilakukan
oleh seseorang atau individu untuk mencapai hal atau tujuan yang
diinginkan. Kondisi ini mengacu pada keyakinan terkait kemampuan
dalam mencapai yang diinginkan dalam pekerjaan dan tujuan pribadi.

43
c. Ketegangan (strain), komponen ketegangan mencakup beberapa hal seperti
kecemasan, tekanan, kehilangan aktivitas penting pribadi serta sulit
mempertahankan atensi.
d. Energi, komponen energi digunakan sebagai cara untuk mencapai sebuah
sebuah tujuan yang diinginkan. Dalam diri manusia, energy adalah suatu
sumber terbatas. Sehingga ketika individu kekurangan energi dalam
aktivitasnya, maka mampu membuat stres menjadi tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa empat komponen work life balance menurut


Fisher yaitu waktu, perilaku, ketegangan dan energi.

C. Dimensi Work-Life Balance

Menurut Fisher, dkk (2009) terdapat empat dimensi work-life balance,


yaitu:

a. Work Interference With Personal Life (WIPL)

Dimensi ini mengungkapkan pada sejauh mana pekerjaan mampu menjadi


pengganggu kehidupan pribadi seseorang. Interferensi ini mampu memberikan
efek negatif dalam kehidupan individu, yang berarti dengan adanya interferensi ini
menandai rendahnya work-life balance yang dimiliki seseorang. Contoh, yaitu
dengan bekerja mampu membuat orang sulit mengatur waktu untuk kehidupan
pribadinya.

b. Personal Life Interference Work (PLIW)

Dimensi ini mengungkapkan pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang


mampu menjadi pengganggu kehidupan pekerjaan. Contohnya, jika seseorang
mengalami permasalahan di dalam kehidupannya maka akan memberikan efek
negatif atau menganggu kinerja saat bekerja.

c. Personal Life Enhancement of Work (PLEW)

Dimensi ini mengungkapkan pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang


mampu memberikan dampak peningkatan performa dalam lingkup pekerjaan.

44
Contohnya, apabila individu bahagia dengan kehidupan pribadi maka suasana hati
dan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

d. Work Enhancement of Personal Life (WEPL)

Dimensi ini mengungkapakan sejauh mana pekerjaan mampu meningkatkan


kualitas kehidupan seseorang. Contoh, apabila keterampilan yang diperoleh
individu saat bekerja memungkinkan seseorang memafaatkannya pada kehidupan
sehari-hari.

Dapat disimpulkan bahwa dimensi work life balance menurut Fisher


terbagi menjadi empat yaitu Work Interference With Personal Life, Personal, Life
Interference Work, Personal Life Enhancement of Work dan Work Enhancement
of Personal Life.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Work-Life Balance

Menurut Schabracq, dkk (2003) terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi work-life balance seseorang, di antaranya sebagai berikut:
Karakteristik kepribadian. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan kerja dan di
luar kerja, terdapat hubungan antara tipe attachment yang didapatkan individu
ketika masih kecil dengan work-life balance. Individu yang memiliki secure
attachment cenderung mengalami positive spoilover dibandingkan individu yang
memiliki insecure attachment.

A. Karakterisik keluarga. Menjadi salah satu aspek penting yang dapat


menentukan ada tidaknya konflik anatara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Misalnya konflik peran dan ambiguinitas antara pekerjaan dan kehidupan
pribadi. Misalnya konflik peran dan ambigiunitas peran dalam keluarga
dapat mempengaruhi work-life balance.
B. Karakteristik pekerjaan. Meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu
yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik baik konflik
dalam pekerjaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi.

45
C. Sikap. Merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial.
Terdapat tiga komponen di dalam sikap seperti pengetahuan,
perasaanperasaan dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap dari masing-
masing individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi work-
life balance.

Menurut Poulose (2014) faktor yang mempengaruhi work-life balance terbagi


menjadi empat, yaitu faktor individu, faktor organisasi, faktor lingkungan sosial,
dan faktor-faktor lainnya. Keempat factor tersebut terdiri dari faktor-faktor
berikut:

a) Individu
1. Kepribadian. Kepribadian adalah akumulasi dari berbagai cara seorang
individu bereaksi terhadap lingkungan dan berinteraksi dengan orang
lain. Kepribadian manusia terdiri dari beberapa faktor utama yaitu
ekstraversi (tingkat kesenangan terhadap hubungan),
agreeableness/keramahan (tingkat kepatuhan terhadap orang lain),
kesadaran/sifat berhati-hati (ketekunan dan motivasi dalam mencapai
tujuan), neurotisme (ketahanan terhadap stres), dan keterbukaan terhadap
pengalaman. Ekstraversi, kesadaran, keramahan, dan keterbukaan
terhadap pengalaman berkorelasi negatif dengan work-family conflict,
sedangkan neurotisme berkorelasi positif dengan work-family conflict.
2. Psychological well-being. Psychological well-being mengacu pada sifat-
sifat psikologis yang positif seperti penerimaan diri, kepuasan, harapan,
dan optimisme. Psychological well-being berkorelasi positif dengan
work-life balance. Pekerja dengan psychological well-being yang tinggi
memiliki tingkat work-life balance yang tinggi pula.
3. Kecerdasan Emosi. Kecerdasan emosi adalah kemampuan adaptif
seseorang dalam mengenali emosi, mengekspresikan emosi, meregulasi
emosi, dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan
emosi berkorelasi positif dengan work-life balance. Individu dengan

46
kecerdasan emosi yang tinggi memiliki work-life balance yang tinggi
pula.

b) Organisasi

1. Pekerjaan. Susunan pekerjaan yang fleksibel dapat membantu


karyawan untuk mencapai kehidupan kerja dan non-kerja yang
berjalan beriringan. Dengan kata lain, susunan pekerjaan yang
fleksibel dapat meminimalisir konflik antara kehidupan kerja dan
non-kerja serta meningkatkan work-life balance karyawan.
2. Work-life balance policies. Kebijakan-kebijakan dan
programprogram perusahaan dapat membantu karyawan untuk
mencapai work-life balance. Kebijakan-kebijakan yang dimaksud
adalah fleksibilitas pekerjaan karyawan, cuti, jam kerja, dan fasilitas
pengasuhan anak.
3. Dukungan. Dukungan dari atasan, organisasi, dan rekan kerja
berhubungan positif dengan work-life balance. Semakin tinggi
dukungan yang diterima oleh karyawan, semakin tinggi pula
worklife balance karyawan tersebut.
4. Stres Kerja. Stres kerja dapat didefinisikan sebagai persepsi individu
terhadap pekerjaan yang dianggapnya sebagai ancaman serta
ketidaknyamanan individu di lingkungan kerjanya. Stres kerja
berhubungan dengan kesehatan, work-life conflict, serta work-life
balance seseorang. Stres kerja dapat menyebabkan tidak tercapainya
work-life balance.
5. Teknologi. Teknologi dapat menyebabkan tercapainya work-life
balance maupun tidak tercapainya work-life balance. Teknologi
memfasilitasi kemudahan akses terhadap pekerjaan, sehingga
karyawan dapat bekerja kapan saja dan di mana saja. Hal ini dapat
berdampak positif maupun negatif terhadap tercapainya work-life
balance.

47
6. Peran. Konflik peran, ambiguitas peran, serta jam kerja yang
berlebihan memiliki andil yang besar dalam munculnya work-life
conflict. Semakin tinggi kekacauan peran yang terjadi, semakin sulit
pula tercapainya work-life balance.

c) Lingkungan Sosial

1. Anak. Jumlah anak dan tanggung jawab terhadap pengasuhan anak


berhubungan dengan work-life balance. Jumlah anak yang lebih
banyak memicu timbulnya stres dan terjadinya konflik antara
kehidupan rumah tangga dan karir.
2. Dukungan Keluarga. Dukungan keluarga berhubungan dengan work-
life balance. Dukungan emosional dan instrumental yang diterima
seseorang dari keluarga dapat membantu tercapainya work-life
balance. Pekerjaan pasangan, pertengkaran dalam rumah tangga, serta
ekspektasi akan perhatian dan penerimaan juga berhubungan dengan
work-life balance.
3. Lainnya. Faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, status
perkawinan, status parental, pengalaman, employee level, tipe
pekerjaan, pendapatan, serta tipe keluarga juga mempengaruhi
worklife balance.

Selain beberapa faktor yang telah dikemukakan di atas, work-life balance


juga dipengaruhi oleh burnout. Hal ini merujuk kepada hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Darmawan, dkk (2015) tentang hubungan burnout dengan work-
life balance pada dosen wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa burnout
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap work-life balance. Semakin tinggi
burnout maka work-life balance akan semakin rendah dan begitu juga sebaliknya,
semakin rendah burnout maka work-life balance akan semakin tinggi.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tercapainya work-


life balance dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti kepribadian, pychological well-

48
being, kecerdasan emosi, jabatan, teknologi, dukungan sosial, serta keluarga, dan
juga burnout.

E. Strategi Dalam Membentuk Work Life Balanced

Fisher (2006) mengemukakan bahwa terdapat lima strategi dalam


membentuk Work Life Balanced antara lain:

1. Alternating
Merupakan strategi yang dilakukan oleh seseorang dengan menyusun
kegiatan alternatif, seperti melakukan relaksasi di tengah-tengah pekerjaan
yang padat.
2. Outsourcing
Merupakan strategi yang dilakukan oleh seseorang dapat mewakili
beberapa pekerjaan yang bersifat sampingan atau menjadi prioritas kedua
namun tidak lupa memegang pekerjaan wajibnya.
3. Bundling
Merupakan strategi yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan
aktivitas secara bersamaan, sebagai contoh menemani anak belajar sambil
mengerjakan tugas-tugas kantor.
4. Tecflexing
Merupakan strategi yang dilakukan oleh seseorang memanfaatkan
kecanggihan teknologi untuk menyelesaikan pekerjaan sehingga waktu
yang digunakan bisa lebih fleksibel.
5. Simplifying
Merupakan strategi yang dilakukan oleh seseorang dalam mengurangi
beberapa pekerjaan yang kira-kira kurang diperlukan dan didasari oleh
pada kebutuhan, nilai ekonomi, serta keuntungan yang akan diperoleh
individu.

2.2.9 Infection Control

1. Infection Control Risk Assessment

49
a. Definisi

Infection Control Risk Assessment (ICRA) merupakan suatu sistem


pengontrolan pengendalian infeksi yang terukur dengan melihat kontinuitas dan
probabilitas pengendalian infeksi di lapangan berbasiskan hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mencakup penilaian beberapa aspek penting infeksi.
ICRA dilaksanakan secara berkesinambungan dan memiliki fungsi preventif
dalam peningkatan mutu pelayanan (Lardo et al, 2016). ICRA adalah suatu
perencanaan proses kontrol infeksi, memiliki nilai penting dalam menetapkan
standar dasar program dan pengembangannya, berdasarkan kontinuitas surveilans
dan senantiasa melaksanakan perubahan regulasi jika terdapat perubahan
tantangan di lapangan (APIC, 2011).

b. Komponen ICR

Komponen metode ICRA meliputi :


1) Aspek standar prosedur operasional (SPO) bidang terkait.
2) Monitoring kelayakan fasilitas seperti : alat medik, non medik, kelayakan
bangunan, kebersihan lingkungan, pengelolaan limbah rumah sakit.
3) Edukasi dan kepedulian staf.
4) Penilaian infeksi terhadap dampak renovasi di rumah sakit (Subhan, 2015)

Adapun komponen instrumen ICRA yang dimiliki CDC adalah :

a) Infection Control Risk Assessment for Acute Care Hospital


b) Infection Control Risk Assessment for Long-term Care Fasilities
c) Infection Control Risk Assessment for Haemodialysis
d) Infection Control Risk Assessment for Outpatient Setting.

c. Tim ICRA

Tim ICRA dibentuk multidisiplin mencakup personil pengendalian infeksi,


staf medis, perawat, dan unsur pimpinan yang memiliki prioritas (Anderson,
2011).

50
d. Aspek penting ICRA

Beberapa aspek penting pengendalian infeksi seperti kepatuhan cuci


tangan, pencegahan penyebaran infeksi, manajemen kewaspadaan kontak, dan
pengelolaan resistensi antibiotik berkaitan erat dengan ICRA. ICRA adalah suatu
proses berkesinambungan yang memiliki fungsi preventif dalam peningkatan
mutu pelayanan. Menurut APIC (Association for Professionals In Infection
Control and Epidemiology) tahun 2011, ICRA merupakan suatu perencanaan
proses dan bernilai penting dalam menetapkan program dan pengembangan
kontrol infeksi. Proses ini berdasarkan kontinuitas surveilans pelaksanaan regulasi
jika terdapat perubahan dan tantangan di lapangan. ICRA merupakan bagian
proses perencanaan pencegahan dan kontrol infeksi, sarana untuk
mengembangkan perencanaan, pola bersama menyusun perencanaan, menjaga
fokus surveilans dan aktivitas program lainnya, serta melaksanakan program
pertemuan reguler dan upaya pendanaan.

e. Tujuan ICRA

1) Tercapainya perlindungan terhadap pasien,petugas dan pengunjung rumah


sakit dari risiko infeksi.
2) Tersusunnya data identifikasi dan grading risiko infeksi di Rumah Sakit.
3) Tersedianya acuan penerapan langkah-langkah penilaian risiko infeksi di
rumah sakit
4) Tersedianya rencana program pencegahan dan pengendalian risiko infeksi
di seluruh area rumah sakit (Subhan, 2011).

2. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Masyarakat

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI


adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.

 Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi:

51
 Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika
tangan tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan
terlihat kotor
 Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut
 Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut
dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke
tempat sampah
 Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan
melakukan kebersihan tangan setelah membuang masker
 Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala
gangguan pernapasan

 Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Berkaitan dengan


Pelayanan Kesehatan
o Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua
pasien
o Memastikan identifikasi awal dan pengendalian sumber
o Menerapkan pengendalian administrative
o Menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa
o Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan empiris atas
o kasus pasien dalam pengawasan dan konfirmasi COVID-19
 Kewaspadaan Kontak dan Droplet
 Kewaspadaan Airborne pada Prosedur yang Menimbulkan
Aerosol
o Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Isolasi di Rumah
(Perawatan di Rumah)
3. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Isolasi Di Rumah

Rekomendasi prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi untuk isolasi


di rumah :

52
 Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi
yang baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka)
 Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan
ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang
baik.
 Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan
jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
(tidur di tempat tidur berbeda)
 Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idelanya satu orang yang benar-
benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan
kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan sampai pasien benar-
benar sehat dan tidak bergejala.
 Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan
pasien atau lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah
menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah dari kamar mandi, dan
kapanpun tangan kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak kotor dapat
menggunakan hand sanitizer, dan untuk tangan yang kelihatan kotor
menggunakan air dan sabun.
 Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali
pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk
bersih dan segera ganti jika sudah basah.
 Untuk mencegah penularan melalui droplet, masker bedah (masker datar)
diberikan kepada pasien untuk dipakai sesering mungkin.
 Orang yang memberikan perawatan sebaiknya menggunakan masker
bedah terutama jika berada dalam satu ruangan dengan pasien. Masker
tidak boleh dipegang selama digunakan.Jika masker kotor atau basah
segera ganti dengan yang baru. Buang masker dengan cara yang benar
(jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari bagian belakang). Buang
segera dan segera cuci tangan.
 Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan mulut atau
pernapasan (dahak, ingus dll) dan tinja. Gunakan sarung tangan dan

53
masker jika harus memberikan perawatan mulut atau saluran nafas dan
ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran lain. Cuci tangan sebelum
dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.
 Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.
 Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan sabun
dan air setelah dipakai dan dapat digunakan kembali)
 Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar mandi
secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat digunakan,
kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian larutan pemutih
dan 9 bagian air).
 Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk dll menggunakan sabun cuci
rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci denga suhu air 60-
90C dengan detergen dan keringkan. Tempatkan pada kantong khusus dan
jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak langsung kulit dan pakaian
dengan bahan-bahan yang terkontaminasi.
 Sarung tangan dan apron plastic sebaiknya digunakan saat membersihkan
permukaan pasien, baju, atau bahan-bahan lain yang terkena cairan tubuh
pasien. Sarung tangan (yang bukan sekali pakai) dapat digunakan kembali
setelah dicuci menggunakan sabun dan air dan didekontaminasi dengan
larutan NaOCl 0.5%. Cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan
sarung tangan.
 Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan harus
dibuang ditempat sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup
rapat sebelum dibuang sebagai kotoran infeksius.
 Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti sikat
gigi, alat makan-minum, handuk, pakaian dan sprei)
 Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan rumah, maka
selalu perhatikan APD dan ikut rekomendasi pencegahan penularan
penyakit melalui droplet.

2.2.10 Imunisasi

54
A. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.

Imunisasi adalah proses memasukkan antibodi ke dalam tubuh agar


didapatkan kekebalan yang tidak dibentuk sendiri oleh tubuh kita, tetapi diperoleh
dari luar tubuh.Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia
tidak menjadi sakit. Imunisasi adalah proses di mana seseorang dibuat kebal atau
resisten terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin. Vaksin
merangsang sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melindungi orang terhadap
infeksi atau penyakit berikutnya.

Menurut Hidayat (2008) Imunisasi merupakan salah satu cara untuk


memberikan kekebalan kepada bayi dari berbagai macam penyakit, sehingga
diharapkan anak tetap dalam keadaan sehat. Imunisasi bertujuan untuk mencegah
bagi diri sendiri dan dapat melindungi orang sekitarnya. Imunisasi sendiri
memberikan kekebalan individu dan kelompok atau komunitas. Semakin banyak
yang tidak di imunisasi dalam suatu komunitas risiko penularan semakin tinggi,
bahkan yang sudah di imunisasi dapat tertular.

B. Jenis Imunisasi

Imunisasi adalah proses menginduksi kekebalan terhadap penyakit tertentu.


Kekebalan dapat diinduksi baik secara pasif melalui pemberian sediaan yang
mengandung antibodi atau secara aktif oleh pemberian vaksin untuk merangsang

55
sistem kekebalan tubuh menghasilkan respon imun humoral/seluler yang
berkepanjangan.

1. Imunisasi pasif

Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan pasif disebut


imunisasi pasif dengan memberikan antibodi atau faktor kekebalan pada
seseorang yang membutuhkan. Contohnya adalah pemberian imunoglobulin
spesifik untuk penyakit tertentu, misalnya imunoglobulin tetanus untuk penderita
penyakit tetanus. Kekebalan pasif juga dapat diinduksi secara alami melalui
transfer transplasental dari antibodi ibu selama kehamilan. Antibodi transplasental
yang diturunkan secara maternal dapat memberikan perlindungan selama 1 bulan
pertama kehidupan bayi dan lebih lama selama menyusui.

2. Imunisasi aktif

Imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan aktif disebut


imunisasi aktif dengan memberikan zat bioaktif yang disebut vaksin, dan tindakan
itu disebut vaksinasi. Kekebalan yang diperoleh dengan vaksinasi berlangsung
lebih lama dari kekebalan pasif karena adanya memori imunologis, walaupun
tidak sebaik kekebalan aktif yang terjadi karena infeksi alamiah. Untuk
memperoleh kekebalan aktif dan memori imunologis yang efektif maka vaksinasi
harus mengikuti cara pemakaian dan jadwal yang telah ditentukan oleh produsen
vaksin melalui bukti uji klinis yang telah dilakukan.

C. Manfaat Imunisasi

Imunisasi memiliki banyak manfaat selain bermanfaat untuk anak juga


bermanfaat untuk keluarga dan negara.

o Untuk Anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh


penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
o Untuk Keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga

56
apabila orangtua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa
kanak-kanan yang nyaman.
o Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara.
D. Dampak Imunisasi Tidak Lengkap

1. Dampak Umum

- Mudah Tertular Penyakit

Bayi dan balita yang tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap, tidak
mempunyai kekebalan spesifik yang optimal terhadap penyakit menular
berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, dapat menderita sakit berat,
menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan
banyak kematian dan cacat.

- Efek Samping

Vaksin sengaja diberikan secara bertahap karena mengikuti kemampuan


anak dalam menerima vaksin tersebut. Terdapat beberapa vaksin awal yang
sifatnya adalah aman untuk jangka waktu tertentu kemudian akan menimbulkan
efek samping. Karena itulah terdapat bentuk Vaksin-2, Vaksin-3, Vaksin-4 dan
seterusnya, karena selain memperpanjang usia vaksin juga berguna untuk
menghilangkan efek samping dari vaksin yang ada sebelumnya, oleh karena efek
samping tersebut maka anak harus mendapatkan rangkaian imunisasi secara
lengkap dan sesuai jadwal (Depkes, 2019).

2. Dampak Khusus

Dari Imunisasi DPT Combo III Tidak lengkapnya pemberian imunisasi


DPT Combo III pada anak dapat menyebabkan kurangnya kekebalan seseorang
terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus (Depkes, 2019)

2.2.11 Moral Resilience

57
A. Pengertian Moral Resilience ( Ketahanan Moral)

Ketahanan moral adalah konsep yang sedang dibangun. Tidak diragukan


lagi ada kesamaan antara ketahanan psikologis dan ketahanan moral. Ketahanan
moral berbeda dalam fokusnya pada

1. aspek moral dari pengalaman manusia,


2. kompleksitas moral dari keputusan, kewajiban dan hubungan, dan
3. tantangan moral yang tak terelakkan yang memicu hati nurani,
kebingungan, dan tekanan moral. Ketangguhan generik adalah
landasan penting yang dapat lebih ditentukan untuk mengatasi
ancaman atau pelanggaran spesifik terhadap kesejahteraan dan
integritas individu. Ranah moral saling berhubungan dengan semua
dimensi sumber daya biologis, psikologis, kognitif, spiritual, dan
relasional manusia. Oleh karena itu, aspek psikologis resiliensi terlibat
dalam jaringan proses sinergis yang juga dapat dimanfaatkan untuk
mendukung resiliensi moral.

B. Peran Perawat dalam Mendukung Ketahanan Moral

Ketahanan moral dapat didukung oleh:

a) Mengetahui siapa Anda dan apa yang Anda perjuangkan dalam


hidup
b) Komitmen untuk eksplorasi, penyempurnaan, atau dalam beberapa
kasus revisi nilai, cita-cita, dan sudut pandang seseorang (moral
conscientiousness)
c) Menumbuhkan kapasitas pengaturan diri
d) Menjadi responsif dan fleksibel dalam etika yang kompleks situasi
e) Kemampuan untuk membedakan batas-batas integritas, termasuk
pelaksanaan keberatan hati nurani
f) Kemampuan untuk tegas dan berani dalam diri sendiri tindakan
moral terlepas dari penolakan atau rintangan

58
g) Mampu membedakan ketika seseorang telah mengerahkan cukup
upaya yang efisien untuk memenuhi kewajiban etis seseorang dan
bersikap realistis tentang keterbatasan seseorang serta kendala dan
tekanan situasi
h) Mencari makna di tengah situasi yang mengancam integritas atau
menyebabkan disonansi dengan kepekaan dan penalaran moral
seseorang.

C. Cara Menumbuhkan Ketahanan Moral Individu


1. Menumbuhkan kesadaran diri

Perawat yang tangguh secara moral cenderung menonjolkan diri dan


sangat akrab dengan kekuatan, keterbatasan, dan inti moral mereka. Mereka
bersedia mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan posisi mereka, mengetahui bahwa
mereka mungkin bias, terdistorsi, atau tidak benar. Kemampuan untuk jujur pada
diri sendiri dan transparan memperluas kemungkinan untuk menanggapi situasi
yang menekan secara moral dengan kejelasan, kepercayaan diri, dan pengurangan
biaya pribadi.

2. Kembangkan Kapasitas Pengaturan Diri

Menumbuhkan kapasitas internal untuk membuat dan menjunjung tinggi


komitmen moral terlepas dari ketidaksetujuan atau ancaman eksternal merupakan
elemen kunci ketahanan moral. Elemen ini mendukung dokter untuk mewujudkan
integrasi batin yang menyampaikan ketenangan, landasan, dan stabilitas di tengah
keadaan yang menantang. Ini juga mendukung kemampuan mereka untuk
mengenali ketika mereka menjadi tidak seimbang, tidak teratur, berpikiran sempit,
atau reaktif, yang dapat mengalihkan fokus dari nilai dan komitmen inti atau
mengaburkan tindakan yang berlandaskan etika. Menjadi mengatur diri sendiri
tidak berarti berpuas diri atau melepaskan diri. Sebaliknya, itu adalah landasan
untuk kejelasan, pilihan berprinsip, dan tindakan bijak.Praktik mindfulness dapat
mendukung kapasitas pengaturan diri ini.

59
3. Mengembangkan Kompetensi Etis

Untuk menjadi tangguh secara moral, seseorang harus memiliki


kompetensi etis. Kompetensi etis melibatkan :

- perwujudan etis, yaitu menghayati nilai-nilai yang dianut dan


menampilkan kohesi antara karakter batin dan perilaku lahiriah;
- kepekaan moral—kemampuan untuk memahami aspek-aspek yang
menonjol secara moral dari keadaan dan situasi, membedakan berbagai
cara untuk menanggapinya dan kemampuan untuk berempati dengan
pengalaman orang lain;
- refleksi kritis berdasarkan analisis nilai-nilai etika, norma, karakter,
prinsip, dan teori; dan
- lembaga moral yang kuat untuk menyelaraskan dan memberlakukan
perilaku etis yang sesuai dengan nilai-nilai seseorang dan mendukung
integritas.49,50 Kompetensi etis juga mencakup menumbuhkan kosakata
moral yang kaya, imajinasi moral, sikap, karakter yang koheren, dan
keterbukaan untuk memahami nilai, motivasi, harapan, dan ketakutan
orang lain.

4. Bicaralah Dengan Kejelasan dan Keyakinan

Bertindak dengan integritas melibatkan identifikasi situasi yang


menantang, mengancam, atau melanggar integritas.Untuk berbicara secara efektif,
sangat penting untuk dapat beralih dari "bisu" atau tidak bersuara menjadi
menemukan kata-kata untuk mengungkapkan sifat integritas yang terancam dan
pada akhirnya menciptakan makna dalam situasi tersebut. Kemampuan untuk
mengartikulasikan sifat masalah moral, memeriksa pembenaran etis,
mengeksplorasi kewajiban etis seseorang, dan menentukan tindakan yang
diinginkan secara etis diperlukan. Ketahanan moral mendukung adanya suara
yang dapat didengar dan dipahami, secara etis jelas dan koheren, serta
memungkinkan adanya tindakan.

60
5. Terlibat Dengan Orang Lain

Elemen kunci dari ketahanan moral adalah kemampuan untuk


menumbuhkan interkoneksi dengan orang lain. Melihat diri sendiri sebagai bagian
dari komunitas moral yang lebih besar memberikan jarring pengaman dukungan
sebagai respons terhadap situasi yang menekan secara moral atau kompleks secara
etis dalam pengaturan perawatan kritis. Kehadiran koneksi sosial yang kuat
meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional. Mengetahui bahwa Anda tidak
sendirian dalam perjuangan Anda untuk mengatasi kompleksitas etika mengurangi
rasa putus asa dan keterasingan yang sering menyertai tekanan moral. Dengan
sengaja mencari keterlibatan dan dukungan dari orang lain merupakan kontributor
kuat untuk ketahanan moral. Keterlibatan tersebut dapat mencakup percakapan 1
lawan 1 dengan kolega, diskusi interprofesi yang difasilitasi, aktivitas tim, dan
hubungan dengan keluarga, teman, dan orang pendukung eksternal.

6. Berpartisipasi dalam Pembelajaran Transformasional

Belajar dari krisis moral adalah elemen kunci dalam menumbuhkan


ketahanan moral. Perawat yang tangguh belajar dari pengalaman mereka dan
mampu mengubah tanggapan mereka di acara selanjutnya. Setiap kali krisis moral
dihadapi, ada kesempatan untuk dengan rendah hati menghadapi kekuatan dan
keterbatasan kita; memeriksa kembali asumsi, posisi, dan pembenaran; terhubung
kembali dengan makna dan tujuan; dan menyelaraskan kembali dengan inti moral
kita. Menggunakan metode seperti tinjauan kasus rutin, analisis akar penyebab
dari kasus-kasus yang membuat stres secara moral, dan peningkatan kualitas
berkelanjutan dapat mendukung perubahan perilaku dan praktik.

7. Berkontribusi pada Budaya Praktik Etis

Asosiasi Perawat Amerika secara khusus menyatakan bahwa perawat


bertanggung jawab untuk membangun, memelihara, dan meningkatkan
lingkungan kerja yang mendukung praktik etis. Tidaklah cukup untuk berharap
bahwa individu yang tangguh secara moral akan berkembang tanpa budaya yang
mendukung di sekitar mereka untuk memungkinkan mereka menjadi yang terbaik

61
di tengah kebingungan moral, ketidakpastian, atau dilema. Menciptakan budaya
praktik etis akan membutuhkan pendekatan multi-cabang yang memanfaatkan
kontribusi dari dokter dan pemimpin yang tangguh secara moral dalam organisasi
perawatan kesehatan untuk merancang struktur yang memungkinkan praktik etis
dalam kompleksitas hubungan manusia, sistem, dan masyarakat.

2.2.12 Mental Health

A. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental adalah individu yang terbebas dari gejala psikiatri atau
penyakit mental, terwujudnya keharmonisan antar fungsi-fungsi jiwa serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang terjadi dan
merasakan secara positif kebahagiaan atas kemampuan dirinya, kemampuan yang
dimiliki untuk menyesuaikan diri antar manusia dengan dirinya dan
lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.[1]

Menurut Notosoedirdjo & Latipun terdapat beberapa pengertian kesehatan


mental, yaitu: (a) karena tidak sakit, (b) tidak jatuh sakit akibat stressor, (c) sesuai
dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya, dan (d) tumbuh dan
berkembang secara positif.

B. Manifestasi Mental Yang Sehat

Manifestasi mental yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan


Mittlemenn adalah sebagai berikut:

1. Adequate of security (rasa aman yang memadai). Perasaan merasa aman


dalam hubungan dengan pekerjaan , sosial, dan keluarganya.
2. Adequate self-evaluation (kemampuan menilai diri sendiri yang
memadai), yang mencangkup : (a) harga diri yang memadai, yaitu merasa
ada nilai yang sebanding pada dri sendiri dan prestasinya, (b) memiliki
perasaan berguna akan diri sendiri, yaitu perasaan yang secara moral
masuk akal, dengan perasaan tidak diganggu oleh rasa bersalah yang

62
berlebihan, dan mampu mengenal beberapa hal yang secara sosial dan
personal tidak dapat diterima oleh kehendak umum yang selalu ada
sepanjang kehidupan di masyarakat.
3. Adequate spontanity and emonationality (memiliki spontanitas dan
perasaan yang memadai, dengan orang lain), hal ini ditandai oleh
kemampuan membentuk ikatan emosional secara kuat dan abadi, seperti
hubungan persahabatan dan cinta, kemampuan memberi ekspresi yang
cukup pada ketidaksukaan tanpa kehilangan kontrol, kemampuan
memahami dan membagi rasa kepada orang lain, kemampuan
menyenangi diri sendiri dan tertawa.
4. Efficient contact with reality (mempunyai kontak yang efisien dengan
realitas) kontak ini sedikitnya mencangkup tiga apek, yaitu dunia fisik,
sosial, dan diri sendiri atau internal. Hal ini ditandai (a) tidak adanya
fantasi yang berlebihan, (b) mempunyai pandangan yang realistis dan
pandangan yang luas terhadap dunia, yang disertai dengn kemampuan
menghadapi kesulitan hidup sehari-hai, misalnya sakit dan kegagalan dan
(c) kemampuan untuk berubah jika situasi ekternal tidak dapat
dimodifikasi dan dapat bekerjasama tanpa merasa tertekan.
5. Adequate bodily and ability to gratify them (keinginan-keinginan jasmani
yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya). Hal ini ditandai
dengan (a) suatu sikap yang sehat terhadap fungsi jasmani. (b)
kemampuan memperoleh kenikmatan kebahagiaan dari dunia fisik dalam
kehidupan ini, seperti makan, tidur, dan pulih kembali dari kelelahan, (c)
kehidupan seksual yang wajar, keinginan yang sehat untuk memuaskan
tanpa rasa takut dan konflik, (d) kemampuan bekerja, (e) tiak adany
kebutuhan yang berlebihan untuk mengikuti dalam berbagai aktivitas.
6. Adequate self-knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang
wajar). Termasuk di dalamnya (a) cukup mengetahui tentang motif,
keinginan, tujuan, ambisi, hambatan, kompetensi, pembelaan, dan
perasaan rendah diri, (b) penilaian yang realistis terhadap diri sendiri baik
kelebihan maupun kekurangan.

63
7. Integration and concistency of personality (kepribadian yang utuh dan
konsisten). Ini bermakna (a) cukup baik kpribadiannya, kepandaiannya,
berminat dalam beberapa aktivitas, (b) memiliki prinsip moral dan kata
hati yang tidak terlalu berbeda dengan pandangn kelompok, (c) mampu
untuk berosentrasi, dan (d) tidak ada konflik-konflik besar dalam
kepribadiannya dan tidak dissosisi erhadap kepribadiannya.
8. Adequate life goal (memiliki tujun hidup yang wajar). Hal ini berarti (a)
memiliki tujuan hidup yang sesuai dengan dirinya sendiri dan dapat
dicapai, (b) mempunyai usaha yang cukup dan tekun dalam mencapai
tujuan, dan (c) tujuan itu bersifat baik untuk diri sendiri dan masyarakat.
9. Ability to learn from experience (kemampuan untuk belajar dari
penglaman). Kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya
sendiri. Bertambahnya pengetahuan, kemahiran, dan keterampilan
mengrjakan sesuatu berdasarkan hasil pembelajaran dan pengalamannya.
10. Ability to satisfy the requirements of the group (kemampuan mmuaskan
tuntutan kelompok). (a) individu harus dapat memenuhi tuntutan
kelompok dan mampu menyesuaikan diri dengan anggota kelompok
yang lain tanpa harus kehilangan identitas pribadi dan diri sendiri, (b)
dapat menerima norma-norma yang berlaku dalam kelompoknya, (c)
mampu menghambat dorongan dan hasrat diri sendiri yang dilarang oleh
kelompoknya, (d) mau berusaha untuk memenuhi tuntutan dan harapan
kelompoknya: ambisi, ketepatan, persahabatan, rasa tanggung jawab. Hal
yang penting dalam meningkatkan kesehtan mental adalah sikap yang
dimiliki individu dan kelompok masyarakat. Sikap sikap tersebut yang
termasuk dalam segi pandangan kesehatan mental yaitu (1). Sikap
meghargai diri sendiri, (2). Sikap memahami dan menerima keterbatasn
diri sendiri dan keterbatasan orang lain, (3) sikap memahami kenyataan
bahwa semua tingkah laku ada penyebabnya, (4). Sikap memahami
dorongan untuk aktualisasi diri. Orang yang bermental sehat adalah
mereka yang memiliki ketenangan batin dan kesegaran jasmani.

64
C. Faktor-Fakor Yang Mempengaruhi Kesehatan Mental

Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan ksehatan mental yaitu


sebagai berikut :

a. Faktor Biologis

Manusia mengenal dirinya bermula dari dimensi biologis dan manusia


memanfaatkan anggota badannya untuk memenuhi kebutuhannya, makan, minum,
bekerja, dan berbagai aktivitas manusia. Para ahli telah banyak melakukan studi
tentang hubungan antara dimensi biologis dengan kesehtan mental. Berbagai
penelitian itu telah memberi kesimpulan yang meyakinkan bahwa faktor biologis
memberi kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu, kesehatan
manusia, khususnya di sisni adalah kesehatan mental, tentunya tidak akan terlepas
dari dimensi biologis ini. Pada bagian ini dijelaskan tentang hubungan tersebut,
khususnya beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap
kesehatan mental, di antaranya : otak sistem endokrin, genetik, sensori , kondisi
ibu selama kehamilan.

 Otak

Otak adalah bagian penting dari aktivitas manusia karena berfungsi sebagai
penggerak sensori motoris. Para ahli membuktikan bahwa otak sangat kompleks
secara fisiologis, tetapi memiliki fungsi yang sangat essensi bagi keseluruhan
aktivitas manusia. Diferensiasi dan keunikan yang ada pada manusia pada
dasarnya tidak dapat dilepaskan dari otak manusia. Keunikan manusia terjadi
justru karena keunikan otak manusia dalam mengekspresikan segenap
pengalaman hidupnya. Fungsi otak yang baik akan menimbulkan kesehatan
mental yang baik, sebaliknya jika fungsinya terganggu berakibat gangguan bagi
kesehatan mental. Kesehatan pada otak sangat di tentukan oleh stimuli saat masa
kanak-kanak dan perlindungan dari berbagai gangguan.

 Sistem endokrin

65
Sistem endokrin terdiri dari sekumpulan kelenjar yang sering bekerja sama
dengan sistem syaraf otonom. Sistem ini sama-sama memberikan fungsi yang
penting yaitu berhubungan dengan berbagai bagian-bagian tubuh. Tetapi
keduanya memiliki perbedaan diantaranya sistem syaraf menggunakan pesan
kimia, yang disebut dengan hormon. Tiap kelenjar endokrin mengeluarkan
hormon tertentu secara langsung ke dalam aliran darah, yang membawa
bahanbahan kimia ini ke seluruh bagian tubuh. Sistem endokrin berhubungan
dengan kesehatan mental seseorang. Gangguan mental akibat sistem endokrin
berdampak buruk pada mentalitas manusia. Sebagai contoh terganggunya kelenjar
adrenalin berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu trgangguya ―mood‖ dan
perasaannya dan tidak dapat melakukan coping stress.

 Genetik

Genetik merupakan unsur biologis manusia yang mempengaruhi


kesehatan. Genetik yang sehat dapat menghasilkan perilaku yang sehat, sementara
gangguan genetis dapat memunculkan gangguan mental tertentu. Faktor genetik
diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap mentalitas manusia. Kecendrungan
psikosis yaitu schizopherenia dan manis-depresif merupakan sakit mental yang
diwariskan secara genetis dari orangtuanya. Gangguan mental lainnya sebagi
faktor yang bersifat genetis diantaranya Alzeimer syndrome, phenylketunurine,
Huntington syndrome, dan ketergantungn lkohol dan obat-obatan. Gangguan
mental juga terjadi karena jumlah dan struktur kromosom yang tidak normal.
Jumlah kromosomnya berlebihan atau berkurang menyebabkan individu
mengalami gangguan mental.

 Sensori

Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori merupakan alat yang
menangkap segenap stimuli dari luar. Sensori termasuk: penengaran, penglihatan,
perabaan, pengecapan dan penciuman. Adanya gangguan sistem sensori ini akan
menghambat penerimaan informasi secara baik. Gangguan sensori, khususnya
pada pendengaran (tuli) dan penglihatan (buta) banyak terjadi secara kongenetal,

66
yaitu kecacatan yang terjadi sejak lahir. Orang yang lahir dengan gangguan
pendengaran yang berat akan berakibat pada gangguan bicara (bisu), dan karena
itu pula akan terganggu kemampuan kognisi, emosi dan perkembangan sosialnya.
Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran misalnya, akan berpengaruh
terhadap perkembangan emosi sehingga cenderung menjadi orang yang paranoid,
yaitu gangguan afeksi yang ditandai dengan kecurigaan yang berlebihan kepada
orang lain, dan kecurigaan itu sebenarnya adalah salah.

 Faktor ibu selama masa kehamilan

Faktor ibu selama kandungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental


anak. Selama berada dalam kandungan, kesehatan janin ditentukan oleh kondisi
ibu. Kandungan yang sehat memungkinkan membuahkan anak yang sehat
mentalnya, sebaliknya kandungan tertentu dapat menyebabkan gangguan kepada
keturunanya. Faktor-faktor ibu yang turut mempengaruhi kesehatan mental
anaknya di antaranya: usia, nutrisi, obat-obatan, radiasi, penyakit yang diderita,
stress dan komplikasi.

b. Faktor Psikologis

Aspek psikis manusia pada dasarnya satu kesatuan dengan sistem biologis,
sebagai subsistem dari ekstensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi
dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat
dipisahkan dari aspek yang lain dalam melihat manusia. Ada beberapa aspek
psikis yang turut berpengaruh terhadap kesehatan mental, yaitu pengalaman awal,
proses pembelajaran, dan kebutuhan.

1. Pengalaman awal. Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman


pengalaman yang terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa
lalunya. Pengalaman awal ini, dipandang oleh para ahli sebagai bagian
penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di
kemudian hari.

67
2. Proses pembelajaran. Perilaku manusia adalah sebagian besar adalah
proses belajar, yaitu hasil pelatihan dan pengalaman. Manusia belajar
secara langsung sejak pada masa bayi terhadap lingkungannya. Karena
itu faktor lingkungan sangat menentukan mentalitas individu.
3. Kebutuhan. Motivasi seseorang dibentuk melalui kebutuhan-kebutuhan
dasarnya yang tersusun secara hierarki. Kebutuhan dasar itu secara
berturut-turut adalah kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, kebutuhan pengetahuan,
kebutuhan keindahan dan kebutuhan aktualisasi diri.

c. Faktor Sosial

Lingkungan sosial secara nyata mempengaruhi perilku sehat dan sakit.


Peran sehat juga berkaitan denngan nilai sosialnya. Individu akan berperan sehat
atau sakit jika sesuai dengan nila-nilai yang secara sosiologis diterima. Demikian
juga bahwa lingkungan sosial itu juga mempengaruhi pola sehat dan sakitnya,
baik kesehatan secara fisik maupun mental.

2.2.13 WellNess

A. Definisi Wellness

Wellness didefinisikan sebagai suatu proses yang panjang untuk


mendapatkan kehidupan yang baik; berfikir positif, keadaan phsical yang
optimum, psikologikal, dan fungsi social; mengontrol dan meminimalisasi faktor
eksternal dan internal berupa penyakit ataupun kondisi kesehatan yang buruk.
Berikut ini keuntungan dari gaya hidup sehat :

 Meningkatkan energi, produktivitas kerja dan sekolah.


 Mengurangi ketidakhadiran kerja dan sekolah.
 Mempersingkat waktu istirahat setelah sakit atau mengalami kecederaan.
 Terpenuhinya keperluan nutrisi tubuh dengan tepat.
 kesedaran akan keperluan individu dan jalan untuk memenuhinya.
 Memperluas dan meningkatkan kemampuan intelektual.

68
 Meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain dan
bersikap tegas dibandingkan bersikap agresif ataupun pasif.
 Meningkatkan sikap hidup yang menganggap kesusahan sebagai tantangan
dan kesempatan dibandingkan ancaman.
 Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi stress dan depresi
 Meningkatakan sistema kardiorespiratori.
 Meningkatkan masa otot, kekuatan, fleksibiliti, dan daya tahan.
 Meningkatkan penampilan phsical.
 Membantu mencegah atau memperlambat serangan awal dari beberapa
macam penyakit kronis.
 Meningkatkan dan mengatur fungsi alat-alat tubuh secara keseluruhan.
 Meningkatkan kepercayaan diri.
 Memperlambat proses penuaan.
 Meningkatkan kesadaran social dan kemampuan untuk meraih seauatu
benda, saling pengertian, dan peduli pada sesama.

Zaman dahulu dilakukan pendekatan melalui obat terhadap wellness dari


persfektif yang lain. Iaitu lebih menekankan kepada pengobatan terhadap penyakit
dibandingkan melakukan pencegahan. Keadaan ini menuntut pasien hanya
berpartisipasi passive dalam mengambil keputusan. Sekarang orang dianjurkan
untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kesehatan mereka, melakukan latihan
untuk mengawal risiko yang mengancam wellness ( keadaan yang mengancam
wellness dan meningkatkan kesempatan berkembangnya penyakit), membentuk
gaya hidup sehat untuk meningkatkan kesehatan, melakukan pelayanan sebagai
partner dengan penyedia kesihatan dalam melakukan pengambilan keputusan
mengenai penjagaan kesihatan. Pendekatan ini menempatkan tanggung jawab
wellness terhadap individu. Untuk mendapatkan wellness yang tinggi diperlukan
keseimbangan dan pemeliharaan terhadap beberapa komponen iaitu : spiriitual,
sosial, phsical, emotional, intelektual, occupational, dan enviromental.

B. Spiritual Wellness

69
Spiritualiti adalah suatu kepercayaan terhadap suatu nilai yang menjadi
sumber informasi yang melebihi batas kehidupan. Setiap orang memiliki persepsi
masing- masing mengenai spiritualiti. Komponen spiritual memberikan makna
dan petunjuk hidup dan membolehkan untuk tumbuh, belajar, dan menemukan
tantangan baru. Spiritualiti wellness termasuk juga mengembangkan pengertian
yang kuat mengenai nilai, etika, dan moral. Spiritual wellness lebih dari sebuah
agama. Spiritual wellness adalah sebuah kepercayaan, prinsip atau nilai-nilai yang
menjadi panduan untuk hidup

C. Sosial Wellness

Kesehatan sosial adalah kemampuan untuk mengembangkan dan


memelihara kerapatan hubungan dengan orang lain, respek terhadap orang lain,
dan sikap toleransi terhadap perbedaan pendapat dan kepercayaan. Contoh
kajiannya, penyelidik memonitor kesehatan 7000 partisipan lebih dari 17 tahun.
Penyelidik menemukan bahawa partisipan yang kurang hubungan sosial
kemungkinan besar dua atau tiga kali ganda akan mengalami kematian awal
dibanding rakan sebaya yang mempunyai hubungan sosial yang bagus. Kajian
yang sama juga menemukan orang dewasa yang memiliki hubungan sosial dengan
orang lain dengan sukarela hidup lebih lama dibandingkan dengan yang tidak
sukarela. Aktivitas sosial diantaranya adalah berkunjung ke rumah kawan,
mengikuti gereja, nonton, bermain, mengikuti event olahraga, atau bermain
games, mencegah infeksi, dan melindungi kesehatan dari penyakit. Penyelidik
dari university Carnagie Mellon memberikan spray hidung yang mengandung dua
virus selsema kepada 276 sukarelawan yang sehat. Sukarelawan yang mempunyai
hubungan sosial yang luas lebih sedikit terkena infeksi dan memperlihatkan tanda
selsema dibandingkan dengan sukarelawan yang sedikit berhubungan sosial.
Penyelidik berpendapat bukan masalah jumlah kawan, tetapi jenis hubungannya.
Orang yang mempunyai enam atau lebih jenis hubungan (orang tua, saudara
kandung, kawan sekolah, rakankerja, rakan sebilik, masyarakat sekitar) mendapat
kali lebih sedikit selsema dibandingkan orang yang hanya mempunyaisatu sampai
tiga jenis hubungan sosial. Kajian menegaskan hubungan berbicara dengan orang

70
lain sekurang-kurangnya setiap dua minggu, hasil investigasi mengungkapkan
kurangnya kontak sosial berisiko besar terhadap selsema dibandingkan dengan
menghisap rokok, rendahnya dapatan vitamin C, atau menaikkan hormon stress.

D. Phsical Wellness

Komponen phsical dari wellness meliputi kemampuan untuk mengerjakan


tugasan harian, meningkatkan kardiorespiratori, dan kecergasan otot,
mempertahankan kecukupan nutrisi dan lemak sehat dalam tubuh, dan
mengurangi penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan atau penggunaan produk
tembakau. Secara umum, kesehatan phsical adalah investasi dalam kebiasaan
hidup sehat. Bolehkah Spiritualiti Meningkatkan Kesehatan Phsical? Hubungan
dalam antara pikiran dan badan adalah asas dari berbagai jenis alternatif latihan
kesehatan. The National Institute Of Health memberikan saran untuk melakukan
latihan spiritual di bawah ini :

 Psychotheraphy, fokus tehadap kesihatan mental dan emotional


pasien dan telah terbukti mengurangkan waktu penyembuhan
setelah sakit.
 Support group, memberikan penghiburan kepada pasien bahawa
orang lain juga mengalami tantangan kesihatan dan melakukan
pertahanan hidup, membangkitkan pengharapan.
 Meditation, adalah latihan penguasaan diri untuk relaksasi. Latihan
meditasi secara regular dianjurkan untuk mengurangi tekanan
darah dan anxiety dan meningkatkan kualiti hidup dan umur
panjang.
 Imagery, menggunakan seluruh panca indera untuk mendorong
perubahan sikap, perilaku,atau respon psikologis. Penggunaan
imagery termasuk boleh mengawal rasa sakit pada penderita kanser
dan meningkatkan kekebalan tubuh pada pasien yang sudah tua.
 Hypnosis, adalah suatu bentuk latihan kuno yang cocok untuk
keperluan moden. Setakat ini physicians, dentist, psychologists,

71
dan kesihatan mental profesional menggunakan hypnosis untuk
membantu mengatasi kecanduan, mengawal rasa sakit, dan yang
berhubungan dengan phobia.
 Biofeedback, memberikan gambaran psikologis kepada pasien
mengenai apa yang mereka pikirkan dalam badan mereka dan
memahami penyesuaian proses mental trial and error yang
memberi kesan terhadap perilaku psikologis.
 Tehnik ini digunakan untuk pengobatan pelbagai macam penyakit,
seperti epilepsi, penyakit pernafasan, migran, penyakit vascular,
dan hipertensi.
E. Emotional Wellness

Emotional wellness adalah kemampuan untuk mengawal stress dan


mengekspresikan emosi secara tepat dan selesa. ia juga kemampuan mengenali
dan menerima perasaan dan tidak mengalah pada penderitaan dan kegagalan.
Banyak kajian mengenai hubungan antara wellness dan kesehatan mental,
conohnya, emosi yang kuat ditemukan dapat menyebabkan risiko serangan
jantung. Banyak masalah bersumber dari tekanan emosional. Stress ini
mengganggu keseimbangan hormon, keadaan ini boleh menggerakkan kepada
pelbagai masalah kesehatan.

F. Occupational Wellness

Occupational wellness adalah kemampuan untuk menyeimbangkan


pekerjaan dan waktu luang. Sikap terhadap kerja, sekolah, karir, dan tujuan karir,
kesan yang besar dari pekerjaan dan prestasi sekolah dan hubungan dengan orang
lain. Bekerja keras untuk mendapatkan occupational wellness menambahkan
pemusatan terhadap kehidupan dan membolehkan kita menemukan kepuasan
tersendiri dalam hidup melalui bekerja.

2.2.14 Worksite Wellness

72
Kesehatan di tempat kerja atau kesejahteraan ditempat kerja adalah istilah
luas yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas, program, dan/atau
kebijakan organisasi yang dirancang untuk mendukung perilaku sehat di tempat
kerja. Dampak lingkungan kerja yang sehat yaitu peningkatan outcame organisasi,
menurunkan absensi pegawai, dan meningkatkan produktivitas staf. Adapun
elemen lingkungan kerja yang sehat yaitu :

1. Kemampuan komunikasi, perawat harus memiliki kemampuan komunikasi


yang baik sebaik kemampuan klinik mereka
2. Kolaborasi, perawat harus tanpa henti dalam mengejar dan membina
kolaborasi
3. Pengambilan keputusan yang efektif : perawat harus dihargai dan
berkomitmen untuk membuat kebijakan, mengarahkan dan mengevaluasi
perawatan klinis, dan memimpin operasi organisasi
4. Appropriate staffing, staffing harus memastikan kecocokan yang efektif
antara kebutuhan pasien dan kompetensi perawat
5. Pengakuan yang berarti, perawat harus diakui dan harus mengakui nilai-
nilai orang lain atau profesi lain yang dibawa ke organisasi pekerjaan
6. Kepemimpinan otentik, pemimpin perawat harus sepenuhnya mematuhi
persyaratan lingkungan kerja yang sehat, secara otentik menjalaninya, dan
melibatkan orang lain dalam pencapaiannya
7. Proposed standart, perawat dan pemimpin perawat harus merangakul
perawatan diri sebagai dasar untuk menciptakan lingkungan kerja yang
sehat dimana pasiean dan mitra klinis dapat berkembang

A. Kriteria Lingkungan Kerja Yang Baik

Berikut ini adalah kriteria lingkungan kerja yang baik dan sehat.

1. Manajemen yang Baik


Salah satu indikator dari kriteria lingkungan kerja yang baik adalah dilihat
dari manajemennya. Pihak ini dianggap paling mampu memengaruhi atau

73
menciptakan kondisi dan situasi dalam perusahaan. Ketika manajemen
suatu perusahaan bekerja dengan tidak baik, maka akan mengakibatkan
turnover rate yang tinggi. Di mana hal tersebut dapat membuat karyawan
merasa kurang nyaman dan pekerjaannya pun menjadi kurang maksimal.
Sebagai catatan, manajemen baik adalah pihak yang mampu
mengendalikan konflik kerja antar pekerjanya, dan terbuka dengan segala
gagasan maupun pendapat.
2. Dukungan Antar Rekan Kerja
Selain manajemen, sehatnya hubungan antar rekan kerja juga merupakan
salah satu contoh lingkungan kerja yang baik. Sebab, dengan adanya
komunikasi dan juga jalinan pertemanan antar pekerja dinilai dapat
menciptakan kondisi nyaman serta menyenangkan dalam perusahaan.
Dukungan antar rekan kerja juga dapat tercapai melalui pemberian
apresiasi berupa penghargaan dan sebagainya. Melalui kegiatan-kegiatan
ini para karyawan akan merasa senang dan semakin terpacu untuk lebih
maksimal dalam bekerja.
3. Bersih dan Nyaman
Seperti yang kita tahu, manfaat lingkungan kerja yang baik adalah dapat
meningkatkan produktivitas dari para karyawannya. Caranya sendiri cukup
mudah, kamu hanya perlu menyediakan ruangan yang bersih, tidak
berdebu, rapih, dan lain sebagainya. Sebab, kondisi dari tempat kamu
bekerja juga dapat memengaruhi produktivitas serta kesehatan fisik
maupun mental.
4. Adanya Personal Space
Cara menciptakan lingkungan kerja yang baik adalah melalui penyediaan
personal space untuk para karyawannya. Pemberian ruang pribadi ini dapat
memberikan dampak positif bagi para pekerja. Sebab, mereka akan lebih
mudah memperoleh ide-ide baru di tempat dengan suasana tenang,
dibandingkan yang ramai dan sesak. Menempatkan terlalu banyak pekerja
dalam satu ruang hanya akan mengakibatkan ketidaknyamanan. Sebab, hal
ini berisiko menyebabkan suasana akan menjadi sangat berisik dan gaduh

74
Adapun Ciri-ciri Lingkungan Kerja Yang Baik yaitu :

Terdapat beberapa karakteristik yang dinilai mampu memberikan


gambaran tentang bagaimana contoh lingkungan kerja yang baik, antara lain
sebagai berikut.

1. Produktivitas yang Baik dan Stabil

Produktivitas selalu menjadi indikasi kesuksesan dari usaha tersebut. Banyaknya


distraksi pada sebuah instansi tentu dapat memperlambat laju perusahaan dalam
mencapai target yang telah ditetapkannya. Maka dari itu, guna menghindarinya,
perusahaan diharuskan untuk selalu bisa menciptakan lingkungan yang nyaman
bagi para pekerjanya.

2. Keterbukaan Komunikasi

Sejak dahulu, pola komunikasi satu arah yakni dari atas ke bawah seringkali
diterapkan di berbagai perusahaan. Namun seiring dengan perkembangan waktu,
sistem ini sudah mulai ditinggalkan. Kebebasan dalam menyampaikan pendapat
terutama pada atasan dinilai mampu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
merupakan salah satu contoh penggambaran lingkungan kerja yang nyaman bagi
para karyawannya.

3. Saling Menghargai

Ciri-ciri lingkungan kerja yang baik juga dapat ditandai dengan adanya sikap
saling menghargai antar rekan kerja, baik itu sesama, atasan, maupun bawahan.
Pemberian apresiasi pada karyawan juga dinilai sebagai salah satu cara untuk
menghargai kinerja mereka selama ini. Hal tersebut nantinya juga akan
mempengaruhi loyalitas para pekerja pada perusahaan.

4. Peluang Berkembang

Contoh lingkungan kerja yang baik adalah tempat di mana para pekerja dapat
mengeluarkan kemampuan terbaik mereka, bahkan meningkatkannya. Melalui

75
pengembangan diri dari para karyawannya inilah, perusahaan juga dapat ikut
berkembang dalam meraih kesuksesannya.

5. Energi Positif

Energi positif dari para pekerja juga merupakan salah satu manfaat lingkungan
kerja yang baik. Sebab, optimisme perlu dibangun agar setiap karyawan dapat
fokus pada solusi dan bagaimana penyelesaian masalah tersebut.

6. Dukungan Perusahaan

Dukungan dari perusahaan, baik itu berupa kenaikan gaji, bonus tahunan, hadiah
dan lain sebagainya, juga merupakan salah satu cara menciptakan lingkungan
kerja yang positif.

7. Work-Life Balance

Bagi para millennial, contoh lingkungan kerja yang baik adalah tempat seimbang
atau sering disebut sebagai work life balance. Artinya, antara kehidupan personal
dan profesional harus bisa berjalan beriringan, tanpa perlu mengorbankan salah
satunya.

B. Ruangan Kerja Perawat Yang Sehat


Adapun Ruangan Kerja Perawat Yang Sehat yaitu sebagai berikut :
1. Pencahayaan yang baik
2. Tata Letak furniture yang ergonomis
3. Tanaman dan benda-benda seni didalam ruangan
4. Kebisingan Minimal
5. Pemandangan Jendela
6. Ruangan yang cukup untuk staff, sehingga tidak saling senggol dan
bisa untuk stretching
7. Jarak ke nurse station ke ruang rawat tidak terlalu jauh
8. Warna yang menyenangkan

C. Peran Manajer untuk meningkatkan kesehatan lingkungan

76
o Melakukan staffing yang sesuai dengan jumlah pasien dan mencocokan
kebutuhan pasien dengan kompetensi perawat
o Menjadi pemimpin yang memiliki standard dan beretika serta melibatkan
staff dalam pengambilan keputusan
o Menciptakan budaya yang adil untuk mempromosikan safety yaitu budaya
yang adil dan memperoleh human eror untuk memperbaiki sistem
o Membuat standar lingkungan kerja yang sehat, agar setiap staff mampu
bekerja sesuai standard
o Memfasilitasi pegawai untuk mengakses fasilitas kesehatan, menyediakan
support grup, dan program yang sesuai dengan kebutuhan perawat

D. Strategi Perbaikan Lingkungan Kerja


1. Inisiatif yang terkait dengan lingkungan kerja fisik ( perlengkapan dan
ketersediaan pelatihan yang sesuai )
2. Inisiatif yang berkaitan dengan kesehatan fisik karyawan ( program
kebugaran dan penurunan berat badan )
3. Inisiatif yang terkait dengan masalah kesehatan mental / stress/
psikososial (program manajemen stress, dan program untuk menangani
masalah keluarga dan tempat kerja ).

2.2.15 Combatting Stress

Stres adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu


dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints), atau tuntutan
(demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang
hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. (Schuler : 1980) Stres
tidak dengan sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya dibahas dalam
konteks negatif, stres juga mempunyai nilai positif. Stres merupakan suatu
peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang potensial. Perhatikan misalnya
kinerja yang unggul yang ditunjukkan oleh seorang atlit atau pemanggung dalam
situasi-situasi yang "mencekam". Individu semacam itu sering menggunakan stres
secara positif untuk meningkatkan kinerja mendekati maksimum mereka.

77
Sumber Potensial Stres

Ada tiga kategori sumber potensial stres : lingkungan, organisasional dan


individual.

1. Faktor Lingkungan. Seperti ketidakpastian lingkungan mempengaruhi


desain dari struktur suatu organisasi, ketidakpastian itu juga
mempengaruhi tingkat stres di kalangan para karyawan dalam organisasi
tersebut. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian
ekonomi. Bila ekonomi itu mengerut, orang menjadi makin mencemaskan
keamanan mereka. Ketidakpastian politik seperti ancaman sparatisme dan
perubahan politik dapat menyebabkan stres. Ketidakpastian teknologi
merupakan tipe ketiga yang dapat menyebabkan stres. Karena inovasi-
inovasi baru dapat membuat keterampilan dan pengalaman seorang
karyawan menjadi ketinggalan dalam periode waktu yang sangat singkat,
komputer, robot, otomatisasi dan ragam-ragam lain dari inovasi teknologi
merupakan ancaman bagi banyak orang dan menyebabkan mereka stres.
2. Faktor Organisasi. Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat
menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau
menyelesaikan tugas dalam suatu kurun waktu yang terbatas, beban kerja
yang berlebihan, seorang bos yang menuntut dan tidak peka serta rekan
sekerja yang tidak menyenangkan merupakan beberapa contoh. Kita telah
mengkategorikan faktor-faktor ini di sekitar tuntutan tugas, tuntutan peran,
tuntutan hubungan antar pribadi, struktur organisasi, kepemimpinan
organisasi dan tingkat hidup organisasi. Tuntutan tugas merupakan faktor
yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang. Faktor ini mencakup desain
pekerjaan individu (otonomi, karagaman tugas, tingkat otomatisasi),
kondisi kerja dan tata letak kerja fisik. Lini perakitan dapat memberi
tekanan pada orang bila kecepatannya dirasakan sebagai berlebihan.
Makin banyak kesalingtergantungan antara tugas seorang dengan tugas
orang lain, kehadiran stres makin potensial. Sebaliknya otonomi
cenderung mengurangi stres. Pekerjaan di tempat dengan suhu, kebisingan

78
atau kondisi kerja lain yang berbahaya atau sangat tidak diinginkan dapat
meningkatkan kecemasan. Demikian juga bekerja dalam suatu kamar yang
berjubel atau dalam suatu lokasi yang terbuka sehingga terus menerus
terjadi gangguan.Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang
diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang
dimainkan dalam organisasi itu. Konflik peran menciptakan harapan-
harapan yang barangkali dirujukkan atau dipuaskan. Peran yang kelebihan
beban terjadi bila karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada
yang dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran muncul bila harapan
peran tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa
yang harus dikerjakan.
3. Faktor Individual. Kategori ini mencakup faktor-faktor dalam kehidupan
pribadi karyawan seperti persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan
karakteristik kepribadian bawaan. Survei nasional secara konsisten
menunjukkan bahwa orang menganggap hubungan pribadi dan keluarga
sebagai sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya suatu hubungan
dan kesulitan disiplin pada anak-anak merupakan contoh masalah
hubungan yang menciptakan stres bagi para karyawan dan terbawa ke
tempat kerja. Masalah ekonomi yang diciptakan oleh individu yang terlalu
merentangkan sumber daya keuangan mereka merupakan suatu perangkat
kesulitan pribadi lain yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan
mengganggu perhatian mereka terhadap kerja.

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan
bebas atasnya. Misalnya bagaimana respon tumbuh seseorang manakala yang
bersangkutan mengalami beban pekerjaan yang berlebihan. Perawat yang sanggup
mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka
dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila
ternyata mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik,
maka disebut mengalami stres kerja (Hawari, 2011).

79
Stres kerja merupakan perasaan atau emosi yang tertekan, tidak senang
terhadap suatu keadaan pekerjaan atau keadaan didalam lingkungan kerja yang
dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik (Kriswandaru, 2010). Stres kerja pada perawat
pada umum nya disebabkan oleh penyebab fisik yang dialami selama bekerja serta
kelelahan secara emosi, munculnya stres kerja juga diakibatkan oleh beban kerja
yang berlebihan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas tidur perawat. Kurangnya
waktu tidur ditunjang dengan beban kerja yang berlebihan dapat menimbulkan
stres, pada saat seseorang stres maka pikiran akan terpusat pada masalah yang
sedang dihadapi hal ini dapat mengakibatkan terganggunya kualitas tidur
seseorang.

Inilah yang dapat pempengaruhi stres kerja dengan kualitas tidur perawat.
Tidur diyakini dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian
beraktivitas. Tidur juga diyakini dapat mengurangi stres dan menjaga
keseimbangan mental serta emosional, serta meningkatkan kemampuan dan
konsentrasi saat melakukan berbagai aktivitas (Saputra, 2012). Stres dan tidur
mempunyai hubungan yang erat.kualitas tidur yang buruk dapat dikaitkan dengan
kesehatan mental seperti stres pada pekerjaan (Saputra, 2012). America National
Association For Accupational Safety menempatkan kejadian stres pada perawat
berada di urutan paling atas pada empat puluh pertama kasus stres pada pekerja.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Perancis ditemukan bahwa persentase
terjadinya stres yang dialami perawat yaitu 74%.

Sedangkan berdasarkan studi yang dilakukan perawat di swedia diperoleh


hasil yaitu lebih dari 80% perawat mengalami stres yang cukup tinggi akibat
pekerjaan. Hasil riset PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2007,
menunjukan 50,9% perawat Indonesia yang berkerja di empat provinsi mengalami
stres kerja, sering pusing, lelah, tidak ada istirahat karena beban kerja terlalu
tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif yang memadai (Revalicha,
2013).

80
o Manajemen Stress

Manajemen stres adalah tentang bagaimana kita melakukan suatu tindakan


dengan melibatkan aktivitas berpikir, emosi, rencana atau jadwal pelaksanaan, dan
cara penyelesaian masalah. Manajemen stres diawali dengan mengidentifikasikan
sumber-sumber stres yang terjadi dalam kehidupan. Langkah ini tidaklah semudah
bayangan kita. Terkadang sumber stres yang kita hadapi sifatnya tidak jelas dan
tanpa disadari, kita tidak mempedulikan stres itu sebagai langkah untuk
meminimalisir beban pikiran, perasaan, dan perilaku. Misalnya saja, kita sepaham
bahwa pekerjaan yang dikejar oleh deadline selalu menimbulkan
ketidaknyamanan, namun karena kita tidak peduli dengan efeknya, kita menjadi
terbiasa untuk selalu pekerjaan.
Langkah selanjutnya dari manajamen stress adalah memilih strategi
penyelesaian masalah yang efektif. Secara umum ada dua cara, yakni :
a) mengubah situasi (hindari sumber masalah) dan
b) mengubah reaksi kita terhadap sumber stress tersebut.
- Jika melihat cara pertama, yaitu mengubah situasi, tidak semua hal
dapat kita ubah seperti yang kita inginkan. Misalnya saja terjadinya
bencana, kematian, dan sebagainya, tentu hal-hal semacam ini
membutuhkan sikap yang lebih adaptif. Cara mengubah situasi lebih
tepat untuk sumber stress yang bisa kita cegah. Contohnya saja jika
beberapa hari lagi kita akan menghadapi ujian, langkah paling tepat
untuk menghindari stress adalah dengan menyiapkan fisik dan mental
jauh-jauh hari agar ketika mendekati hari ujian, kita akan lebih siap.
- Cara kedua untuk menghadapi sumber stress adalah mengubah reaksi
kita. Tidak mudah untuk melihat nilai positif dari hal buruk yang
dialami. Namun terkadang, ketika kita berusaha menerima situasi-
situasi tidak menyenangkan yang tidak dapat diubah, sebenarnya hal
tersebut adalah langkah awal untuk bisa melihat sisi positif dari apa
yang kita alami. Selanjutnya adalah menurunkan standar pribadi.
Tanpa disadari, kita menciptakan level-level tertentu yang ingin

81
dicapai. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun ketika kita
justru merasa terbebani dan tidak nyaman, ada baiknya jika kita mulai
berdamai dengan kondisi yang ada serta melihat kembali apa yang
ingin dicapai dalam hidup.
- Manajemen stress lainnya adalah melakukan aktivitas menyenangkan.
Aktivitas tersebut bisa berkaitan dengan hobi atau melakukan sesuatu
bersama orang-orang yang kita sayangi, misalnya jalan-jalan ke tempat
favorit, mengunjungi tempat-tempat yang baru, dan sebagainya. Selain
itu, membiasakan gaya hidup yang sehat juga merupakan cara efektif
agar kita dapat bertahan dari stress. Langkah mudahnya adalah
melakukan olahraga ringan secara teratur, menjaga asupan makanan
bergizi, menghidari alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang, serta
mengurangi kandungan gula dan kafein.
- Terakhir, kita juga dapat berlatih untuk melakukan teknik relaksasi.
Bila kita diliputi perasaan-perasaan diatas sebagai akibat baru saja
mengalami suatu peristiwa tidak mengenakkan yang kemudian
berpengaruh pada tubuh (misalnya menjadi cepat lelah, perut mual,
badan gemetar, dan sebagainya), hal tersebut adalah wajar.Setelah
menyadari adanya perasaan-perasaan dan efeknya terhadap tubuh,
langkah kita selanjutnya adalah berupaya untuk merilekskan atau
menenangkannya. Langkah ini disebut sebagai relaksasi. Relaksasi
berguna untuk menurunkan denyut nadi dan tekanan darah, juga
mengurangi keringat serta mengatur pernafasan. Relaksasi misalnya
dapat digunakan ketika otot terasa tegang, diliputi kecemasan, sulit
tidur, kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan punggung, juga
tekanan darah tinggi.Relaksasi sendiri dapat dilakukan sesuai
kebutuhan masing-masing, dalam sehari misalnya, dapat diterapkan
dua kali sehari selama 15 menit. Tiap orang dapat melakukannya
sendiri tanpa bantuan tenaga ahli, kuncinya adalah merasakan
ketegangan tubuh kemudian membuatnya rileks atau tenang.

82
Adapun Manajemen Stress Pada Perawat yaitu sebagai berikut :
1. Menggunakan koping positif untuk mengatasi stressor
2. Menghindari orang atau hal yang menjadi stressor
3. Mengekspresikan perasaan dan terbuka apabila ada konflik denag sesame
perawat
4. Membuat perencanaan delegasi dan belajar menolak tugas tambahan
5. Memenuhi kebutuhan personal seperti makan, olahraga, dan humor
6. Menghindari alcohol dan rokok
7. Beradaptasi dengan stressor dengan melihat permasalahan dari sudut
pandang yang luas
8. Menggunakan aromaterapi dan melakukan oral hygiene

2.2.16 Fitness atau Olahraga

Aktivitas fisik dan perawat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien, perawat melakukan banyak hal yang
berhubungan dengan aktivitas fisik. Perawat membantu, memindahkan,
mengangkat, mendorong, mengubah posisi, dan memberi tindakan keperawatan
kepada pasien. Tidak sedikit perawat yang mengalami cedera punggung akibat
postur tubuh yang salah ketika mengangkat pasien. Postur badan yang salah inilah
yang dapat memicu terjadinya Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah
(NPB).

Melakukan aktivitas fisik dengan berolahraga secara rutin tidak hanya


menjaga kesehatan tubuh tetapi juga menurunkan risiko cedera. Orang yang
terbiasa berolahraga, tidak akan merasa terlalu lelah saat beraktivitas berat.
Olahraga juga dapat memperkuat otot-otot pada tubuh sehingga menjaga postur
tubuh agar tidak menderita nyeri punggung bawah.

Oleh karenanya, para perawat bisa menyiasatinya dengan beberapa upaya,


salah satunya dengan olahraga. Berikut ini adalah beberapa jenis olahraga yang

83
dapat dilakukan para perawat untuk menghindari kondisi badan lemas saat
bertugas:

1. Aerobik

Aerobik diartikan sebagai olahraga yang memerlukan banyak oksigen dan


melibatkan banyak otot besar, sehingga bisa memacu kerja jantung. Untuk
meningkatkan ketahanan tubuh, lakukan olahraga aerobik seperti berjalan kaki,
joging, bersepeda, ataupun berenang. Lakukanlah selama 30 menit dan terus
menambah durasi serta jarak yang disesuaikan dengan kemampuan. Lakukan ini
setidaknya tiga kali dalam seminggu

2. Yoga

Sejak lama yoga identik dengan olahraga yang bisa menyelamatkan Anda dari
stres. Dijelaskan oleh dr. Kartika Mayasari kepada KlikDokter, jika menginginkan
olahraga yang bersifat tenang, bisa membakar cukup banyak kalori sekaligus bisa
menenangkan pikiran, yoga bisa menjadi pilihan. Olahraga yang juga memiliki
nuansa spiritual bahkan bisa membantu mengontrol stres dengan baik.

3. Zumba

Di kota-kota besar di Indonesia, Zumba banyak diminati. Olahraga ini


sebenarnya merupakan program latihan yang diciptakan oleh koreografer dan
penari asal Colombia, Alberto ―Beto‖ Perez tahun 90-an. Zumba meliputi tarian
dan gerakan aerobik dengan musik energetik. Anda bisa memilih Zumba jika
ingin membakar lemak secara cepat dan tidak terlalu menyukai lari. Jika
dilakukan selama 1 jam, kalori yang terbakar bisa mencapai 400 kalori.

4. Angkat beban

Angkat beban merupakan jenis olahraga yang umumnya bersifat anaerobik.


Menurut dr. Andika, latihan ini tak hanya dapat meningkatkan kekuatan tubuh,
tapi juga menambah stamina otot. Untuk mendapatkan efek tersebut, diperlukan

84
beban yang cukup berat yang dapat menimbulkan efek kelelahan pada otot. Hal
tersebut bisa dilakukan dalam 8–15 repetisi.

Jika olahraga dilakukan secara rutin, bukan cuma keluhan badan lemas
saja yang diatasi. Aktivitas fisik juga bisa membawa manfaat lainnya untuk
kesehatan tubuh para perawat, yaitu mengoptimalkan kerja jantung, mencegah
penyakit jantung dan stroke, me-refresh pikiran, menjadikan mood kerja lebih
baik, serta panjang umur.

- Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal yang mempengaruhi yaitu

1. Morivasi
2. Jenis Kelamin
3. Lokus Control
4. Motivasi diri

Faktor Eksternal yang mempengaruhi yaitu

1. Fasilitas dirumah sakit


2. Panjangnya waktu bekerja
3. Kelelahan
4. Waktu shift
5. Pendapatan

- Strategi Meningkatkan Aktivitas Fisik

 Meningkatkan akses terhadap gym, atau fasilitas aktivitas fisik lain seperti
brisk pace
 Meningkatkan jumlah staff dan mengurangi pekerjaan yang membuat
perawat harus berjalan jauh atau dari kamar ke kamar
 Meningkatkan program aktivitas fisik secara khusus

85
 Olahraga dapat dilakukan setidaknya 30 detik atau lebih, 3 kali dalam
sehari

- Contoh olahraga untuk perawat

1. Berjalan di taman di rumah sakit di sela-sela istirahat


2. Jogging dipagi hari sebelum shift siang dapat dilakukan selama 30 menit
3. Streching yang dapat dilakukan selama 15 menit

2.2.17 Healthy Sleep

Pekerjaan sebagai perawat dengan waktu kerja malam dapat


mempengaruhi kualitas tidur yang menyebabkan kondisi tidurnya terganggu.
Tidur merupakan salah satu kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup, gangguan tidur dapat
menimbulkan beberapa efek pada manusia. Ketika kurang tidur seseorang akan
berpikir dan bekerja lebih lambat. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
produktivitas kerja.

Perubahan kualitas tidur disebabkan perubahan system saraf pusat yang


mempengaruhi pengaturan tidur (Saryono & Widianti, 2010). Kualitas tidur
adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan
kesegaran dan kebugaran ketika terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek
kuantitatif seperti durasi tidur, latensi tidur, serta aspek subjektif seperti tidur
dalam dan istirahat (Khasanah & Hidayati, 2012). Kualitas tidur seseorang dapat
di pengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi penyakit, kelelahan, lingkungan,
gaya hidup, motivasi, stimulus,alkohol dan obat-obatan, diet dan nutrisi serta stres
psikologis (Saputra, 2012). America Nurses Association (ANA) telah menetapkan
2017 sebagai tahun Di rumah sakit perawat memberikan perawatan langsung
kepada pasien selama 24 jam dan memiliki beban kerja yang cukup berat.
Terutama bila bertugas saat shift malam, dimana jam kerja perawat biasanya akan

86
lebih dari 8 jam. Kelebihan jam juga sering terjadi pada shift pagi atau siang,
Sehingga menimbulkan kelelahan .( Novita, Hanny, Tutik, 2012).

Dampak Tidur yang tidak sehat pada perawat yaitu peningkatan


keselamatan pasien berkurang, membahayakan diri sendiri dan pasien,
meningkatkan burnout, dan meningkatkan risiko pola makan abnormal.

- Pengertian Healthy Sleep

Healthy sleep adalah istilah yang mengacu pada tidur yang tidak memadai
dan bermanfaat untuk kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Ini melibatkan
durasi tidur yang cukup, kualitas tidur yang baik, dan pola tidur yang teratur.

- Strategi Healthy Nurse

1. Menggunakan strategi sleep switcher


2. Melakukan napping

Adapun cara napping yang efektif yaitu:

o 30 Menit napping di jam 2-3 pagi mampu meningkatkan kecepatan


perceptual
o 30 menit napping untuk meningkatkan total sleep time
dibandingkan dengan yang tidak tidur sama sekali, atau napping 10
menit
o Napping lebih dari 30 menit berhubungan dengan penurunan
performa kerja
o Napping 5-30 menit dapat meningkatkan performa kerja

3. Melakukan olahraga secara singkat yaitu kurang dari 30 menit


berhubungan dengan peningkatan alertness saat shift malam
4. Menyediakan tempat untuk berbaring dan tenang serta mengurangi tingkat
stress, karena kondisi ini meningkatkan kualitas tidur

87
2.2 18 Healthy Eating

A. Pengertian Healthy Eating

Healthy eating adalah pola makan yang didasarkan pada konsumsi


makanan yang sehat dan seimbang, dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh. Ini melibatkan pemilihan makanan yang kaya akan
nutrisi dan memenuhi kebutuhan energi, vitamin, mineral, protein, lemak sehat,
dan serat.

B. Prinsip Healthy Eating

 Konsumsi makanan yang beragam: Memilih berbagai macam makanandari


berbagai kelompok makanan seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian,
protein nabati dan hewani, dan produk susu rendah lemak. Hal ini
membantu memastikan asupan nutrisi yang seimbang.
 Porsi makan yang tepat: Mengonsumsi porsi makan yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Hal ini dapat mencakup mengatur ukuran porsi dan
memperhatikan tanda-tanda kenyang saat makan. Memperhatikan kualitas
makanan: Memilih makanan yang rendah gula tambahan, garam, dan
lemak jenuh. Menghindari makanan olahan dan makanan cepat saji yang
cenderung tinggi dalam bahan tambahan dan rendah dalam nilai gizi.
 Mengonsumsi buah dan sayuran yang cukup: Meningkatkan konsumsi
buah-buahan dan sayuran, yang kaya akan serat, vitamin, mineral, dan
antioksidan. Disarankan untuk mengonsumsi setidaknya lima porsi
buahdan sayur setiap hari.
 Mengutamakan sumber protein yang sehat: Memilih sumber protein yang
rendah lemak seperti ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan produk susu
rendah lemak. Menghindari konsumsi daging merah yang berlemak dan
produk olahan daging yang tinggi dalam lemak jenuh.
 Mengonsumsi karbohidrat kompleks: Memilih karbohidrat kompleks
seperti biji-bijian utuh, roti gandum, dan nasi merah daripada karbohidrat

88
olahan seperti roti putih dan nasi putih. Karbohidrat kompleks
memberikan energi yang stabil dan kaya serat.
 Memperhatikan hidrasi: Memastikan asupan cairan yang cukup dengan
mengonsumsi air putih secara teratur. Menghindari minuman manis atau
beralkohol yang tinggi gula dan kalori tambahan.
 Mengurangi konsumsi makanan olahan dan makanan cepat saji:
Membatasi konsumsi makanan olahan dan makanan cepat saji yang
cenderung tinggi gula, garam, lemak jenuh, dan bahan tambahan.

2.2.19 Healthy Holiday

A. Pengertian Healthy Holiday

Healthy holiday adalah istilah yang mengacu pada liburan atau perjalanan
yang didedikasikan untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan kesejahteraan
fisik serta mental. Selama healthy holiday, individu berusaha menjaga kebiasaan
sehat dan memprioritaskan kesehatan dan kebugaran mereka, bahkan saat sedang
berlibur. Tujuan dari healthy holiday adalah untuk menikmati liburan sambil tetap
memelihara keseimbangan dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

B. Penerapan Healthy Holiday

Selama healthy holiday, beberapa kegiatan dan praktik yang dapat


dilakukan antara lain:

1. Aktivitas fisik: Mengikuti kegiatan fisik seperti berjalan-jalan,


bersepeda, hiking, atau berpartisipasi dalam kelas olahraga yang
tersedia di tempat tujuan liburan.
2. Memilih makanan sehat: Memilih makanan yang seimbang dan
bergizi selama liburan, termasuk mengonsumsi buah-buahan, sayuran,
protein sehat, dan karbohidrat yang baik. Menghindari makanan yang
berlemak tinggi, berkalori tinggi, atau makanan cepat saji yang tidak
sehat.

89
3. Bersantai dan menghilangkan stres: Mengambil waktu untuk
bersantai, menjalani aktivitas relaksasi seperti spa, yoga, meditasi,
atau membaca buku yang menyenangkan. Menghindari kegiatan yang
menimbulkan stres dan mencoba mengelola stres dengan baik.
4. Mengatur tidur yang cukup: Memastikan tidur yang cukup dan
berkualitas selama liburan untuk pemulihan fisik dan mental yang
optimal.
5. Bersosialisasi dan berinteraksi dengan alam: Mempertahankan
hubungan sosial yang sehat dan menjalin kontak dengan alam, seperti
berjalan di pantai, menikmati pemandangan alam, atau berpartisipasi
dalam aktivitas alam terbuka.
C. Manfaat Healthy Holiday

Manfaat dari healthy holiday termasuk meningkatkan kesehatan fisik dan


mental, mengurangi stres, meningkatkan energi, meningkatkan suasana hati, dan
memberikan pengalaman liburan yang lebih bermakna dan memuaskan. Dengan
memilih gaya hidup sehat selama liburan, individu dapat menikmati liburan yang
menyenangkan sambil tetap menjaga kesehatan dan keseimbangan dalam hidup
mereka.

90
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Healthy nurse atau perawat sehat didefinisikan sebagai perawat yang aktif
berperilaku menciptakan dan menjaga keseimbangan dan sinergi kesejahteraan
fisik, intelektual, emosional, sosial, spiritual, personal, dan professional. Namun,
secara keseluruhan banyak perawat tidak dalam keadaan sehat.

Program healthy nurse terdiri dari 19 program yaitu worksite wellness,


cardiovascular health, nutrition, combatting stress, National fitness months,
woman health, men health, cancer awareness, healthy sleep, happiness, recovery,
work-life balance, infection control, immunization, moral resilience/emotional
distress, mental health, wellness, healthy eating/ healthy holiday.

91
DAFTAR PUSTAKA

[1] H. P. Dolonseda and S. R. Watung, ―Dampak Lingkungan Kerja dan Etos


Kerja Terhadap Kinerja Pegawai,‖ PUBLIC POLICY (Jurnal Apl. Kebijak.
Publik Bisnis), vol. 1, no. 2, pp. 288–297, 2020, doi:
10.51135/publicpolicy.v1.i2.p288-297.

[2] E. Nurcahyani, D. Widodo, and Y. Rosdiana, ―Hubungan Tingkat Stres


Kerja Dengan Kinerja Perawat,‖ J. Care, vol. 4, no. 1, pp. 42–50, 2016.

[3] E. Susanti, F. H. D. Kusuma, and Y. Rosdiana, ―Hubungan tingkat stres


kerja dengan kualitas tidur pada perawat di Puskesmas Dau Malang,‖ Nurs.
News (Meriden)., vol. 2, no. 3, pp. 164–173, 2021, [Online]. Available:
Kualitas tidur, perawat, stres kerja.

[4] B. S. Pane, ―Peranan Olahraga Dalam Meningkatkan Kesehatan,‖ J.


Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 21, no. 79, pp. 1–4, 2015, [Online]. Available:
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpkm/article/view/4646

[5] I. A. C. Agririsky and I. N. Adiputra, ―Gambaran Kualitas Tidur Perawat


Dengan Shift Kerja di Ruang Rawat Inap Anak RSUP Sanglah Denpasar
Tahun 2016,‖ E-Jurnal Med., vol. 7, no. 11, pp. 1–8, 2018.

[6] American Heart Association (AHA) (2007) Asian/Pacific Islanders and


Cardiovascular Disease- Statistic. <internet> tersedia
http//www.americanheart.org, akses tanggal 5 Oktober 2007.

[7] Boartd of The First International conference on Women, Heart Disease and
stroke (2000) The 2000 Victotia Declaration on Women, Heart Disease
and Stroke.Canada.

[8] Pearce, C Evelyn . 2008 . Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis . Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.

92
[9] Sediaoetama,A.D.1985.Ilmu Gizi.jil 1.Dian Rakyat : Jakarta.

[10] Skolnik, R. 2016. Global Health 101 3rd edition. Burlington: Jones &
Bartlett Learning

[11] Boniol M, McIsaac M, Xu L, Wuliji T, Diallo K, Campbell J. WHO | Gender


equity in the health workforce: Analysis of 104 countries. World Health
2019;(March):1–8. Diunduh dari http://apps.who.int/bookorders pada 04
Mei 2023

[12] Bietsch,Kristin E Bietsch, 2015. Men’s Attitudes Towards Contraception in


Sub-Saharan Africa.

[13] Darwin Muhadjir. 1996. Gerakan Kependudukan : Dari Keluarga


Berencana ke Kesehatan Reproduksi, dalam Penduduk Dan
Pembangunan, Editor Agus Dwiyanto dkk,Pusat Penelitian Kependudukan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

[14] Argyle, M. & Crossland, J. (1987). Dimensions of positive emotions. The


BritishJournal of Social Psychology, 26, 127-137.Bastaman, HD
(1996). Meraih hidup bermakna: kisah pribadi dengan pengalaman
tragis

[15] Biswas, M.A., Diener, E.D & Dean, U (2007) Personality, Culture, and
SubjectiveWell-Being: Emotional and Cognitive Evaluations of Life.

[16] Annual Revision Psychological Journal.Vol. 54; page: 403 – 25

[17] Covid-, Pandemi, D I Rumah, dan Sakit Di. 2022. “GAMBARAN WORK-LIFE
BALANCE PADA PROFESI PERAWAT SELAMA MASA Pendahuluan.”
1(2): 1–13.

[18] Ilmiah, Jurnal, dan Mahasiswa Kesehatan. 2017. “JURNAL ILMIAH


MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.5/ Januari 2017;
ISSN 250-731X ,.” 2(5): 18.

[19] Luthfia, Siti Afifi, Fitria Rahmi, dan Lala Septiyani Sembiring. 2021.
“Strategic : Journal of Management Sciences Work-Life Balance
Perawat Wanita di RSUP Padang IRNA.” 1(3).

[20] Aucla. (2019). BAB IIPdf. In Αγαη (Vol. 8, Issue 5, p. 55).

93
[21] Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi. 9–33.

[22] Lardo, S. (2016). Infection Control Risk Assessment (ICRA). Jurnal Cermin
Dunia Kedokteran, 43(3), 27.

[23] Purnama, Sang Gede. 2016. ―Modul Prinsip-Prinsip Etika Kesehatan.‖


Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana:17.https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/03b7
efe3b657eb67d4d28815d4e5cabb.pdf.

[24] Rushton, Cynda Hylton. 2016. ―Etika.‖ 27: 111–19.

[25] DeTienne K, Agle B, Phillips J, Ingerson M. Dampak stres moral


dibandingkan dengan stres lainnya pada kelelahan karyawan, kepuasan
kerja, dan perputaran: penyelidikan empiris.Etika Bus
J.2012;110(3):377-391.

[26] Hinderer K, VonRueden K, Friedmann E, dkk. Kelelahan, kelelahan belas


kasih, kepuasan kasih sayang, dan stres traumatis sekunder pada
perawat trauma.J Trauma Nurs. 2014;21(4):160-169.

[27] Rushton C, Batcheller J, Shroeder K, Donohue P. Kejenuhan dan


ketahanan di antara perawat yang berlatih di lingkungan intensitas
tinggi.Am J Crit Care.2015;24(5):412-421.

[28] M. KE, “Kesehatan Mental pada Manusia,” -, vol. 147, no. March, hal. 11–
40, 2016.

[29] D. Mahfud, “Adaptasi dalam psikologi,” Psikohumaniora J. Penelit. Psikol.,


hal. 11–52, 2014.

[30] Gunawan, N. E., & Yogyakarta, U. N. (2014). Wellness-Paradigma-Model-


Teoretik-Dan-Agenda. April, 1–12.

[31] Jannah, S. R. (2020). Mengetahui Jenis-Jenis Diagnosa Keperawatan yang


di Lakukan Perawat. OSFPreprints, 1, 1–7. https://osf.io/gpyw5/

[32] Kedokteran, F., & Lampung, U. (2020). Wellness and healthy magazine.
2(February), 187–192. https://doi.org/10.30604/well.263322021

[33] Novieastari, E. (2014). Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jurnal


Keperawatan Indonesia,7(2), 77–80. https://doi.org/10.7454/jki.v7i2.137

94

Anda mungkin juga menyukai