Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Pendidikan Indonesia

p-ISSN : 2745-7141 e-ISSN : 2746-1920 Vol. 03 No. 03 Maret 2022

STRATEGI PENGELOLAAN SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK


MELALUI REALITAS SOSIAL

Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia1,2 dan 3
Email: yasmindiba18@gmail.com1, yudrikjahja@ymail.com2 dan awaliyatun04@gmail.com3

*Correspondence: yasmindiba18@gmail.com1
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Diterima : 24-02-2022 Berkembangnya dunia pendidikan anak usia dini di Indonesia
mendorong perkembangan kemampuan manajemen pengelolaan
Diterima dalam bentuk berbagai jenis lembaga PAUD pada umumnya dan lembaga TK pada
revisi : 02-03-2022 khususnya. Sebagai sebuah organisasi, sekolah mengambil masukan
Diterima dalam bentuk dari lingkungan (input), mengubah atau mengolahnya (proses), dan
revisi : 12-03-2022 memproduksi hasil (output). Keberhasilan sebuah sekolah dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor, salah satunya kompetensi guru serta
sistem pengelolaan administrasi yang mendukung dan mendorong
Kata kunci: TK Pembina; pencapaian tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Penelitian ini
Manajemen Sekolah; Aktor bertujuan untuk melihat kualitas kapital sosial yang ada didalam
Sosial; Kapital Sosial manajemen TK Pembina, menggambarkan bagaimana kapital sosial
berperan dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar serta
bagaimana kapital sosial dapat mendukung TK Pembina dalam
menjaga nama baik mereka di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini
di Indonesia dan memberikan contoh bagi sekolah-sekolah baru
mengenai bagaimana manajemen sekolah yang baik dan mampu
membuat sekolah tersebut bertahan lama. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif eksplanatori dimana tujuan utama dari penelitian
ini adalah untuk menelaah mengapa TK Pembina mampu bertahan
hingga saat ini sejak 20 tahun yang lalu. Membenarkan sistem
manajemen sekolah dianggap baik dengan dinilai dari tingkat kapital
sosial yang baik di sekolah tersebut?. Sebagai suatu lembaga, sekolah
memiliki faktor-faktor yang berfungsi secara aktif dalam kelompok
Keywords: TK Trustees; sosial tersebut, seperti hubungan interpersonal, identitas bersama,
School Management; Social pemahaman bersama, norma, nilai, kepercayaan, kerja sama dan rasa
Actor; Social Capital ketersalingan. Faktor-faktor tersebut dikatagorikan sebagai kapital
sosial yang mendukung pengelolaan serta administrasi di sekolah.

ABSTRACT
The development of the world of early childhood education in
Indonesia which encourages the development of management
capabilities in managing various types of PAUD institutions in general
and kindergarten institutions in particular. As an organization, schools
take inputs from the environment (inputs), change or process them
(processes), and produce results (outputs). The success of a school is
influenced by various factors, one of which is the teacher and the
management system that supports and encourages educational goals at
the school. This study aims to look at the quality of social capital in the
management of TK Pembina, describe how social capital plays a role
in facilitating teaching and learning activities and how social capital
can support TK Pembina in maintaining their good name in the Early
Childhood Education Environment in Indonesia and provide examples
for new schools about how good school management can make the
school last a long time. This research is an explanatory qualitative
research where the main purpose of this research is to examine why TK

327
Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3

Pembina has survived until now since 20 years ago. Justify the school
management system is considered good with a good assessment of the
level of social capital in the school?. As an institution, the school has
factors that work actively in the social group, such as interpersonal
relationships, shared identity, shared understanding, norms, values,
trust, cooperation and mutual feeling. These factors are categorized as
social capital that supports management and administration in schools.

Pendahuluan
Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia tidak terlepas dari sejarah
awal mulanya kehadiran PAUD di Indonesia (Syifauzakia, Ariyanto, & Aslina, 2021).
Sejarah PAUD di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan yang dibagi menjadi dua
(2) periode (Kholisotin, 2019), yaitu masa pendudukan Belanda (1908 – 1941) dan masa
pendudukan Jepang (1942 -1945).
Pada masa pendudukan Belanda, Kindergarten atau juga disebut Frobel School
yang didirikan oleh Friedrich Wilhelm August Frobel merupakan cikal bakal lahirnya
lembaga PAUD di Indonesia (Dini, 2014). Awal mulanya lembaga TK di Indonesia
hanya diperuntukan bagi anak-anak mereka (Hasyim & Haryono, 2019) dan segelintir
anak pribumi keturunan ningrat dan bergelar bangsawan (Qamar et al., 2018) .
Kurikulum yang digunakan diadopsi dari sistem pendikan prasekolah di Belanda
(Mubarok, Aminah, Sukamto, Suherman, & Berlian, 2021). Kurikulum tersebut sangat
dipengaruhi oleh Frobel yang menekankan pada aktivitas bermain (Hadijaya, 2015) dan
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan lainnya sebagai media belajar anak (Wulanjani
& Anggraeni, 2019). Pendidikan tersebut didirikan dengan tujuan agar anak dapat
melakukan adat baru yang baik (Untara & Somawati, 2020); anak-anak pandai
membaca, menulis dan berbahasa Belanda dan dengan persiapan tersebut anak dapat
masuk ke sekolah Belanda (Nurhayati, 2018).
Pada masa itu, bangsa Indonesia belum menganggap penting pendidikan usia dini
(Muhardi, 2004). Hal tersebut berubah pada saat kebangkitan Nasional yang di awali
dengan Pergerakan Pemuda Budi Utomo pada 28 Mei 1908. Lahirnya kesadaran akan
pentingnya pendidikan anak ini ditandai dengan berdirinya Bustanul Athfal pada tahun
1919 oleh persatuan wanita Aisyiyah di Yogyakarta. Pada tahun 1922, Ki Hajar
Dewantoro, sepulang dari pengasingannya di Belanda selama dua tahun (1913 – 1915)
mendirikan Taman Lare atau taman anak Kindertuin yang berkembang dengan Taman
Indria.
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, Frodel School berubah
menjadi Taman Kanak-Kanak. Pada masa ini kegiatan belajar mengajar terus berlanjut
namun tidak terlalu diperhatikan oleh pihak Jepang, oleh sebab itu sebagian lembaga TK
keberadaan berkurang. Pemerintah Jepang hanya melengkapi kegiatan belajar mengajar
di kelas dengan nyanyian dan permainan khas Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia diraih, perkembangan lembaga PAUD semakin
berkembang di Indonesia. Pendidikan TK dimaksudkan untuk memelihara tumbuhnya
kebudayaan bangsa yang merdeka, terutama melalui sistem pendidikan dan pengajaran.
Seiring dengan perkembangan Taman Indria, berkembang pula Taman Kanak-kanak

328 Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Realitas Sosial

(TK) yang merupakan adaptasi dari konsep Kindergarten dan Taman Indria.
Perkembangan TK jauh lebih pesat dari pada Taman Indria. Dalam perjalanannya, lahir
pula Raudhatul Athfal atau RA yang merupakan penyelenggaraan program pendidikan
bagi anak usia dini dengan kekhasan agama Islam Baik Taman Indria, Taman Kanak-
kanak, maupun Raudhatul Athfal, sasarannya baru mencakup anak di atas usia 4 tahun
sampai memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian anak usia 0-4 tahun belum
terlayani program PAUD dalam bentuk apapun.
Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan pengasuhan terutama bagi anak
yang kedua orangtuanya bekerja di luar rumah, munculah program Taman Penitipan
Anak atau TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip/pengasuhan anak.
Sejak tahun 1980-an, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia
internasional tentang arti pentingnya pendidikan, mulai dibuka lembaga untuk anak usia
3-4 tahun dalam bentuk Kelompok Bermain atau Kober atau KB. Saat itu pula kesadaran
akan pentingnya stimulasi pendidikan di lingkungan TPA mulai muncul, sehingga TPA
yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip atau pengasuhan anak ditambah
menu lanyannya dengan layanan stimulasi pendidikan. Keluarnya PP No. 27 Tahun
1990 tentang Pendidikan Prasekolah telah mempertegas pelaksanaan pendidikan anak
usia dini (saat itu disebut pendidikan prasekolah) yang dimulai sejak usia 3 tahun
melalui TPA dan KB. Dalam pengelolaannya TK di bawah pembinaan Kemdiknas (saat
itu Depdikbud) dan RA di bawah pembinaan Departemen Agama. Sedangkan TPA dan
KB di bawah pembinaan Depsos dan Depdikbud. Depsos bertanggungjawab melakukan
pembinaan di bidang usaha kesejahteraan anak, sedangkan Depdikbud
bertanggungjawab melakukan pembinaan di bidang pendidikannya.
Berkembangnya dunia pendidikan anak usia dini di Indonesia mendorong
perkembangan kemampuan manajemen pengelolaan berbagai jenis lembaga PAUD pada
umumnya dan lembaga TK pada khususnya. Sebagai sebuah organisasi, sekolah
mengambil masukan dari lingkungan (input), mengubah atau mengolahnya (proses) dan
memproduksi hasil (output). Keberhasilan sebuah sekolah dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor, salah satunya kompetensi guru serta sistem pengelolaan administrasi
yang mendukung dan mendorong pencapaian tujuan pendidikan di sekolah tersebut.
Menurut Husaini Usman (2004: 9) manfaat administrasi pendidikan adalah : (1)
menciptakan suasana belajar yang bermutu dan menyenangkan dan yang lebih penting
lagi adalah dapat menciptakan bagaimana peserta didik belajar cara belajar (learning
how to learn) yang terbaik bagi dirinya, (2) meningkatkan kompetensi administrasi
pendidikan bagi pendidik sehingga lebih profesional, dan (3) menghemat sumberdaya 7
M (man, money, materials, methods, machines, marketing, minutes) dengan hasil yang
memuaskan.
Sebagai suatu lembaga, sekolah memiliki faktor-faktor yang berfungsi secara aktif
dalam kelompok sosial tersebut, seperti hubungan interpersonal, identitas bersama,
pemahaman bersama, norma, nilai, kepercayaan, kerja sama dan rasa ketersalingan.

Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022 329


Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3

Faktor-faktor tersebut dikatagorikan sebagai kapital sosial yang mendukung


pengelolaan serta administrasi di sekolah. Sebagai contoh kasus dalam penelitian ini
adalah TK Pembina yang dipandang sebagai contoh sukses manajemen sekolah. TK
Pembina dinilai sukses sebagai lembaga prasekolah karena TK ini sendiri sudah berdiri
sejak 2000 dan bertahan hingga detik ini. Dengan indikator sustainabilitytersebut
lembaga ini terbukti mampu bersaing dengan sekolah-sekolah baru yang bermunculan.
Pada awal mula pendiriannya, proses belajar mengajar TK Pembina berlangsung
di halaman rumah dinasnya di Duren Sawit Jakarta Timur. Kegiatan ini awalnya
dinamakan Kebun Kanak-Kanak karena tempat bermainnya di tempat terbuka.Kegiatan
ini terus berkembang, , Kebun Kanak-Kanak dirubah menjadi Taman Kanak – Kanak
Pembina Dalam segi kurikulum TK Pembina selain mengikuti kurikulum yang ditelah
ditentukan oleh Dinas Pendidikan, juga mempunyai nilai tambah yaitu dengan
memadukan cara mengajar guru – guru disana .Hal yang sangat menonjol dari sistem
Pendidikan TK Pembina adalah penyampaian atau cara mengajar melalui metode
nyanyian (lagu) anak-anak Indonesia. Selain membuat alat peraga untuk keperluan
sekolahnya sendiri dengan bahan-bahan sederhana dan ramah lingkungan. Permainan
yang di buat dan diberikan pada anak, bertujuan untuk mengembangkan: Kemauan,
Keterampilan, Kemampuan dan Kerjasama atau disebut 4 K.
Ciri khas lain dari TK Pembina adalah upacara hormat bendera yang dilakukan
setiap pagi sebelum dimulainya sekolah, dengan tujuan untuk menanamkan rasa
kebangsaaan sejak dini kepada anak dan melatih anak untuk berani tampil menjadi
komandan upacara sehingga tidak malu atau gugup. Yang pada intinya adalah untuk
menanamkan rasa percaya diri pada anak.
Penelitian ini betujuan untuk melihat kualitas kapital sosial yang ada didalam
manajemen TK Pembina, menggambarkan bagaimana kapital sosial berperan dalam
memperlancar kegiatan belajar mengajar serta bagaimana kapital sosial dapat
mendukung TK Pembina dalam menjaga nama baik mereka di lingkungan Pendidikan
Anak Usia Dini di Indonesia dan memberikan contoh bagi sekolah-sekolah baru
mengenai bagaimana manajemen sekolah yang baik dan mampu membuat sekolah
tersebut bertahan lama. Manfaat penelitian ini yaitu diharapkan dapat menjadi acuan
serta referensi bagaimana mengelola TK dengan efektif dengan menggunaan kapital
sosial sebagai strategi manajemen sekolah dan diharapkan dapat memberikan variasi
dalam strategi pengembangan manajemen TK yang berbasis kapital sosial.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memberikan makna
terhadap tindakan sosial dan dengan paradigma interpretif dimana pendekatan ini
memfokuskan pada sifat subjektif dari social world dan berusaha memahaminya dari
kerangka berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Pemilihan pendekatan ini didasari
dari beberapa alasan seperti penelitian ini memiliki tujuan untuk mengupas aksi sosial
para aktor yang berada di dalam lembaga pendidikan TK Pembina. Kedua, pendekatan
ini juga bertujuan untuk menelaah realitas sosial yang mereka hadapi dari interaksi-

330 Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Realitas Sosial

interaksi yang terjadi berhubungan dengan pengelolaan TK tersebut. Maka dari itu,
penelitian ini bersifat explanatori. Pengumpulan data didapatkan dari observasi,
wawancara dan Focus Group Discussion.

Hasil dan Pembahasan


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-kanak melalui Realitas Sosial
Pendidikan anak usia dini, khususnya sekolah taman kanak-kanak (TK),
memegang peranan penting dalam jenjang pendidikan sekolah formal, sehingga
membutuhkan standar pengelolaan sekolah yang baik. Pendidikan perlu dimulai sejak
dini, terlebih untuk mengejar ketertinggalan kita memasuki era globalisasi, terutama
masalah kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan usia dini dapat dibangun
pilar-pilar sumber daya manusia mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari
negara lain. Pendidikan Taman Kanak-Kanak membantu membentuk generasi muda
yang handal. Taman Kanak-Kanak merupakan bentuk pendidikan prasekolah yang
menyediakan program pendidikan dini yang diperlukan oleh siswa dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan untuk kehidupan selanjutnya.
Dewasa ini banyak anggota masyarakat yang mendirikan berbagai lembaga
pendidikan dan atau pengasuhan anak-anak usia dini. Hal ini terjadi bukan saja di
negara-negara yang sudah maju, melainkan juga di beberapa negara yang belum semaju
negara adidaya, termasuk Indonesia. Misalnya Papalia dan Olds (1998:212) mengatakan
bahwa“Today more young children than ever spend part of the day in preschool, day
care, or kindergarten” artinya dewasa ini anak-anak usia dini makin lebih banyak saja
yang menghabiskan sebagian harinya di lembaga pendidikan prasekolah, tempat
pengasuhan anak atau taman kanak-kanak.
Alasan dan tujuan penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-Kanak memang
bisa berbeda satu sama lain, tergantung pada persepsi dan kepentingan masing-masing.
Di antara kita, mungkin ada yang mempersepsi pendidikan Taman Kanak-Kanak itu
sekedar untuk mengisi waktu anak, untuk menitipkan anak karena sibuk bekerja, untuk
mempercepat proses perkembangan anak, untuk sosialisasi anak sebelum memasuki
sekolah dasar (SD), atau bahkan mungkin sekedar ikut-ikutan. Terlepas apakah persepsi
itu tepat atau tidak, keragaman persepsi yang demikian itu wajar terjadi pada kalangan
masyarakat awam. Namun hal demikian tidaklah tepat terjadi pada kalangan pendidik
profesional yang memang secara khusus dipersiapkan untuk itu. Ini bukan berarti
mereka tidak dibenarkan untuk berbeda pendapat satu dengan yang lain.
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan
kemungkinan yang lebih baik di masa datang, telah mendorong berbagai upaya
perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan
dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup manusia pasca intinya bertujuanuntukmemanusiakan manusia,
mendewasakan manusia, merubah perilaku, membudayakan manusia dan meningkatkan
kualitas menjadi lebih baik.
Pengelolaan/Manajemen sekolah merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber
daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengerahan tindakan, dan pengendalian) untuk
mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.
Sekolah yang memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel,
serta mampu memberdayakan setiap komponen penting sekolah, baik secara internal

Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022 331


Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3

maupun eksternal, dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan
efesien. Konsep sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua
masukan dan proses bagi ketercapaian output pendidikan, yaitu prestasi sekolah
terutama prestasi siswa yang ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan berupa
kompetensi yang dipersyaratkan didalam belajar.
Pengembangan kapasitas yang dibutuhkan untuk pengelolaan pendidikan tidak
hanya berfokus pada pembangunan di sekolah tetapi harus memperhatikan
pengembangan pengelolaan pendidikan yang efektif (Depdiknas, 2004: 9) “....Fungsi-
fungsi pengelolaan pendidikan yang dibutuhkan telah diidentifikasi: perencanaan
pendidikan, pengolahan dan analisa data pendidikan, pembiayaan pendidikan,
pengembangan kurikulum, pengelolaan aset, pengelolaan sumber daya manusia dan
pengawasan sekolah”.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, serta meningkatkan mutu
pendidikan nasional maka berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah.
Usaha dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Taman Kanak-Kanak salah
satunya adalah perlunya suatu sistem administrasi yang mantap. Menurut Muljani A.
Nurhadi (1983:18) administrasi merupakan salah satu komponen instrumental dalam
proses pendidikan yang berperan mengelola semua komponen yang mendukung
terjadinya proses belajar. Di sini administrasi merupakan salah satu unsur penunjang
untuk terselenggaranya suatu pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan Kaman
Kanak-Kanak, sehingga tujuan yang diharapkan akan lebih mudah dicapai. Sedangkan
menurut Aswarni Sudjud (1987:30) tujuan administrasi pendidikan “mengefektifkan
dan mengefisiensikan pendayagunaan segala sumber (komponen) sistem pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Lebih lengkap Husaini Usman (2004: 9) menyebutkan bahwa manfaat
administrasi pendidikan adalah:
1. Menciptakan suasana belajar yang bermutu dan menyenangkan dan yang lebih
penting lagi adalah dapat menciptakan bagaimana peserta didik belajar cara belajar
(learning how to learn) yang terbaik bagi dirinya.
2. Meningkatkan kompetensi administrasi pendidikan bagi pendidik sehingga lebih
profesional, dan
3. Menghemat sumberdaya 7M (man, money, materials, methods, machines,
marketing, minutes) dengan hasil yang memuaskan.
Disebutkan bahwa program kegiatan belajar Taman Kanak Kanak berfungsi untuk:
1. Mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap
perkembangannya
2. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
3. Mengembangkan sosialisasi anak
4. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
5. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan TK
adalah pendidikan prasekolah untuk membantu meletakkan dasar perkembangan
sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh siswa dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk kehidupan di masa mendatang,
yang pada hakekatnya adalah tempat siswa bermain sambil belajar atau belajar
sambil bermain, bukan usaha percepatan siswa untuk menguasai pengajaran bahan
sekolah dasar.

332 Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Realitas Sosial

Tahap realitas sosial melibatkan unsur-unsur subjektif yang muncul dari


pemikiran manusia, misalnya opini, persepsi, atau ide-ide tertentu. Dikutip dari
Sosiologis, dua pakar sosilogi Peter Berger dan Thomas Luckmann mengungkapkan
ada 3 tahap mengonstruksikan sebuah realitas/kenyataan, yaitu:
1. Eksternalisasi
Proses munculnya ide-ide dari pemikiran manusia. Ide-ide ini kemudian eksis di
kehidupan sosial.
2. Objektifikasi
Ide-ide yang muncul dari proses eksternalisasi kemudian dipersepsikan menjadi
sebuah kenyataan. Ide-ide tadi disepakati (konsensus), mengalami proses interaksi
sosial, lalu berlangsung secara berulang (habituasi).
3. Internalisasi
Ide awal yang mengalami proses objektifikasi dan dianggap sebagai kenyataan,
kemudian diserap dan dipahami oleh manusia sebagai sebuah pengetahuan. Dengan
demikian, realitas atau kenyataan yang diketahui oleh manusia sebenarnya juga
muncul dari ide dan persepsi manusia itu sendiri.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pakar sosiologi W. I. Thomas. Thomas
menyebutkan bahwa realitas sosial adalah definisi yang dibuat terhadap sebuah situasi.
Jadi, realitas atau apa pun yang dianggap sebagai kenyataan sebenarnya adalah hasil
dari persepsi atau interpretasi kita sendiri.
Strategi pembelajaran sangat dibutuhkan agar proses belajar mengajar dapat
tercapai dengan optimal sesuai dengan yang direncanakan. Pendidik sebagai orang
terdekat dengan kehidupan anak di luar lingkungan keluarga memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Prinsip-
prinsip pembelajaran Taman Kanak Kanak adalah berorientasi pada tujuan, aktivitas,
individualitas, integritas, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, motivasi.
Sedangkan model-model pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak adalah:
model pendekatan Montesori, model pendekatan bank Street, model pendekatan
HighScope, model pendekatan kurikulum Kreatif, model pendekatan Regio Emillia.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses
pembelajaran. Berdasarkan proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi
yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan seharihari. Akibatnya
Ketika anak didik kita lulus dari kehidupan sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan
tetapi mereka miskin aplikasi. Untuk mengaplikasikan hasil belajar, guru sebagai
pendorong utama dan pelaksana kegiatan belajar, harus memiliki kemampuan
mengembangkan strategi pembelajaran (Jansen, 2010).
Suasana dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui aktifitas belajar yang lebih aplikatif. Pembelajaran bagi anak
usia dini, lebih banyak aktifitas uji coba, bermain sambil belajar seperti halnya bermain
peran, dan kegiatan stimulatif lainnya. Peran guru sangat menentukan dalam kegiatan
pembelajaran, karena guru merupakan motivator dan penyampai ilmu pengetahuanatau
informasi kepada anak didik sehingga anak didik mendapatkan pengalaman dan
pengayaan dirinya sendiri. Untuk memberikan pengayaan kepada anak didik, sebaiknya
guru harus mempunyai langkah yang tepat agar pembelajaran mencapai hasil yang

Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022 333


Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3

diharapkan. Guru sebagai sumber belajar merupakan kunci utama atas keberhasilan
anak didik sebagai pembelajar. Peran guru sangat penting karena berkaitan erat dengan
penguasaan materi belajar atau kurikulum pada umumnya. Apapun yang ditanyakan
anak didik tentang materi belajar, guru harus memiliki keyakinan untuk menjawabnya
sehingga anak didik dapat memperoleh informasi yang memadai. Oleh karena itu,
strategi pembelajaran sangat dibutuhkan agar proses belajar mengajar dapat tercapai
dengan optimal sesuai dengan yang direncanakan Pendidik sebagai orang terdekat
dengan kehidupan anak di luar lingkungan keluarga memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Oleh karena itu,
mengenali dan memahami sifat anak merupakan bekal yang sangat berharga bagi
pendidik agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi dan
metode yang tepat dalam setiap kegiatan belajar (bermain) yangdiselenggarakan, sesuai
dengan usia, tahap perkembangan, kebutuhan, minat belajar anak.
Berdasarkan konsep pendidikan menurut undang-undang tersebut, maka
sedikitnya ada empat hal yang perlu dicermati lebih lanjut (Mutiah, 2010).
Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, berarti proses pendidikan di
lembaga-lembaga belajar atau sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal,
tetapi proses yang bertujuan sehingga segala aktivitas belajar yang dilakukan guru dan
anak didik diarahkan pada pencapaian tujuan.
Kedua, proses pendekatan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran yang harus dimaknai oleh anak didik bahwa belajar harus
memperoleh hasil dan manfaatnya yang berjalan secara seimbang untuk menempuh
menjadi manusia yang berkembang secara utuh.
Ketiga, suasana pembelajaran diarahkan agar anak didik dapat mengembangkan potensi
dirinya, hal ini berarti proses pendidikan harus berorientasi pada pembelajaran berpusat
pada anak.
Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia,
keterampilan sosialisasi dengan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian
proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau
intelektual, dan pengembangan keterampilan.
Dari data sesuai penelitian maka dapat dipaparkan Strategi Pengelolaan Taman Kanak-
Kanak sebagai berikut:
1. Strategi Guru dalam Pengelolaan Kelas
Strategi yang telah guru lakukan memang sudah sangat baik, karena dapat
dilihat dari keseharian saat proses belajar mengajar dan pengelolaan kelas yang guru
lakukan untuk peserta didik baik dari segi penataan sarana dan prasarana,
mengkoordinasi peserta didik, memberikan penghargaan kepada peserta didik yang
saat proses belajar mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh guru.
Joni (1983) mengemukakan bahwa yang dimaksud strategi guru adalah suatu
prosedur yang digunakan guru untuk 5 memberikan suasana yang konduktif kepada
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang kreatif akan
terus bisa mempertahankan kondisi kelasnya agar peserta didik tidak merasa bosan
saat berada di dalam kelas, dan akan terus dilakukan secara terarah dan secara
disiplin yang baik untuk peserta didik. Strategi ini akan terus dilakukan agar peserta
didik merasa nyaman, mendapatkan perhatian, menyatu dengan gurunya, guru dapat
memberikan contoh yang positif untuk bekal peserta didik kedepannya. Karena
dalam mengatasi peserta didik saat didalam kelas terutama dilingkungan sekolah

334 Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Realitas Sosial

perlu memerlukan strategi yang benar-benar sangat baik untuk peserta didik, agar
peserta didik merasa mandiri, bertanggungjawab dan disiplin saat berada jauh dari
orang tuanya, apalagi peserta didik memulai jiwa sosialnya dimulai dari sedini
mungkin, sehingga peserta didik mempunyai rasa percaya diri yang sangat kuat,
berani dalam bersosialisasi dengan orang lain dan mempunyai bekal yang lebih baik
lagi untuk kedepannya.
2. Fasilitas yang Mendukung Kebutuhan Peserta Didik
Dapat dilihat dari segi prasarana sudah sangat lumayan baik, dilihat dari segi
bangunan ruang kelas yang baik, nyaman, tidak membahayakan dan dinding yang
menarik bagi peserta didik dan untuk dari segi sarananya alat tulis, buku, kursi, meja
dan alat mainan di dalam kelas sudah lumayan baik juga walaupun masih ada
kekurangan.
Di dalam Kelas Menurut Mariyana Rita (2005) berpendapat untuk merefleksi
selera peserta didik saat berada didalam kelas, guru perlu mengasah kepekaan
secara terus-menerus. Ini akan dilakukan guru secara terus menerus agar selalu
kreatif sehingga menimbulkan rasa nyaman, menyenangkan dan bisa membuat
peserta didik merasa masuk ke dalam dunianya yaitu dunia anakanak yang indah.
Dalam berinteraksi dengan peserta didik, guru tentunya sudah mempunyai bekal
yang sangat baik dalam hal penataan sarana dan prasarana didalam kelas, penataan
ini tentunya akan sangat berpengaruh dalam perkembangan peserta didik, seperti
gambar-gambar, warna, tulisan, mainan, bentuk-bentuk. Karena penataan yang
terdapat didalam kelas mempunyai bekal pengetahuan yang lebih bagi peserta didik
untuk kedepannya.
3. Sistem Penataan Sarana dan Prasarana Kelas
Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti sudah melihat secara
langsung sistem penataan sarana dan prasarananya sudah sangatmemuaskan,
tersusun secara rapi dan beraturan sehingga memudahkan peserta didik untuk
menjangkaunya, dilihat dari lemari dimana di dalamnya sudah tersimpan rapi
barang-barang yang diperlukan di dalam kelas, seperti mainan kelas yang tersimpan
didalam ranjang, buku yang tersusun rapi, penempatan krayon, lem, pencuci tangan
dan pengelap tangan, tisu, pengepel, tempat sampah dan penyapu yang secara baik
di tata untuk mempermudah jangkauan baik peserta didik maupun guru.
4. Strategi Guru Mengkoordinasi Perkembangan Sosial Peserta Didik
Untuk melakukan strategi seperti ini guru harus lebih giat lagi, karena proses
mengajak peserta didik untuk bersosialisasi tidaklah mudah harus menggunakan
pendekatan, komunikasi yang lebih, dan membujuk peserta didik agar mau
bersosialisasi dengan orang lain.
Menurut Mulyasa (2012) pengelolaan kelas merupakan penataan ruangan
maupun pengorganisasian peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan program yang
direncanakan akan membantu pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta tujuan pembelajaran secara optimal. Sistem penataan ini sengaja guru lakukan
untuk membantu segala aktivitas yang berhubungan dengan peserta didik saat di
dalam kelas, sehingga apa yang telah guru inginkan untuk perkembangan sosial
peserta didikpun dapat terpenuhi secara maksimal, 6 seperti kursi untuk peserta
didik duduk, meja untuk menulis atau makan, rak penyimpanan tas sehingga
penyimpanan tas secara teratur, pensil, penghapus, mainan di dalam kelas, buku-
buku yang berhubungan dengan proses pembelajaran, sabun pencuci tangan, papan

Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022 335


Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3

tulis, dinding yang menarik dengan berbagai tempelan yang bermanfaat untuk
peserta didik dan kelas yang strategis.
5. Tindakan Guru&Sikap Proaktif Kepada Elemen Sekolah Taman Kanak-
Kanak.
Tidak akan bisa mengembangkan jiwa sosial peserta didik hanya dengan
waktu tiga setengah jam saja tanpa bantuan orang tua, untuk itu kami sebagai guru
akan terus memberikan arahan kepada orang tua agar dapat membantu
mengembangkan jiwa sosialisasi peserta didik misalnya orang tuamemberikan
motivasi bahwa peserta didik harus berani untuk bersosialisasi dengan orang lain,
sering mengajak peserta didik untuk bermain bersama-sama teman-temannya tanpa
membatasi peserta didik dan orang tua harus memberikan pengertian kepada peserta
didik seperti melepaskan peserta didik untuk bermain diluar tanpa memarahi peserta
didik untuk bergaul dengan orang lain.
Menurut Ambron, 1981 mengenai usaha orang tua dalam perkembangan
sosial salah satunya adalah mengembangkan keterampilan interpersonal, motivasi,
perasaan, dan perilaku dalam berhubungan dengan orang lain. Sikap ini akan guru
lakukan secara terus menerus kepada semua elemen yang berhubungan dengan
kebutuhan dan perkembangan peserta didik, sehingga ada kerja sama yang sangat
erat dalam melahirkan peserta didik yang bertanggung jawab dan patuh terhadap
peraturan.
6. Pendekatan-pendekatan Guru Lakukan dalam Mengatasi Perkembangan
Sosial Peserta Didik.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lihat secara langsung dilapangan,
pendekatan yang guru lakukan saat mengatasi perkembangan sosial peserta didiknya
dengan cara membuat lingkaran, kelompok dan individu. Ini sengaja guru lakukan
untuk perkembangan peserta didiknya, agar peserta didik yang saat didalam kelas
ada yang menangis, peserta didik yang tidak mau ditinggal orang tuanya bisa
bergaul, belajar, bermain bersama teman-temannya.
Menurut Susanto Ahmad (2011) perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Pendekatan perkembangan sosial ini sudah pasti akan guru lakukan secara terus
menerus, karena dalam behubungan dengan orang lain, peserta didik akan terus
melakukan interaksi baik secara komunikasi maupun secara fisik sehingga akan
terjalin kerja sama yang baik untuk kedepannya.
A. Brand Image yang baik membuat orangtua murid memilih menyekolahkan anak
mereka pada Taman Bermain/TK.
Kesadaran orangtua terhadap pendidikan anak sejak dini semakin meningkat.
Seiring berkembangnya zaman, orangtua dituntut menjadi orangtua masa kini yang
harus memiliki strategi khusus bagi masa depan anak-anaknya. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya perhatian yang diberikan pada pemilihan pendidikan anak.
Dalam hal memilih pendidikan orangtua melihat kriteria khusus misal dengan
penilaian Brand Image.
Setiap orangtua tentu ingin menyekolahkan anak di tempat terbaik, namun
memilih sekolah "terbaik" sering kali menempatkan orangtua pada dilema harus
memilih sekolah yang mana.Artinya, kebutuhan setiap anak bisa berbeda sehingga
sekolah favorit di kota belu Setiap anak merupakan sebuah anugerah bagi orangtua

336 Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Realitas Sosial

di dunia. Hal ini dibuktikan dengan setiap orangtua memberikan dan berusaha yang
terbaik untuk anak-anakya, tak terkecuali dalam hal pendidikan. Pendidikan yang
pertama bagi anak adalah keluarga sebagai pembentuk karakter, sifat dan sikap anak
sebelum mereka mendapatkan pendidikan formal. Akan tetapi orangtua memiliki
keterbatasan dalam mendidik anak-anaknya, sehingga tanggung jawab pendidikan
diserahkan pada sekolah. Orangtua memiliki peran yang dominan 3 dalam
pendidikan anak, karena orangtua merupakan orang yang paling mengerti kebutuhan
akan pendidikan anak dan serta kebutuhan akan perkembangan anak. Tugas dari
orangtua mengarahkan anaknya untuk memilih sekolah yang baik dan sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Arahan orangtua juga berfungsi untuk memberikan
penilaian terhadap sekolah yang akan dipilih. Hal ini agar orangtua tidak salah
memilihkan sekolah dan anak tidak tertekan dengan arahan orangtua. Pengaruh
orangtua tersebut bersumber dari motivasi orangtua untuk memilih sekolah anak
tentu ideal bagi anak.
Seiring dengan perkembangan zaman, orangtua dituntut menjadi orangtua
masa kini yang harus memiliki strategi khusus bagi masa depan anak-anaknya.
Orangtua ingin melihat anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri, hebat dan
sukses bagi orang-orang terdekatnya. Tersedianya beberapa jenis dan model tempat
pendidikan anak serta sekolah yang memiliki berbagai fasilitas unggulan
memudahkan orang tua dalam memilih sekolah untuk anak-anak mereka. Sekolah
yang sesuai dengan apa yang para orangtua harapkan demi menunjang
perkembangan dan pertumbuhan anak.
Sebuah predikat sekolah negeri dan swasta menjadi bahan pertimbangan/
sebagai kriteria orangtua dalam memilih sekolah yang baik. Karena predikat sekolah
menentukan biaya oprasional dan pelayanan dari sekolah masingmasing. Misalnya,
sekolah negeri biaya relatif terjangkau dengan fasilitas sekolah yang baik dan sarana
dan prasarana sesuai dengan standar. Tak hanya predikat, lokasi sebuah sekolah
menjadi kriteria pemilihan sekolah yang berikutnya, lokasi sekolah yang baik adalah
sekolah tidak berada di pinggir jalan raya karena, kegiatan belajar anak dapat
terganggu dengan kebisingan kendaraan yang melewati depan gedung sekolah. Arus
globalisasi dan modernisasi yang semakin berkembang membuat orangtua peduli
akan kondisi anak-anak mereka. Para orangtua sadar anak-anak tidak cukup hanya
diberikan pendidikan intelektual saja melainkan di imbangi dengan pendidikan
religius. Hal ini menjadi dasar orangtua memilih sekolah yang berbasis agama/
religius untuk anak.
Berikut sejumlah tips memilih sekolah yang ideal bagi anak, melansir Sahabat
Keluarga Kemendikbud:
1. Libatkan anak dalam memilih
Melibatkan anak ketika memilih sekolah merupakan langkah penting. Orangtua
perlu memahami bahwa yang nantinya bersekolah adalah anak. Kondisikan agar
proses mencari sekolah dasar tidak menjadi beban berat bagi si anak, melainkan
menjadi proses belajar yang menyenangkan. Lalu bagaimana jika ternyata pilihan
anak jatuh pada sekolah yang menurut orang tua kurang sesuai? Di sinilah diskusi
antara anak dan orangtua diperlukan.
2. Memiliki program yang terukur dan realistis
Banyak ahli yang mengingatkan, sekolah yang memiliki kualitas baik tentu saja
memiliki visi dan misi yang jelas, terukur dan realistis. Pernyataan visi dan misi ini
dapat dipotret dari beberapa aspek nilai (value) yang ditonjolkan sekolah, antara lain

Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022 337


Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3

nilai keagamaan, akademis, karakter, perilaku, kecakapan hidup, kemandirian dan


nilai kewirausahaan (entrepreneurship).
3. Tidak hanya prestasi akademis
Tidak sedikit orangtua yang saat ini masih memandang aspek akademis menjadi
pertimbangan pertama dalam memilih sekolah. Maka, tidak mengherankan jika
banyak orang tua yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan sekolah dengan
prestasi akademik tinggi. Kemendikbud menyarankan baiknya orangtua tidak lagi
terjebak pada istilah-istilah sekolah favorit, unggulan, tambahan, akselerasi, standar
internasional dan label-label "wah" lainnya. Sekolah yang baik adalah sekolah yang
mampu menggali, menemukan, mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh
potensi atau kecerdasan majemuk peserta didiknya, tidak hanya pada hanya pada
aspek kognitif saja atau academic minded.
4. Peran Guru
Kurikulum yang ideal adalah penting, tetapi yang lebih penting yang
menjalankannya, yaitu guru.
Guru adalah ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi
penerus yang didambakan. Apalah artinya kurikulum yang ideal jika tidak didukung
oleh pelaksananya, yaitu sumber daya manusia yang cakap.
Maka tidak heran, jika pemerintah terus-menerus berusaha meningkatkan
kompetensi guru melalui berbagai program, antara lain penataran, beasiswa
pendidikan dan program sertifikasi guru. Maka, pilihlah sekolah dengan guru-guru
yang memesona dan menginspirasi. Tidak hanya tampilan fisik mereka, tetapi
perkataan, sikap dan perilaku yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan efektif.
5. Kurikulum
Kurikulum orangtua dan calon siswa disarankan untuk benar-benar jeli dan teliti
dalam memilih sekolah, terutama pertimbangan dari sisi kurikulum yang diterapkan
sekolah tersebut. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah
juga perlu dicermati, dalam konteks apakah kegiatan tersebut dapat mengoptimalkan
bakat, minat dan potensi peserta didik. Baca juga: Ingin Anak Gemar Matematika?
Kenalkan Konsep, Tak Sekadar Rumus Walaupun penerapan kurikulum ini sudah
diatur dan diseragamkan pemerintah, tetapi penyelenggara pendidikan dapat
melakukan modifikasi-modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi sekolah
(kekayaan lokal), lingkungan, dan kebutuhan masyarakat. Di masa pandemi,
orangtua dapat menilai apakah sekolah tersebut mampu memenuhi kebutuhan anak
di luar akademis meski pembelajaran dilakukan online, misalnya kebutuhan untuk
tetap beraktivitas fisik, kebutuhan untuk mengonsumsi makanan sehat, kebutuhan
membentuk karakter baik dan sebagainya.
6. Lokasi
Lokasi Meski saat ini pembelajaran masih dilakukan secara daring,
mempertimbangkan lokasi atau jarak dari rumah ke sekolah tetap menjadi hal
penting. Jangan sampai energi anak menjadi terbuang di jalan. Bisa dibayangkan
seorang anak harus bangun pagi-pagi sekali karena letak sekolahnya yang jauh.
Baca juga: Beasiswa Belajar Data Science dari DQLab UMN, Terbuka untuk
Umum Tentu ia pulang dalam keadaan lelah karena jarak yang ditempuhnya
memakan waktu yang lama. Belum lagi jika terjadi kemacetan lalu lintas, yang bisa
mengakibatkan anak sering terlambat pulang maupun masuk sekolah.
7. Pertimbangkan pendidikan agama

338 Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Realitas Sosial

Melalui pendidikan agama yang cukup, diharapkan para peserta didik akan memiliki
kesadaran dan pemahaman yang benar mengenai tugas, peran dan tanggung
jawabnya sebagai hamba Tuhan, sebagai anak, sebagai siswa dan sebagai anggota
masyarakat. Dalam implementasinya, anak mampu menghargai orang lain dengan
segala perbedaan serta mampu memilah dan memilih kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat dan yang tidak bermanfaat. Sehingga, porsi pendidikan agama yang
diterapkan oleh suatu sekolah hendaknya menjadi bahan pertimbangan penting
orang tua dan anak dalam memilih sekolah.
8. Sarana dan Prasarana Sekolah
Diibaratkan sebagai rumah kedua bagi anak-anak, sehingga sekolah yang baik
mampu memenuhi kebutuhan siswa. Sehingga, komponen pendidikan yang tak
kalah penting adalah sarana dan prasarana yang mendukung. Mulai dari bangunan
fisik, ruang kelas, taman, perpustakaan, laboratorium, sarana olah raga dan kesenian,
arena bermain, kantin, perlengkapan kelas, sampai dengan alat peraga edukasi yang
dimiliki.
Jika sekolah sudah memiliki kriteria diatas diyakini akan menimbulkan Brand Image
yang baik bagi sekolah. Komponen-kompenen tersebut.
Berdasarkan fakta di lapangan beberapa orangtua memilih sekolah anak tanpa
melihat kriteria khusus, mereka memilih sekolah dengan alasan yang terpenting anak
mempunyai kemauan untuk sekolah, dan anak merasa senang. Banyak orangtua
berpendapat bahwa sekolah pada intinya sama saja bedanya hanya pada cara yang
dipilih sekolah masing-masing dalam memberikan pelayanan pendidikan pada anak.
Orangtua lain berpendapat biaya pendidikan anak tidak menjadi masalah, karena
mereka sadar bahwa semakin tinggi biaya yang sekolah tercermin dari fasilitas dan
output yang diberikan sebuah sekolah.
Segala upaya harus dilakukan orangtua agar anaknya segala kemampuan,
keterampilan dan potensi yang ada dalam diri anak agar dapat tersalurkan dan memiliki
wadah agar semua potensi dalam diri anak dapat dikembangkan sesuai dengan tahap
perkembangan dan pertumbuhanya. Bimbingan orangtua dari segi mental, psikologi,
jasmani dan rohani akan membantu perkembangan anak secara menyeluruh. Apalagi
seorang anak yang masih menggantungkan diri pada orangtua.
Berdasarkan proses pendidikan orangtua harus pandai memilih sarana pendidikan
yang tepat bagi anak. Dilihat dari kemampuan dan kebutuhan yang diperlukan untuk
masa depan anak agar tidak terjadi pemaksaan pada mereka. Beberapa faktor dapat
menjadi dorongan orang tua untuk memilih sekolah yang tepat untuk anak mereka. Pada
hakikatnya orangtua terdorong oleh faktor yang ada pada anak maupun pada diri
individu (orangtua) itu sendiri. Dorongan atau motivasi orangtua menjadi tolak ukur
bagaimana orangtua harus memutuskan suatu hal yang cocok dan terbaik untuk anak.
Dengan adanya promosi dan daya tarik maka akan lebih mudah membangun citra
sekolah dengan jaminan kualitas & prestise akan membuat sekolah mudah diingat karna
masyarakat telah mengenalnya.
4 Cara Membangun Brand Image Bisnis Agar Lebih Dikenal Publik
Membangun Brand Image menjadi kunci penting agar bisnis Anda tetap bisa
bertahan di dalam lingkungan persaingan bisnis. Kompetitor akan dengan mudah dan
tidak segan untuk mengambil perhatian pelanggan jika Anda menciptakan Brand
Image yang lemah.

Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022 339


Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3

Cara terbaik untuk membangun dan memelihara Brand Image secara efektif adalah
melalui pendekatan multidisiplin yang menggabungkan unsur berbagai instrumen media
sebagai objek dalam ekosistem digital atau online dengan kiat pemasaran Anda sebagai
subjeknya.
Persyaratan-persyaratan berikut ini harus dipenuhi saat ingin mengembangkan Brand
Image Organisasi/Sekolah sebagai berikut:
1. Identifikasi Target Pelanggan Anda
Langkah pertama adalah dengan mengidentifikasi target pelanggan. Kita bisa
menentukan target pelanggan berdasarkan umur, behaviour, lokasi geografis dan
budaya sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Penting untuk menentukan target
pelanggan secara spesifik.
Perlu mengetahui kelompok-kelompok pelanggan yang akanditargetkan untuk
menyusun strategi pemasaran yang efektif. Sehingga bisa menyediakan langsung
kebutuhan dan menjawab segala permasalah pelanggan.
2. Tentukan Tujuan Akhir Bisnis
Ibaratnya, kita harus tahu ke arah mana berjalan untuk sampai ke tempat tujuan.
Membangun Brand Image tanpa mengetahui tujuan, baik secara jangka pendek
maupun jangka panjang akan menyebabkan ketidakefektifan usaha pemasaran dan
berpotensi mengakibatkan pemborosan sumber daya.
3. Tentukan Brand Persona Anda
Setelah menentukan target pelanggan dan tujuan akhir bisnis, dapat mulai
membangun persona merek/brand. Persona ini yang akan membentuk citra
atau Image dari brand suatu organisasi. Persona yang dciptakan harus bisa menarik
perhatian pelanggan dan mengartikulasikan pembeda produk sendiri dengan produk
milik kompetitor.
Pasalnya, persona merek mendefinisikan Brand Image, penting untuk membuatnya
tetap sederhana dan relevan dengan target pelanggan dan tujuan.
4. Kembangkan Pesan Utama Pemasaran Anda
Setelah mendefinisikan persona brand, dokumentasikan dan informasikan pesan
utama pemasaran serta sesuaikan dengan target pelanggan. Pesan-pesan utama
pemasaran akan menjadi hal yang paling penting agar pelanggan atau calon
pelanggan berminat untuk mengenal dan memilih brand bisnis.
Pesan tersebut harus menggabungkan aspek-aspek unik dari brand, nilai tambah
yang melebihi ekspektasi pelanggan, dan sentuhan pribadi (personality).
Setelah menggali dan meletakkan fondasi untuk citra merek Anda melalui
persyaratan-persyaratan di atas, dapat meningkatkan aktivitas promosi untuk
menjaring lebih banyak pelanggan. Tiga instrumen yang diperlukan untuk
mempromosikan brand meliputi:
a) Public Relation (PR)
Posisi PR bisa terbilang sebagai sub-divisi pemasaran bisnis. PR akan
menyebarkan pesan utama pemasaran dan Press Release bisnis Anda lewat media
seperti blog online, media cetak, dan media online lainnya. Dengan memposisikan
organisasi/perusahaan sebagai pemimpin dan ahli (expert) dalam bidang yang
bisnis yang digeluti melalui berbagai pemberitaan, jasa PR dapat
meningkatkan Brand Image bisnis menjadi terkenal di masyarakat.
b) Konten Pemasaran

340 Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Realitas Sosial

Konten adalah bahan bakar yang mendorong aktivitas pemasaran dengan aktivitas
pemasaran digital atau online (Romindo et al., 2019). Untuk meningkatkan
profil brand, Anda harus membuat dan mengunggah berbagai video (Budianto &
Ardianto, 2015), artikel kontribusi, dan konten serupa yang terkait dengan bidang
atau jenis bisnis.
Konten pemasaran bisa diintegrasikan dengan fitur SEO (Search Engine
Optimization) yang akan membuat konten terpampang di halaman pertama di
laman Search Engines (misal: Google, Yahoo, dan lainnya).
c) Media Sosial
Media sosial adalah instrumen yang lumayan efektif digunakan khususnya di era
sekarang ini untuk berbagi informasi dan pesan pemasaran yang relevan dengan
bidang atau jenis bisnis. Media sosial juga menjadi sarana interaksi bisnis
dengan pelanggan dan atau influencer.
Berdasarkan aktivitas dan pengemasan akun media sosial yang menarik, ini akan
meningkatkan traffic pelanggan dan tentunya Brand Image bisnis Anda dengan calon
pelanggan atau pelanggan reguler Anda.
Dengan memenuhi persyaratan-persyaratan dan menggunakan instrumen media
seperti yang disebutkan di atas (Syahputro, 2020), bisa dipastikan Brand Image bisnis
Anda akan dikenal secara luas oleh publik (Rondonuwu, 2018) dan mereka tidak akan
segan untuk memilih bisnis Anda di antara para kompetitor lain (Aziz, 2021).

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu
pengelolaan/manajemen sekolah merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya
sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pengerahan tindakan, dan pengendalian) untuk
mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien, usaha dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan Taman Kanak-Kanak salah satunya adalah perlunya suatu sistem
administrasi yang mantap. Administrasi merupakan salah satu komponen instrumental
dalam proses pendidikan yang berperan mengelola semua komponen yang mendukung
terjadinya proses belajar, suasana dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya melalui aktifitas belajar yang lebih aplikatif.
Pembelajaran bagi anak usia dini, lebih banyak aktifitas uji coba, bermain sambil belajar
seperti halnya bermain peran, dan kegiatan stimulatif lainnya. Peran guru sangat
menentukan dalam kegiatan pembelajaran, karena guru merupakan motivator dan
penyampai ilmu pengetahuanatau informasi kepada anak didik sehingga anak didik
mendapatkan pengalaman dan pengayaan dirinya sendiri, strategi pengelolaan Taman
Kanak-kanak memperhatikan aspek: 1) Strategi Pengajar dalam pengelolaan sekolah; 2)
Fasilitas yang mendukung kebutuhan sekolah; 3) Sistem Penataan Sarana dan Prasarana
Sekolah; 4) Pendekatan antara Pendidik dan Murid serta orangtua murid dalam
mengatasi perkembangan sosial, pemilihan sekolah yang sesuai tentunya tidak terlepas
dari peranan orangtuayang mana mengarahkan anaknya untuk memilih sekolah yang
baik dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Sesuai dengan Brand Image yang
baik di masyarakat. Arahan orangtua juga berfungsi untuk memberikan penilaian

Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022 341


Yasmin Faradiba1*, Yudrik Jahja2 dan Awaliyatun Khasanah3

terhadap sekolah yang akan dipilih. Hal ini agar orangtua tidak salah memilihkan
sekolah dan anak tidak tertekan dengan arahan orangtua. Pengaruh orangtua tersebut
bersumber dari motivasi orangtua untuk memilih sekolah anak tentu ideal bagi anak,
cara terbaik untuk membangun dan memelihara Brand Image secara efektif adalah
melalui pendekatan multidisiplin yang menggabungkan unsur berbagai instrumen media
sebagai objek dalam ekosistem digital atau online dengan kiat pemasaran organisasi
sebagai subjeknya, berdasarkan aktivitas dan pengemasan akun media sosial yang
menarik, ini akan meningkatkan pelanggan dan tentunya Brand Image sekolah akan
semakin baik dan meningkat, meningkatkan lagi promosi dan daya tarik akan lebih
mudah membangun citra sekolah dengan jaminan kualitas dan prestise akan lebih
mudah diingat oleh masyarakat. Misal dengan diadakan pameran untuk
memperkenalkan sekolah dan mampu memenuhi kebutuhan dan menjawab segala
permasalahan kepada orangtua murid.

342 Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022


Strategi Pengelolaan Sekolah di Taman Kanak-Kanak Melalui Realitas Sosial

Bibliografi

Aziz, Rifqi. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persaingan Dan Pertumbuhan


Pasar: Pemimpin, Pesaing, Pengikut, Nicher (Suatu Literature Review). Jurnal
Ilmu Manajemen Terapan, 2(4), 418–441.
Budianto, Jesslyn, & Ardianto, Deny Tri. (2015). Video Company Profile Wonderee
Decoration. Jurnal DKV Adiwarna, 1(6), 12.
Dini, DPAU. (2014). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Diknas.
Hadijaya, Yusuf. (2015). Pengembangan Kurikulum Integratif Pendidikan Dasar dan
Menengah Menuju Pembelajaran Efektif Sebuah Analisis Kritis. Jurnal Tarbiyah,
22(2).
Hasyim, Abdul Wahid, & Haryono, Pauzan. (2019). Jamiat Kheir dan Al-Irsyad:
Kajian Komunitas Arab dalam Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad XX di
Jakarta.
Kholisotin, Lilik. (2019). Sejarah Perkembangan TK Aisyiah Bustanul Athfal (TK
ABA) Di Kabupaten Katingan. Jurnal Hadratul Madaniyah, 6(2), 16–28.
Mubarok, Ade Ahmad, Aminah, Siti, Sukamto, Sukamto, Suherman, Dadang, &
Berlian, Ujang Cepi. (2021). Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan di
Indonesia. Jurnal Dirosah Islamiyah, 3(1), 103–125.
Muhardi, Muhardi. (2004). Kontribusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas bangsa
Indonesia. Mimbar: Jurnal Sosial Dan Pembangunan, 20(4), 478–492.
Nurhayati, Eti. (2018). Psikologi pendidikan inovatif (Vol. 2). Pustaka Pelajar.
Qamar, Nurul, Syarif, Muhammad, Busthami, Dachran S., Khalid, Hasbuddin, Rezah,
Farah Syah, & Muzakkir, Abd Kahar. (2018). Menguak Nilai Kearifan Lokal Bugis
Makassar: Perspektif Hukum dan Pemerintahan. CV. Social Politic Genius
(SIGn).
Romindo, Romindo, Muttaqin, Muttaqin, Saputra, Didin Hadi, Purba, Deddy
Wahyudin, Iswahyudi, M., Banjarnahor, Astri Rumondang, Kusuma, Aditya Halim
Perdana, Effendy, Faried, Sulaiman, Oris Krianto, & Simarmata, Janner. (2019). E-
Commerce: Implementasi, Strategi dan Inovasinya. Yayasan Kita Menulis.
Rondonuwu, Sintje. (2018). Peran Public Relations Terhadap Meningkatkan Citra
Perusahaan Pt. Trakindo Manado. Jurnal Administrasi Publik, 3(42).
Syahputro, Eko Nur. (2020). Melejitkan Pemasaran UMKM melalui Media Sosial.
Caremedia Communication.
Syifauzakia, M. Pd, Ariyanto, Bambang, & Aslina, Yeni. (2021). Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Literasi Nusantara.
Untara, I. Made Gami Sandi, & Somawati, Ayu Veronika. (2020). Internalisasi
Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam Keluarga Hindu Di Desa Timpag
Kabupaten Tabanan. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 333–358.
Wulanjani, Arum Nisma, & Anggraeni, Candradewi Wahyu. (2019). Meningkatkan
minat membaca melalui gerakan literasi membaca bagi siswa sekolah dasar.
Proceeding of Biology Education, 3(1), 26–31.

© 2021 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and
conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).

Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol. 03 No. 03 Maret 2022 343

Anda mungkin juga menyukai