Anda di halaman 1dari 6

PRINSIP GIZI SEIMBANG

Gizi seimbang adalah susunan asupan makanan sehari-hari yang jenis dan
jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemenuhan zat gizi yang
diperoleh dari makanan sehari-hari harus memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan
mempertahankan berat badan normal guna mencegah masalah gizi.
Pada prinsipnya gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang merupakan upaya
untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk
dengan mengontrol berat badan secara teratur.
Adapun 4 (empat) pilar gizi seimbang tersebut, adalah:
a. Konsumsi makanan dengan beraneka ragam; 2)
b. Pola hidup aktif dan berolah raga;
c. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat
d. Menjaga berat badan ideal (Eka Dian Y, 2022).
Untuk mengoptimalkan penyampaian pesan gizi seimbang kepada masyarakat
maka diperlukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) yang tepat dan
berbasis masyarakat. Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan menggunakan
slogan Empat Sehat Lima Sempurna yang dimulai sejak tahun 1952, telah
berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian
merubah perilaku konsumsi masyarakat. Namun slogan tersebut sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi saat ini sehingga
perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang sesuai dengan sekarang.
Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi
pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban
ganda masalah gizi baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia
prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang
Anak balita merupakan anak berusia di bawah lima tahun dan dikelompokan
menjadi 2 kelompok besar, yaitu anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun) (Pritasari Damayanti D dkk, 2017). Kebutuhan zat gizi
balita mengalami peningkatan karena masih berada pada masa pertumbuhan
dan terjadinya peningkatan aktivitas fisik. Anak usia 2-5 tahun sudah
mempunyai kemampuan memilih makanan yang disukai. Selain itu, anak
balita sudah mulai sering keluah rumah sehingga rentan terkena penyakit
infeksi (Ernawati Naya dkk, 2022).
Kebutuhan zat gizi anak usia 2-5 tahun terus meningkat karena masih berada
pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitas fisik yang tinggi. Pada masa ini
anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk
makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus
mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama
dalam “memenangkan” pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi
seimbang. Disamping itu anak pada usia balita sudah mulai terpapar dengan
lingkungan di luar rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan
kecacingan. Oleh karena itu perilaku hidup bersih dan sehat perlu dibiasakan
untuk upaya pencegahan terhadap risiko penyakit infeksi atau menular
(Kementerian Kesehatan RI, 2014) & (BPOM RI, 2013).
Balita adalah kelompok usia yang memiliki risiko tinggi mengalami masalah
kesehatan terutama masalah gizi. Pada masa ini balita memerlukan nutrisi
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan gizi guna mencapai tahapan tumbuh
kembang yang maksimal. Namun di sisi lain sistem pencernaan pada balita belum sempurna
mengalami perkembangan hingga anak usia ini membutuhkan penanganan dan pengolahan
makanan yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangannya baik secara kualitas dan kuantitas
(Pritasari Damayanti D dkk, 2017).

PENGELOLAAN BAHAN MAKANAN


Proses mengolah makanan merupakan proses penanganan bahan makanan dari mentah (dasar)
menjadi makanan yang siap untuk dikonsumsi. Pada proses mengolah makanan ini,
dapat melalui penerapan suhu ataupun tidak. Tujuan dilakukan proses ini agar
makanan menjadi lebih mudah dicerna, lebih aman untuk dikonsumsi,
meningkatkan cita rasa makanan, serta melengkapi kandungan gizi makanan.
Adapun Teknik Pengolahan Bahan Makanan seperti:
1. Pemanggangan
Pemanggangan adala proses memanaskan bahan makanan tanpa
menggunakan media penghantar panas. Tujuan pengolahan makanan
dengan memanggang yaitu untuk meningkatkan mutu makanan dan
menambah ragam makanan.
2. Perebusan
Perebusan merupakan proses memasak bahan makanan menggunakan
media air panas. Tujuan dilakukan teknik ini yakni untuk
mematangkan bahan makanan sampai didapatkan sifat organoleptik
yang diinginkan (aroma, rasa, warna, serta tekstur).
3. Penggorengan
Merupakan pengolahan bahan pangan dengan merendam bahan
makanan dalam minyak pada suhu diatas 100 derajat celcius. Tujuan
pengolahan teknik makanan dengan menggoreng adalah untuk
meningkatkan cita rasa makanan serta tekstur makanan sehingga
menjadi lebih kenyal dan renyah.
4. Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu pengolahan bahan organik menjadi
bentuk berbeda dengan menggunakan mikroorganisme terkontrol.
Tujuan dilakukan pengolahan dengan cara fermentasi yakni
mengurangi atau menghilangkan zat antinutrient, meningkatkan
nutrisi makanan, meningkatkan kesehatan, memperpanjang waktu
simpan, dan meningkatkan harga jual.
5. Pembekuan dan Pendinginan
Pembekuan dan pendinginan makanan merupakan pengolahan makan
dengan menyimpannya pada suhu rata-rata diatas titik beku pangan.
Suhu dipakai biasanya sekitar 1 derajat hingga-4 derajat celcius.
Tujuan dilakukan pengolahan makanan dengan cara ini adalah agar
kandungan bahan makanan terjaga dan tekstur yang diinginkan dapat
dicapai (Winarsih, 2018).
6. Makanan Kalengan
Merupakan metode mengawetkan bahan makanan yang dikemas
dengan baik (kedap air, udara, bakteri dan zat asing lain) pada wadah
makanan yang telah melalui proses sterilisasi. Proses ini mencegah
makanan menjadi busuk, perubahan jumlah air, kerusakan karena
proses oksidasi, serta adanya perbedaan rasa.

CARA PENGOLAHAN MAKANAN BALITA

1. Karbohidrat
Jangan terpaku pada nasi putih saja. Biasakan anak konsumsi beragam sumber karbohidarat,
seperti beras merah, kentang, ubi, singkong, mi, bihun maupun jagung.
Cara memasak:
a. Beras putih, ditanak atau ditim, yang penting, beras dimasak sampai matang dengan air
secukuppnya agar tergelatinasi sempurna (pulen).
b. Beras merah sebaiknya dicampur dengan beras putih agar pulen, karen beras merah
lebih keras.
c. Jagung direbus dengan sedikit air sekitar 10 menit, kemudian diolesi mentega, garam
dan gula
2. Protein
Bisa didapat dari daging-dagingan, ikan-ikanan, hati, udang, kerang, tempe dan tahu. Pilih
sumber protein yang mudah, murah, enak maupun berkualitas tinggi seperti telur.
Cara memasak:
a. Telur
Saat menggoreng jangan sampai warnanya kecokelatan karena kadar gizinya akan
berkurang. Yang terbaik, telur direbus sampai matang (7-8 menit) atau masak cepat
menggunakan sedikit minyak dan bisa dicampur dengan sayuran yang diiris halus.
b. Ayam
Cara terbaik adalah dikukus untuk campuran soto, ditumis sebagai campuran cap cay,
disup, digoreng sebentar setelah dibumbui (diungkep) atau digoreng sejenak menjadi
ayam pop. Jangan lupa, buang kulit ayam karena mengandung minyak jenuh.
c. Daging-dagingan
Protein pada daging justru harus dimasak dengan baik. Namun agar zat besi tidak
terbuang, jangan masak daging terlalu lama. Sebaiknya ditim atau ditumis, karena itu
potong tipis-tipis atau cincang. Berbagai olahan daging seperti bakso dan sosis,
proteinnya tidak sebaik daging segar.  Selain itu juga mengandung zat aditif sehingga
jangan terlalu sering dikonsumsi. Memasak bakso dan sosis sebaiknya ditumis, disup
atau sebagai campuran cap cay dan bihun goreng. Jangan digoreng karena akan
menambah kadar lemak yang sudah tinggi.
3. Vitamin Dan Mineral
Banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Semakin hijau waran sayuran, makin banyak
vitaminya. Semakin kuning, merah, atau biru warna daging buah, vitaminya semakin kaya. 
Cara memasak sayur :
a. Vitamin A,D,E,K (terdapat pada bayam, wortel, daun singkong, kangkung, kacang
panjang, katuk, sawi, jagung) larut dalam lemak. Jika dimasak bersama minyak goreng,
seperti ditumis, jangan terlalu lama sebab vitaminnya akan habis.
b. Vitamin C, B1, B2, B5, B12 (terdapat pada daun singkong, katuk, melinjo, sawi, kentang,
seledri, kucai, kacang panjang, kol. Tomat) larut dalam air, karena itu jika direbus atau
disup, jangan terlalu lama sebab vitamin akan habis.
c. Rahasia merebus sayuran: masukkan sayur saat air sudah mendidih, bubuhi garam,
angkat.
d. Direbus maupun ditumis, pastikan sayur masih berwarna hijau, segar dan batangnya
masih renyah.
e. Hampir semua sayuran, khususnya bayam, harus langsung dimakan setelah dimasak.
Jangan tunda lebih dari 2 jam. Selain vitaminnya rusak, dikhawatirkan ada reaksi kimia
yang menyebabkan sayur tidak layak dimakan.

  Cara mengolah buah:

a. Agar vitamin utuh sebaiknya buah dimakan langsung. Jika dijus, seratnya akan
hilang, jika disetup, vitamin berkurang saat dipanaskan. Diolah menjadi es buah baik,
tetapi kadar gula menjadi tinggi.
b. Beberapa buah akan lebih banyak vitaminnya jika dimakan dengan kulitnya, seperti
apel, pir dan anggur. Tetapi jika Anda khawatir terhadap sisa pestisida pada kulit
apel, sebaiknya dikupas saja.

MENU SEIMBANG UNTUK BALITA


Pada prinsipnya, balita harus mencukupi kebutuhan gizinya sehari-hari melalui beragam jenis makanan
dengan porsi yang seimbang. Anak harus mulai belajar untuk makan dan minum secara mandiri.

Makanan yang dapat dikatakan sehat dan bergizi seimbang terdiri dari lima kelompok makanan utama.
Setiap kelompok memiliki beragam zat gizi penting, termasuk vitamin dan mineral.

Berikut ini lima kelompok makanan dan porsi minimal yang dianjurkan, yakni:

1. Sayuran

Jumlahnya 3-5 porsi per hari. Satu porsi bisa terdiri dari satu cangkir dedaunan, ¾ cangkir jus
sayuran, atau ½ cangkir sayuran lain, dalam potongan mentah (seperti mentimun) atau dimasak.
2. Buah
Konsumsi 2-4 porsi per hari. Satu porsi bisa terdiri dari ½ cangkir buah potong, ¾ cangkir jus
buah, atau buah utuh ukuran sedang seperti apel, pisang, atau pir.
3. Karbohidrat
Saran penyajiannya yaitu 6-11 porsi per hari. Setiap porsi setara dengan satu potong roti, ½
cangkir nasi atau pasta, atau 30 gram serealia.
4. Protein
Konsumsi sebanyak 2-3 porsi, atau 60-90 gram daging merah, ayam, atau ikan per hari. Satu
porsi protein juga bisa terdiri dari ½ cangkir kacang-kacangan, satu buah telur, atau 4-6 sendok
makan selai kacang.
5. Susu dan Produk Olahannya
Si Kecil dapat mengonsumsinya 2-3 porsi per hari. Satu porsi bisa berupa satu cangkir susu atau
yoghurt, atau 45 gram keju. Konsumsi susu dibatasi maksimum 500 ml per hari.

Porsi makanan tersebut dibagi ke dalam tiga kali waktu makan utama dan dua kali camilan. Tak lupa
dengan memberikan 6-8 gelas air putih setiap harinya.

Untuk mencegah balita kekurangan zat besi, lakukan hal-hal berikut ini.

1) Konsumsi Makanan Kaya Zat Besi

Berikan asupan tersebut paling sedikit dua kali per hari. Zat besi yang tinggi bisa didapat dari
daging merah, diikuti daging unggas, ikan, hati ayam, dan hati sapi.

Sayuran hijau (bayam dan brokoli) juga kaya zat besi, namun hanya diserap sekitar 3-8
persen ketimbang sumber hewani yang diserap sebesar 23 persen.Bila perlu, pertimbangkan
untuk memberikan suplementasi zat besi. Tapi, tentunya Anda harus berkonsultasi dulu
dengan dokter anak.

2) Imbangi dengan Vitamin C


Konsumsi makanan kaya zat besi dengan asupan tinggi vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan
penyerapan zat besi tubuh hingga dua kali lipat. Tomat, brokoli, jeruk, jeruk limau, stroberi, dan
paprika bisa jadi pilihan sumber vitamin C yang baik.
3) Hindari Minum Susu atau Teh saat Makan Utama
Mineral kalsium pada susu dapat menghambat penyerapan zat besi. Begitu juga dengan teh yang
dapat memiliki efek yang sama seperti susu. Sebaiknya, susu dan teh diminum diluar waktu makan
utama.
Bergantung pada usia, ukuran tubuh, dan banyaknya aktivitas, balita membutuhkan 1.000-1.400
kalori per harinya.

pedoman pelatihan konseling PMBA tahun 2019

Kemenkes RI (2019) ‘PMK No 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan

Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia’. Jakarta: Kemenkes


RI.
Kemenkes, (2018). Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh
dan Sanitasi.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2021) ‘Laporan Kinerja
Kementrian Kesehatan Tahun 2020’, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2021, pp. 1–224.
Kementerian Kesehatan RI (2020a) Buku 3: Materi Inti Pelatihan Pencegahan
dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI (2020b) Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropomerti Anak.
Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI (2014) Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Seimbang,

Anda mungkin juga menyukai