Anda di halaman 1dari 16

PENGOLAHAN SKOR TES HASIL BELAJAR & ANALISA SOAL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan

Dosen Pengampu :
Ari Robianto, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Amilia Ramadhani (2086206078)

2. Alif Tafrijiyah Wilujeng (2086206092)

3. Fika Salsabila (2086206113)

4. Vina Maziyyatul ‘Ulya (2086206093)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang
telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Pengolahan skor tes hasil belajar & analisa soal dengan tepat waktu.
Laporan ini merupakan salah satu diskusi wajib bagi mahasiswa dalam
kegiatan perkulihan dan laporan ini dibuat guna memenuhi tugas menjadi
mahasiswa di Universitas Nahdlatul Ulama.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
banyak pihak, diantaranya:
Ari Robianto, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi
Pendidikan. Semua rekan yang terlibat dalam membuat makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Demikian yang kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Pasuruan, 28 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Tes Hasil Belajar 3

2.2 Langkah-Langkah Penyusunan Tes Hasil Belajar 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Definisi dari Tes Hasil Belajar?

1.2.2 Bagaimana Langkah-Langkah Penyusunan Tes Hasil Belajar?

1.2.3 Bagaimana Teknik Pemberian Skor Hasil tes Hasil Belajar?

1.2.4 Bagaimana Teknik Pengolahan dan Pengubahan Skor Hasil Belajar?

1.2.5

1.3 Tujuan

1.3.1 Mahasiswa Mampu Mengetahui Definisi dari Tes Hasil Belajar .


1.3.2 Mahasiswa Mampu Mengetahui Langkah-Langkah Penyusunan Tes Hasil
Belajar.
1.3.3 Mahasiswa Mampu Mengetahui Teknik Pemberian Skor Hasil tes Hasil
Belajar.
1.3.4 Mahasiswa Mampu Mengetahui Teknik Pengolahan dan Pengubahan Skor
Hasil Belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tes Hasil Belajar


Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, bahwa belajar merujuk kepada
tingkat pencapaian dan kemajuan peserta didik dalam belajar. Tingkat pencapaian
ini akan tercermin dalam berbagai aspek antara lain (1) kognitif yang meliputi:
mengingat, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreativitas; (2) afektif,
yang meliputi: penerimaan, partisipasi, evaluasi/penentuan sikap (valuing),
pengorganisasian nilai (organization), pembentukan pola/karakteristik nilai; dan
(3) psikomotor, yang meliputi: persepsi, kesiapan (Set), mekanisme, respons
terbimbing, gerakan/respons terbiasa, adaptasi/penyesuaian pola gerakan, dan
originalitas.
Sementara, tes hasil belajar merupakan salah satu tipe instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemajuan atau memberi nilai peserta
didik dalam belajar, tes hasil belajar dilakukan bukan hanya di akhir semester saja
melainkan juga dalam semester, tengah Catur wulan dan Caturwulan maupun di
akhir tahun ajaran, karena itu asesmen hasil belajar telah dimulai sejak seseorang
mulai berinteraksi dalam kegiatan belajar sampai dengan akhir belajar. kegiatan
awal ditandai dengan perlunya menguasai kemampuan awal peserta didik dan
kemampuan penampilan kebolehannya selama kegiatan pendidikan. cara dan
bentuk tes yang digunakan sangat terkait dengan apa yang akan dinilai pada setiap
kegiatan tersebut. Model dasar penilaian (asesment) hasil belajar, dalam
hubungannya dengan outcomes belajar dan kegiatan pendidikan sebagai berikut:

3
Asesmen hasil belajar

Asesmen hasil belajar Asesmen hasil belajar

DIAGRAM 1.
Tata alir hubungan asesmen hasi belajar, outcomes/hasil belajar dan kegiatan belajar &
pembelajaran

Asesmen hasil belajar mempunyai hubungan Timbal balik dengan hasil


(outcomes) belajar dan kegiatan belajar pembelajaran. Asesmen hasil belajar
dirancang berdasarkan outcomes belajar yang diharapkan baik oleh peserta didik,
maupun kegiatan belajar dan pembelajaran yang dilakukan Pendidik. Di pihak lain,
pendidik dalam mendesain dan menetas skenario pembelajaran juga berangkat dari
outcomes belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam
merancang asesmen hasil belajar jangan sekali-kali mengabaikan outcomes, target
belajar, maupun tujuan pembelajaran; sehingga pilihan pendekatan, teknik dan
jenis instrumen yang digunakan betul-betul sesuai dan mampu mengungkap
Outcomes yang ditetapkan.
Perlu diingatkan bahwa asesmen hasil belajar hendaklah dilakukan secara
bersama klanjutan. Ini berarti bahwa esesmen dan evaluasi hasil belajar pada setiap
bagian atau esesmen hasil belajar dimaksud untuk mengukur/pencapaian peserta
didik dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; dan pada akhirnya
merupakan aku akumulasi pengetahuan sikap dan keterampilan individual dalam
bidang tertentu, jadi asesmen hasil belajar menekankan pada kemajuan yang telah
dicapai seseorang threads suatu bidang yang telah di belajarkan dan dipelajarii,

4
bukan kemampuan untuk masa datang dan bukan pula sekali jadi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tes hasil belajar di samping untuk
mengukur kemampuan peserta didik yang dilambangkan oleh angka sebagai data
atau informasi (yang juga dapat digunakan untuk berbagai fungsi dan kegiatan atau
bahan naik kelas), dapat juga digunakan untuk mengetahui kesiapan peserta didik
dalam belajar; kesulitan/kesukaran peserta didik dalam belajar dan perbaikan
pendidikan namun materi yang ditanyakan akan berbeda dengan materi yang
digunakan hanya untuk menentukan angka. dengan kata lain, tes yang diberikan
masih dalam kategori tes Sumatif atau subsumatif, tapi karena penyusunan materi
yang tepat maka tes tersebut dapat pula difungsikan sebagai tes formatif. konsep
tersebut didukung oleh pendapat groundlund dan Hill berikut:
Grondlund (1982) mengemukakan: tes hasil belajar mensupport dan
memperkuat komponen komponen yang lain dalam proses pembelajaran. Tes ini
membantu pendidikan dan peserta didik dalam menilai kesiapan belajar memantau
proses belajar serta mendiagnosis belajar. Sementara Hill (1981) berpendapat
bahwa tes hasil belajar (Achievement test) di rancang Untuk mengukur apa yang
telah dipelajari dalam bidang studi atau mata pelajaran yang bersifat formal. namun
beberapa hal yang agak menyedihkan dewasa ini adalah sebagian pendidikan
terjebak atau terperangkap dalam asesmen dengan menampilkan hal-hal yang tidak
menguntungkan, yaitu:
a) Menilai apa yang paling mudah dinilai.
b) Orang menaksir lebih rendah dan kurang penting arti belajar dalam asesmen,
dibandingkan dengan kegiatan yang lain, sehingga nilai atau angka yang
diberikan lebih tinggi dari yang seharusnya.
c) Kekuatan Pendidik di atas peserta didik sehingga peserta didik tidak dilibatkan
dalam asesmen, separate self asesment.
d) Mengurangi arti belajar kepada apa yang dinilai, bukan pada aspek aspek yang
sesungguhnya harus dinilai dalam target belajar.
Oleh karena itu, janganlah menjadikan tes hasil belajar seakan-akan Formalitas
untuk memberi angka. namun hendak lah benar benar menilai outcomes Dan target
belajar menggunakan pendekatan dan tipe asesmen yang Maku mengungkapkan
target tersebut: serta menganalisis dan mengelolah nya sesuai dengan patokan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan cara demikian, tes hasil belajar merupakan
instrumen pengukuran dan penilaian untuk menentukan tingkatan pencapaian

5
peserta didik dalam belajar sesuai dengan karakteristik individualitas masing-
masing.
2.2 Langkah-langkah Penyusunan tes Hasil Belajar
Pendidik (di sekolah) selalu berusaha untuk memahami, seberapa jauh belajar
peserta didik terhadap kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan. untuk maksud
tersebut pendidikan, dalam penyusunan tes belajar, hendak lah betul betul
memperhatikan kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Langkah-langkah dalam penyusunan teks sebagai berikut:
a) Menetapkan tujuan penilaian/asesmen,
b) Pengembangan spesifikasi/blueprint,
c) Mengembangkan ruang lingkup ujian,
d) Memilih tipe item/butir soal,
e) Mempersiapkan penyusunan item atau butir soal,
f) Menyusun item atau butir soal,
g) Meriview hitam,
h) Mengadministrasikan tes,
i) Mengintepretasikan tes,
j) Menggunakan tes untuk perbaikan kegiatan pembelajaran dan “grading”.
Penjabaran tujuan pembelajaran menjadi lebih spesifik, akan sangat membantu
dalam merumuskan tujuan penilaian kegiatan pembelajaran. Kerancuan perumusan
tujuan akan membawa arah yang tidak tepat pada penyusunan tes selanjutnya.
Perhatikan diagram dibawah ini:

Goal

Objectives

Asesmen hasil belajar

Tujuan apa yang diharapkan dari asesmen (belajar) akan tergambar


dari objectives/tujuan pembelajaran.

6
Tujuan asesmen yang jelas akan membantu dalam menentukan sampel tingkah
laku yang akan diukur, sekaligus akan menolong dalam memilih bentuk tes yang
seharusnya digunakan. Andai kata tujuan itu untuk menentukan tingkat
kemampuan menyatakan pendapat, maka akan lebih tepat memilih tes esai
(karangan), tetapi kalau tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan
melakukan atau melalui praktikum dilapangan. Jadi, bentuk tes yang akan
digunakan terpaut erat dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan, kecuali
kalau kita ingin mencoba “goal free assessment”.
Dalam mempersiapkan butir soal, terlebih dahulu perlu disediakan format
seperti yang telah diutarakan pada waktu membicarakan blueprint tes.
Pada format itu akan didapati unsur-unsur antara lain:
a) Aspek yang diukur didapati unsur-unsur antara lain,
b) Mata ujian
c) Jenis soal
d) Kunci soal
e) Ruang lingkup/pokok bahasan
f) Subruang lingkup/subpokok bahasan
g) Penulis/penyusun soal
h) Penelaah
i) Daya pembeda
j) Derajat kesukaran
k) Rumusan tanggapan
l) Penilaian/keputusan
Dengan memanfaatkan format tersebut, maka penyusun soal akan lebih teliti.
Disamping itu, penelaah soal juga dapat befikir lebih kritis dalam mengkaji ulang
tiap butir-butir soal yang telah ada. Penyempurnaan dan tanggapan ditulis langsung
dalam format tersebut.
Contoh:

7
KARTU SOAL
Penulis Soal: A. Muri Yusuf Sekolah:
Penelaah Soal: Alansyah Paraf:
Jenjang kemampuan/Aspek yang diukur: TI: Agar peserta didik dapat
C1(V) , C2 ( ) , C3 ( ) menyebutkan definisi pendidikan.
C4 ( ) , C5 ( ) , Af ( )
Mata ujian: dasar- Rumusan Butir Tanggapan:
dasar kependidikan. Soal: 1. Kata “dalam”
Jenis soal: (A), B, C, Pendidikan dua kali, perlu
D, E, F (lingkari) merupakan usaha perbaikan.
Ruang lingkup/ pokok Sub pokok sadar orang 2. Kunci lebih
bahasan: bahasan : dewasa dalam dari satu
Pengertian pendidikan pengertian membimbing (meragukan)
pendidikan menurut perkembangan
langeveld jasmani dan
rohaninya kearah:
A. Kesejahteraan
anak
B. Perkembangan
anak
C. Kedewasaan
D. Pertumbuhan
E. Mandiri
Kunci jawaban:
A, B, (C), D, E
Tingkat kesukaraan:
Daya pembeda:

Penilaian/Keputusan Diterima tanpa perbaikan


Diterima dengan perbaikan
Ditolak

8
2.3 Teknik Pemberian Skor Hasil tes Hasil Belajar
Pemberian skor (= scoring) merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan
hasil tes, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka.
Angka-angka hasil penilaian itu selanjutnya diubah menjadi nilai-nilai (= grade)
melalui proses tertentu:
1. Pemberian Skor Tes pada Domain Kognitif
a) Penskroan soal bentuk pilihan ganda, Teknik penskoran tanpa ada
koreksi jawaban, penskroan ada koreksi jawaban, dan penskoran
dengan butir beda bobot.
b) Penskoran soal bentuk uraian objektif, pada bentuk soal uraian
objektif, langkah-langkah mengerjakan soal dianggap sebagai
indikator kompetensi peserta didik. Oleh sebab itu, pedoman
penskoran mengacu kepada langkah-langkah mengerjakan soal
yang harus dilakukan peserta didik.
c) Pendkoran bentuk uraian Non-Objektif, prinsip penskoran soal
bentuk uraian non-objektif sama dengan bentuk uraian objektif
yaitu menentukan indikator kompetensinya.
d) Pembobotan Soal Bentuk Campuran
Dalam beberapa situasi bisa digunakan soal bentuk campuran, yaitu
bentuk pilihan dan bentuk uraian. Pembobotan soal bagian soal
bentuk pilihan ganda dan bentuk uraian ditentukan oleh cakupan
materi dan kompleksitas jawaban atau tingkat berpikir yang terlihat
dalam mengerjakan soal.
2. Pemberian Skor Tes pada Dominan Afektif
Domain afektif ikut menentukan belajar peserta didik. Paling tidak ada dua
komponen dalam domain afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap
dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap peserta didik terhadap pelajaran
bisa positif bisa negatif atau netral. Tentu diharapkan sikap peserta didik
terhadap semua mata pelajaran positif sehingga akan timbul minat untuk
belajar atau mempelajarinya.
3. Pemberikan Skor Tes Pada Domain Psikomotor
Penyusun Tes Psikomotor, tes untuk mengukur ranah psikomoto adalah tes
untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai
peserta didik.

9
2.4 Teknik Pengolahan dan Pengubahan Skor Hasil Belajar
Prinsip pengolahan adalah memasukkan dan menghitung semua skor hasil belajar
yang telah diperoleh peserta didik selama periode tertentu. Dimana skor ini dapat
diperoleh dari tugas-tugas, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif. Untuk skor
sendiri memiliki bobot masing-masing yang telah ada dan ditetapkan berdasarkan
pada kesesuaian yang berlaku. Pengolahan skor hasil belajar pada umumnya
menggunak statistika. Menurut Zainal Arifin (2006) terdapat tempat langkah
pokok yang harus dilakukan dalam mengelola data hasil test:
1. Menskor, yaitu memperoleh skor mentah dari tiga jenis alat bantu (kunci
jawaban, scirung, dan pedoman konversi)
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar
3. Menkonversikan skor standar ke dalam nilai
4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat
validitas dan reabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan
daya pembeda.
Pemberian skor terhadap skor hasil belajar biasanya disesuaikan dengan bentuk
soal yang diberikan, seperti tes uraian (essay) atau tes obyektif (obejective
test).
1) Cara memberi skor mentah untuk tes uraian
Dalam bentuk tes uraian pemberian skor digunakan dengan pemberian
bobot yang diberikan pada setiap butir soal dan disesuaikan pada
tingkat kesulitan atau kesukarannya dari tiap soal. Menurut Zainal
Arifin (2011: 233) sistem bobot terbafi menjadi dua macam, yakni:
a) Bobot yang dinyatakan dalam sistem skor maksimal sesuai
dengan tingkat kesukarannya
∑x
Rumus Skor =
∑s
Keterangan:
∑□ = Jumlah skor
∑□ = Jumlah soal
b) Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai
dengan tingkat kesukaran soal.
∑ XB
Rumus Skor =
∑B

10
Keterangan:
X = Skor tiap soal
B = Bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal
∑□□ = Jumlah hasil perkalian x dengan B.
2) Cara memberi skor mentah untuk tes objektif
Terdapat dua cara pemberian skor pada bentuk tes objektif:
a) Tanpa menggunakan rumus tebakan (Non-Guessing Formula)
Pemberian skor pada tes objektif pada umumnya digunakan
apabila soal belum diketahui tingkat kerumitannya. Untuk soal
obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor
maksimal 1 (satu). Apabila menjawab benar maka diberikan
skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0.
b) Menggunakan rumus tebakan (Guessing Formula)
Biasa digunakan apabila soal-soal tes itu pernah diuji cobakan
dan dilaksanakan sehingga dapat di ketahui kebenarannya.
3) Konversi Skor
Konversi skor merupakan proses tramsformasi skor mentah yang
dicapai peserta didik kedalam skor terjabar atau standar untuk
menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh. Terdapat dua hal yang
perlu diperhatikan dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi
skor standard atau nilai yaitu:
a. Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard
atau nilai terdapat dua cara yang dapat ditempuh yaitu:
 Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai
dilakukan dengan mengacu pada kriterium (Criterion)
atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini
sering dikenal dengan istilah criterion referenced
evaluation. Di dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan
istilah Penilaian Acuan Patokan (PAP) ada juga yang
menytakan dengan istilah Standar Mutlak.
 Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai
dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara kedua
ini dikenal dengan istilah norma referenced evaluation. Di

11
dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah
Penilaian Acuan Norma (PAN).
b. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan
berbagai macam skala, misalnya : skala 5 (Standfive), yaitu nilai
standar berskala lima yang dikenal dengan istilah nilai huruf A,
B, C, D dan F. Skala sembilan (Stanine) yaitu nilai standar
berskala sembilan dimana rentang nilainya mulai dari 1 sampai
dengan 9 (tidak ada nilai = 0 dan >10), skala sebelas (standard
eleven/ eleven points scale) rentang nilai mulai dari 0 sampai
dengan 10, z score (nilai standar z), dan T score (nilai standar
T).

2.5 vbmhghj
2.6 cfhthg

12
13

Anda mungkin juga menyukai