PENDAHULUAN
Data tiga tahun terakhir menunjukkan dari persentase
masyarakat Indonesia yang mengajukan pernikahan kurang lebih
sekitar delapan puluh persen dari mereka hamil diluar nikah
(Aladin, 2018). Artinya dari jumlah populasi keseluruhan
masyarakat Indonesia, terjadi sekitar 53 persen yang mengajukan
pernikahan dibawah umur dan terdapat 8 dari 15 kasus
pernikahan dibawah umur itu mereka berhubungan suami istri
- 121 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
- 122 -
- Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang -
juga status anak dari hubungan yang tidak sah antara laki-laki dan
perempuan menurut empat mazhab.
Dengan adanya tulisan ini, dapat diketahui bahwasannya
wanita dalam keadaan hamil akibat perbuatannya yang melanggar
maqashid al-syari’ah itu dapat dipertanggungjawabkan
sebagaimana mestinya. Dari beberapa pendapat ulama mazhab
tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan dengan
mempertimbangkan kemaslahatan dari beberapa pihak yang
terkait. Apabila yang lebih maslahat adalah dengan menikahinya
maka aib keluarga akan tertutupi dengan adanya itu dan apabila
yang lebih maslahat adalah dengan tidak menikahinya maka yang
menjadi beban adalah pihak wanita sedangkan si laki-laki
cenderung tidak bertanggung jawab.
KAJIAN TEORI
Definisi Pernikahan
Lafadz اجلَكحsecara bahasa dimaknai sebagai berkumpul dan
bergabung. Sedangkan secara istilah yaitu melaksanakan proses
akad antara laki-laki dan perempuan yang menyebabkan pada
dilegalkannya berhubungan antara keduanya dengan
menggunakan lafadz al-inkah (ساح٧ )اْلdan at-tazwij (َتكيز١( )اAl-
- 123 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
Definisi Zina
Istilah dalam hukum islam, melakukan seks atau
berhubungan badan tanpa adanya ikatan suami istri yang sah dan
tidak dilegalkan oleh hukum negara disebut zina. Istilah ini sering
terdengar di telinga masyarakat sebagai persepsi yang negatif.
Bahkan definisi di atas disepakati oleh Hanafiyah dan Imam Al-
Jurjani (Jurjani, 1985; Najim, n.d.).
- 124 -
- Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang -
- 125 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
Definisi Nasab
Secara etimologi, Nasab berarti al-qarabah yang memiliki
makna hubungan kekerabatan. Sedangkan secara terminologi,
para ulama tidak memberikan definisi secara jelas tetapi cukup
dengan mengkhususkan dari makna etimologi yaitu al-qarabah
baina syakhsayn (kekerabatan antara dua orang) (Manzhur, t.t:
755).
Meski begitu, sebagian ahli bahasa dan mufassir
memberikan penjelasan mengenai nasab diantaranya Ibnu
Manzhur dan Al-Zubaydiy yang mengatakan bahwa nasab adalah
kekerabatan atau itu khusus bagi ayah (Zubaidiy, 1994: 428).
Dalam hal ini, yang dimaksud nasab adalah hubungan antara anak
dengan orangtua yang disahkan secara hukum islam.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan kajian pustaka yang berisfat
deskriptif dimana peneliti akan menghadirkan referensi dari
berbagai macam literatur yang berkaitan dengan fokus masalah.
Adapun analisis pendekatan yang digunakan adalah kajian islam
- 126 -
- Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang -
HASIL PENELITIAN
Hukum Menikahi Wanita Hamil
Problematika menikahi wanita hamil dari hasil zina ini
dikaitkan dengan hukum iddah pada beberapa referensi. Yang
menjadi titik poinnya adalah apakah wanita hamil dari hasil zina
itu memiliki masa iddah. Apabila iya maka wanita tersebut haram
dinikahi hingga habis masa iddahnya. Namun apabila tidak
memiliki masa iddah, maka boleh langsung dinikahi baik oleh pria
yang menghamilinya maupun selain pria yang menghamilinya
(Mawardi, 1994: 191).
Mazhab Syafi’i cenderung membolehkan menikahi wanita
dalam keadaan hamil sebab wanita yang berzina tidak ada masa
- 127 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
- 128 -
- Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang -
PEMBAHASAN
Meninjau dari penelitian yang telah dilakukan, maka empat
ulama mazhab saling beradu argumen satu sama lain. Ada yang
memperbolehkan menikahi wanita hamil dan ada juga yang tidak
memperbolehkan hingga wanita tersebut melahirkan. Juga terkait
status nasab anak yang dikandung oleh wanita dari hasil zina.
Maka sebagian ulama ada yang berpegang pada masa minimal
kehamilan dan sisanya bergantung pada ؽاشٙ٢دل ل٬ الyakni nasabnya
tergantung pada siapa yang menikahinya. Apabila yang menikahi
- 129 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
- 130 -
- Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang -
- 131 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
- 132 -
- Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang -
- 133 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
- 134 -
- Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang -
KESIMPULAN
Kajian menikahi wanita hamil ini menjadi sangat urgent
ketika dihadapkan dengan konteks masyarakat, konteks sosial,
dan juga konteks hukum. Imam Syafi’i dengan segala potensinya
beliau berpendapat bahwa menikahi wanita dalam keadaan hamil
akibat berzina itu boleh tetapi hukumnya makruh sedangkan
Imam Malik mengatakan haram secara mutlak. Di sisi lain, Imam
Abu Hanifah mengatakan boleh dinikahi ketika hamilnya tetapi
yang menikahi itu harus orang yang menghamilinya, jika tidak
demikian maka tidak boleh disentuh sekalipun dan tidak berhak
diberi nafkah apabila yang menikahi adalah selain orang yang
menghamilinya. Sedangkan ulama dari kalangan Abu Hanifah
sendiri seperti Ibnu Syubramah dan Abu Yusuf tidak sependapat
dengan Imam Abu Hanifah, mereka lebih cenderung mengatakan
tidak boleh dinikahi ketika hamilnya apabila yang hendak
menikahi adalah orang lain.
Adapun pada mazhab Hanabilah juga mengharamkan
menikahi wanita hamil dari hasil zina ketika hamilnya. Dalam
perihal ini, Mazhab Hanabilah paling ekstrem dalam memberikan
hujjah. Disamping tidak memperbolehkan menikahi wanita hamil
akibat zina, Imam Ahmad bin Hanbal juga mensyaratkan wanita
pezina untuk bertaubat ketika hendak menikah setelah
melahirkan kandungannya atau telah selesai masa iddahnya.
Pensyaratan bertaubat ini tidak hanya pengakuan dari lisan saja
tetapi harus dapat dibuktikan dan harus ada saksi yang
membenarkan kesaksiannya.
Sedangkan untuk ketentuan nasab anak zina agaknya
keempat ulama mazhab bersepakat untuk tidak menasabkan anak
zina kepada bapak biologisnya. Namun, mengingat hak asuh anak
yang lahir tanpa dosa ini harus dipenuhi, maka Imam Abu Hanifah
dengan hujjahnya mengatakan terkait dengan hak asuh anak ini
dengan melihat pada ranjang siapa anak tersebut dilahirkan.
Pendapat kedua yang disepakati oleh Multaqa Ahlil Hadits
mengatakan dengan melihat masa minimal kehamilan.
- 135 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bahuti, Mansur. 1983. Kasyaf Al-Qona’ an Matn Al-Iqna’. Beirut:
’Alamul Kutub.
Al-bashri, Abu al-Hasan. 2015. Al-Iqna’ Fi Al-Fiqhi Al-Syafi’i.
Jakarta: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Al-Bujairimi, Sulaiman. 2015. “Hasyiah Al-Bujairimi Ala Al-
Minhaj.” In 11, Jakarta: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 381.
Al-Khatib, Yahya Abdurrahman. 2005. Fikih Wanita Hamil. Jakarta:
Qisthi Press.
Al-Sayis, Muhammad Ali. 1990. Tarikh Al-Fiqh Al-Islami. Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Aladin, Aladin. 2018. “PERNIKAHAN HAMIL DI LUAR NIKAH
DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) DAN
FIQIH ISLAM DI KANTOR URUSAN AGAMA (STUDI KASUS
DI KOTA KUPANG).” Masalah-Masalah Hukum.
An-Nawawi, Abu Zakariya. 1980. Al-Majmu’ Syarah Al-Muhazzab.
Jeddah: Maktabah al-Irsyad.
- 136 -
- Pusat Ma’had Al-Jami’ah UIN Malang -
- 137 -
- Prosiding Risalah Akhir Mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Al-Ali UIN Malang -
- 138 -