Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PRAKTIKUM III

IDENTIFIKASI BAKTERI, JAMUR DAN PARASIT

Disusun Oleh :

Nama : Yaza Sri Rahayu

NIM : 1901115

Kelas : S1-IIIC

Kelompook : Empat (4)

Tanggal Praktikum : 12 Oktober 2020

Jam Praktikum : 11.00-14.00 WIB

Dosen Pembimbing : apt.Melzi Octaviani,


M.Farm.

Asisten Dosen : Yulinda Anggraini, S.farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU


2020

I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara identifikasi mikroorganisme dan parasit.
2. Memahami dan dapat melakukan macam-macam pewarnaan bakteri,
jamur dan parasit.
3. Memahami pewarnaan sebagai salah satu cara identifikasi
mikroorganisme bakteri, jamur dan parasit

II. Tinjauan Pustaka


Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur
dan sifat-sifat yang ada begitu juga bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air., dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensi
kan. Salah satu cara untuk mengemasi bentuk sel bakteri sehingga mudah
untuk di identifikasi dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut
juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologinya yaitu mengetahui reaksi
dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. (Dwidjoseputro, D. 1998)
Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram positif
fan bakteri gram negatif yang di dasarkan dari reaksi atau sifat bakteri
terhadap cat pewarna tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan
oleh komposisi dinding selnya. (Dwidjoseputro, D. 1998)
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri
dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri seperti dinding
dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari pada
bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme
dengan sektornya.
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu pewarnaan diferensial, pewarnaan, dan pewarnaan struktural. (Pelczar
dan Chan, 2008)
Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh
dari sekelompok fungi (basiclienycita) yang berbentuk seperti payung yang
terdiri dari bagian tegak dan bagian yang mendatar. (kurniawati, 2010)
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk
regnum. Fungi atau jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-
ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur
tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. (Walker, 2005)
Jamur tidak mempunyai klorofil sehingga induknya heterogen. Sifat
ini menguatkan pendapat bahwa jamur itu merupakan kelanjutan dari bakteri
di dalam evolusi. (Dwidjoseputro, D. 1998)
Jamur memiliki potensi bahaya bagi kesehatan manusia atau hewan.
Organisme ini dapat menghasilkan berbagai jenis toksin yang disebut dengan
mitoksin, yang tergantung dari jenis jamur. Jadi jamur juga dapat
menyebabkan alergi dan infeksi, serta juga dapat menyebabkan tingkat
dekomposisi makanan. Penampilan fungi atau cendawan ini tidak asing lagi
bagi kita semua. Seperti pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah
jeruk dan keju, pertumbuhan warnna putih sepeerti benang pada roti dan selai
yang sudah basi.\, pertumbuhan jamur di lapangan dan hutan. Semua ini
merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai
macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Fungi atau cendawan adalah
organisme heretropik. Mereka memerlukan senyawa organik untuk
menutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, maka
disebut saprofit. Saprofit dapat menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan
hewan yang kompleks, menguraikannnya menjadi zat kimia yang lebih
sederhana kemudian dikembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya
meningkatkan kesuburan. (Pelczar dan Chan, 2008)
Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh
inang maupun lendir inang dan mengambil manfaat dari pengorbanan
inangnya. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus,
dan jamur. Manfaat yang diambil parasit terutama adalah zaat makanan dari
inangnya. (Sachlan, 1952)
Menurut walker (2005), parasit dapat dibagi menjadi dua yaitu
ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar
tubuh inangnya atau di dalam liang-liang kulit yang mempunyai hubungan
deangan luar kulit. Sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidup di
bagian dalam tubuh ikan seperti di hati, limfa, otak, dan dalam sistem
pencernaan, sirkulasi darah, pernapasan, dalam rongga perut, daging, otot dan
jaringan tubuh lainnya. (Walker, 2005)
Sebagai langkah pencegahan parasit ini adalah dengan memberi pakan
yang bergizi tinggi, kepadatan dikurangi, dan sirkulasi air harus berjalan
lancar. Berdasarkan letak penyerangannya, parasit dapat terbagi menjadi dua,
yaitu yang menempel pada bagian luar tubuh dan kelompok kedua adalah
parasit yang menempel pada bagian dalam tubuh. (Supriyadi dan Taufik,
1983)

III. Alat dan Bahaan


A. Pewarnaan Bakteri
1. Alat
a. Kaca obyek
b. Mikroskop
c. Jarum Ose
d. Pipet tetes
e. Tissue / kertas hisap
f. Lampu spiritus
2. Bahan
a. Kultur bakteri
b. Larutan Kristal Violet
c. Zat warna metilen blue
d. Larutan Safranin O
e. Larutan Lugol
f. Aquadest
g. Larutan NaCl fisiologis
h. Larutan Lactofenol Cotton Blue
i. Alkohol 90%
j. Tinta Cina
B. Pewarnaaan Parasit
1. Alat
a. Kaca objek
b. Pinset
c. Wadah (cawan Petri)
2. Bahan
a. Keong air/ ikan atau tumbuhan air ( kangkung air)
b. Aquadest
c. Reagen Malbin

IV. Prosedur
A. Pewarnaan Bakteri
1. Pewarnaan Sederhana
a. Buat apusan bakteri, fiksasi diatas api
b. Tambahkan zat warna biru metilen atau larutan karbol fuksin
basa.
c. Biarkan zat warna selama 30 detik,
d. Cuci dan keringkan dengan kertas saring.
e. Amati dibawah mikroskop
f. Buat hasil pengamatan pada lembar kerja.
2. Pewarnaan gram
a. Buat apusan bakteri, fiksasi diatas api
b. Tambahkan larutan kristal violet selama 1 menit.
c. Cuci dengan air
d. Tambahkan larutan lugol selama 1 menit.
e. Tambahkan larutan pemucat ( alkohol ) selama 10 – 20 detik.
f. Cuci dengan air.
g. Tambahkan larutan safranin selama 1 menit.
h. Cuci dengan air.
i. Keringkan
j. Amati dibawah mikroskop.
k. Buat hasil pengamatan pada lembar kerja.
3. Pewarnaan negatif
a. Teteskan 1 tetes tinta cina pada bagian ujung kanan kaca objek.
b. Ambil kotoran gigi dengan tusuk gigi, kemudian campur
dengan tinta cina pada kaca objek.
c. Tempatkan salah satu sisi kaca objek pada campuran ini,
kemudian gesekkan kesamping.
d. Biarkan preparat mengeringkan di udara (tidak boleh
dipanaskan)
e. Amati dibawah mikroskop
f. Buat hasil pengamatan pada lembar kerja.

Gambar 4. Prosedur pembuatan preparat ulas dan fiksasi


Gambar 5. Prosedur pewarnaan Gram
B. Pewarnaan Jamur
Cara Kerja 1.
1. Pembuatan slide culture
a. Siapkan 1 plate PDA steril (tanpa inokulan) dan 1 plate isolate
jamur hasil isolasi dari objek VII.
b. Letakkan 1 (satu) lembar kertas saring steril pada Petri dish, dan
kemudian letakkan batang pengaduk berbentuk U steril di atas
kertas saring dalam Petri dish tersebut secara aseptic
c. Tetesi kertas saring yang berada dalam Petri dish tersebut
dengan gliserol secukupnya hingga seluruh permukaan kertas
saringnya menjadi lembab (kira-kira 4 ml gliserol).
d. Letakkan kaca slide mikroskop steril ke atas batang pengaduk U
menggunakan forsep secara aseptik
e. Panaskan pisau potong (scalpel) untuk mensterilkannya dan
kemudian potong 1 buah kubus PDA (dengan panjang sisi
sekitar 5 mm) dari plate PDA steril.
f. Angkat balok PDA dan inokulasikan spora dari koloni jamur ke
bagian atas dan bawah balok PDA.
g. Letakkan balok PDA tersebut ke tengah kaca objek (point 4).
Pastikan bahwa salah satu sisi balok yang telah diberi inokulan
jamur menghadap ke bawah (menempel pada kaca objek).
h. Selanjutnya, letakkan cover glass steril ke sisi atas balok PDA
tadi. Semua pekerjaan dilakukan secara aseptik.
i. Tutup Petri dish dan inkubasikan selama 48-72 jam pada suhu
ruang.
2. Pewarnaan
a. Siapkan 1 buah kaca objek dan cover glass mikroskop yang
bersih.
b. Teteskan zat warna lactophenol cotton blue (1 tetes) ke tengah
kaca objek. Ambil cover glass yang digunakan untuk menutup
balok PDA pada point A, buang balok PDA nya, dan teteskan
etanol 95% (1 tetes) ke sisi cover glass yang ditumbuhi jamur.
Setelah akohol kelihatan mulai mengering, segera letakkan
cover glass ke atas kaca objek yang telah diberi zat warna cotton
blue (sisi cover glass yang ditumbuhi jamur menghadap ke
bawah). Amati morfologi menggunakan mikroskop.
c. Ambil kaca objek yang sebelumnya digunakan untuk
menginkubasi jamur, berikan 1 tetes etanol 95%, lalu tambahkan
1 tetes zat warna lactophenol cotton blue, dan tutup dengan
cover glass. Lakukan pengamatan menggunakan mikroskop
d. Bandingkan morfologi jamur dari kedua slide dan gambarkan
pada laporan praktikum.

Cara kerja 2.

a. Ambilah biakan jamur dari bahan yang telah terkontaminasi


jamur ( misal roti , nasi dll)
b. Letakkan di atas kaca objek dan tetesi dengan alcohol 1 tetes
c. Homogenkan dan tetesi dengan lactofenol cotton blue
d. Tutup dengan cover glass dan amati dibawah mikroskop bentuk
sel jamur tersebut.
e. Catat dan gambarkanlah bentuk sel jamur tersebut didalam
lembaran kerja saudara

Gambar 6. Teknik inokulasi jamur


Gambar 7. Prosedur pembuatan slide jamur untuk proses
pewarnaan

C. Pewarnaan Parasit
Cara kerja 1
a. Sampel berupa siput yang diambil di lokasi kolam. Sungai dan
dimasukkan kedalam wadah yang diberi sedikit air yang berasal
dari lokasi siput (± 3 cm dari dasar wadah).
b. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan permukaan
air ditutupi dengan dedaunan (siput dapat tahan hingga 3 hari).
c. Sebelum diperiksa siput dicuci terlebih dahulu cangkangnya
untuk membersihkan kotoran dan lumpur.
d. Siput diletakkan diatas gelas objek, kemudian hepato pancreas
(bagian ekor) ditusuk dengan jarum pinset sehingga pecah Hepato
pancreas ditarik kelur dan dipisahkan dengan muskulus lainnya.
e. Teteskan sedikit air dan periksalah dibawah mikroskop dengan
perbesaran terkecil. Larva Fasciolaspp, Echinostomaspp dan larva
trematoda lainnya dapat dibedakan berdasarkan bentuk,
pigmentasi dari kepalanya, cara dan kecepatan bergerak serta
bentuk ekornya
f. Amati dan catat pengamatan di lembaran kerja

Cara kerja 2

a. Ambil siput dari lokasi-lokasi peternakan ikan


b. Pindahkan beberapa siput pada cawan Petri, lalu dipenuhi dengan
air
c. Tutup cawan Petri tanpa ada gelembung udara. Jika terbentuk
gelembung udara, ulangi lagi mengisi cawan Petri dengan
aquades
d. Sinari cawan Petri yang berisi siput tersebut dengan cahaya atau
lampu kuat.
e. Amati cercaria yang dikeluarkan dari siput, lalu pindahkan pada
slide glass tutup dengan cover glass
f. Amati dibawah mikroskop majemuk dan gambar larva cercaria
tersebut

V. Hasil Dan Pembahasan


1. Hasil
2. Pembahasan
Bakteri memiliki bentuk yang berbeda-beda. Bentuk dasar
balteri terdiri atas bentuk bulat (coccus), batang (basil), dan spiral
(spirillia), serta terdapat bentuk antara coccus dan basil yang disebut
coccobasil. Berbagai macam bentuk bakteri yaitu :
a. Bakteri bentuk coccus (bulat)
 Monococcus : berupa sel bakteri kokus tunggal
 Dplococccus : berupa dua sel bakteri kokus berdempetan
 Tetracoccus : berupa empat sel bakteri kokus berdempetan
 Sarcina : berupa delapan sel bakteri kokus berdempetan
membentuk kubus
 Streptococcus : berupa lebih dari empat sel bakteri kokus
berdempetan membentuk rantai
 Staphylococcus : berupa lebih dari empat sel bakteri kokus
berdempetan seperti buah anggur
b. Bakteri bentuk basil (batang)
 Monobasil : berupa sel bakteri basil berdempetan
 Diplobasil : berupa dua sel bakteri basil berdempetan
 Streptobasil : berupa sel bakteri basil berdempetan
membentuk rantai
c. Bakteri bentuk spirillia (spiral)
 Spiral : sel bergelombang
 Spiroseta : sel seperti sekrup
 Vibrio : sel seperti tanda baca koma

Untuk mengetahui bentuk bakteri tidakbisa dilihat tanpa


menggunakan alat yaitu mikroskop karena betnuk bakteri yang tidak
berwarna atau transparan dan tidak ada kontras dengan medium
dimana mereka hidup. Oleh karena itu perlu pewarnaan agar bakteri
tampak jelas bila diamati dengan mikroskop. Ada beberapa pewarnaan
bakteri dalam praktikum ini yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan
gram, dan pewarnaan negatif.

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang sering


digunakan. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion
antara komponen selular dan dan bakteri dengan senyawa aktif dari
pewarnaan yang disebut kromogen. Dalam pewarnaan sederhana ini
dapat kita lihat bentukdan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna biasa
yang biasanya digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen
blue, kristal violet, dan karbon fuksin, yang mana pewarnaan
seederhana ini bisa terbagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. Tujuan
dari pewarnaan sederhana adalah untuk mengetahui morfologi bentuk
bakteri kokus basil.

Pewarnaan gram adalah pewarnaan bertingkat yang menggunakan


2 jenis zat warna. Pewarnaan gram bertujuan untuk membedakan
bakteri-bakteri gram positif dan gram negatif. Pewarnaan gram
dikembangkan oleh christian gram (1884).

Tahap pewarnaan gram yaitu :

a. Pewarnaan 1 (zat warna positif)


b. Indentifikasi warna dengan lugol
c. Dekolorisasi dengan aseton iodide
d. Pewarnaan (zat warna negatif)

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan variasi dalam pewarnaan


gram, yaitu :

a. Perubahan keasaman
b. Penyimpanan cara pengecatan
c. Faktor medium
d. Umur bakteri
e. Perlakuan khusus

Pada praktikum kali ini untuk melihat morfologi serta


mengidentifikasi suatu bakteri pewarnaan sederhana menggunakan
larutan metilen blue dan pewarnaan negatif menggunakan warna tinta
cina. Falam pewarnaan bakteri ini digunakan bakteri yang sudah
dibuat pada praktikum sebelumnya yaitu media bakteri Na yakni plak
gigi.

Pertama-tama yang harus dilakukan sebelum memulai pewarnaan


adalah membuat apusan pada kaca objek yakni dangan preparat dalam
bentuk suspensi dengan bantuan jarum ose untuk menggoreskan pada
kaca objek. Hasil dari pemeriksaan menggunakan mikroskop di
dapatkan morfologinya yaitu bakteri berbentuk basil.

Pewarnaan negatif bukan suatu metode untuk mewarnai bakteri


akan tetapi meawarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada
percobaan ini mikroorganisme terlihat transparan. Teknik ini berguna
untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini
goresan tidak mengalami pemanasan. Metode ini menggunakan tinta
cina.

Pada pewarnaan jamur, jamur yang digunakan didapat dari jamur


pada roti basi yang berada pada media PDA yang telah dibuat pada
praktikum sebelumnya. Pewarnaan ini menggunakan zat warna yaitu
lactophenol cotton blue, berfungsi untuk mematikan jamur. Glycerol
mengawetkan preparat dan mencegah prefisikasi dari cat dan cotton
blue berfungsi untuk mewarnai jamur sehingga menjadi biru

Tujuan dari pewarnaan terhadap mikroorganisme ialah :

a. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi maupun


fungi.
b. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
c. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam
jasad
d. Melihat reaksi-reaksi jasad dalam pewarnaan yang diberikan
sehingga sifat-sifat fisik dan kimia dapat diketahui.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri


adalah sebagai berikut :

a. Fiksasi
Cara yang paling banyak digunakan adalah cara fisik dengan
pemanasan atau dengan freeze driying atau dapat juga dilakukan
fiksasi dengan menggunakan kimia seperti sabun, fenol dan
formalin. Fungsi fiksasi sebelum pewarnaan yaitu:

 Merekatkan sel mikroba pada gelas objek


 Membunuh mikroorganisme secara cepat dengan tidak
menyebabkan perbahan-perubahan bentuk dan strukturnya.
 Mengubah afinitas (daya ikat) zat warna
 Membuat sel-sel mikroba lebih kuat (keras)
 Melepaskan granuler (butiran) protein menjadi gugu reaktif
NH3+ yang akan bereaksi dengan gugus –OH dari zat warna.
 Mencegah otolisis sel, yaitu pecahnya sel yang disebabkan
olehenzim-enzim yang dikandungnya sendiri
 Mempertinggi sifat reaktif gugus-gugus tertentu (karboksil
amino primer dan sulfhidril).
b. Pelunturan zat warna

Pelunturan zat warna adalah suatu senyawa yang


menghilangkan warna dari sel yang telah diwarnai. Ini berfungsi
untuk mengahsilkan kontras yang baik pada bayangan mikroskop.
Ditinjau dari kekuatan ikatan anatara sel dengan zat warna, maka
dikenal beberapa istilah, misalnya tahan asam, tahan alcohol,
tahan air dan lain-lain. Istilah tahan asam digunakan bila zat
warna telah diikat kuat oleh sel sehingga tidak dapat dilunturkan
warnanya oleh asam, begitu juga dengan tahan alcohol dan tahan
air masing-masing tidak dapat dilunturkan oleh alcohol dan air.
Ada beberapa macam peluntur zat warna, antara lain:

 Peluntur warna bersifat asam yakni HNO3, hcl, H2SO4 dan


campuran asam-asam tersebut dengan alcohol.
 Peluntur zat warna bersifat basa yakni KOH, naoh, sabun dan
garam-garam basa.
 Peluntur zat warna lemah, yaitu alcohol, air minya cengkeh,
aseton dan gliserin
 Garam-garam logam berat agno3, cuso4 dan lain-lain.
 Garam-garam logam riangan Na2SO4, mgso4 dan lain-lain

c. Identifikasi pewarnaan
Zat warna dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara
misalnya dengan mempertinggi kadar zat warna, mempertinggi
temperature pewarnaan 60-90oc dan menambahkan suatu
mordan. Mordan adalah suatu zat kimia yang dapat menyebabkan
zat warna terikat lebih kuat pada jaringan sel bila dibandingkan
dengan cara pewarnaan tanpa diberi mordan. Ada beberapa
mordan, yaitu:

 Mordan basa
 Mordan asam
d. Substrat
Atas dasar macam zat warna yang diserap oleh sel dapat
dibedakan:

 Sel-sel basofil
 Sel-sel asidofil/ oksifil
 Sel-sel yang sudanofil

e. Zat warna penutup atau zat warna lawan


Zat warna penutup adalah suatu zat warna basa yang berada
warnanya dengan zat warna mula-mula yang digunakan. Fungsi
dari zat warna punutup adalah memberkan warna pada sel yang
berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna
punutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan
memberikan kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna
utama.
VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat dari percobaan ini adalah :
a. Ada 4 teknik pewarnaan bakteri, jamur, dan parasite, yaitu
pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan negative, dan
pewarnaan spora atau jamur
b. Pewarnaan bertujuan agar bakteri dapat terlihat dari mikroskop,
karena pada dasarnya bakteri tidak memiliki zat warna
c. Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain, fiksasi,
pelunturan warna, substrat, identifikasi peawarnan dan
penggunaan zat penutup
d. Metode yang digunakan dalam pewarnaan sel bakteri yaitu
pewarnaan sederhana dengan zat warna satu atau tunggal.
Pewarnaan negative dengan pewarnaan tidak langsung.
Peawarnaan gram dengan pewarnaan diferensial dan peawarnaan
jamur.
e. Bakteri memiliki berbagai macam bentuk seperti coccus, basil,
dan spirula
VII. Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Kurniawati. 2010. Mikrobiologi Umum. Jakarta : Erlangga.
Pelczar dan Chan. 2008. Dasar-dasar mikrobiologi I. Jakarta : UI Press.
Sachlan, M.A. 1952. Notes on Parasiter of Freshwater Fishis in Indonesia.
Pembina balai penyakit perikanan barat No. 2. Jakarta : Indonesia.
Supriyadi, H dan P. Taufik. 1983. Identifikasi Dan Cara Penanggulangan
Penyakit Pada Bakterial Pada Ikan Lele. Bull perik I (3) : 447-454.
Walker, P. 2005. Problematic Parasites. Departemen Animal of Ecology and
Echophysiology Redbound University Nismegen : Netherland.

Anda mungkin juga menyukai