Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEDIAAN DAN PEWARNAAN

DOSEN PENGAPUH : Selamet Riadi,S.Si.,M.Si.


NIP : 19600
MATA KULIAH : MIKROBIOLOGI DASAR

Disusun Oleh :

PRASYA MAULIYA ANBAR KHAIRANI


P07534022128

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saat ini masih memberikan kita
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberikan tugas untuk menyelesaikan
makalah tentang “Sediaan dan Pewarnaan”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
syarat nilai mata kuliah pendidikan Mikrobiologi.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai Sediaan dan Pewarnaan pada
Bakteri. Pendidikan Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang
mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya berupa semua makhluk
(hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi,
algamikroskopik, protozoa, dan Archaea. Makalah ini berisi Pembahasan
mengenai Sediaan dan Pewarnaan pada Bakteri..

Saya menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang saya yakini diluar batas kemampuan saya.Maka
dari itu saya dengan senang hati menerima kritik dan saran yang diberi oleh para
pembaca demi kesempurnaan Makalah ini.

Medan, 04 Oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… I


DAFTAR ISI ………………………………………………………………... II
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………...
A. Latar Belakang …………………………………………………….....
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………
C. Tujuan ………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………


A. Definisi Sediaan ………………………………………………….
B. Fungsi Sediaan …………………………………………………...
C. Jenis-Jenis Sediaan …………………………………………….....
D. Alat dan Bahan Pembuatan Sediaan ……………………………..
E. Cara Mambuat Sediaan ………………………………………......
F. Definisi Pewarnaan Bakteri ………………………………………
G. Tujuan Pewarnaan Bakteri ……………………………………….
H. Jenis-Jenis Pewarnaan Bakteri ……………………………….......
I. Faktor-Faktor Pewarnaan Bakteri ………………………………..
J. Zat Warna yang Digunakan Untuk Pewarnaan Bakteri ………….

BAB II Penutupan …………………………….…………………………….


A. Kesimpulan …………………………….……………………………..
B. Saran …………………………….…………………………….……...

DAFTAR PUSTAKA…………………………….…………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi,struktur dan


sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena,teknik pewarnaan sel
bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-
penelitian mkrobiologi.

Pewarnaan (pengecatan) dapat disebut juga sebagai Pewarnaan Bakteri tahan


asam atau sering disebut pengecatan BTA. Dalam cat ini mengandung zat warna
Karbol-Fuchsin yang merupakan asam.Pengecatan ini pertama sekali dicetus oleh
dua orang Doktor Jerman, Franz Ziehl (1859-1926), seorang pakar bakteria dan
Friedrich Neelsen (1854-1894), ahli patologi. Pengecatan ZN merupakan pewarna
bakteri khas yang digunakan untuk Organisme/Bakteri tahan asam, terutamanya
Mycobacteria.

Sediaan sendiri merupakan pekerjaan seorang analis Kesehatan sebelum


melakukan pewarnaan atau persiapan terhadap banteri. Sampel yang akan
digunakan diletakkan di atas objek gelas kemudian dibuat hapusan dilakukan agar
bisa melihat bakteri yang ada di dalam sampel tersebut. Sediaan juga disebut
dengan hapusan. Yang harus kita persiapkan sebelum melakukan sediaan adalah
menyiapkan objek gelas dan membuat identitas.
Metode apus adalah suatu metode dalam mikroteknik yang digunakan untuk
membuat preparat. Beberapa jenis jaringan yang dapat dibuat dengan metode apus
adalah darah, limfa, cairan sum sum tulang belakang, semen jantan dan sediaan air
seni. Sel darah biasanya diamati pada sajian apus yang dibuat dengan meyebarkan
setetes darah menjadi satu lapisan tipis pada kaca objek.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sediaan?


2. Apa fungsi Sediaan?
3. Apa saja jenis-jenis Sediaan?
4. Bagaimanakah cara membuat Sediaan?
5. Apa yang dimaksud Pewarnaan?
6. Apa tujuan Pewarnaan?
7. Apa saja jenis-jenis Pewarnaan Bakteri?
8. Bagaimanakah Prosedur Kerja Pewarnaan Bakteri?

C. Tujuan

Untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari pada bakteri
dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan
sekitarnya. Dan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk bakteri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defini Sediaan

Sediaan preparat merupakan salah satu upaya teknisi laboratorium untuk


dapat mengidentifikasi atau mengenali dan mengetahui morfologi parasit yang
mengganggu manusia. Saat ini parasit yang masih banyak menginfeksi
manusia adalah Ctenocephalides felis atau yang di sebut pinjal kucing (Iswara
& Nuroini, 2017). Ketidaklayakan sediaan permanen bisa karena adanya
kesalahan pada tahap proses pembuatan preparat. Pembuatan preparat tidak
hanya melalui satu tahapan sehingga kesalahan pembuatan preparat tersebut
dapat terjadi , kesalahan inilah yang membuat preparat kurang bagus diamati
dan terlihat rusak. Kerusakan dapat meliputi preparat tidak terlihat jelas atau
bagian tubuh parasit menjadi buram, preparat menjadi tidak utuh atau ada
bagian-bagian dari tubuh spesimen yang rusak atau hilang, serta preparat tidak
bertahan dalam jangka waktu yang lama (Widiyanti,2013). Menurut (Latifa,
2015). Preparat adalah sampel spesimen yang di letakkan atau di oleskan pada
permukaan objek glass atau slides dengan pewarnaan atau tanpa pewarnaan,
yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop dan dapat di bedakan
menjadi beberapa macam preparat yaitu: Preparat sementara (tidak tahan
lama, mediumnya air atau bahan kimia yang mudah menguap. Preparat
semipermanen (medianya gliserin atau pekan). Preparat awetan (jika telah di
proses secara histologis kemudian diawetkan dengan Canada balsam.

B. Funsi Sediaan

Sediaan Basah
 Hidup tidak diwarnai
Fungsinya : Untuk melihat bakteri bisa bergerak atau tidak
dalam keadaan alamiah yang tidak terganggu.

 Hidup diwarnai
Fungsinya :Untuk melihat protozoa atau telur
cacing.Dengan
prinsip mikroogranisme tidak berwarna, tetapi latar
belakang
berwarna. Biasanya mo tidak mati, hal ini dapat dilakukan
pengamatan gerak amuba, flagellata dan ciliata.

Sediaan Mati Diwarnai


Fungsinya :Untuk melihat morfologi bakteri Struktur
bakteri sifat-sifat kuman terhadap zat warna.

Sediaan Kering

 Melihat morfologi bakteri


 Mengetahui reaksi bakteri terhadap zat warna.
 Melihat bagian bagian dari sel bakteri.
C. Jenis-jenis Sediaan

 Sediaan basah hidup tidak diwarnai


 Sediaan basah hidup diwarnai
 Sediaan mati diwarnai
 Sediaan Kering

D. Alat dan Bahan Pembuatan Sediaan

 Ose cincin
 Lampu spiritus
 Gelas benda : untuk meletakkan objek.
 Penutup gelas : untuk menutup benda yang diletakan pada gelas
benda.
 Air secukupnya : untuk menetesi objek yang diamati.
 Pipet tetes : untuk meneteskan air dan pewarna. Silet : untuk
menyayat benda.
 Kertas isap : untuk mengeringkah air dan pewarna di sekeliling
penutup gelas .
 Pewarna : untuk memudahkan pengamatan, misalnya lugol, metiln
biru, dan eosin.

E. Cara Membuat Sediaan

Cara Membuat Sediaan Tetes Bergantung

1. Diambil gelas penutup yang bersih dan bebas lemak.

2. Pindahkan satu tetes suspensi kuman pada gelas penutup tersebut.

3. Ambillah kaca cekung, bagian keliling cekung tersebut diolesi dengan


vaselin

4. Letakkanlah gelas kaca cekung tersebut diatas gelas penutup sedemikian


rupa,sehingga bagian yang cekung terletak persis diatas tetesan kuman.

5. Baliklah dengan cepat gelas kaca cekung tersebut, sehingga gelas penutup
posisinya terdapat diatas, sehingga tetesan kuman posisisnya menggantung.
Cara Membuat Sediaan Kering

1. Siapkan Objek gelas yang bersih dan bebas lemak.


2. Bakar ose sampai merah, setelah dingin ambil kuman secara
aseptis, oleskan diatas objek gelas membentuk lingkaran diameter
± 1,5-2 cm.
3. Keringkan pada suhu kamar
4. Fiksasi dengan cara fisik

F. Definisi Pewarnaan Bakteri

Pewarnaan Bakteri (Gram) adalah prosedur pewarnaan diferensial


yang dapat membedakan jenis bakteri berdasarkan reaksi yang timbul pada
struktur dinding sel selama prosedur pewarnaan.[1] Pewarnaan Gram
dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi spesies bakteri pada berbagai
penyakit infeksi seperti pneumonia, tonsilitis bakterial, meningitis, dan
gonorrhea.

Pewarnaan Gram pertama kali digunakan pada tahun 1884, oleh


ahli patologi Hans Christian Gram, yang ingin mencari cara visualisasi
bakteri kokus dari jaringan paru orang yang meninggal akibat pneumonia.
Pewarnaan ini menggunakan gentian violet sebagai zat pewarna, iodin
sebagai mordant, dan etanol untuk peluntur.

Pemeriksan Gram diindikasikan untuk memperoleh karakteristik


dan klasifikasi bakteri yang berasal dari spesimen, yang akan digunakan
untuk pengambilan keputusan klinis lebih lanjut. Bakteri Gram positif
memiliki lapisan peptidoglikan tebal sehingga akan berwarna biru sampai
ungu. Sedangkan bakteri Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan
tipis sehingga akan berwarna merah sampai merah muda. Pewarnaan
Gram tidak memiliki kontraindikasi dan komplikasi yang spesifik.
Kontraindikasi lebih berkaitan dengan kontraindikasi proses pengambilan
spesimen.[1,2]

Prosedur pewarnaan gram dapat membantu mengidentifikasi


organisme penyebab penyakit. Contohnya adalah penemuan bakteri
diplokokus Gram negatif pada gonorrhea atau servisitis, bakteri gram
positif berbentuk batang pada anthrax, dan bakteri gram positif nonmotil
tidak berkapsul pada difteri.
G. Tujuan Pewarnaan Bakteri

 Untuk mengidentifikasi mikroba. Bakteri yang diwarnai dengan


metode Gram ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif.
 Membedakan bakteri golongan gram positip dengan golongan
gram negatip.
 Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun
fungi.
 Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
 Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam
jasad.
 Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga
sifat-sifat fisik dan kimia dapat diketahui.

H. Jenis-jenis Pewarnaan Bakteri

1.   Pewarnaan sederhana


Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin)
tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan
pewarna yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi
bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya
digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah
bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang
digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif).

Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan
dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang
cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat
warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu
kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).
 
 
 
 
 
 
 

2. Pewarnaan differensial dibagi pewarnaan gram dan pewarnaan


tahan asam

 Pewarnaan differensial
Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna
seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai
berikut:
 Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-
positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel
mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan
Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik
ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri
Klebsiella pneumoniae.

Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan


menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan
reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri
tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh karena itu,
pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang
tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genusMycobacterium dan
beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari kedua
genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di
dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif
tidak
permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut
tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana
atau Gram.

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :


 Zat warna utama (violet kristal)
 Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk
mengintensifkan warna utama.
 Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic
yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
 Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai
kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan
denga alcohol.

Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat


warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif
akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan
alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram,
suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu,
yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau
merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe
bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu :
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin

Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada
komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel 
dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat
lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol
memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal
yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative
lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).

Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk


membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat
dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:

Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:


 Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau
multilayer.
 Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),
peptidoglikan terdapat didalam
 lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat
kering, tidak mengandung asam tekoat.
 Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
 Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya
kristal violet.
 Komposisi nutrisi yang dibutuhkan
relatif sederhana.
 Tidak resisten terhadap gangguan
fisik.
 Resistensi terhadap alkali (1% KOH)
lebih pekat
 Peka terhadap streptomisin
 Toksin yang dibentuk Endotoksin

Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:


 Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
 Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%),
peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama
merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
 Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
 Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu
kristal.
 Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
 Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
 Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
 Tidak peka terhadap streptomisin
 Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Contoh Bakteri Gram Positif Contoh Bakteri Gram Negatif


 
 
 
 
 
Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam
konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi
zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan
menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur
yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri
tahan asam (BTA).
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan
bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa
cara pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut
Ziehl-Neelsen.

 
Bakteri Tahan Asam (pink) dan bakteri Tidak Tahan Asam (biru)

3. Pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel,


pewarnaan spora, pewarnaan kapsul.

Pewarnaan Spora
Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa,
diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora
yang paling banyak digunakan. Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram.
Untuk pewarnaan endspores, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite
hijau  bisa masuk ke dalam spora , seperti halnya pada pewarnaan  Basil Tahan
Asam dimana cat  carbol   fuschsin  harus dipanaskan untuk bisa menembus 
lapisan lilin asam mycolic  dari Mycobacterium .

Skema prosedur pengecatan Spora Schaeffer Fulton


 
 
Protokol   pewarnaan diferensial endospores dan sel vegetatif adalah sebagai
berikut:

 
 
 Prinsip kerja:
Spora kuman mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan
pemanasan agar pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan
pencucian pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat
dilepas walaupun dilunturkan dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri
warna fuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari methylen blue.

Cara Kerja :
• Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak.
• Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada penangas air 80oc selama
10 menit.
• Dibuat sediaan dan dikeringkan.
• Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik
• Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah mengalir.
• Sediaan dicuci dengan air.
• Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan
dikeringkan.
• Diperiksa dibawah mikroskop.

Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspense koloid garam asam tanat yang tidak
stabil, sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.

Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga
sulfat sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika
pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi
warna pada latar belakang. Yang berwana biru gelap.
4. Pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri :
 pewarnaan Neisser (granula volutin),
 pewarnaan yodium (granula glikogen).

5. Pewarnaan negatif

Tujuan :
Mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi
organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak diwarnai,
tapi mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti
spirochaeta.

Cara pewarnaan negatif


– Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat dimikroskop
Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai
latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme
kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan
morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan
atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya
penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat
diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta
cina.
Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau
negrosin.pewarna asam memiliki negatif charge kromogen,tidak akan menembus
atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri.
oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang berwarna.

I. Faktor-faktor Pewarnaan Bakteri

 Fiksasi
 Peluntur warna
 Substrat
 Intensifikasi pewarnaan
 Dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang
sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan
asam encer maka semua zat warna terhapus.

J. Zat Warna yang Digunakan Untuk Pewarnaan Bakteri

 Cairan pewarna: larutan gentian violet atau kristal violet.


 Larutan A: kristal violet 2 g, etanol 95% 20 ml.
 Larutan B: ammonium oksalat 0,8 g, air steril 80 mL
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan:
1. Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi,
pelunturanwarna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan
penggunaan zat warna penutup.
2. Pewarnaan sederhana digunakan untuk melihat bentuk dan struktur
sel bakteridengan menggunakan satu jenis pewarna seperti safranin
atau kristal violet,sedangkan pewarnaan gram digunakan untuk
membedakan antara bakterigram (+) dan gram (-) dengan lebih dari
satu zat warna.
3. 3.Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada
warnanya padagram positif berwarna ungu kareana dapat
mempertahankan zat pewarnakristal violet serta perbadaan terjadi
pada dinding selnya.
4. Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan
sederhana,pewarnaannegatif,pewarnaan gram dan perwarnaan
kapsul.
5. Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan
antara lain:
 Methylen blue.
 Nigrosin.
 Zat warna utama (violet kristal).
 Mordan (larutan Iodin).
 Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) / safranin.
 Zat warna kedua / cat penutup (safranin).

B. Saran
Diharapkan kepada para praktikum untuk menjaga kebersihan
lingkungan sekitar. Baik alat maupun benda yang kita gunakan untuk
praktikum dan benda yang kita gunakan di tubuh kita.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta

Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta

Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang

Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan

Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,.


diakses pada tanggal 14 April 2009, Makassar.

Fauziah.,
2008, http://www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1- 2x/6/Praktikum6.pdf.
diakses pada tangan 04 April 2009, Makassar.

http://apikdewefppundip2011.wordpress.com/2012/06/29/laporan-resmi-
praktikum-mikrobiologi/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pewarnaan_Gram 
http://arfiyahtrimeirina.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-
mikrobiologi_8802.html

http://mikrolaborat.blogspot.com/2011/10/laporan-pewarnaan-bakteri.html

http://ratihkuspriyadani.blogspot.com/2010/11/laporan-praktikum-mikrobiologi-
umum.html

http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-mikrobiologi-pewarnaan.html 
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/12/macam-macam-teknik-
pewarnaan- bakteri/  http://adesahy.blogspot.com/2011/09/pewarnaan-kapsul-
burr-gins.html

Anda mungkin juga menyukai