Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK PEWARNAAN BAKTERI

Disusun oleh :

Widella Aprianti

(P17025019038)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 1


JURUSAN KESEHATAN GIGI REGULER TK. 1 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas yang diberikan dosen guna memenuhi nilai. Makalah ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tentunya tidak
terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena itulah, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ........................................................................ .......... 1
C. Tujuan Masalah ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Pewarnaan Bakteri ....................................................................... 2
B. Macam Tipe Morfologi Bakteri ............................................................ 2
C. Tujuan Pewarnaan ................................................................................. 3
D. Langah-Langkah Teknik Pewarnaan ..................................................... 3
E. Cara Kerja Pewarnaan Gram .................................................................. 3
F. Macam-Macam Pewarnaan ..................................................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ...................................................................................................... . 13

DAFTAR ISI .................................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bakteri atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop bisa tanpa harus
dilakukan pengecatan terlebih dahulu. Tetapi pengamatan yang dilaksanakan tanpa
pengecatan lebih sulit dan tidak dapat dipakai untuk melihat bagian bagian sel dengan
jelas, karena sel bakteri atau mikroba lainnya bersifat transparan atau semi transparan.
Dalam bidang Mikrobiologi dikenal beberapa teknik pewarnaan terhadap bakteri
yang pada dasarnya adalah merupakan reaksi ikatan antara zat warna dengan komponen-
komponen pada bakteri terutama yang terdapat pada dinding sel dan sitoplasma.
Dengan pengecatan maka struktur sel mikroba dapat dilihat lebih seksama.
Fungsi pengecatan terutama memberi warna pada sel- sel atau bagian-bagian lain,
sehingga menambah daya kontras dan membuat lebih jelas. Selain itu pengecatan dapat
untuk menunjukkan bagian-bagian struktur sel, menunjukkan distribusi dan susunan
kimia bagian-bagian sel, membedakan mikroba satu sama lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan pewarnaan ?
2. Bagaimana bentuk morfologi bakteri ?
3. Bagaimana cara kerja pewarnaan gram ?
4. Apa 4 (empat) regen dalam pewarnaan gram ?
5. Apa faktor-faktor utama yang mempengaruhi pewarnaan bakteri ?
6. Bagaimana ciri-ciri bakteri gram positif dan negatif ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tujuan pewarnaan
2. Mengetahui bentuk morfologi bakteri
3. Mengetahui cara kerja pewarnaan gram
4. Mengetahui 4 (empat) regen dalam pewarnaan gram
5. Mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi pewarnaan gram
6. Mengetahui ciri-ciri dari bakteri gram positif dan negatif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Pewarnaan Bakteri


Pewarnaan bakteri menurut cat yang diikat oleh sel bakteri dibagi menjadi dua,
yaitu cat basa dan cat asam. Cat basa adalah garam-garam cat yang ionnya merupakan
kation (bermuatan positif) misalnya methylene blue, safranin. Cat basa digunakan untuk
mewarnai sel bakteri. Sedangkan cat asam adalah garam-garam cat yang ionnya anion.
Cat ini digunakan untuk mewarnai latar belakang, contohnya eosin. Pewarna-pewarna
basa lebih sering digunakan untuk pewarnaan bakteri. Adanya muatan negatif pada
permukaan bakteri menyebabkan tertolaknya sebagian besar pewarna-pewarna asam
sehingga mencegah pewarna-pewarna asam tesebut untuk berpenetrasi ke dalam sel.

B. Macam Tipe Morfologi Bakteri


Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk klas Schizomycetes,
berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil
kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri ada yang dapat hidup
bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Habitatnya
tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai 10 km diatas bumi), di dalam
lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung.
Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 µm.

Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1) Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai
beberapa variasi sebagai berikut:
 Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
 Diplococcus, jika berganda dua-dua
 Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
 Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
 Staphylococcus, jika bergerombol
 Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

2) Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut:
 Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
 Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai

3) Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi
sebagai berikut:
 Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk
koma)
 Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
 Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan usia.
Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang
dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya.

C. Tujuan Pewarnaan
Tujuan pewarnaan terhadap mikroorganisme ialah untuk :
1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun fungi.
2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam jasad.
4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan
kimia dapat diketahui.

D. Langkah-langkah Utama Teknik Pewarnaan


1. Pembuatan olesan bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis
2. Fiksasi, dapat dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti
sabun, formalin, fenol.
3. Aplikasi zat warna : tunggal, atau lebih dari 1 zat warna

Teknik pewarnaan dikelompokkan menjadi beberapa tipe, berdasarkan respon sel


bakteri terhadap zat pewarna dan sistem pewarnaan yang digunakan untuk pemisahan
kelompok bakteri digunakan pewarnaan Gram, dan pewarnaan “acid-fast”(tahan
asam) untuk genus Mycobacterium.

Untuk melihat struktur digunakan pewarnaan flagela, pewarnaan kapsul,


pewarnaan spora, dan pewarnaan nukleus. Pewarnaan Neisser atau Albert digunakan
untuk melihat granula metakromatik (volutin bodies) pada Corynebacterium
diphtheriae. Untuk semua prosedur pewarnaan mikrobiologi dibutuhkan pembuatan
apusan lebih dahulu sebelum melaksanakan beberapa teknik pewarnaan yang spesifik.

E. Cara Kerja Pewarnaan Gram


1. Kaca preparat dibersihkan dengan alkohol 70%
2. Jarum ose dipijarkan kemudian ditunggu hingga dingin, lalu bakteri diambil dari
media lalu diratakkan di atas preparat glass
3. Kaca preparat dipijarkan hingga kering
4. Larutan zat warna krista violet diteteskan sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama
1 menit
5. Preparat diberikan akuades mengalir dan dikeringkan
6. Larutan Lugol diteteskan dan dibiarkan selama 1 menit lalu dicuci dengan air
mengalir dan keringkan
7. Larutan alkohol asama diberikan selama 30 detik, lalu dicuci dengan air mengalir
dan dikeringkan
8. Larutan safranin diberikan selama 20 detik
9. Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan
10. Kaca preparat diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x100x
F. Macam-Macam Pewarnaan
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Pewarnaan sederhana
Menggunakan satu macam zat warna (biru metilen/air fukhsin) tujuan hanya
untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling
umum digunakan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan
positif).
Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam
bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu cara yang cepat untuk melihat
morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh zat warna yang banyak digunakan
adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal (10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).

gambar pewarnaan sederhana

a. Pewarnaan Asam
Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan
hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan
positif adalah metilen biru dan air furksin.

b. Pewarnaan Basa
Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai
bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan
ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna
untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin
atau tinta cina.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana
karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna
yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromoforiknya bermuatan positif). Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu
zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu
cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh
zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen (30-60 detik), ungu kristal
(10 detik) dan fukhsin-karbol (5 detik).

2. Pewarnaan Differensial
Pewarnaan bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan
gram dan pewarnaan tahan asam. Penjelasan sebagai berikut:

Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiella pneumoniae.

Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua,


yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri
terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi
dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh
bakteri yang tergolong bakteri tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan
beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteribakteri dari kedua genus ini
diketahui memiliki sejumlah besar zat lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya
sehingga menyebabkan dinding sel tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat
warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode
pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :

 Zat warna utama (violet kristal)


 Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan
warna utama.
 Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang
digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
 Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-
sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.

Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna


metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan
mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna
penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua
bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini
berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan
struktur dinding sel mereka.
Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram
negatif ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan
struktur dan komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu
dapat merupakan hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya
lebih tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri sebagai berikut:

1. Fiksasi

Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna


merekatkan sel bakteri pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan granula
(butiran) protein menjadi gugusan reaktif (NH3+ ) membuat sel-sel lebih kuat,
mencegah terjadinya otolisis sel, mengubah avinitas, fiksasi dapat dilakukan secara
fisik atau dengan bahan kimia.

2. Peluntur zat warna

Peluntur zat warna berguna untuk menghasilkan kontras yang lebih baik pada
bayangan mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai akan lebih
mudah pula dilunturkan warnanya. Sedangkan sel-sel yang sukar diwarnai akan
lebih sukar dilunturkan warnanya.

3. Substrata

Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa
tertentu. Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat,
lemak dan asam nukleat akan mempengaruhi pewarnaan. Berdasarkan jenis zat
warna yang diserap oleh sel, maka dapat dibedakan tiga macam sel yaitu: sel-sel
asidofil, basodill dan sudanofil.

4. Intensifikasi warna

Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan, yaitu


zat kimia yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai lebih intensif
karena zat warna terikat lebih kuat daripada jaringan sel. Mordan dibagi atas dua
macam, yaitu mordan asam dan mordan basa. Mordan asam adalah mordan yang
bereaksi dengan zat-zat warna basa. Sedangkan mordan basa adalah mordan
yang bereaksi dengan anion zat warna asam.

5. Zat warna penutup atau zat warna lawan

Zat warna lawan adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya dengan
zat warna mula-mula yang digunakan. Gunanya adalah untuk memberikan warna
pada sel-sel yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna
penutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan untuk memberikan kontras
pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna utama.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu :

1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.

2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.

3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.

4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin

Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen
dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran
sitoplasma organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding
sel organisme gram negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari
sel. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan
yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis
(1-3 nm).

Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk


membantu determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat
dijumpai antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:

Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:

 Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
 Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam
 Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat kering,
tidak mengandung asam tekoat.
 Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
 Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal
violet.
 Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
 Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
 Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
 Peka terhadap streptomisin
 Toksin yang dibentuk Endotoksin

Contoh bakteri Gram (-) :


 Neisseria sp
 Shigella sp
 Klebsiella sp

Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

 Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
 Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada
yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat
ringan. Mengandung asam tekoat.
 Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
 Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
 Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
 Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
 Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
 Tidak peka terhadap streptomisin
 Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

Contoh bakteri Gram (+) :


 Bacillus sp
 Staphylococcus sp
 Sterptococcus sp

Contoh bakteri gram positif Contoh bakteri gram negatif

Pewarnaan Tahan Asam

Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi
sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya
karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan
diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol.
Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA).

Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri


penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan
tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen.
Bakteri Tahan Asam (pink) dan bakteri Tidak Tahan Asam (biru)

3. Pewarnaan Khusus

Pewarnaan khusus adalah pewarnaan yang digunakan untuk mewarnai bagian-bagian


sel bakteri, misalnya flagel, spora, dan kapsul.

Pewarnaan flagel

Flagel merupakan komponen tambahan dari sel yang menyerupai benang, terdiri dari
protein Flagelin. Berdasarkan keberadaan, jumlah dan letak flagelanya, bakteri
dibedakan menjadi :

a) Atrik
adalah bakteri yang tidak mempunyai flagella
b) Monotrik
adalah bakteri yang mempunyai flagella yang berjumlah satu pada salah satu
ujung selnya.
c) Lofotrik
adalah bakteri yang mempunyai flagella lebih dari satu (satu berkas) pada salah
satu ujung selnya
d) Amfritik
adalah bakteri yang mempunyai flagella satu atau lebih dari satu (satu berkas)
pada kedua ujung selnya.
e) Peritrik
adalah bakteri yang mempunyai flagella yang jumlahnya banyak dan tersebar
pada seluruh permukaan sel tubuhnya.
Flagel merupakan organel sel yang tidak dapat dilihat dengan pewarnaan biasa. Salah
satu pewarnaan yang digunakan untuk melihat flagel adalah pewarnaan Gray. Pada
metode ini sel bakteri akan berwarna ungu muda sedangkan flagel akan berwarna
ungu lebih muda dengan latar belakang merah muda.

Pewarnaan Spora

Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa,


diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang
paling banyak digunakan.

Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan endspores,


perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora ,
seperti halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat carbol fuschsin harus
dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam mycolic dari Mycobacterium.

Skema prosedur pengecatan Spora Schaeffer Fulton

Protokol pewarnaan diferensial endospores dan sel vegetatif adalah sebagai berikut:

Prinsip kerja:

Spora kuman mempunyai dinding yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar
pori-pori membesar zat warna fuchsin dapat masuk, dengan pencucian pori-pori
kembali mengecil menyebabkan zat warna fuchsin tidak dapat dilepas walaupun
dilunturkan dengan asam alkohol, sedangkan pada badan bakteri warna fuchsin
dilepaskan dan mengambil warna biru dari methylen blue.

Cara Kerja :

 Dibuat suspensi kuman, ditambah dengan carbol fuchsin sama banyak.


 Dipanaskan selama 6 menit pada api kecil atau pada penangas air 80oc selama 10
menit.
 Dibuat sediaan dan dikeringkan.
 Dimasukkan kedalam H2SO4 1% selama 2 detik
 Dimasukkan kedalam alkohol sehingga tidak ada lagi warna merah mengalir.
 Sediaan dicuci dengan air.
 Diwarnai dengan methylen blue selama 1 menit kemudian dicuci dan dikeringkan.
 Diperiksa dibawah mikroskop.

Pewarnaan kapsul

Kapsul merupakan lapisan luar bergelatin yang disekresikan oleh sel dan yang
mengelilingi serta menempel pada dinding sel. Pewarnaan kapsul lebih sulit
dibandingkan dengan jenis prosedur pewarnaan diferensial lainnya karena bahan
kapsul bersifat larut air dan dapat dilepaskan dengan pembilasan berlebih.
Pewarnaan kapsul yang sering digunakan adalah metode Burry. Metode Burry
adalah kombinasi dari pewarnaan negatif dan sederhana. Prinsip pewarnaan kapsul
metode burry adalah kapsul akan berwarna transparan, sel bakteri akan berwarna
merah atau biru sesuai dengan cat yang diberikan dengan latar belakang hitam.
Contoh kuman berkapsul yaitu :
1. Klebsiella pneumoniae
2. Bacillus subtilis
3. Serratia marcencent

Pewarnaan ini menggunakan larutan Kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat
sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika
pembilasan dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna
pada latar belakang. Yang berwana biru gelap.

4. Pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri :

 Pewarnaan Neisser (granula volutin),


 Pewarnaan yodium (granula glikogen).
5. Pewarnaan negatif

Tujuan :

Mempelajari penggunaan prosedur pewarnaan negatif untuk mengamati morfologi


organisme yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Bakteri tidak diwarnai, tapi
mewarnai latar belakang. Ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, seperti
spirochaeta

Cara pewarnaan negatif :

– Sediaan hapus → teteskan emersi → lihat dimikroskop

Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar
belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan
transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan
ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan
yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu
bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat.
Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina.

Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam seperti eosin atau negrosin.pewarna


asam memiliki negatif charge kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke
dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri. oleh karena itu, sel tidak
berwarna mudah dilihat dengan latar belakang berwarna.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tujuan pewarnaan :

Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, maupun


fungi, Memperjelas ukuran dan bentuk jasad, Melihat struktur luar dan
kalau memungkinkan struktur dalam jasad, dan Melihat reaksi jasad
terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia dapat
diketahui.

2. Dasar pewarnaan bakteri ada 2 yaitu pewarna asam dan pewarna basa.
3. Macam-macam pewarnaan yang digunakan dalam pewarnaan sel bakteri
adalah pewarnaan sederhana, pewarnaan khusus, pewarnaan differential dan
pewarnaan negatif.
 Pewarnaan sederhana digunakan untuk mengetahui bentuk morfologis
bakteri ( coccus,basilus, dan spiral ) dan susunannya ( rantai,
berkelompok, berpasangan, dan tetrad )
 Pewarnaan differential adalah untuk membedakan sifat bakteri. Ada 2
macam yaitu pewarnaan Gram dan Pewarnaan ZN (Ziehl Neelsen)
 Pewarnaan khusus terdiri dari pewarnaan spora, granula volutin, flagel
dan kapsul.
 Pewarnaan negatif adalah pewarnaan yang digunakan untuk mewarnai
latar belakangnya sedangkan sel bakteri tidak terwarnai.

B. Saran

Diharapkan setelah membaca makalah ini,pembaca mengetahui dan


memhami definisi pewarnaan dan jenis-jenis teknik pewarnaan.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta

Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta

Waluyo,lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang

Widjoseputro, D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan

Jimmo., 2008, http ://Pembuatan PReParAT dan PengeCaTAnnyA _ BLoG KiTa.mht,.


diakses pada tanggal 14 April 2009, Makassar.

Fauziah., 2008, http://www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1-


2x/6/Praktikum6.pdf. diakses pada tangan 04 April 2009, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai