Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Nizar Qabbani
Di ajukan sebagai mata kuliah Studi Tokoh Sastra
Dosen pengampu : Sri Sudiari, S.Ag.M.Pd.i

Di susun oleh :

Fitri ariyanti : 401200038

Program Studi Bahasa dan Sastra Arab


Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifudiin
Jambi
2023
PEMBAHASAN

A. Biografi Nizar Qabbani

Nizar Qabbani, seorang sastrawan Timur Tengah yang menjadi lambang


revolusioner bagi para penyair modern karena karya-karyanya yang identik membahas
tentang cinta dan perjuangan. Nizar lahir di Suriah pada tanggal 21 Maret 1923, bernama
lengkap Nizar Tawfiq Qabbani dan dibesarkan dalam keluarga tradisional Damaskus
Kuno, tepatnya di sebuah kawasan yang bernama Mundzinah Syahm. Sejak kecil, Nizar
sudah terbiasa membuat syair-syair bertemakan romantisme. Ia mewarisi kepiawaian
berpuisi dari ayahnya, Taufiq Qabbani. Di masa mudanya, aktif menulis berbagai puisi
yang bertemakan cinta. Hingga lahirlah sebuah buku puisi berjudul Al-Rasm Bi Al-
Kalimat (Melukis dengan kata-kata). Di masa awal kepenyairannya, Nizar telah banyak
menghafal puisi-puisi Umar bin Abi Rabi‟ah, Jamil Batsinah, Tharafah bin Al-‟Abd serta
Qais bin Al-Mulawwah.
Nizar pertama kali menerbitkan buku puisinya berjudul Qalat Li Al-Samra (Si
gadis Cokelat Berkata Padaku), yang terbit pada tahun 1944. dari tahun 1944 sampai
1968, rata-rata kumpulan puisinya masih bertemakan cinta. Baru pada dekade 70-an,
Nizar mulai menulis puisi-puisi yang banyak menyuarakan kritik terhadap situasi politik
Arab. Hingga puncaknya, pada tahun 1991, Nizar Qabbani kembali menerbitkan
bukunya yang berjudul Hawamisy „Ala Hawamisy (Margin di Atas Margin). yang di
dalam salah satu bait puisinya, Nizar menyatakan dengan tegas: wahai negeriku yang
duka // kau telah mengubahku dengan sekejap mata // dari seorang penyair yang menulis
puisi cinta dan renjana // menjadi penyair yang menulis puisi dengan pisau.
Perubahan yang terjadi pada Nizar Qabbani dalam puisi tersebut dipicu oleh
Perang Arab-Israel tahun 1967 yang membuatnya benar-benar terpukul melihat bangsa
Arab yang tidak bisa menyatukan tekad dalam melawan penindasan. Oleh sebab itulah, ia
tak banyak menulis puisi cinta dan asmara. Ia hanya perlu menulis  bukan lagi puisi,
tetapi “menulis” pisau yang harus dilemparkan kepada mereka para petinggi Timur
Tengah yang menjadi sebab banyak rakyat Arab menderita akibat peperangan yang tak
berkesudahan. Dalam bangsa Arab, ada adagium yang sangat terkenal yaitu al-syi‟ru
diwὰn al-„arab, yang jika diartikan ialah puisi adalah rumah bangsa Arab. Maksudnya
adalah, bangsa Arab sejak zaman dahulu menjadikan puisi tak hanya sebatas gubahan
kata-kata dan sentuhan-sentuhan puitis. Seolah puisi itu rumah, di dalamnya tentu
memiliki banyak “peralatan” dan “perlengkapan”: mulai dari prinsip hidup, perlawanan,
patriotisme, romantisme yang dapat kita jumpai dalam puisi-puisi mereka.
Semenjak usia dini, Nizar mulai mengekspresikan emosi dan pikirannya melalui
puisi. Ketika berumur 15 tahun kakak perempuannya yang bernama Wisal melakukan
tindakan bunuh diri. Penyebabnya sang kakak menolak perjodohan yang diatur oleh
orangtunya.
Kejadian tragis ini kemudian memantik kemarahan Nizar. Ia berfikir bagaimana
keluarganya yang terdidik, beradab, dan tak pernah kelaparan itu tidak bisa memberikan
kebebasan dan rasa tidak adil terhadap kakak perempuannya. Latar belakang ini yang
menjadikannya sering menyuarakan pendapatnya tentang hak-hak perempuan melalui
karya-karyanya. Tak salah kalau sebagaian besar tulisannya didominasi oleh
pandangannya terhadap feminisme. Nizar Qabbani juga dikenal paiwai menggambarkan
penderitaan perempuan di masyarakat kontemporer dalam karyanya. Sebagai seorang
diplomat ia pernah berkarier di Kementerian Luar Negeri Suriah dan ditugaskan di
Beirut, Kairo, Istanbul, Madrid, hingga London.
Nizar mulai menulis puisi sejak usia 16 tahun. Ia menerbitkan sendiri buku
kumpulan puisi pertamanya ketika berumur 19 tahun. Bukunya juga sering memunculkan
kontroversi karena bait-bait romantisnya, utamanya ketika menyangkut tubuh perempuan.
Hal ini dianggap menimbulkan gelombang kejut pada masyarakat Arab kala itu. Namun,
puisi ciptaan Nizar justru disetujui oleh Menteri Pendidikan Suriah kala itu, Munir al-
Ajlani. Bahkan ia mendukung Nizar dengan menulis kata pengantar untuk kumpulan
puisinya.
Sosok Nizar Qabbani menjadi ikon penting dalam kesusastraan Arab Modern.
Seorang kritikus sastra, Husain bin Hamzah memberi gelar Nizar Qabbani sebagai
“Presiden Republik Puisi”. Bahkan menurut Ali Manshur, penyair asal Mesir, sosok
Nizar Qabbani bisa dikatakan sebagai Umar bin Abi Rabi‟ah modern, penyair Quraisy
dari Bani Makhzum yang paling piawai dalam mengubah syair-syair cinta dan erotisme.

B. Karya sastra Nizar Qabbani


Salah satu karya Nizar Qabbani yang paling mahsyur adalah puisinya yang
berjudul “Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti” yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia adalah “Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau”.
Pada puisi ini, Nizar Qabbani menggunakan banyak bahasa kias untuk menggambarkan
sosok perempuan yang ia cintai dengan bahasa yang indah dan sarat akan makna. Nizar
menulis puisi Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti pada tahun 1979 dalam usianya yang ke-
56 tahun. Lalu terbit pada tahun yang sama dengan judul yang sama pula. Mayoritas
karya Nizar Qabbani bisa dibilang menggunakan diksi yang erotis dan romantis.

Berikut kutipan beberapa bagian dari puisi Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti.

‫أ ْش َهدُ أ َ ْن اَّل ْام َرأَة‬


ِ ‫ث ش ََرائِ َع ْالعَالَ ِم اإَّل أ َ ْن‬
‫ج‬ َ ‫قَ ْد‬
ْ ‫غي َار‬
ْ ‫غي َار‬
‫ث‬ َ ‫َو‬
‫طتَ ْال َح ََل ِل َو ْال َح َر ِام‬ َ ‫خ َِر ْي‬
‫ج‬ ِ ‫اإَّل أ َ ْن‬

Aku bersaksi tiada perempuan


yang mampu mengubah hukum-hukum dunia
dan mengubah peta halal dan haram
selain engkau
Puisi di atas menjelaskan bahwa tiada satu pun perempuan yang mampu mengubah
hukum-hukum di dunia, bahkan dapat mengubah peta halal dan haram selain perempuan
tersebut.
Menggambarkan bahwa sang penyair memiliki kedekatan yang istimewa dengan
perempuan tersebut, sampai-sampai dapat melumpuhkan logika.

‫أ ْش َهدُ أ َ ْن اَّل ْام َرأَة‬


‫َج أ َ ْن ح َْرفَ َع ْالحُبا إِلَى َم ْرحَبَ ِت ال ا‬
ِ‫ص ََلة‬ ْ ‫ح َ َم اكن‬
ِ ‫ اإَّل أ َ ْن‬،ِ‫اإَّل أ َ ْنج‬
‫ج‬
ِ ‫اإَّل أ َ ْن‬
‫ج‬
Aku bersaksi tiada perempuan
yang mampu mengangkat derajat cinta setara dengan salat
selain engkau, selain engkau
selain engkau

Dalam puisi di atas, penulis ingin menjelaskan bahwa tiada seorang pun yang mampu
mengangkat derajat cinta setara dengan salat selain perempuan tersebut. Di sini dapat
dilihat bahwa cinta yang disuarakan oleh Nizar bukan hanya sekadar cinta biasa,
melainkan cinta yang dapat menggetarkan alam batiniah sang penyair.
Kepiawaian Nizar Qabbani dalam menulis puisi-puisi cinta yang sarat akan makna,
membuat kita —  sebagai pembaca — merasa seperti benar-benar terjerumus ke dalam
setiap bait puisi yang ditulis olehnya.
Nizar adalah lambang revolusioner bagi para penyair modern yang melahirkan
puisi-puisi bertemakan cinta dan perjuangan. Oleh karena itu, banyak puisi-puisi Nizar
Qabbani yang di alih bahasakan ke dalam beberapa bahasa. Salah satunya ialah buku
Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau yang dialih bahasakan dari puisi Nizar
Qabbani yang berjudul Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti.
Beberapa karya Nizar Qabbani selain Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti antara lain:
Thufalat Nahd (1948), Samia (1949), Anti Li (1950), Qashaid (1956), Habibati (1961),
Al-Rasm Bi Al-Kalimat (1966), Yaumiyat Imraah La Mubaliyah (1968), Qashaid
Mutawahhisyah (1970), Kitab Al-Hubb (1970) dan masih banyak yang lainnya.

"Kupersembahkan kematianku padamu dalam bentuk puisi"


Nizar Qabbani meninggal pada 30 April 1998 akibat serangan jantung yang ia derita.
Pada saat menjalani perawatan medis di rumah sakit London, Nizar menulis wasiat agar
setelah meninggal nanti, jasadnya dikuburkan di Damaskus. Ia mengatakan:
"Rahim yang mengajari aku puisi, yang mengajari aku berkreasi, yang mengajari aku
aksara bunga melati"
KESIMPULAN

Nizar Qabbani, seorang sastrawan Timur Tengah yang menjadi lambang revolusioner
bagi para penyair modern karena karya-karyanya yang identik membahas tentang cinta
dan perjuangan. Seorang kritikus sastra, Husain bin Hamzah memberi gelar Nizar
Qabbani sebagai “Presiden Republik Puisi”.
Ketika berumur 15 tahun kakak perempuannya yang bernama Wisal melakukan tindakan
bunuh diri. Penyebabnya sang kakak menolak perjodohan yang diatur oleh orangtunya.
Kejadian tragis ini kemudian memantik kemarahan Nizar. Ia berfikir bagaimana
keluarganya yang terdidik, beradab, dan tak pernah kelaparan itu tidak bisa memberikan
kebebasan dan rasa tidak adil terhadap kakak perempuannya. Latar belakang ini yang
menjadikannya sering menyuarakan pendapatnya tentang hak-hak perempuan melalui
karya-karyanya.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal penulis Nurul Huda. Jakarta


Jurnal Mahasiswa Muhammad Hafizh Almauludi. Sumber referensi : Nizar qabbani ,
Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau.

Anda mungkin juga menyukai