Biografi Nizar Qabbani
Biografi Nizar Qabbani
Nizar Qabbani
Di ajukan sebagai mata kuliah Studi Tokoh Sastra
Dosen pengampu : Sri Sudiari, S.Ag.M.Pd.i
Di susun oleh :
Berikut kutipan beberapa bagian dari puisi Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti.
Dalam puisi di atas, penulis ingin menjelaskan bahwa tiada seorang pun yang mampu
mengangkat derajat cinta setara dengan salat selain perempuan tersebut. Di sini dapat
dilihat bahwa cinta yang disuarakan oleh Nizar bukan hanya sekadar cinta biasa,
melainkan cinta yang dapat menggetarkan alam batiniah sang penyair.
Kepiawaian Nizar Qabbani dalam menulis puisi-puisi cinta yang sarat akan makna,
membuat kita — sebagai pembaca — merasa seperti benar-benar terjerumus ke dalam
setiap bait puisi yang ditulis olehnya.
Nizar adalah lambang revolusioner bagi para penyair modern yang melahirkan
puisi-puisi bertemakan cinta dan perjuangan. Oleh karena itu, banyak puisi-puisi Nizar
Qabbani yang di alih bahasakan ke dalam beberapa bahasa. Salah satunya ialah buku
Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau yang dialih bahasakan dari puisi Nizar
Qabbani yang berjudul Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti.
Beberapa karya Nizar Qabbani selain Asyhadu An Laa Imroata Illa Anti antara lain:
Thufalat Nahd (1948), Samia (1949), Anti Li (1950), Qashaid (1956), Habibati (1961),
Al-Rasm Bi Al-Kalimat (1966), Yaumiyat Imraah La Mubaliyah (1968), Qashaid
Mutawahhisyah (1970), Kitab Al-Hubb (1970) dan masih banyak yang lainnya.
Nizar Qabbani, seorang sastrawan Timur Tengah yang menjadi lambang revolusioner
bagi para penyair modern karena karya-karyanya yang identik membahas tentang cinta
dan perjuangan. Seorang kritikus sastra, Husain bin Hamzah memberi gelar Nizar
Qabbani sebagai “Presiden Republik Puisi”.
Ketika berumur 15 tahun kakak perempuannya yang bernama Wisal melakukan tindakan
bunuh diri. Penyebabnya sang kakak menolak perjodohan yang diatur oleh orangtunya.
Kejadian tragis ini kemudian memantik kemarahan Nizar. Ia berfikir bagaimana
keluarganya yang terdidik, beradab, dan tak pernah kelaparan itu tidak bisa memberikan
kebebasan dan rasa tidak adil terhadap kakak perempuannya. Latar belakang ini yang
menjadikannya sering menyuarakan pendapatnya tentang hak-hak perempuan melalui
karya-karyanya.
DAFTAR PUSTAKA