Anda di halaman 1dari 8

EFISIENSI ALOKASI

Oleh kelompok 10 MBS-3D :


1. Shaila Zamalini (3721138)
2. Siti Fatimah (3721140)
3. Zeka Hardika (3721133)

A. Pengertian Efisiensi Alokasi


Dalam pasar persaingan sempurna dikatakan efisien jika telah memaksimalkan input dan
output yang sebanding (Nicholson, 1995). Kondisi alokasi yang efisien, dimana tidak dapat
lagi suatu individu menambah utility-nya terhadap suatu barang (better-off) tanpa membuat
utility individu lainnya dirugikan (worse-off)1. Efisiensi alokasi ini sering disebut sebagai
Pareto efficient. Paretto merupakan seorang ekonom Itali yang menemukan teori Efisiensi
alokasi. Suatu alokasi dapat dikatakan sebagai Pareto Efficient bila barang-barang yang ada
tidak dapat diakolasikan ulang untuk membuat seseorang menjadi lebih baik lagi keadaannya
tanpa membuat orang lain menjadi lebih buruk keadaannya2.
Efisiensi alokatif adalah suatu keadaan pasar yang efisien di mana modal dialokasikan
dengan cara yang paling menguntungkan antara pihak-pihak yang terlibat. Efisiensi alokatif
membuat barang atau jasa diproduksi sampai pada titik di mana unit terakhir memberikan
keuntungan kepada konsumen yang sama dengan biaya produksi paling kecil pula (efisien).
Efisiensi alokasi mengukur perbandingan antara masukan (input) dan luaran (output), di
mana input digunakan setepat dan sebaik mungkin untuk memperoleh output yang terbaik.
Efisiensi alokasi menjelaskan bahwa bila semua sumber daya yang ada habis teralokasi, maka
akan mencapai alokasi yang efisien.
Efisiensi alokasi menjelaskan bahwa bila semua sumber daya yang ada habis teralokasi,
maka alokasi yang efisien telah tercapai. Masing-masing unit ekonomi dalam pasar
pertukaran memiliki keunggulan modal awal (endowment) yang berbeda satu sama lain.
Misalnya, endowment individu 1 lebih banyak pada barang 1 sedangkan individu 2 memiliki
lebih banyak barang 2. Kondisi tersebut akan memacu masing-masing individu untuk
membuat dirinya better-off dengan melakukan perdagangan barang 1 dan 2. Pertukaran
tersebut akan berakhir pada kondisi alokasi yang efisien, dimana tidak dapat lagi suatu

1
Siti Mardiyah, Efisiensi Alokasi dalam Pandangan Adiwarman A.Karim, Islamic Banking, Volume 2, No.
1, Agustus 2016, Hlm. 16
2
Risna Nurhaida Hafni, Efisiensi Alokasi dan Distribusi Pendapatan dalam Ekonomi Islam, Jurnal Ilmu
Akuntansi dan Bisnis Syariah, Volume 1, No. 2, Juli 2019, Hlm.238

1
individu menambah utility-nya terhadap suatu barang (better-off) tanpa membuat utility
individu lainnya dirugikan (worse-off).
Contohnya :3 Jono dan Kirun mempunyai 10 unit makanan dan 6 pakaian. Awalnya jono
memiliki 7 unit makanan dan 1 unit pakaian sedangkan kirun memiliki 3 unit makanan dan 5
pakaian. Bagi kirun, ia bersedia memberikan 3 unit pakaian untuk mendapatkan 1 unit
makanan. Sedangkan bagi jono, ia bersedia memberikan ½ unit pakaian untuk mendapatkan 1
unit makanan. Nah karena jono lebih menyukai pakaian dari pada kirun, maka keduanya
dapat lebih tinggi utilitynya dengan melakukan pertukaran.
Selama MRS (marginal rate of subtitusion) dari jono dan kirun berbeda, maka mereka
akan terus melakukan pertukaran karena keduanya dapat terus meningkatkan utilitynya,
dengan kata lain, selama MRS nya berbeda maka alokasi belum efesien. Alokasi efesien
tercapai ketika MRS nya berbeda maka alokasi belum efesien. Alokasi efesien tercapai ketika
MRS setiap orang sama.

B. Efisiensi Alokasi Dalam Islam


Ekonomi Islam maupun ekonomi konvensional tentu sudah tidak asing lagi dengan
efisiensi alokasi. Efisiensi alokasi dalam konsep ekonomi konvensional dikenal sebagai
efficient allocation of goods yaitu barang dikatakan efisien apabila tidak ada individu yang
dapat meningkatkan utility-nya tanpa mengurangi utility yang lain4. Sehingga, keadaan yang
dianggap efisien apabila keadaan lainnya masih terdapat kesempatan atau peluang untuk
meningkatkan kegunaan seseorang tanpa mengurangi orang lain. Sayangnya, dalam teori
ekonomi konvensional tidak dijelaskan apakah alokasi tersebut adil atau tidak.
Adil dapat diartikan sebagai “sama rasa sama rata”. Akan tetapi, dalam konsep ekonomi
Islam adil itu tidak harus sama rasa sama rasa, melainkan yang paling penting adalah “tidak
mendzalimi dan tidak didzalimi”.
Imam Ali r.a diriwayatkan pernah mengatakan: “janganlah kesejahteraan seseorang
diantara kamu meningkat namun pada saat yang sama kesejahteraan yang lain menurun”.
Di samping itu, efisiensi hanya menjelaskan bahwa sumber daya yang ada habis
teralokasi, maka alokasi yang efisien tercapai. Akan tetapi, sebagaimana yang dijelaskan
sebelumnya bahwa efisiensi alokasi dalam ekonomi konvensional tidak menjelaskan apakah

3
Siti Mardiyah, Efisiensi Alokasi dalam Pandangan Adiwarman A.Karim, Islamic Banking, Volume. 2,
No. 1, Agustus 2016, Hlm. 17
4
Risna Nurhaida Hafni, Efisiensi Alokasi dan Distribusi Pendapatan dalam Ekonomi Islam, Jurnal Ilmu
Akuntansi dan Bisnis Syariah, Volume 1, No. 2, Juli 2019, Hlm.238

2
alokasi tersebut adil atau tidak. Karena, pada dasarnya, para ekonom konvensional masih
memperdebatkan makna adil, diantaranya:5
1. Berdasarkan konsep Egalitarian, yaitu konsep yang dimana setiap orang dalam
kelompok masyarakat menerima barang dengan jumlah yang sama.
2. Konsep Rawlsian, yaitu konsep yang memaksimalkan utility orang paling miskin (the
least well off person).
3. Konsep Utilitarian, yaitu konsep yang memaksimalkan total utility dari setiap orang
dalam kelompok masyarakat.
4. Konsep Market Oriented, yaitu konsep yang dihasilkan dari pertukaran melalui
mekanisme pasar adalah mekanisme yang paling adil.
Akan tetapi, dalam ekonomi Islam yang dimaksud dengan adil pernah dicontohkan oleh
Umar ibn Khattab. Dalam penetapan tarif kharaj (per jarib lahan) yang berbeda, misalnya;
lahan yang ditanami gandum kharaj yang harus dibayarkan sebesar 1 (satu) dirham ditambah
1 (satu) qafiz, sedangkan untuk buah-buahan tarif kharaj yang harus dikeluarkan adalah
sebesar 10 (sepuluh) dirham, dan 5 (lima) dirham tarif kharaj yang harus dikeluarkan untuk
lada. Begitupun dalam pembagian harta Baitul maal, Umar ibn Khattab mengatur tunjangan
per tahun kepada keluarga Rasulullah SAW, seperti Abbas ibn Abdul Muthalib mendapat
12.000 dirham, istri-istri Rasulullah SAW mendapat 12.000 dirham, Shafiyyah ibn Abdul
Muthalib mendapat 6.000 dirham, sedangkan Ali, Hasan, Husein, dan para mujahid perang
Badar masing-masing mendapat 5.000 dirham, begitu pun dengan kaum Anshar, para
mujahid Uhud, serta Muhajirin ke Abisina mendapat 4.000 dirham, dan yatim ahli Badar
mendapat 2.000 dirham, begitupun seterusnya.
Akan tetapi karena adanya perubahan sosial ekonomi pada masa itu, apa yang telah
dilakukan oleh Umar ibn Khattab diubah oleh Ali r.a, dimana tunjangan yang diberikan
dibagi sama rata kepada setiap orang. Dari apa yang dilakukan oleh Umar ibn Khattab atau
Ali r.a merupakan untuk kebaikan serta keadilan masyarakat. Karena, dalam ilmu ekonomi
Islam yang dimaksud dengan adil bukanlah sama rata dan sama rasa, atau you get what you
deserve, melainkan yang terpenting adalah tidak didzalimi dan tidak mendzalimi.

C. Implementasi Efisiensi Alokasi Dalam Perusahaan


Dalam menjalankan suatu bisnis, pasti telah melakukan segmentasi dan kemudian
menentukan segmen pasar tertentu bagi produk atau jasa perusahaan. Segmen pasar yang

5
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Ed. 5 Cet. 10, ( Depok: Rajawali Pers, 2018) , Hlm. 277

3
dipilih tentunya menjadi fokus perusahaan dalam mempersiapkan segala strategi untuk
memenangi persaingan.
Sebelumnya, perusahaan perlu memetakan atau menyegmentasi pasar secara kreatif,
sehingga dengan begitu suatu perusahaan akan benar-benar mengenal potensi segmen pasar
yang akan menjadi target perusahaan. Namun, targeting merupakan strategi dalam
mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif. Strategi ini perlu dilakukan untuk
mempermudah proses penyesuaian sumber daya-sumber daya yang dimiliki (fitting) ke dalam
segmen-segmen pasar yang telah dipilih. Karena itu, targeting biasa disebut juga sebagai
fitting strategy.
Seperti yang diketahui, sumber daya yang ada atau yang dimiliki pasti terbatas, baik itu
berupa dana, asset, maupun sumber daya manusia. Untuk itu, suatu perusahaan perlu
melakukan suatu strategi pengalokasian secara efektif. Efektif di sini berarti perusahaan harus
mampu menempatkan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan tujuan yang jelas. Hal ini
dimaksudkan agar sumber daya dapat memberikan hasil yang menguntungkan perusahaan
secara nyata.
Setelah melakukan proses secara efektif, perusahaan perlu menerapkan efisiensi dalam
proses pengalokasian sumber daya. Maksudnya, dalam menjalankan strategi ini perusahaan
sebisa mungkin harus menekan anggaran pengeluaran atau melakukan strategi itu dalam
waktu yang sesingkat mungkin. Dengan demikian, tujuan dari perusahaan dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Namun, suatu perusahaan harus hati-hati. Jangan sampai
perusahaan bermaksud menekan anggaran tapi malah mengakibatkan proses yang
berlangsung menjadi tidak efektif, karena efektif lebih penting daripada efisien. Tidak apa-
apa mengeluarkan biaya lebih tetap hasilnya bisa lebih bagus. Semakin efektif kinerja
perusahaan, semakin mudah suatu perusahaan dalam mewujudkan visinya.
Karena itu, dalam proses targeting ini, tidak sembarang segmen bisa dibidik. Bila segmen
yang dipilih belum jelas, tentu akan menyebabkan kinerja perusahaan menjadi tidak efektif.
Segmen-segmen pasar itu perlu dievaluasi dan tentukan berdasarkan kriteria yang jelas. Perlu
diperhatikan kriteria-kriteria berikut ini:6
1. Suatu perusahaan harus yakin terlebih dulu apakah segmen pasar yang dipilih cukup
besar.
Perusahaan juga perlu memastikan segmen tersebut merupakan pasar yang bagus
dan menguntungkan agar return yang akan diperoleh dapat membuat perusahaan

6
Hermawan Kartajaya, on Targeting (Alokasikan Sumber Daya Anda secara Efektif), (Bandung :
MarkPlus&Co /Mizan, 2006), Hlm. 15-27.

4
berkembang. Bila ukuran pasar cukup besar, maka semakin besar juga return yang
bakal didapatkan.
Sebagai contoh bisa dilihat strategi yang dilakukan Continental, merek ban asal
Jerman. Setelah sukses merambah Malaysia, saat ini Continental mulai masuk ke
pasar Indonesia. Besarnya populasi kendaraan bermotor di Indonesia membuat
Continental tergiur untuk menjadikan Indonesia sebagai target pasarnya. Strategi yang
dilakukan Continental pun tidak tanggung-tanggung. Meski belum diproduksi di
Indonesia, Continental telah mempersiapkan diri dengan sertifikat SNI. Continental
ingin menunjukkan bahwa standar ban mereka telah sesuai dengan kondisi jalan di
Indonesia, dan langkah ini dapat menarik minat konsumen atau produsen mobile di
Indonesia untuk menjadi pelanggan ban Continental.
Hebatnya, sebagai salah satu merek yang telah berpengalaman di pasar Eropa,
Continental tidak mau tergesa-gesa. Continental tidak langsung masuk ke semua
segmen pasar ban. Continental mencoba terlebih dulu masuk ke replacement market
(ban pengganti). Strategi menyasar segmen pasar ban pengganti mereka dahulukan
karena Continental ingin melihat bagaimana respons pasar. Setelah benar-benar yakin
sukses, Continental akan masuk ke target pasar yang jauh lebih besar, yaitu Original
Equipment, seperti yang mereka lakukan di pasar Eropa. Sampai saat ini hampir
semua produsen mobil di Eropa telah berhasil dirangkul Continental.
2. Perusahaan perlu mengamati potensi pertumbuhan pasar.
Potensi ini harus bisa diprediksi. Bila potensi pertumbuhannya cukup tinggi, itu
akan memudahkan perusahaan memasarkan produk dan jasa. Semakin tinggi
pertumbuhannya kecil atau datar-datar saja, maka suatu perusahaan perlu
mengevaluasi kembali segmen pasar tersebut.
Contoh segmen pasar yang memiliki pertumbuhan tinggi saat adalah TV plasma
tentu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Setelah bermain di TV plasma,
Panasonic semakin fokus masuk ke pasar ini dengan meluncurkan Viera, generasi
kedelapan TV plasma. Melalui Viera, Panasonic menonjolkan berbagai kelebihan
desain yang menawan dan fitur-fitur canggih, sehingga diharapkan Viera akan
semakin memanjakan pelanggannya. Viera juga memfasilitasi dirinya berbagai
kelebihan lain yang salah satunya adalah fleksibilitas koneksi dengan perangkat
digital. Hasilnya, sampai saat ini Panasonic semakin meninggalkan pesaing-
pesaingnya dan tetap memimpin pasar TV plasma secara global.

5
Contoh lain yang menarik dilihat adalah Supra Fit terbaru, produksi Astra Honda
Motor (AHM). Setelah mengetahui pertumbuhan pasar sepeda motor yang semakin
tinggi, AHM kembali mengeluarkan varian terbaru Supra Fit. AHM memang semakin
memfokuskan diri di segmen pasar sepeda motor ini memiliki moto “fit dipakai, fit
juga harganya”. Hal itu dilakukan AHM karena hasil penjualan Supra Fit telah
memberi kontribusi terbesar dari total penjualan. Hingga saat ini, AHM berhasil
menjadi pemimpin pasar sepeda motor nasional dengan penguasaan pasar lebih dari
50 persen.
3. Strategi targeting harus didasarkan keunggulan kompetitif perusahaan.
Strategi ini bertujuan untuk mengukur apakah perusahaan memiliki kekuatan dan
keahlian dalam menguasai segmen pasar yang dipilih. Agar perusahaan mampu
menghasilkan value yang kompetitif, perusahaan memerlukan kapabilitas, kompetensi
inti, dan keunggulan dalam melaksanakan diferensiasi yang ditujukan untuk
memenangkan kompetisi. Selain itu, perlu juga dianalisis apakah segmen pasar yang
dipilih sesuai dengan tujuan jangka panjang perusahaan.
Contohnya bisa dilihat Daimler Chrysler. Daimler Chrysler, dengan merek
Mercedes Benz-nya, belum lama ini meluncurkan empat varian sedan premiumnya
sekaligus. Keempat varian sedan terbaru Mercedez-Benz itu adalah C230 Sport, C230
Elegance, C280 Elegance, dan E280 Elegance. Mercedez-Benz ini sengaja dirancang
dengan mesin baru yang lebih bertenaga, tetapi hemat bahan bakar. Mercedez-Benz,
yang telah memiliki persepsi yang kuat dalam hal kualitas, mencoba
meningkatkannya agar juga dipersepsi sebagai mobil yang hemat bahan bakar.
Selama ini, menurut persepsi kebanyakan orang mobil sedan yang premium
pastilah boros bahan bakar karena cc-nya yang pasti juga besar. Karena itu,
Mercedez-Benz mencoba memperkuat keunggulan kompetitifnya dengan menambah
keunggulan lain, yaitu mobil mewah hemat BBM. Hal ini pun sesuai target market-
nya, yaitu kalangan berduit sangat banyak. Segmen sangat premium ini umumnya
sudah sadar lingkungan; mereka tidak mau turut serta mencermati udara.
Alhasil, pada saat mobil papan atas lainnya mengalami penurunan penjualan,
dengan strategi tersebut angka penjualan Mercedez-Benz justru meningkat tajam.
Hingga November 2005, Mercedez-Benz berhasil menguasai 57 persen pangsa mobil
papan atas di Indonesia, diikuti BMW sebesar 33 persen.

6
4. Segmen pasar yang ditargetkan harus disesuaikan dengan persaingan.
Perusahaan perlu mempertimbangkan intensitas persaingan dalam bisnis,
termasuk jumlah pemain, pemasok, dan entry barriers. Contoh yang menarik adalah
persaingan motor bebek. Bisa lihat di TV, iklan berbagai merek produk sepeda motor
memiliki frekuensi tayangan sangat tinggi. Hal ini menunjukkan pertumbuhan pasar
dan intensitas persaingan yang semakin meningkat. Mau tak mau, setiap produsen
harus mampu melakukan inovasi produk sesering mungkin dan menunjukkan
kelebihannya agar mampu memenangkan persaingan.
Hingga saat ini ada tiga pemain besar yang menguasai pasar motor bebek, yaitu
Honda, Suzuki dan Yamaha. Mereka saling kejar untuk bersaing memamerkan
kebolehannya lewat adu ketahanan dan kemampuan dalam penghematan bahan bakar
minyak (BBM). Setiap produsen berusaha menampilkan kelebihannya masing-
masing. Meskipun persaingan sangat ketat, Honda masih memimpin pasar motor
bebek hingga saat ini. Hal ini karena Honda telah memiliki positioning kuat sebagai
motor bebek yang irit bahan bakar. Keberhasilan ini membuat Honda semakin fokus
membidik pasar motor bebek yang sebagian besar pelanggannya kelas menengah-
bawah, yang menyenangi harga murah dan irit bahan bakar.
Selain contoh di atas, pasar layanan telepon seluler juga memiliki tingkat
persaingan tinggi. Beberapa operator seperti Telkomsel, Indosat, dan Excelcom
bersaing untuk menguasai pasar. Penyelenggara layanan ini berkompetisi memberikan
fitur-fitur terbaru, luasnya jaringan, bonus dan harga yang semakin murah. Intensitas
persaingan ini akan membuat operator layanan seluler semakin menggali keunggulan-
keunggulan yang bisa memberikan nilai lebih kepada pelanggan. Memang, semakin
banyak nilai lebih yang ditawarkan kepada konsumen, semakin besar kemungkinan
suatu perusahaan dapat memperbesar pangsa pasar. Bila perusahaan tidak mampu
memberikan nilai lebih di segmen yang memiliki intensitas persaingan tinggi, dapat
dipastikan perusahaan tidak akan mendapatkan pangsa pasar yang besar.
Dengan menerapkan kriteria-kriteria di atas, proses targeting terhadap segmen pasar
akan semakin jelas. Perusahaan akan semakin mudah mengalokasikan sumber dayanya dalam
meraih pangsa pasar yang diinginkan.

D. Referensi

Hafni, Risna. Nurhaida. “Efisiensi Alokasi dan Distribusi Pendapatan dalam Ekonomi Islam”.
Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah, Vol.1, No.2 (2019): 238.

7
Karim, Adiwarman. Ekonomi Mikro Islami (ed.5). Depok: Rajawali Pers, 2018.
Kartajaya, Hermawan. on Targeting (Alokasi Sumber Daya Anda secara Efektif). Bandung:
MarkPlus & Co/Mizan, 2006.
Mardiyah, Siti. “Efisiensi Alokasi dalam Pandangan Adiwarman A.Karim”. Islamic Banking,
Vol.2, No.1 (2016): 17.

Anda mungkin juga menyukai