Anda di halaman 1dari 23

KAJIAN PERMASALAHAN DISTRIBUSI AIR SERTA PENURUNAN

KUALITAS PENYEDIAAN AIR BERSIH AKIBAT PENCEMARAN SUMBER


AIR PERMUKAAN DAN BANJIR
DI KOTA SAMARINDA

Disusun Oleh:
Fany Arienjy Widia Simanungkalit
17/410111/TK/45468

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2020
ABSTRAK

Air merupakan kompenen utama dalam kehidupan manusia. Air yang


digunakan oleh manusia harus memenuhi standar dan baku mutu agar layak
digunakan dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Akan tetapi, faktanya
masih banyak wilayah di Indonesia memiliki akses yang buruk terhadap air
bersih.
Permasalahan air bersih di Kota Samarinda dapat diamati dari segi kualitas
dan kuantitas distribusi. Dari segi kuantitas, penyediaan air di Kota Samarinda
saat ini baru mencapai 76% berdasarkan standar 1 SR untuk 4,3 jiwa sehingga
masih ada sekitar 34% kebutuhan air yang harus dicukupi. Pemenuhan kebutuhan
air ini berkaitan dengan permasalahan distribusi air bersih pada beberapa kawasan
dengan topografi perbukitan. Dari segi kualitas, permasalahan air bersih di Kota
Samarinda terjadi pada sumber air baku yang mengalami pencemaran logam berat
Cu yang melampaui baku mutu dan nilai besi, COD, dan nitrit tergolong tinggi.
Selain itu, permasalahan banjir yang sering terjadi di Kota Samarinda juga
mempengaruhi kualitas air. Banjir yang terjadi di Kota Samarinda dapat masuk ke
dalam air permukaan dan menyebabkan sumber air permukaan menjadi bangai
(kenaikan permukaan air yang menyebabkan tumbuhan dan ikan mati lalu
membusuk). Banjir yang terjadi juga menyebabkan warga terkontaminasi oleh air
kotor sehingga berpotensi membawa penyakit. Akibat dari buruknya kualitas air
permukaan di Kota Samarinda, maka warga sering mengeluhkan air yang keruh
dan berbau serta mengandung endapan yang cukup banyak dan juga penurunan
debit produksi air bersih yang mengganggu proses distribusi air bersih.
Saat ini pemerintah setempat berusaha untuk memenuhi kebutuhan air
bersih dengan cara menyediakan sistem non-perpipaan dan bantuan fasilitas air
bersih dari berbagai pihak.

Kata kunci: Distribusi, Kualitas, Pencemaran, Samarinda, Solusi, Sumber air

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul
“Kajian Permasalahan Distribusi Air Bersih serta Penurunan Kualitas
Penyediaan Air Bersih akibat Pencemaran Sumber Air Permukaan dan
Banjir di Kota Samarinda” dengan baik dan tepat waktu. Adapun paper ini
diselesaikan sebagai bagian dari penugasan mata kuliah Perencanaan Sistem
Infrastruktur Air bersih dengan bimbingan dosen yang penulis hormati, Bapak Dr.
Ir. Budi Kamulyan, M.Eng.

Paper ini disusun dengan tujuan untuk melatih penulis dalam berpikir
kritis terhadap permasalahan air bersih yang ada di Indonesia khususnya dalam
lingkup lingkungan tempat tinggal penulis serta mampu memberi solusi.

Penulis menyadari terdapat banyaknya kekurangan dalam penulisan paper


ini. Oleh kerena itu, penulis sangat terbuka menerima kritik dan saran demi
perbaikan penulisan selanjutnya. Penulis berharap paper ini dapat bermanfaat bagi
banyak orang dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Sleman, 6 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................................... 2
BAB II DESKRIPSI WILAYAH ......................................................................... 3
2.1 Administrasi Kota Samarinda .................................................................... 3
2.2 Kependudukan .......................................................................................... 4
2.3 Curah Hujan .............................................................................................. 5
2.4 Kesehatan Penduduk ................................................................................. 5
2.5 Topografi .................................................................................................. 7
2.6 Geologi ..................................................................................................... 8
2.7 Sumber Daya Air ...................................................................................... 8
BAB III INFRASTRUKTUR AIR BERSIH/AIR MINUM .................................. 9
3.1 Sistem dan Kondisi Infrastruktur ............................................................... 9
3.2 Permasalahan Ketersediaan Air dan Dampak ........................................... 12
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
4.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kompenen utama dalam kehidupan manusia. Air dibutuhkan


oleh manusia untuk meningkatkan metabolisme dalam tubuh dan melakukan
aktivitas sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air,
air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dengan kualitas
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum melalui proses pemanasan.
Selain itu, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dijelaskan
bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat dikonsumsi.
Air yang digunakan oleh manusia harus memenuhi standar dan baku mutu
agar layak digunakan dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Akan tetapi,
faktanya masih banyak wilayah di Indonesia memiliki akses yang buruk terhadap
air bersih. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018 hanya sekitar
74% penduduk Indonesia yang memiliki akses terhadap air bersih. Berdasarkan
hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan air bersih masih menjadi
masalah yang sepenuhnya belum tertangani di Indonesia
Permasalahan air bersih juga ditemukan di Kota Samarinda. Dari segi
kuantitas, penyediaan air di Kota Samarinda saat ini baru mencapai 76%
berdasarkan standar 1 SR untuk 4,3 jiwa sehingga masih ada sekitar 34%
kebutuhan air yang harus dicukupi. Pemenuhan kebutuhan air ini berkaitan
dengan permasalahan distribusi air bersih pada beberapa kawasan dengan
topografi perbukitan. Berdasarkan pemaparan dari Direktur Utama PDAM Tirta
Kencana Samarinda, sebagian besar warga di wilayah perbukitan Kota Samarinda
masih belum dapat mengakses air bersih selama 24 jam bahkan sering hanya
dapat mengakses air bersih selama 8 jam sehari. Dari segi kualitas permasalahan
air bersih di Kota Samarinda cukup terasa. Berdasarkan uji kualitas air yang
dilakukan oleh Yayasan Konservasi RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia)

1
pada tahun 2018-2019, terdapat logam berat Cu yang melampaui baku mutu dan
nilai besi, COD, dan nitrit tergolong tinggi. Selain itu, permasalahan banjir yang
sering terjadi di Kota Samarinda juga mempengaruhi kualitas air. Berdasarkan
data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tahun 2020, terdapat 8
kelurahan dari 4 kecamatan yang tergenang banjir dengan jumlah korban
terdampak sekitar 31.946 jiwa. Banjir yang terjadi di Kota Samarinda dapat
masuk ke dalam air permukaan dan menyebabkan sumber air permukaan menjadi
bangai (kenaikan permukaan air yang menyebabkan tumbuhan dan ikan mati lalu
membusuk). Banjir yang terjadi juga menyebabkan warga terkontaminasi oleh air
kotor sehingga berpotensi membawa penyakit. Akibat dari buruknya kualitas air
permukaan di Kota Samarinda, maka warga sering mengeluhkan air yang keruh
dan berbau serta mengandung endapan yang cukup banyak.
Permasalahan distribusi dan kualitas air bersih di Kota Samarinda, perlu
untuk dikaji lebih dalam guna mengetahui akar permasalahan dan tingkat
pencemaran yang terjadi serta dampak bagi masayarakat maupun lingkungan
sehingga dapat diberi suatu solusi untuk peningkatan kualitas air yang lebih layak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengkaji beberapa rumusan
masalah yaitu, sebagai berikut.

1. Bagaimana sistem dan kondisi infrastruktur air bersih/air minum di Kota


Samarinda?
2. Bagaimana permasalahan air bersih yang ada di Kota Samarinda?
3. Bagaimana solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan
air bersih di Kota Samarinda?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui sistem dan kondisi kondisi infrastruktur air bersih/air
minum di Kota Samarinda.
2. Untuk mengetahui permasalahan air bersih yang ada di Kota Samarinda
dan melatih penulis dalam berpikir kritis.
3. Untuk mengetahui solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi
permasalan air bersih di Kota Samarinda.

2
BAB II

DESKRIPSI WILAYAH

2.1 Administrasi Kota Samarinda


Kota Samarinda merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Timur dengan luas
wilayah 718,00 km2. Secara astronomis, Kota samarinda berada pada terletak
antara 0021’81”-10/09’16” Lintang Selatan dan 116015’16”- 117024’16” Bujur
Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada
garis lintang 00.
Kota Samarinda terbagi menjadi 10 kecamatan yaitu, Kecamatan Palaran,
Kecamatan Samarinda Ilir, Kecamatan Samarinda Kota, Kecamatan Sambutan,
Kecamatan Samarinda Seberang, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kecamatan Sungai
Kunjan, Kecamatan Samarinda Ulu, Kecamatan Samarinda Utara, dan Kecamatan
Sungai Pinang. Adapun jumlah kelurahan di Kota Samarinda sebanyak 53 desa.

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kota Samarinda

Sumber: Samarinda dalam Angka, 2020

3
Adapun batas administrasi Kota Samarinda yaitu:
 Sebelah Utara: Kecamatan Muara Badak (Kabupaten Kutai Kartanegara)
 Sebelah Timur: Kecamatan Anggana dan Sanga-Sanga (Kabupaten Kutai
Kartanegara)
 Sebelah Selatan: Kecamatan Loa Janan (Kabupaten Kutai Kartanegara)
 Sebelah Barat: Kecamatan Muara Badak Tenggarong Seberang (Kabupaten
Kutai Kartanegara)

2.2 Kependudukan
Penduduk Kota Samarinda pada tahun 2019 sebanyak 872.768 jiwa yang
tersebar di 10 kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0.017%.
Kepadatan penduduk di Kota samarinda pada tahun 2019 mencapai 1.216
jiwa/km2. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak berada di
Kecamatan Samarinda Utara yaitu 129.320 jiwa dan kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Loa Janan Ilir yaitu 34.800 jiwa.

Tabel 2. 1 Tabel Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan di Kota
Samarinda Tahun 2019
Sumber: Samarinda dalam Angka, 2020

Gambar 2. 2 Peta Kepadatan


Penduduk Kota Samarinda 2019

Sumber: Open Street Map,


Bappeda Kalimantan Timur, dan
Olahan Penulis, 2020

4
2.3 Curah Hujan
Rata-rata curah hujan di Kota Samarinda 156,8 mm. Curah hujan di Kota
Samarinda termasuk dalam kategori sedang. Curah hujan tertinggi terjadi pada
musim penghujan yaitu dari bulan Oktober – April awal.

Tabel 2. 2 Tabel Curah Hujan dan Hari Hujan Kota Samarinda Tahun 2019

Sumber: Samarinda dalam Angka, 2020

2.4 Kesehatan Penduduk


Pada tahun 2019, penyakit Diare berada di peringkat 8 dalam 10 kasus
penyakit terbanyak di Kota Samarinda dengan jumlah 11.105 kasus. Disamping
itu, kasus penularan penyakit dengan kategori waterbone disease menjadi kasus
terbanyak yang terjadi di Kota Samarinda. Adapun kasus waterbone
disease/penyakit yang berkembang di air yang terjadi di Kota Samarinda yaitu,
DBD (Demam Berdarah), DBD Diarhea, dan Malaria. Penyakit diatas dapat
disebabkan oleh kualitas air konsumsi yang buruk maupun perkembangbiakan
nyamuk di air yang sering terjadi ketika banjir melanda Kota.

5
Tabel 2. 3 Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Kota Samarinda Tahun 2019

Sumber: Samarinda dalam Angka, 2020

Tabel 2. 4 Jumlah Penyakit berdasarkan Jenis Penularan Penyakit di kota Samarinda

Sumber: Samarinda dalam Angka, 2020

6
2.5 Topografi
Dominasi kelerengan di Kota Samarinda adalah kelerengan landai dengan
kelerengan <2% dan juga kelerengan sedang dengan kelerengan 2-15%.
Berdasarkan peta kelerengan Kota Samarinda, dapat diamati bahwa di area
pinggir atau batas Kota Samarinda memiliki topografi yang lebih tinggi dari
wilayah tengah sehingga tipologi kota membentuk mangkuk dan menyebabkan
sering terjadinya limpasan banjir ke area-area tertentu di Kota Samarinda. Selain
itu, topografi Kota Samarinda juga menyulitkan distribusi air ke wilayah-wilayah
pinggir kota.

Tabel 2. 5 Luas Kelerengan Kota Samarinda

Sumber: Samarinda dalam Angka, 2020

Gambar 2. 3 Peta Kelerengan Kota Samarinda

Sumber: Open Street Map, Bappeda Kalimantan Timur, dan Olahan Penulis, 2020

7
2.6 Geologi
Publikasi yang ada terkait struktur geologi di Kota Samarinda dihubungan
dengan pemaparan hasil survei yang dimuat dalam buku “Geology of Indonesia,
Volume IA” karya R.W. Van Bemmelen (1949). Struktur geologi di Kota
Samarinda berumur Praktertier hingga Kwarter. Formasi geologi yang terdapat di
Kota Samarinda diantaranya ada formasi Kampung Baru Beds, Balikpapan Beds,
Pulau Balang Beds, dan Pemaluan Beds. Formasi geologi di Kota Samarinda
terdiri dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu lempeng, dan tufa
dasitik dengan sisipan batu bara.

2.7 Sumber Daya Air


Dalam Laporan Final Bantuan Teknis Pendampingan Penyusunan Dokumen
RPIJM Kota Samarinda tahun 2016, sumber daya air di Kota Samarinda ada
sekitar 20 Daerah Aliran Sungai (DAS). Sungai utama adalah Sungai Mahakam
dengan lebar 300-500 meter dan panjang 920 meter. Berikut adalah anak-anak
sungai yang bermuara di Sungai Mahakam:
1. Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60 km
2. Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 km
3. Anak sungai lainnya antara lain , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu,
Bayur, Betepung, Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas,
Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam,
Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya,
Banyiur, dan Sungai Bantuas.
Sumber daya air yang digunakan di Kota Samarinda juga berasal dari danau,
waduk, mata air, dan air tanah. Penggunaan sumber daya air yang paling rendah
berdasarkan Statistik Air Bersih Provinsi Kalimantan Timur tahun 2018 adalah
mata air dan danau.

8
BAB III

INFRASTRUKTUR AIR BERSIH/AIR MINUM

3.1 Sistem dan Kondisi Infrastruktur


Penyediaan air bersih/air minum di Kota Samarinda saat ini hanya diwadahi
oleh PDAM. Sumber air baku utama dalam penyediaan air bersih berasal dari
sungai terutama Sungai Mahakam yang memiliki panjang 920 meter Disamping
sungai sebagai sumber air baku utama, Kota Samarinda juga menggunakan
waduk, air tanah, mata air, dan danau sebagai sumber air baku. Adapun bangunan
infrastruktur unit air baku di Kota Samarinda, terdiri dari:
a. Bangunan intake, merupakan bangunan yang digunakan untuk
mengambil air permukaan. Intake sebagai unit air baku tersebar di
sepanjang Sungai Mahakam dengan jumlah 6 bangunan intake.
b. Kolam retensi, berfungsi untuk menampung volume air ketika debit
maksimum di sungai. Kolam retensi terpusat di area dengan kepadatan
tinggi dan perbukitan.
c. Embung, merupakan cekungan yang berfungsi untuk menampung air
hujan. Terdapat dua embung yang ada di Kota Samarinda yaitu di
Kecamatan Samarinda Utara dan Kecamatan Sungai Kunjang.
d. Bendungan, merupakan bangunan yang berfungsi untuk menahan dan
menampung air aliran sungai. Terdapat dua bendungan yang ada di
Kota Samarinda yaitu di Kecamatan Samarinda Utara dan Kecamatan
Sungai Kunjang.
e. Bendali, merupakan bangunan pengendali banjir yang berfungsi juga
sebagai pengisi air tanah. Bendali di Kota Samarinda tersebar di area
perbukitan untuk menghindari longsor dan terpusat di Kecamatan
Samarinda Utara yang rentan terhadap banjir.
Adapun letak dari bangunan infrastruktur unit air baku, disajikan dalam peta
infrastruktur air bersih berikut.

9
Gambar 3. 1 Peta Infrastruktur Air Bersih Kota Samarinda 2019
Sumber: Open Street Map, Bappeda Kalimantan Timur, dan Olahan Penulis, 2020

Unit produksi air bersih yang ada di Kota Samarinda dikelola oleh PDAM.
Jumlah PDAM di Kota Samarinda ada sebanyak tujuh buah yang tersebar di
sekitar infrastruktur unit air baku. Unit produksi ini cenderung ditempatkan pada
area dengan topografi yang tinggi untuk memudahkan distribusi air ke area yang
lebih rendah.

Gambar 3. 2 Peta Sebaran PDAM terhadap Unit Air Baku Kota Samarinda

Sumber: Open Street Map, Bappeda Kalimantan Timur, dan Olahan Penulis, 2020

10
Unit distibusi air bersih di Kota Samarinda pada umumnya menggunakan
jaringan perpipaan. Untuk daerah pinggiran Kota Samarinda yang memiliki
topografi yang berbukit, masih terdapat penggunaan sistem non perpipaan seperti
mobil tanki air, sumur bor pompa, dan air hujan walaupun pada beberapa kasus
sudah didukung oleh sistem pompa dan perpipaan.
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2019 PDAM Kota Samarinda telah
mampu menyalurkan 47.181.725 m3 air kepada penduduk. Hingga tahun 2019,
distribusi air sudah mencakup tujuh kecamatan di Kota Samarinda namun
terdapat tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Samarinda Utara, Kecamatan
Sambutan, dan Kecamatan Palaran yang masih membutuhkan penambahan
distribusi air bersih utamanya pada area-area pinggiran kecamatan.

Gambar 3. 3 Distribusi Air Bersih PDAM Kota Samarinda


Sumber: Open Street Map, Bappeda Kalimantan Timur, PDAM Kota Samarinda, dan Olahan
Penulis, 2020

11
Pada tahun 2013, PDAM mampu melayani 70,16% dari jumlah penduduk
dan meningkat pada tahun 2019 menjadi 76% berdasarkan standar nasional 1 SR
untuk 4,3 jiwa dengan menggunakan sistem perpipaan. Saat ini masih ada sekitar
34% dari jumlah penduduk yang belum terlayani air bersih. Akan tetapi apabila
didasarkan pada standar nasional 1 SR utuk 6 jiwa, saat ini pelayanan air bersih di
Kota Samarinda sudah mencapai 93% dari total jumlah penduduk.

3.2 Permasalahan Ketersediaan Air dan Dampak


Permasalahan ketersediaan air yang terjadi di Kota Samarinda dapat dibagi
menjadi permasalahan kualitas dan permasalahan distribusi.

a. Permasalahan Kualitas.

Dari segi kualitas, permasalahan yang dialami yaitu pencemaran sumber air
baku utama yaitu Sungai Mahakam. Keberadaan tambang dan perusahaan sawit
sangat mempengaruhi kualitas air di Sungai Mahakam. Kualitas air Sungai
Mahakam sebagai sumber air baku paling besar di Kota Samarinda mengalami
penurunan akibat pencemaran logam berat Cg (Kadmium) dan Pb (timbal) yang
melampau baku mutu 23 kali sehingga berbahaya bagi manusia dan juga satwa.

Gambar 3. 4 IPA Cendana dan IPA Unit III Samarinda

Sumber: Koran Kaltim, 2020

Disamping itu, permasalahan banjir di Kota Samarinda juga berpengaruh


terhadap kualitas air permukaan khususnya air Sungai Mahakam. Permasalahan
banjir merupakan salah satu dampak dari hilangnya rawa-rawa di Kota Samarinda

12
yang memiliki fungsi sebagai pengendali banjir. Akibat limpasan banjir ke Sungai
Mahakam, air menjadi bangai dan menyebabkan warna air berubah menjadi
kemerahan dan banyak mengandung endapan. Menurut pemaparan direktur
PDAM Tirta Kencana (2019), pihak PDAM sering mendapatkan keluhan dari
warga terkait kualitas air yang berwarna keruh kecokelatan dan mengandung
endapan.
Kualitas air baku yang buruk memberikan dampak negatif pada sistem
distribusi air bersih di PDAM yang mana proses pengendapan yang seharusnya
hanya membutuhkan waktu 30 menit harus dilakukan lebih lama yaitu selama 45-
50 menit. Hal ini tentu berpengaruh pada proses distribusi dan ketersediaan air
pada pelanggan. Selain itu, berdasarkan pemaparan direktur PDAM Tirta
Kencana, pipa distribusi air PDAM di Kota Samarinda juga banyak dipenuhi oleh
endapan sehingga berpengaruh pada kualitas air yang diterima oleh masyarakat.
Adapun dampak yang dirassakan oleh warga yaitu permasalahan air PDAM yang
berwarna kecokelatan menyulitkan warga untuk dapat mengolah air menjadi air
minum, bahkan untuk mencuci pakaian saja masyarakat tidak dapat menggunakan
air yang didistribusikan karena seringkali memiliki kandungan warna yang tinggi
dan dikhawatirkan dapat merusak warna pakaian.

Gambar 3. 5 Kualitas Air Distribusi PDAM di Rumah Warga

Sumber: Pro Samarinda, 2020

Ketersediaan air bersih di Kota Samarinda tidak hanya terjadi dari distribusi
PDAM namun akses masyarakat terhadap air bersih sering terganggu akibat
banjir. Banjir yang sering terjadi di Kota Samarinda merupakan akibat dari tidak

13
tertampungnya sebagian air hujan sehingga menjadi limpasan yang bercampur
dengan limbah dan sampah. Sebagai akibat dari banjir, masyarakat menjadi sulit
untuk mengakses air bersih dan terkontaminasi dengan air kotor.
Permasalahan kualitas air bersih di Kota Samarinda selain menyulitkan
warga untuk mengolah sebagai air minum dan untuk mencuci juga dapat menjadi
media bagi perkembangan penyakit. Berdasarkan data Samarinda dalam Angka
tahun 2019, penyakit diare berada di peringkat 8 dalam 10 kasus penyakit
terbanyak di Kota Samarinda dengan jumlah 11.105 kasus. Disamping itu, kasus
penularan penyakit dengan kategori waterbone disease (DBD, Diare, dan Malaria)
menjadi kasus terbanyak yang terjadi di Kota Samarinda. Hal ini merupakan
implikasi dari masih buruknya kualitas air bersih di Kota Samarinda.

b. Permasalahan Disribusi.
Sebagai akibat dari kualitas air baku yang buruk, PDAM Kota Samarinda
menggunakan strategi pengolahan dengan menurunkan debit produksi air bersih
agar air yang dihasilkan dari proses produksi menjadi lebih jernih. Hal ini tentu
mengganggu distribusi air bersih di Kota Samarinda utamanya pada area
perbukitan dan area yang letaknya berada di pinggir kecamatan. Banyak
masyarakat yang mengeluhkan distribusi air yang tidak 24 jam dan terkadang
aliran air yang dihasilkan juga kecil. Apabila musim kemarau, sumber air baku
Sungai Mahakam sering mengalami intrusi air laut sehingga kondisi menjadi tidak
layak akibat kandungan klorida yang melebihi ambang batas. Akibat kondisi ini,
PDAM terkadang harus menghentikan produksi air di beberapa IPA dan
berdampak pada distribusi air ke rumah-rumah penduduk.
Permasalahan topografi Kota Samarinda juga menjadi penyebab sulitnya
distribusi air secara merata. Beberapa area dengan topografi yang tinggi seperti di
Kecamatan Sambutan dan Kecamatan Samarinda Utara masih mengalami kendala
distribusi air sehingga air tidak selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat sehari-hari. Padahal berdasarkan data penduduk pada Samarinda
dalam Angka tahun 2019, Kecamatan Samarinda Utara dan Kecamatan Sambutan
memiliki kepadatan penduduk yang tinggi sehingga sangat memerlukan distribusi
air bersih yang memadai.

14
Sementara itu, di Kecamatan Palaran masih belum terdapat infrastruktur
pengolahan air bersih. Hanya area Kecamatan Palaran yang berbatasan dengan
Kecamatan Loa Janan Ilir yang mendapatkan akses air bersih. Faktanya
kelerengan di Kecamatan Prambanan tidak terlalu tinggi dan mudah untuk
dialirkan air namun kepadatan penduduk yang rendah dan distribusi permukiman
penduduk yang menyebar menyebabkan belum tersedianya fasilitas penyediaan
air bersih perpipaan. Saat ini di Kecamatan Palaran terdapat permintaan air bersih
sekitar 500 rumah tangga yang masih belum terlayani. Sehingga saat ini
pemenuhan kebutuhan air bersih masih menggunakan air sumur, mobil tanki air,
dan air hujan.

Gambar 3. 6 Bantuan Fasilitas Air Bersih Non Perpipaan di Kecamatan Samarinda Utara
Sumber: https://ppid.samarindakota.go.id/, 2019

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terkait sistem dan infrastruktur air bersih di Kota
Samarinda dan permasalahan penyediaan air bersih yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan air bersih di Kota Samarinda masih terhambat
oleh kualitas air dan sistem distribusi air bersih. Dari segi kualitas, air yang
didistribusikan terkadang masih mengandung sedimen dan berwarna kecokelatan
sehingga menyulitkan masyarakat dalam mengolah dan menggunakan air untuk
keperluan sehari-hari. Kualitas air yang buruk disebabkan oleh pencemaran air
permukaan dan banjir yang melimpas ke sumber air baku sehingga menyebabkan
air menjadi bangau. Permasalahan lain terkait sistem distribusi air bersih di Kota
Samarinda saat ini masih terhambat oleh kondisi fisik wilayah yang berbukit dan
sebaran penduduk yang tidak merata dan terpusat seperti di Kecamatan Palaran
sehingga tidak tersedia fasilitas penyediaan air bersih perpipaan. Solusi yang
dilakukan sementara oleh pemerintah terkait permasalahan distribusi air adalah
dengan bantuan fasilitas air bersih non perpiaan. Akan tetapi solusi lain juga dapat
dikembangkan dengan pertimbangan jumlah permintaan, sistem dan unit
produksi, serta sistem dan unit distribusi yang sesuai untuk kondisi permasalahan.
Alternatif berupa penabahan waduk maupun embung juga dapat dijadikan sebagai
alternatif unit air baku dalam menyediakan air di area-area dengan topografi tinggi
maupun kepadatan rendah tersebar di Kota Samarinda.

4.2 Saran
Adapun saran yang diberikan terkait kajian penyediaan air bersih yang telah
dilakukan, adalah sebagai berikut.

1. Memaksimalkan embung dan waduk air hujan sebagai sumber air baku
cadangan mengingat kualitas air Sungai Mahakam yang semakin buruk dapat
menghambat distribusi akibat maintance infrastruktur pengolahan air yang
membutuhkan waktu lama. Hal ini sekaligus dapat mengurangi dampak banjir
yang dapat membuat air sungai menjadi bangau dan kontaminasi air kotor.

16
2. Pemerintah sebaiknya memberikan solusi agar distribusi penyediaan air
bersih dapat merata baik di area dengan topografi datar, berbukit, maupun
pada area dengan kepadatan penduduk yang masih rendah namun terdapat
permintaan air bersih.
3. Masyarakat perlu menerapkan gaya hidup hemat air, menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan untuk meminimalisir pencemaran air, dan memiliki
inisiatif untuk menampung air hujan sebagai air cadangan apabila terjadi
kendala distribusi PDAM.

17
DAFTAR PUSTAKA

(2016). Rencana Program Investasi Jangka Menengah . Samarinda: SIPPa Cipta


Karya.

(2018). Statistik Air Bersih Provinsi Kalimantan Timur tahun 2018 . Samarinda:
Badan Pusat Statistik.

(2019). Bappeda Kalimantan Timur.

(2020). Air Mahakam Bangai, Produksi IPA Menurun. Samarinda: Pro


Samarinda.

Air Keruh, Ini Alasan PDAM. (2019). Retrieved Oktober 6, 2020, from
ProKaltim: https://kaltim.prokal.co/read/news/359203-air-keruh-ini-
alasan-pdam/6

Badan Pusat Statistik. (2020). Samarinda dalam Angka 2020. Samarinda.

Fenomena Air Bangai, Penyebab Air PDAM di Samarinda Berwarna Coklat


Kemerahan. (2019). Retrieved Oktober 6, 2020, from
https://kaltim.tribunnews.com/2019/07/23/fenomena-air-bangai-penyebab-
air-pdam-di-samarinda-berwarna-coklat-kemerahan?page=3.

Jaang Berkomitmen Kebutuhan Air Bersih Tersalur 100 Persen. (2019).


Retrieved Oktober 8, 2020, from Diskominfo Samarinda:
https://diskominfo.samarindakota.go.id/berita/detail/1046/jaang-
berkomitmen-kebutuhan-air-bersih-tersalur-100-persen.html

Jumlah Pelanggan PDAM Samarinda Capai 156 Ribu Lebih. (2019). Retrieved
Oktober 6, 2020, from https://kaltim.antaranews.com/berita/51678/jumlah-
pelanggan-pdam-samarinda-capai-156-ribu-lebih

Kandung Logam Berat, Sungai Mahakam Sudah Tak Ramah Bagi Pesut. (2020).
Retrieved Oktober 6, 2020, from
https://samarinda.kompas.com/read/2020/01/21/06100091/kandung-
logam-berat-sungai-mahakam-sudah-tak-ramah-bagi-pesut-?page=all

Laporan Final Bantuan Teknis Pendampingan Penyusunan Dokumen RPIJM


Kota Samarinda. (2016). Samarinda: SIPPa Cipta Karya.

Mengapa Air Menjadi Masalah di Samarinda. (2018). Retrieved Oktober 7, 2020,


from Niaga Asia: https://www.niaga.asia/mengapa-air-menjadi-masalah-
di-samarinda/

18
Ribuan Warga Samarinda Terancam Kekurangan Air Bersih, Akibat Kemarau.
(2019). Retrieved Oktober 7, 2020, from RRI Samarinda:
https://rri.co.id/samarinda/1123-sosbud/718397/ribuan-warga-samarinda-
terancam-kekurangan-air-bersih-akibat-kemarau

Warga Keluhkan Kualitas Air. (2020). Retrieved Oktober 6, 2020, from


Samarinda Pos: https://sapos.co.id/2020/06/06/warga-keluhkan-kualitas-
air/

19

Anda mungkin juga menyukai