Kajian Permasalahan Distribusi Air Serta Penurunan Kualitas Penyediaan Air Bersih Akibat Pencemaran Sumber Air Permukaan Dan Banjir Di Kota Samarinda
Kajian Permasalahan Distribusi Air Serta Penurunan Kualitas Penyediaan Air Bersih Akibat Pencemaran Sumber Air Permukaan Dan Banjir Di Kota Samarinda
Disusun Oleh:
Fany Arienjy Widia Simanungkalit
17/410111/TK/45468
FAKULTAS TEKNIK
2020
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper dengan judul
“Kajian Permasalahan Distribusi Air Bersih serta Penurunan Kualitas
Penyediaan Air Bersih akibat Pencemaran Sumber Air Permukaan dan
Banjir di Kota Samarinda” dengan baik dan tepat waktu. Adapun paper ini
diselesaikan sebagai bagian dari penugasan mata kuliah Perencanaan Sistem
Infrastruktur Air bersih dengan bimbingan dosen yang penulis hormati, Bapak Dr.
Ir. Budi Kamulyan, M.Eng.
Paper ini disusun dengan tujuan untuk melatih penulis dalam berpikir
kritis terhadap permasalahan air bersih yang ada di Indonesia khususnya dalam
lingkup lingkungan tempat tinggal penulis serta mampu memberi solusi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................................... 2
BAB II DESKRIPSI WILAYAH ......................................................................... 3
2.1 Administrasi Kota Samarinda .................................................................... 3
2.2 Kependudukan .......................................................................................... 4
2.3 Curah Hujan .............................................................................................. 5
2.4 Kesehatan Penduduk ................................................................................. 5
2.5 Topografi .................................................................................................. 7
2.6 Geologi ..................................................................................................... 8
2.7 Sumber Daya Air ...................................................................................... 8
BAB III INFRASTRUKTUR AIR BERSIH/AIR MINUM .................................. 9
3.1 Sistem dan Kondisi Infrastruktur ............................................................... 9
3.2 Permasalahan Ketersediaan Air dan Dampak ........................................... 12
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
4.2 Saran ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada tahun 2018-2019, terdapat logam berat Cu yang melampaui baku mutu dan
nilai besi, COD, dan nitrit tergolong tinggi. Selain itu, permasalahan banjir yang
sering terjadi di Kota Samarinda juga mempengaruhi kualitas air. Berdasarkan
data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tahun 2020, terdapat 8
kelurahan dari 4 kecamatan yang tergenang banjir dengan jumlah korban
terdampak sekitar 31.946 jiwa. Banjir yang terjadi di Kota Samarinda dapat
masuk ke dalam air permukaan dan menyebabkan sumber air permukaan menjadi
bangai (kenaikan permukaan air yang menyebabkan tumbuhan dan ikan mati lalu
membusuk). Banjir yang terjadi juga menyebabkan warga terkontaminasi oleh air
kotor sehingga berpotensi membawa penyakit. Akibat dari buruknya kualitas air
permukaan di Kota Samarinda, maka warga sering mengeluhkan air yang keruh
dan berbau serta mengandung endapan yang cukup banyak.
Permasalahan distribusi dan kualitas air bersih di Kota Samarinda, perlu
untuk dikaji lebih dalam guna mengetahui akar permasalahan dan tingkat
pencemaran yang terjadi serta dampak bagi masayarakat maupun lingkungan
sehingga dapat diberi suatu solusi untuk peningkatan kualitas air yang lebih layak.
2
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH
3
Adapun batas administrasi Kota Samarinda yaitu:
Sebelah Utara: Kecamatan Muara Badak (Kabupaten Kutai Kartanegara)
Sebelah Timur: Kecamatan Anggana dan Sanga-Sanga (Kabupaten Kutai
Kartanegara)
Sebelah Selatan: Kecamatan Loa Janan (Kabupaten Kutai Kartanegara)
Sebelah Barat: Kecamatan Muara Badak Tenggarong Seberang (Kabupaten
Kutai Kartanegara)
2.2 Kependudukan
Penduduk Kota Samarinda pada tahun 2019 sebanyak 872.768 jiwa yang
tersebar di 10 kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0.017%.
Kepadatan penduduk di Kota samarinda pada tahun 2019 mencapai 1.216
jiwa/km2. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak berada di
Kecamatan Samarinda Utara yaitu 129.320 jiwa dan kecamatan dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Loa Janan Ilir yaitu 34.800 jiwa.
Tabel 2. 1 Tabel Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan di Kota
Samarinda Tahun 2019
Sumber: Samarinda dalam Angka, 2020
4
2.3 Curah Hujan
Rata-rata curah hujan di Kota Samarinda 156,8 mm. Curah hujan di Kota
Samarinda termasuk dalam kategori sedang. Curah hujan tertinggi terjadi pada
musim penghujan yaitu dari bulan Oktober – April awal.
Tabel 2. 2 Tabel Curah Hujan dan Hari Hujan Kota Samarinda Tahun 2019
5
Tabel 2. 3 Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Kota Samarinda Tahun 2019
6
2.5 Topografi
Dominasi kelerengan di Kota Samarinda adalah kelerengan landai dengan
kelerengan <2% dan juga kelerengan sedang dengan kelerengan 2-15%.
Berdasarkan peta kelerengan Kota Samarinda, dapat diamati bahwa di area
pinggir atau batas Kota Samarinda memiliki topografi yang lebih tinggi dari
wilayah tengah sehingga tipologi kota membentuk mangkuk dan menyebabkan
sering terjadinya limpasan banjir ke area-area tertentu di Kota Samarinda. Selain
itu, topografi Kota Samarinda juga menyulitkan distribusi air ke wilayah-wilayah
pinggir kota.
Sumber: Open Street Map, Bappeda Kalimantan Timur, dan Olahan Penulis, 2020
7
2.6 Geologi
Publikasi yang ada terkait struktur geologi di Kota Samarinda dihubungan
dengan pemaparan hasil survei yang dimuat dalam buku “Geology of Indonesia,
Volume IA” karya R.W. Van Bemmelen (1949). Struktur geologi di Kota
Samarinda berumur Praktertier hingga Kwarter. Formasi geologi yang terdapat di
Kota Samarinda diantaranya ada formasi Kampung Baru Beds, Balikpapan Beds,
Pulau Balang Beds, dan Pemaluan Beds. Formasi geologi di Kota Samarinda
terdiri dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu lempeng, dan tufa
dasitik dengan sisipan batu bara.
8
BAB III
9
Gambar 3. 1 Peta Infrastruktur Air Bersih Kota Samarinda 2019
Sumber: Open Street Map, Bappeda Kalimantan Timur, dan Olahan Penulis, 2020
Unit produksi air bersih yang ada di Kota Samarinda dikelola oleh PDAM.
Jumlah PDAM di Kota Samarinda ada sebanyak tujuh buah yang tersebar di
sekitar infrastruktur unit air baku. Unit produksi ini cenderung ditempatkan pada
area dengan topografi yang tinggi untuk memudahkan distribusi air ke area yang
lebih rendah.
Gambar 3. 2 Peta Sebaran PDAM terhadap Unit Air Baku Kota Samarinda
Sumber: Open Street Map, Bappeda Kalimantan Timur, dan Olahan Penulis, 2020
10
Unit distibusi air bersih di Kota Samarinda pada umumnya menggunakan
jaringan perpipaan. Untuk daerah pinggiran Kota Samarinda yang memiliki
topografi yang berbukit, masih terdapat penggunaan sistem non perpipaan seperti
mobil tanki air, sumur bor pompa, dan air hujan walaupun pada beberapa kasus
sudah didukung oleh sistem pompa dan perpipaan.
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2019 PDAM Kota Samarinda telah
mampu menyalurkan 47.181.725 m3 air kepada penduduk. Hingga tahun 2019,
distribusi air sudah mencakup tujuh kecamatan di Kota Samarinda namun
terdapat tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Samarinda Utara, Kecamatan
Sambutan, dan Kecamatan Palaran yang masih membutuhkan penambahan
distribusi air bersih utamanya pada area-area pinggiran kecamatan.
11
Pada tahun 2013, PDAM mampu melayani 70,16% dari jumlah penduduk
dan meningkat pada tahun 2019 menjadi 76% berdasarkan standar nasional 1 SR
untuk 4,3 jiwa dengan menggunakan sistem perpipaan. Saat ini masih ada sekitar
34% dari jumlah penduduk yang belum terlayani air bersih. Akan tetapi apabila
didasarkan pada standar nasional 1 SR utuk 6 jiwa, saat ini pelayanan air bersih di
Kota Samarinda sudah mencapai 93% dari total jumlah penduduk.
a. Permasalahan Kualitas.
Dari segi kualitas, permasalahan yang dialami yaitu pencemaran sumber air
baku utama yaitu Sungai Mahakam. Keberadaan tambang dan perusahaan sawit
sangat mempengaruhi kualitas air di Sungai Mahakam. Kualitas air Sungai
Mahakam sebagai sumber air baku paling besar di Kota Samarinda mengalami
penurunan akibat pencemaran logam berat Cg (Kadmium) dan Pb (timbal) yang
melampau baku mutu 23 kali sehingga berbahaya bagi manusia dan juga satwa.
12
yang memiliki fungsi sebagai pengendali banjir. Akibat limpasan banjir ke Sungai
Mahakam, air menjadi bangai dan menyebabkan warna air berubah menjadi
kemerahan dan banyak mengandung endapan. Menurut pemaparan direktur
PDAM Tirta Kencana (2019), pihak PDAM sering mendapatkan keluhan dari
warga terkait kualitas air yang berwarna keruh kecokelatan dan mengandung
endapan.
Kualitas air baku yang buruk memberikan dampak negatif pada sistem
distribusi air bersih di PDAM yang mana proses pengendapan yang seharusnya
hanya membutuhkan waktu 30 menit harus dilakukan lebih lama yaitu selama 45-
50 menit. Hal ini tentu berpengaruh pada proses distribusi dan ketersediaan air
pada pelanggan. Selain itu, berdasarkan pemaparan direktur PDAM Tirta
Kencana, pipa distribusi air PDAM di Kota Samarinda juga banyak dipenuhi oleh
endapan sehingga berpengaruh pada kualitas air yang diterima oleh masyarakat.
Adapun dampak yang dirassakan oleh warga yaitu permasalahan air PDAM yang
berwarna kecokelatan menyulitkan warga untuk dapat mengolah air menjadi air
minum, bahkan untuk mencuci pakaian saja masyarakat tidak dapat menggunakan
air yang didistribusikan karena seringkali memiliki kandungan warna yang tinggi
dan dikhawatirkan dapat merusak warna pakaian.
Ketersediaan air bersih di Kota Samarinda tidak hanya terjadi dari distribusi
PDAM namun akses masyarakat terhadap air bersih sering terganggu akibat
banjir. Banjir yang sering terjadi di Kota Samarinda merupakan akibat dari tidak
13
tertampungnya sebagian air hujan sehingga menjadi limpasan yang bercampur
dengan limbah dan sampah. Sebagai akibat dari banjir, masyarakat menjadi sulit
untuk mengakses air bersih dan terkontaminasi dengan air kotor.
Permasalahan kualitas air bersih di Kota Samarinda selain menyulitkan
warga untuk mengolah sebagai air minum dan untuk mencuci juga dapat menjadi
media bagi perkembangan penyakit. Berdasarkan data Samarinda dalam Angka
tahun 2019, penyakit diare berada di peringkat 8 dalam 10 kasus penyakit
terbanyak di Kota Samarinda dengan jumlah 11.105 kasus. Disamping itu, kasus
penularan penyakit dengan kategori waterbone disease (DBD, Diare, dan Malaria)
menjadi kasus terbanyak yang terjadi di Kota Samarinda. Hal ini merupakan
implikasi dari masih buruknya kualitas air bersih di Kota Samarinda.
b. Permasalahan Disribusi.
Sebagai akibat dari kualitas air baku yang buruk, PDAM Kota Samarinda
menggunakan strategi pengolahan dengan menurunkan debit produksi air bersih
agar air yang dihasilkan dari proses produksi menjadi lebih jernih. Hal ini tentu
mengganggu distribusi air bersih di Kota Samarinda utamanya pada area
perbukitan dan area yang letaknya berada di pinggir kecamatan. Banyak
masyarakat yang mengeluhkan distribusi air yang tidak 24 jam dan terkadang
aliran air yang dihasilkan juga kecil. Apabila musim kemarau, sumber air baku
Sungai Mahakam sering mengalami intrusi air laut sehingga kondisi menjadi tidak
layak akibat kandungan klorida yang melebihi ambang batas. Akibat kondisi ini,
PDAM terkadang harus menghentikan produksi air di beberapa IPA dan
berdampak pada distribusi air ke rumah-rumah penduduk.
Permasalahan topografi Kota Samarinda juga menjadi penyebab sulitnya
distribusi air secara merata. Beberapa area dengan topografi yang tinggi seperti di
Kecamatan Sambutan dan Kecamatan Samarinda Utara masih mengalami kendala
distribusi air sehingga air tidak selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat sehari-hari. Padahal berdasarkan data penduduk pada Samarinda
dalam Angka tahun 2019, Kecamatan Samarinda Utara dan Kecamatan Sambutan
memiliki kepadatan penduduk yang tinggi sehingga sangat memerlukan distribusi
air bersih yang memadai.
14
Sementara itu, di Kecamatan Palaran masih belum terdapat infrastruktur
pengolahan air bersih. Hanya area Kecamatan Palaran yang berbatasan dengan
Kecamatan Loa Janan Ilir yang mendapatkan akses air bersih. Faktanya
kelerengan di Kecamatan Prambanan tidak terlalu tinggi dan mudah untuk
dialirkan air namun kepadatan penduduk yang rendah dan distribusi permukiman
penduduk yang menyebar menyebabkan belum tersedianya fasilitas penyediaan
air bersih perpipaan. Saat ini di Kecamatan Palaran terdapat permintaan air bersih
sekitar 500 rumah tangga yang masih belum terlayani. Sehingga saat ini
pemenuhan kebutuhan air bersih masih menggunakan air sumur, mobil tanki air,
dan air hujan.
Gambar 3. 6 Bantuan Fasilitas Air Bersih Non Perpipaan di Kecamatan Samarinda Utara
Sumber: https://ppid.samarindakota.go.id/, 2019
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terkait sistem dan infrastruktur air bersih di Kota
Samarinda dan permasalahan penyediaan air bersih yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan air bersih di Kota Samarinda masih terhambat
oleh kualitas air dan sistem distribusi air bersih. Dari segi kualitas, air yang
didistribusikan terkadang masih mengandung sedimen dan berwarna kecokelatan
sehingga menyulitkan masyarakat dalam mengolah dan menggunakan air untuk
keperluan sehari-hari. Kualitas air yang buruk disebabkan oleh pencemaran air
permukaan dan banjir yang melimpas ke sumber air baku sehingga menyebabkan
air menjadi bangau. Permasalahan lain terkait sistem distribusi air bersih di Kota
Samarinda saat ini masih terhambat oleh kondisi fisik wilayah yang berbukit dan
sebaran penduduk yang tidak merata dan terpusat seperti di Kecamatan Palaran
sehingga tidak tersedia fasilitas penyediaan air bersih perpipaan. Solusi yang
dilakukan sementara oleh pemerintah terkait permasalahan distribusi air adalah
dengan bantuan fasilitas air bersih non perpiaan. Akan tetapi solusi lain juga dapat
dikembangkan dengan pertimbangan jumlah permintaan, sistem dan unit
produksi, serta sistem dan unit distribusi yang sesuai untuk kondisi permasalahan.
Alternatif berupa penabahan waduk maupun embung juga dapat dijadikan sebagai
alternatif unit air baku dalam menyediakan air di area-area dengan topografi tinggi
maupun kepadatan rendah tersebar di Kota Samarinda.
4.2 Saran
Adapun saran yang diberikan terkait kajian penyediaan air bersih yang telah
dilakukan, adalah sebagai berikut.
1. Memaksimalkan embung dan waduk air hujan sebagai sumber air baku
cadangan mengingat kualitas air Sungai Mahakam yang semakin buruk dapat
menghambat distribusi akibat maintance infrastruktur pengolahan air yang
membutuhkan waktu lama. Hal ini sekaligus dapat mengurangi dampak banjir
yang dapat membuat air sungai menjadi bangau dan kontaminasi air kotor.
16
2. Pemerintah sebaiknya memberikan solusi agar distribusi penyediaan air
bersih dapat merata baik di area dengan topografi datar, berbukit, maupun
pada area dengan kepadatan penduduk yang masih rendah namun terdapat
permintaan air bersih.
3. Masyarakat perlu menerapkan gaya hidup hemat air, menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan untuk meminimalisir pencemaran air, dan memiliki
inisiatif untuk menampung air hujan sebagai air cadangan apabila terjadi
kendala distribusi PDAM.
17
DAFTAR PUSTAKA
(2018). Statistik Air Bersih Provinsi Kalimantan Timur tahun 2018 . Samarinda:
Badan Pusat Statistik.
Air Keruh, Ini Alasan PDAM. (2019). Retrieved Oktober 6, 2020, from
ProKaltim: https://kaltim.prokal.co/read/news/359203-air-keruh-ini-
alasan-pdam/6
Jumlah Pelanggan PDAM Samarinda Capai 156 Ribu Lebih. (2019). Retrieved
Oktober 6, 2020, from https://kaltim.antaranews.com/berita/51678/jumlah-
pelanggan-pdam-samarinda-capai-156-ribu-lebih
Kandung Logam Berat, Sungai Mahakam Sudah Tak Ramah Bagi Pesut. (2020).
Retrieved Oktober 6, 2020, from
https://samarinda.kompas.com/read/2020/01/21/06100091/kandung-
logam-berat-sungai-mahakam-sudah-tak-ramah-bagi-pesut-?page=all
18
Ribuan Warga Samarinda Terancam Kekurangan Air Bersih, Akibat Kemarau.
(2019). Retrieved Oktober 7, 2020, from RRI Samarinda:
https://rri.co.id/samarinda/1123-sosbud/718397/ribuan-warga-samarinda-
terancam-kekurangan-air-bersih-akibat-kemarau
19