PENDAHULUAN
Adanya perbedaan usia muda dan tua pada sebuah badan diperlukan
pengelolaan yang efektif dalam mewujudkan tujuan organisasi. Usia tua dan muda
menawarkan kelebihannya masing-masing, pada yang muda pemahaman akan
teknologi merupakan kelebihan yang dimiliki tetapi bagi yang tua pengalaman
dalam organisasi merupakan kelebihan yang tidak dapat dianggap remeh. Dalam
beberapa organisasi pada tingkatan top manager akan terdiri dari pemimpin
multigenerasi. Dikatakan bahwa "kemampuan untuk memahami, belajar, dan
efektif memanfaatkan keanekaragaman mutigenerasional akan diperlukan untuk
organisasi sekarang dan di masa depan untuk membangun dan memelihara sistem
kinerja tinggi" (Kabacoff dan Stoffey, 2001, hal. 2). Menurut Kakabadse et al
(1998) terdapat alasan lain tentang pentingnya hubungan usia dan kepemimpinan
yaitu adanya efek yang kuat dalam pembentukan sikap karena perilaku pemimpin
senior dalam organisasi. Studi dari pemerintah federal Commonwealth Australia,
terdapat tiga jenis pemimpin yaitu radikal, birokrat, dan bekerja bersama tim.
Pemimpin radikal berusia antara 26-35 tahun, birokrat 46-55 tahun sedangkan
yang terakhir pemimpin yang bekerja sama dengan tim adalah usia 56 tahun ke
atas. Di sini dapat terlihat pemimpin yang lebih tua melihat tantangan dan
inisiatif sampai selesai dan memiliki pandangan perspektif jangka panjang baik
dalam pengelolaan orang ataupun sistem pada organisasi sedangkan pemimpin
muda terlihat lebih kompetitif, energik, dan berorientasi pada hasil. Dibutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan gaya kepemimpinan dan perilaku
pemimpin yang muda dibandingkan dengan pemimpin tua dalam badan usaha.
Hasil dari penelitian tersebut akan mengidentifikasi langsung bagaimana
persamaan dan perbedaan keduanya sehingga dapat mengarahkan sesuai dengan
tujuan organisasi.
1
Andrew Kakabadse and Nada Kakabadse (1999) menyatakan bahwa
penelitian yang membahas tentang usia dan efektivitas kinerja organisasi secara
keseluruhan tidak meyakinkan dan ada dua argumen didalamnya. Argumen
pertama menunjukkan pemimpin yang berumur tua lebih kaku , menolak
perubahan dan inovasi karena hal itu dianggap dapat menjadi masalah dalam
organisasi. Di sisi lain, pemimpin tua sudah bekerja lebih lama yang tentunya
lebih berpengalaman dan memilki kebijaksanaan yang memungkinkan mereka
untuk mengantisipasi dan menanggapi masalah tersebut dengan tenang dan
percaya diri. Untuk itu perlunya studi yang rinci dan mendalam tentang hubungan
usia dan kepemimpinan. Pada dunia bisnis saat ini, pekerja berusia tua bekerja
lebih lama dan teknologi mendorong promosi lebih cepat untuk pekerja yang lebih
muda.
Pada penelitian sebelumnya banyak peneliti yang membahas tentang
perbedaan gender pada gaya kepemimpinan dan kemampuan manajemen
(contohnya, Burke and Collins, 2001; Eagly and Johannesen-Schmidt,2001).
Masih sangat jarang sekali peneliti yang membahas mendalam tentang keterkaitan
usia terhadap gaya kepemimpinan, padahal penelitian tentang pengaruh usia
terhadap gaya kepemimpinan sama pentingnya dengan pengaruhnya dari gender.
Penelitian tentang pengaruh perbedaan usia pada gaya kepemimpinan oleh
Kabacoff dan Stofey (2001) yang menunjukkan adanya kontrovesi dan minat baru
dalam meneliti masalah ini, dijelaskan adanya hubungan penting antara usia dan
gaya kepemimpinan. Kabacoff dan Stofey melakukan penelitian pada beberapa
tempat, pada tempat pertama mereka menjelaskan bahwa pekerja yang lebih tua
tetap dapat bekerja selama beberapa tahun kedepan berdampingan dengan anggota
muda baik itu sebagai pekerja biasa ataupun sebagai seorang pemimpin. Penelitian
yang terbaru adalah penelitian Titus Oshagbemi (2003) mengenai pengaruh usia
terhadap gaya kepemimipinan dan perilaku manajer, hasil dari penelitian tersebut
tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa pemimpin tua
lebih sering melakukan diskusi dengan bawahannya dibandingkan dengan
pemimpin muda dikarenakan pemimpin muda merasa hanya dirinya sendiri yang
mengetahui keputusan yang terbaik bagi badan usahanya. Menurut Titus implikasi
2
terpenting dari seluruh temuan adalah agar tidak adanya dikriminasi usia baik
untuk pemimpin muda ataupun tua karena keduanya memiliki kontribusi yang
positif untuk memajukan badan usaha.
3
1. Bagaimana karakter dan gaya kepemimpinan yang diterapkan pada
CV.Adi Bangun ?
2. Bagaimana usia berimplikasi terhadap kepemimpinan di CV. Adi
Bangun ?
3. Bagaimana bentuk pengendalian pada CV. Adi Bangun ?
4. Bagaimana implikasi usia terhadap gaya kepemimpinan dan bentuk
pengendalian pada CV. Adi Bangun ?
Bab I Pendahuluan
4
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang , tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup, serta sistematika penelitian dari sebuah
penelitian guna memudahkan pembaca memahami penelitian.
Bab II Landasan Teori
Landasan teori berisi tentang semua konsep teori yang relevan dan dapat
digunakan peneliti sebagai dasar menjalankan penelitian. Bab ini akan
menguraikan tentang bentuk-bentuk pengendalian, kepemimpinan,
keterkaitan usia dan kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan.
Bab III Desain Studi
Bab ini akan menjelaskan tentang desain studi yang akan digunakan
meliputi : langkah-langkah, metode pengumpulan data, aspek teknis yang
terkait dalam pengerjaan penelitian.
Bab IV Gambaran Umum Badan Usaha
Pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan gambaran umum badan usaha
yang digunakan sebagai objek penelitian dengan kondisi saat ini serta
menjawab mini research question 1 dan 2.
Bab V Analisis dan Pembahasan
Analisis dan pembahasan berisi tentang pembahsan dari temuan untuk
menjawab reseach question. Bab ini juga menjelaskan keterkaitan temuan
penelitian dengan teori yang akan dibuktikan kebenarannya.
Bab VI Kesimpulan
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan penelitian dan
keterbatasan penelitian sehingga diharapkan penelitian berikutnya dapat
menghidarinya agar menghasilkan penelitian yang lebih baik.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini berisi mengenai teori dan konsep Implikasi umur, gaya
kepemimpinan, dan sistem pengendalian manajemen yang merupakan teori
pendukung dari penelitian ini.
7
Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan
terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan
pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin
adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian
dalam bidangnya.
a) Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan Transaksional mendasari kebanyakan model
kepemimpinan, yang berfokus pada pertukaran antara pemimpin dan
bawahan. Kepemimpinan tipe ini adalah proses motivasi berbasis
ekstrinsik dimana para pemimpin mencapai tujuan mereka, sementara
bawahan menerima imbalan eksternal untuk kinerja pekerjaan.
Karakteristik kepemimpinan transaksional ditunjukkan dengan perilaku
atasan sebagai berikut (Robbins dan Judge,2008) :
Imbalan kontijen (contingent reward).
8
Pemimpin melakukan kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang
dilakukan oleh bawahan dan menjanjikan imblan apa yang akan
diperoleh bila hal tersebut dicapai. Besar kecilnya reward akan
tergantung pada contingent sejauh mana bawahan mencapai tujuan
sasaran tersebut.
Manajemen dengan pengecualian atau eksepsi aktif (management
by exception active)
Pemimpin menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
berikut standar kerja yang harus dipatuhi. Jika terjadi
penyimpangan, pemimpin tidak segera menjatuhkan sanksi kepada
bawahan. Pemimpin dengan sifat seperti ini akan cenderung
mengawasi bawahan dengan ketat dan segera melakukan tindakan
korektif apabila muncul penyimpangan, kekeliruan atau kesalahan.
Manajemen dengan pengecualian atau eksepsi pasif (management
by exception passive)
Pemimpin menghindari tindakan korektif atau keributan dengan
bawahan selama tujuan dan sasaran yang disepakati bersama
tercapai.
b) Kepemimpinan Karismatik
Karisma berasal dari bahasa Yunani yang berarti “anugrah”.
Kekuatan yang tidak bisa dijelaskan secara logika disebut kekuatan
karismatik. Karisma dianggap sebagai kombinasi dari pesona dan daya
tarik pribadi yang berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa untuk
membuat orang lain mendukung visi dan juga mempromosikannya dengan
bersemangat (Truskie, 2002). Kepemimpinan Karismatik dapat
digambarkan sebagai api yang membakar energi dan komitmen bawahan,
hal tersebut lebih mungkin terjadi di lingkungan yang kaku dimana
bawahan mengandalkan pemimpin untuk meneyelesaikan masalah.
Umumnya, kepemimpinan karismatik dapat terjadi karena pemimpin
mencipatakan keselarasan antara bawahan, nilai bawahan, nilai organisasi,
dan budaya.
9
Pemimpin karismatik dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu
karismatik visioner dan karismatik di masa krisis (Ivancevich, 2007:211).
Pemimpin karismatik visioner mengekpresikan visi bersama mengenai
masa depan. Melalui kemampuan komunikasi, pemimpin karismatik
visioner mengaitkan kebutuhan dan target dari pengikutnya dengan targaet
atau tugas dari organisasi. Mengaitkan para pengikut dengan target dari
pengikut dengan visi, misi, dan tujuan organisasi akan lebih mudah jika
mereka merasa tidak puas atau tidak tertantang dengan keadaan pada saat
ini. Pemimpin karismatik visioner memiliki kemampuan untuk melihat
sebuah gambar besar dan peluang yang ada para gambar besar tersebut.
c) Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan Transformasional pada dasarnya adalah proses
motivasi dimana pemimpin melibatkan bawahan untuk menciptakan
koneksi yang dapat meningkatkan kemampuan dan aspirasi moral.
Pemimpin transformasional memperhatikan kebutuhan dan motivasi
bawahan dan membantu menginspirasi mereka untuk berkembang menjadi
pemimpin. Gaya kepemimpinan tipe ini menghasilkan kepercayaan dan
kepuasan bekerja dan untuk seorang pemimpin transformasional dapat
menjadi pengalaman yang indah dan menyenangkan. Burns (1978)
menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada
hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para
bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang
mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu
mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi
organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas
pemimpinnya. Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of
transformational leadership involve strong personal identification with the
leader, joining in a shared vision of the future, or going beyond the self-
interest exchange of rewards for compliance". Menurut Yammarino dan
Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para
bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka
10
sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar. Yammarino dan
Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional
mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi
bawahan dengan cara intelektual dan menaruh perhatian pada perbedaan
yang dimiliki oleh bawahannya.
Menurut Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin
transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat
organisasi maupun pada tingkat individu. Dalam buku mereka yang
berjudul "Improving Organizational Effectiveness through
Transformational Leadership", Bass dan Avolio (1994) mengemukakan
bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang
disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama disebutnya
sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini
digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya
mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi yang
kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi).
Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai
pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas
terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap
seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam
organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme. Dimensi yang
ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual).
Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru,
memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk
mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-
tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized
consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin
transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan bawahan dan secara
11
khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan
pengembangan karir.
Penelitian mengenai model transformasional ini termasuk relatif
baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat dimensi
yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi
manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional
merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan
karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996). Konsep
kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ideide yang
dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style)
dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan transformasional
menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang
dikembangkan oleh para ahli.
d) Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang menggunakan gaya ini memberikan arahan tetapi
memungkinkan tim untuk membuat keputusan sendiri. Secara khusus,
pemimpin mendorong anggota untuk menentukan tujuan dan prosedur,
dan merangsang anggota ini menentukan arah dan aktualisasi diri. Selain
itu, pemimpin yang demokratis menawarkan saran dan memperkuat
gagasan anggota. Gaya demokratis mendukung metode kerja tim dan
selalu melatih dan mengarahkan staf untuk mencapai tujuan organisasi.
Gaya kepemimpinan ini banyak dinilai merupakan gaya
kepmimpinan yang paling ampuh untuk membawa kesuksesan perusahaan.
Gaya kepemimpinan ini dinilai dapat memberikan motivasi tersendiri bagi
karyawan. Menurut Harold Kontz (1986:150), seorang pemimpin dalam
kepemimpinan gaya demokratis ini tidak banyak menggunakan
kekuasaannya, melainkan memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya
kepada bawahan untuk mandiri dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
Pemimpin seperti ini akan bergantung pada bawahan mereka untuk
menetapkan sendiri tujuan dan cara bawahan dalam hal pencapaian tujuan
perusahaan, dan tugas pemimpin adalah menjalin komunikasi baik dengan
12
bawahannya untuk memberikan i8nformasi yang dibutuhkan seorang
karyawan dalam penyelesaian pekerjaannya di dalam perusahaan untuk
pencapaian tujuan dari perusahaan.
e) Kepemimpinan Laissez-Faire
Gaya kepemimpinan ini memungkinkan kelompok untuk
mengembangkan keputusan sendiri, sebagai pemimpin tidak memiliki
kewenangan yang nyata. Secara khusus, pemimpin hanya menjawab
pertanyaan, memberikan informasi, atau memberikan penguatan kepada
kelompok. Bawahan dari pemimpin Laissez-Faire harus mencari sumber
lain untuk mendukung mereka dalam membuat keputusan akhir. Menurut
Reksohadiprojo (1978) ciri-ciri gaya kepemimpinan laissez-faire:
Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu
dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh
pemimpin yang membuat orang yang selalu siap bila dia
akan memberi informasi pada saat ditanya.
Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam
penentuan tugas.
Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap
kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud
menilai atau mengatur suatu kejadian.
Dalam tipe laissez-faire sebenarnya pemimpin tidak memimpin,
justru membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang
termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi
terhdap pekerjaan bawahannya.
f) Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan ini adalah kebalikan dari kepemimpinan
Laissez-Faire dan kepemimpinan demokrasi. Pemimpin otoriter yang
sering disebut pemimpin otokratis. Mereka memberikan harapan yang
jelas untuk apa yang perlu dilakukan, ketika itu harus dilakukan, dan
bagaimana hal itu harus dilakukan. Terbagi secara jelas antara pemimpin
13
dan bawahan. Kepemimpinan otoriter menetapkan agenda dan
menentukan kebijakan tim, memberikan tugas kepada tim, dan membuat
keputusan untuk tim tanpa konsultasi dengan bawahan, dan menerima
sedikit saran dari tim. Jarang adanya komunikasi anggota tim antara satu
dengan yang lain, tetapi mereka secara langsung berkomunikasi dengan
pemimpin.
14
besar ataupun kecil pasti membutuhkan pemimpin yang tetap agar mampu
bersaing dan mencapai tujuan dari badan usaha tersebut. Woods (2001)
berpendapat bahwa kepemimpinan yang baik tidak mengesampingkan
hirarki dan kepemimpinan yang kuat serta harus melibatkan kontrol yan
kuat pula.
15
agar mereka bekerja sesuai dengan prosedur dan tujuan perusahaan. SPM yang
baik memiliki karakteristik sebagai berikut :
16
ditetapkan organisasi dalam melaksanakan aktivitasnya. Kombinasi
antara pengendalian hasil dan pengendalian proses akan
menciptakan orang-orang yang punya inisiatif, kreatif, dan inovatif
dalam beberapa hal tertentu.
17
reward/punishment yang signifikan dan bermakna di mata
bawahan untuk realisasi hasil tersebut.
18
yang diterapkan telah sesuai dengan kondisi badan usaha maka sistem
pengendalian manajemen akan baik pula.
19
Menyelesaikan masalah dengan belajar dari masa lalu dan cenderung
untuk lebih konservatif
Meminimalkan risiko
Lebih tenang dan memberikan empati yang besar untuk bawahannya
Bekerja sama dan mendelegasikan bawahan
20
Titus Oshagbemi (2003) menemukan hasil dari perilaku pemimpin tua dan
pemimpin muda dari segi kepemimpinan laissez-faire, tidak ada perbedaan yang
signifikan antara pemimpin tua dan muda. Gaya kepemimpinan laissez-faire
sangat jarang sekali digunakan keduanya dikarenakan pemimpin melihat perilaku
tersebut sebagai pelepasan tanggung jawab kepemimpinan. Oleh karena itu, kedua
pemimpin baik tua dan muda lebih memilih untuk menetapkan tujuan dan standar
kinerja serta memantau kemajuan termasuk mengoreksi kesalahan. Titus
menambahkan pada kepuasan kinerja bawahan, pemimpin tua sering merasa puas
dengan kinerja bawahan dibandingkan pemimpin muda. Di sisi lain pemimpin
muda cenderung lebih puas dengan pertimbangan individualnya dan memberikan
kontribusi lebih untuk meningkatkan perekerjaan mereka sendiri, hal ini tidak
mengherankan karena pemimpin muda lebih banyak ingin belajar hal-hal baru
tentang tugas mereka dan urusan badan usaha dibandingkan dengan pemimpin
yang lebih tua.
Perbedaan usia antara tua dan muda tidak menjadi penghalang untuk
mengembangkan diri menjadi seorang pemimpin, meskipun pemimpin tua lebih
kaya akan pengalaman memimpin dalam suatu organisasi tetapi pemimpin muda
juga tidak dapat diremehkan. Semakin menghadapi perkembangan zaman orang
yang berusia muda semakin dapat menjadi pemimpin dan tidak hanya menjadi
bawahan saja. Pemimpin muda sekarang lebih bisa kreatif dan kritis dalam
menangani masalah dan lebih berani mengambil risiko karena memang pemimpin
muda masih mempunyai ambisi-ambisi yang sangat tinggi ditambah lagi
semangat yang menggebu. Pada negara seperti US dan Kanada pemimpin tua
mulai digantikan dengan bibit-bibit baru pemimpin muda yang tentunya masih
“segar” dan sangat berbeda dengan pemimpin tua.
21
peluang sedangkan pemimpin tua lebih cenderung untuk tidsak mau mengambil
risiko, memecahkan masalah berdasarkan pengalaman yang ada di organisasi, dan
lebih mendelegasikan wewenang (Kakabacoff dan Stoffey (2001)).
22
23
BAB III
DESAIN STUDI
Pada bab III ini berisikan tentang pembahasan dari penelitian yang
dilakukan peneliti untuk menjawab reseach question untuk mengetahi implikasi
usia terhadap gaya kepemimpinan dan sistem pengendalian manajemen pada CV.
Adi Bangun di Surabaya. Penelitian ini juga menjelaskan tingkat keterlibatan
peneliti, jenis studi yang dipilih, mini research question yang dikaitkan dengan
pemilihan sumber data, dan metode pengumpulan data yang digunakan. Pada
bagian jadwal studi menunjukkan alokasi waktu berdasarkan aktivitas.
Studi yang dilakukan oleh peneliti ini melibatkan secara langsung objek
yang akan diteliti, agar peneliti dapat mengetahui secara langung gaya
kepemimpinan dan bentuk pengendalian yang diterapkan. Untuk pengumpulan
data penelitian ini peneliti menggunakan 3 macam metode yaitu : wawancara,
observasi, dan analisis data. Analisis data ini digunakan untuk membahas hasil
observasi dan wawancara yang selanjutnya akan dikaitkan terhadap teori. Proses
pengambilan data dilakukan sebagai berikut :
24
2. Bagaimana usia berimplikasi terhadap kepemimpinan di CV. Adi
Bangun ?
25
3.2 Pengumpulan Data Kualitatif
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi guna menjawab
mini research question peneliti. Metode yang dipilih pada wawancara
adalah semi structured interview, dimana peneliti telah mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan inti yang dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan informasi. Hasil dari wawancara tersebut direkam dan
dicatat. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap muka untuk
mendapatkan data yang relevan.
Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran sebenarnya tentang
kondisi perusahaan, baik itu dikantor ataupun diproyek. Observasi
dilakukan dengan metode non participant, yakni peneliti hanya
mengamati dan tidak terlibat langsung dalam kegiatan operasional
perusahaan.
Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengolah data-data yang telah diperoleh
dari berbagai sumber menjadi informasi yang berperan penting dalam
penelitian ini. Analisis data yang dilakukan peneliti bersumber pada
data berupa buku, jurnal, wawancara, dan dokumen.
26
Tabel 3.1
Desain Studi
No. Mini research question Sumber data dan metode Aspek praktis Justifikasi
pengumpulan data
27
2. Bagaimana usia Wawancara kepada : Alokasi waktu Wawancara
berimplikasi terhadap wawancara dilakukan untuk
Direktur
kepemimpinan di CV. Adi selama kurang mengetahui
Pemimpin proyek
Bangun ? lebih @1 jam implikasi usia
Karyawan lepas
dengan media terhadap
recorder hp dan kepemimpinan
notes. masing-masing
pemimpin.
28
Analisis data : Alokasi waktu Analisis data
kurang lebih 2 digunakan untuk
Dokumen yang
jam dan media mendapatkan bukti
berisi aturan
yang digunakan tertulis guna
kerja yang
adalah notes. mendukung
diterapkan
kebenaran
Dokumen
wawancara dan
penilaian
observasi. Selain
kinerja
itu, untuk
Buku dan jurnal
mengetahui bentuk
untuk mengaitkan
pengendalian
semua informasi
tersebut.
4. Bagaimana implikasi usia Analisis data yang berasal Analisis data Untuk mengetahui
terhadap gaya dari buku, jurnal, dan dilakukan implikasi usia
kepemimpinan dan bentuk mengkaitkannya dengan selama 6 hari. terhadap gaya
pengendalian pada CV. Adi hasil wawancara Setiap pekerjaan kepemimpinan dan
Bangun? untuk analisis bentuk
data dilakukan pengendalian pada
selama 2 jam. CV. Adi Bangun
dan kesesuaiannya
dengan teori yang
ada.
29
3.3 Jadwal Studi
Pada bab I yaitu menentukan topik, mini research question dan lain-lain.
Kemudian pada bab II mencari landasan teori yang terkait dengan topik serta
pengembangan teori dan pada bab III yaitu pembuatan desain studi dan jadwal
studi untuk penelitian.
30
3.3.6 Penelitian bab IV, V, dan VI
31
Tabel 3.2
Jadwal Studi
Waktu November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi kepustakaan
Bab I
Bab II
Bab III
Bab I
Bab II
Bab IV
32
Bab V
Finalisasi
Dalam Bab IV ini , peneliti akan menjelaskan mengenai gambaran umum mengenai profil perusahaan, struktur organisasi, sumber daya
perusahaan, gaya kepemimpinan, sistem manajemen, dan kegiatan operasional dari “CV. Adi Bangun”. Peneliti juga akan menjawab mini research
question pada Bab I, yaitu :
5. Bagaimana karakter dan gaya kepemimpinan yang diterapkan pada CV.Adi Bangun ?
6. Bagaimana usia berimplikasi terhadap kepemimpinan di CV. Adi Bangun ?
CV. Adi Bangun didirikan pada awal tahun 2005, dalam perkembangannnya selanjutnya resmi didaftarkan sebagai bentuk badan usaha
pada tanggal 4 Februari 2011 dengan Akta No. 4 Notaris H.J. Trining Ariswati SH di Surabaya Jawa Timur dengan bisnis sebagai kontraktor ,
supllier perdagangan umum serta perbengkelan. Berbekal pengalaman CV. Adi Bangun berharap nantinya akan dikenal sebagai perusahaan
kontraktor berdedikasi tinggi dalam memberikan pelayanan perencanaan, pembangunan dan perawatan khususnya bidang kontruksi bangunan.
Serta berharap nantinya akan dikenal sebagai perusahaan yang berkualitas dalam penyedian layanan. Pada saat ini CV. Adi Bangun sudah
bekerjasama dengan berbagai perusahaan principle maupun vendor untuk meningkatkan layanan yang lebih luas. CV. Adi Bangun memiliki
33
jam operasional kantor dari pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB pada hari Senin sampai dengan Sabtu, kecuali jika ada banyak proyek yang
harus ditangani maka hari kerja akan ditambah sampai minggu tetapi hal tersebut dianggap sebagai lembur. Prensensi untuk kantor CV. Adi
Bangun dilakukan secara manual setiap harinya, hal itu dikarenakan karyawan tetap yang ada di kantor hanya berjumlah 7 orang.
UD. Adi Bangun dalam menjalankan operasionalnya memiliki visi dan misi sebagai berikut :
Visi :
Misi :
1. Memberikan pelayanan terbaik yang terletak pada kerjasama team kami yang handal, dari pelaksana di sektor lapangan secara
menyeluruh dan berdedikasi untuk memberikan pelayanan terbaik.
2. Perusahaan yang menyediakan kebutuhan pelanggan dengan pelayanan yang memuaskan dan berkesinambungan.
34
Direktur
Pemimpin
Proyek
Wakil
Direktur
Gambar 4.1
Struktur CV. Adi Bangun
35
Job description masing-masing bagian dalam organiasi adalah sebagai berikut :
1. Direktur
Mengawasi kelancaran operasional CV. Adi Bangun
Melakukan pengambilan keputusan
Mengembangkan dan menyusun strategi dan rencana perusahaan untuk jangka pendek, menengah, panjang
2. Wakil
Mengelola dan mengkoordinasikan kerjasama dengan pihak lain
Mengawasi kelancaran kegiatan operasional dan non operasional
Membantu direktur menjalankan fungsinya
Mengkomunikasikan kegiatan proyek yang akan dilakukan dengan client
Membuat rencana kerja bulanan sesuai dengan kontrak-kontrak dengan client
3. Bendahara
Mengkoordinasikan dan mengontrol pelaporan dan pembayaran kewajiban pajak perusahaan agar efisien dan tepat waktu sesuai
dengan peraturan pemerintah yang ditetapkan
Memproses data dan informasi keuangan yang tersedia untuk mengahsilkan laporan keuangan yang dibtuhkan perusahaan secara
akurat dan tepat waktu
Merencanakan dan mengkoordinasikan susunan anggaran untuk memastikan penggunaan dana secara efisien dan efektif.
4. Administrasi
Mengelola dan mengontrol aktivitas administrasi kantor, kepersonaliaan, dan informasi SDM
36
Melakukan pengawasan dan pencatatan kehadiran kerja, lembur, cuti, dan asuransi kesehatan
5. Pergudangan
Mengawasi keluar masuk barang material untuk proyek
Menganalisa total kebutuhan barang dan mengatur penyediaan, pengadaan, dan pengiriman barang ke proyek agar alokasi barang di
setiap tempat dapat memenuhi kebutuhan dengan tepat.
Melakukan pengecekan alat-alat kerja yang akan digunakan untuk kebutuhan proyek.
6. Pemimpin proyek
Mengawasi pekerja yang ada di lapangan.
Melaporkan segala hal yang berkaitan dengan proyek yang sedang dikerjakan.
Bertanggung jawab atas pekerjaan yang ada pada proyek.
37
Pimpinan Bpk. Ismantono yang bergerak dibidang pembuatan lem, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2009 -
sampai dengan sekarang. Yang berhubungan dibidang Sipil dan Kontruksi seperti :
1. Pembuat Gudang
2. Pembuat Bak Limbah
3. Ruang Amoniak
4. Pembuatan Pondasi Mesin, Cooling Tower, Instalasi Pipa gas
5. Dan yang sedang berjalan Pembuatan Pondasi Timbangan
2. PT. Aldimar Airmas / Surabaya
Pimpinan Bpk. Imam Fauzi yang bergerak dibidang pengadaan pompa air, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2009
– sampai dengan sekarang. Yang berhubungan dibidang sipil kontruksi perpipaan.
3. PT. Pranata Sukses Makmur / Surabaya
Pimpinan Bpk. Rendy yang bergerak dibidang Expedisi, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2009 – sampai dengan
sekarang. Yang berhubungan dibidang sipil, ME dan kontruksi renovasi kantor di Osowilagon.
4. PT. Mega Baterindo / Surabaya
Pimpinan Bpk. Triwahyono yang bergerak dibidang pabrik accu, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2009 – sampai
dengan sekarang. Yang berhubungan dibidang sipil dan kontruksi renovasi kantor di Trosobo – Sidoarjo.
5. PT. Sarana Dekindo ( Sarana Group ) / Surabaya
Pimpinan Bpk. Hadi Sumarsono yang bergerak dibidang pabrik besi, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2008 –
sampai dengan sekarang. Yang berhubungan dibidang sipil dan kontruksi konsultan dalam penawaran material bondex pada proyek Ciputra
World.
6. PT. Mas Adji Tatanan Kontainer / Surabaya
38
Bergerak dibidang expedisi , CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2008 sampai dengan sekarang. Yang berhubungan
dibidang sipil dan kontruksi.. gedung kantor di Jl. Tembaga.
7. PT. Orca Indonesia / Surabaya
Pimpinan Bpk. Hadi Sumarsono yang bergerak dibidang pabrik cat, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2008 –
saapai sekarang. Yang berhubungan dibidang sipil dan kontruksi ruang kantor di Wiyung.
8. CV. Adi Karya / Surabaya
Pimpinan Bpk. Iwan yang bergerak dibidang pengadaan barang, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2007 sampai
sekarang. Yang berhubungan dibidang sipil dan kontruksi pembuatan kantor di Rewin Waru.
9. PT. Griya Anugerah / Surabaya
Pimpinan Bpk. Lang Arief yang bergerak dibidang Pengadan Barang, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2007
sampai sekarang. Yang berhubungan dibidang sipil dan kontruksi pembuatan kantor di Laguna.
10. PT. Karya Perdana / Surabaya
Pimpinan Bpk. Kuswantono yang bergerak dibidang pengadaan barang, CV. Adi Bangun bergabung sebagai kontraktor dari tahun 2007
sampai sekarang. Yang berhubungan dibidang sipil dan kontruksi renovasi Asrama TNI – AL Juanda.
Serta masih banyak lagi mitra kerjasama yang saat ini dimiliki CV. Adi Bangun dan beberapa bangunan rumah tempat tinggal di Surabaya
yang sedang berjalan.
39
Kepemimpinan dalam kantor CV. Adi Bangun dipimpin oleh Pak Iryan Wiriadi sebagai pemilik serta direktur yang dapat dikategorikan
sebagai pemimpin muda. Selain itu, pada proyek dipimpin oleh Pak Lala sebagai kepala proyek yang dapat dikategorikan sebagai pemimpin tua.
Dengan adanya kepemimpinan dua generasi ini tentu menimbulkan perbedaan gaya kepemimpinan antar keduanya.
Pada saat peneliti melakukan survey di kantor, Pak Iryan terlihat sangat membaur dengan karyawannya bahkan Pak Iryan seringkali
membawakan makanan untuk karyawannya saat jam istirahat.
2. Selalu yakin dalam pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan langsung oleh Pak Iryan tetapi jika beliau sedang keluar kota untuk kepentingan proyek dan harus
segera mengambil keputusan, biasanya wakil direktur yang akan mengkomunikasikan langsung kepada Pak Iryan. Pengambilan keputusan
40
yang dilakukan Pak Iryan, selalu beliau pikirankan baik-baik risiko yang akan dihadapi dan cara menanganinya apabila terjadi masalah
yang tidak diinginkan maka dari itu Pak Iryan selalu yakin dengan keputusan yang diambilnya.
3. Memberikan teguran disertai dengan pembetulan
Jika ada karyawan yang salah Pak Iryan cenderung langsung mendekati karyawan tersebut dan menegurnya secara personal agar
karyawan tersebut tidak malu ditegur didepan karyawan lain, setelah itu Pak Iryan akan mencontohkan bagaimana seharusnya pada
karyawan tersebut. Menurut Pak A ( bagian administrasi ),
“ Selama saya bekerja dengan Pak Iryan saya tidak pernah ditegur terang-terangan didepan karyawan lain, waktu itu saya
melakukan kesalahan Pak Iryan langsung mendekati saya dan memberitahu pekerjaan saya kurang tepat setelah itu saya diajari
yang benar”
Pak Iryan menganggap bahwa peneguran secara personal akan lebih dihargai dan didengar oleh karyawan dibandingkan dengan
peneguran langsung didepan karyawan yang lainnya yang akan mempengaruhi mental karyawan tersebut karena merasa malu terhadap
karyawan lainnya dan bila kesalahannya sangat fatal maka Pak Iryan yang akan turun tangan langsung menyelesaikannya.
4. Peka terhadap karyawannya
Menurut Pak G (karyawan lepas),
“ Pak Iryan sangat peduli sekali terhadap karyawan-karyawannya baik itu masalah kantor ataupun masalah pribadi. Waktu
kemaren saya ada masalah dana untuk membiayai istri saya yang melahirkan, begitu Pak Iryan tau beliau langsung membantu
saya”
41
Kepekaan dan kepeduliaan terhadap karyawan meruPakan cara membangun hubungan baik dengan karyawan yang akan
menciptakan nilai lebih dan bukan hanya datang kerja pulang tetapi lebih dari itu. Kepedulian terhadap karyawan diharapkan mampu
mempengaruhi semangat kerja mereka, karyawan tidak terasa terbebani dengan tugas-tugas yang ada, dan semua pihak bisa saling
mendukung untuk bisa lebih maju.
5. Tidak mudah emosi karena hal kecil
Bekerja dengan banyak client tidak membuat Pak Iryan menjadi pemarah dan melampiaskannya kepada bawahan. Semua dilakukan
dengan penuh kesabaran. Menurut Pak D (wakil direktur),
“Pak Iryan tidak pernah marah kepada karyawannya bahkan ketika karyawannya melakukan kesalahan dan beliau sedang banyak
tekanan, hanya saja jika kami sudah keterlaluan Pak Iryan hanya menyindir saja dengan guyonan”
6. Selalu memotivasi karyawannya
Bekerja dengan banyak client biasanya akan membentuk karyawan yang banyak mudah mengeluh dan menyerah, maka dari itu Pak
Iryan selalu memberikan motivasi bagi karyawannya agar selalu berkembang menjadi lebih baik. Pak Iryan juga berharap nantinya
karyawannya yang bekerja di perusahaan tersebut tidak hanya mendapatkan gaji dan lelah saja tetapi juga mendapatkan pengalaman dan
pengetahuan yang nantinya bisa mengembangkan pribadi mereka sendiri menjadi lebih baik.
42
Menurut Pak Iryan (direktur),
“setiap bagian sudah punya tugas masing-masing yang sudah tetap misalnya untuk bagian gudang yang harus selalu mengecek alat
yang akan digunakan untuk proyek sebelum pengerjaan proyek, ataupun bagian bendahara yang harus memastikan pembayaran
pajak, serta pekerjaan lainnya yang sudah ditetapkan. “
Pak Iryan hanya melakukan briefing kepada karyawan jika ada proyek baru dan selain itu pekerjaan di CV. Adi Bangun berorientasi
kepada job description masing-masing jabatan yang telah ditentukan, jika ada pertanyaan mengenai tugas masing-masing bisa langsung
ditanyakan kepada wakil atau Pak Iryan langsung.
9. Ide-ide yang menarik dan kreatif
Menurut Pak A (bagian administrasi),
“dalam hal pemikiran Pak Iryan itu termasuk orang yang tidak bisa ditebak, idenya selalu ada saja baik itu dalam hal
menyelesaikan masalah maupun pengerjaan proyek”
Sebagai seorang pemimpin Pak Iryan harus mampu berinovasi agar dalam menjalankan perusahaannya terlebih dikarenakan umur
Pak Iryan yang masih muda sehingga mudah mengexplore hal-hal baru yang ada disekitarnya.
10. Pantang Menyerah
Menjalankan perusahaan konsultan proyek dan kontraktor tentu bukan perkara mudah bagi pemimpin muda seperti Pak Iryan,
banyak tantangan yang harus dihadapi belum lagi anggapan remeh masayarakat tentang pemimpin muda. Banyaknya masalah dan
hambatan tersebut tidak menyurutkan usaha Pak Iryan untuk tetap semangat dalam mengembangkan usahanya. Bagi beliau tantangan atau
masalah memiliki makna khusus yang mengandung pembelajaran di dalamnya maka ketika berhasil mengatasi hambatan tersebut Pak Iryan
yakin akan menjadi pribadi yang lebih kuat dan mampu mengatasi masalah di masa yang akan datang.
43
Dari karakteristik kepemimpinan Pak Iryan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan Pak Iryan
pada CV. Adi Bangun ini termasuk ke dalam gaya kepemimpinan transformasional. Pak Iryan selalu memotivasi karyawannya agar bekerja lebih
baik lagi, selain itu beliau tak segan-segan memberikan arahan dengan sabar kepada karyawannya apabila karyawan tersebut belum secara benar
melakukan pekerjaannya. Pak Iryan berhasil membuat para karyawannya menghormati sekaligus mempercayai apa yang dilakukan Pak Iryan, cara
Pak Iryan dengan mendekatkan pribadi secara emosionallah yang mampu meyakinkan karyawan tersebut bahwa langkah yang dilakukan Pak Iryan
adalah langakah yang terbaik bagi mereka dan perusahaan. Selain itu Pak Iryan juga kreatif dan inovatif dalam bekerja, beliau selalu punya cara-
cara baru agar karyawannya dapat bekerja dengan semangat untuk kemajuan perusahaan. Banyaknya hambatan yang dijalani selama mendirikan
perusahaan ini menuntut Pak Iryan untuk dapat berfikir kritis dan kreatif bukan hanya agar perusahaan dapat bertahan tetapi juga bagaimana CV.
Adi Bangun tumbuh menjadi perusahaan yang terbaik dibidangnya.
Ciri pemimpin tranformasional lainnya adalah mau mendengarkan dengan penuh perhatin masukan bawahan dan secara khusus mau
memperhatikan kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Sebagai seorang pemimpin, Pak Iryan merupakan pemimpin yang dekat dengan
karyawannya. Seringkali beliau meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah dari karyawannya, baik itu masalah kantor maupun
masalah pribadi karena menurut Pak Iryan masalah pribadi yang dihadapi karyawannya akan berdampak pada pekerjaan karyawannya sehingga
Pak Iryan berusaha mendekatkan diri dengan karyawannya hal tersebut dilakukan beliau agar mengerti apa yang dirasakan dan diinginkan oleh
para karyawannya. Menurutnya karyawan bukan hanya menjadi pekerja bagi perusahaan tetapi juga hal penting dalam pengembangan perusahaan.
Pak Iryan berharap dengan mendengar keluh kesah dan keinginan para karyawan, mereka bisa merasa dihargai dan dibutuhkan oleh perusahaan
sehingga mereka dapat bekerja lebih baik dan giat lagi. Pembelajaran dalam bekerja selalu dilakukan Pak Iryan kepada karyawannya agar
karyawannya bisa mengembangkan diri secara pribadi. jika karyawan tersebut selalu bekerja dengan baik dan giat, Pak Iryan juga tak pernah ragu-
ragu untuk menaikkan jabatan karyawan tersebut sebagai bentuk apresiasi.
4.2.2 Kepemipinan Pak Lala
44
Pak Lala merupakan pemimpin proyek sebagai karyawan lepas dan dapat dikategorikan sebagai pemimpin yang berumur tua. Pak Lala
yang biasanya bertanggung jawab atas kelancaran proses dalam proyek yang hasilnya akan dikomunikasikan dengan Pak Iryan. Gaya
kepemimpinan yang diterapkan Pak Lala adalah gaya kepemimpinan transaksional dimana Pak Lala selalu menggunakan reward untuk
memotivasi para pekerjanya agar dapat mencapai target. contohnya saat ada proyek, Pak Lala selalu mengatakan pada pekerjanya jika proyek ini
jadi dengan bagus dan sesuai dengan waktu yang ditentukan akan diberikan bonus upah tambahan. Menurut Pak Lala (karyawan lepas) :
“pekerja saya itu kan berpendidikan minim jadi bila diiming-imingi bonus biasanya kerjanya makin giat”
Reward yang diberikan Pak Lala kepada para pekerjanya merupakan suatu bentuk gaya kepemimpinan trasaksional karena mengandalkan
adanya suatu pertukaran. Dimana pemimpin menggunakan reward ataupun punishment dalam memotivasi pekerjanya untuk mencapai target yang
telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan transaksional ini menjadikan pekerja tidak secara tulus menjalankan kerjanya karena hanya mau bekerja jika
ada imbalannya. Kurangnya loyalitas juga merupakan dampak dari kepemimpinan traksaksional tersebut.
Pak Lala adalah pemimpin yang bijak, baik itu untuk menyelesaikan masalah ataupun pengambilan keputusan. Pak Lala memikirkan
matang-matang langkah apa yang seharusnya diambil, mulai dari risiko yang akan dihadapi sampai hal terburuk yang akan terjadi apabila
mengambil keputusan tersebut, semua dilakukan Pak Lala dengan penuh perhitungan. Dengan begitu akan meminimalisir pengambilan keputusan
yang salah dan merugikan perusahaan.
Perbedaan lainnya antara Pak Iryan dan Pak Lala terlihat saat menghadapi masalah dan pengambilan keputusan. Saat pengambilan
keputusan Pak Lala cenderung sangat berhati-hati dan menghindari risiko sebisa mungkin dan saat menghadapi masalah Pak Lala cenderung
menggunakan cara terdahulu yang pernah digunakan untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, dalam hal pengalaman Pak Lala cenderung lebih
banyak pengalaman daripada Pak Iryan. pengalaman itulah yang membantu Pak Lala bekerja bahkan saat menghadapi situasi sulit. Pak Lala juga
lebih banyak mendelegasikan pekerjaan kepada bawahannya dan mempercayakan bawahannya tersebut dalam mengambil keputusan sendiri. Pak
45
Lala sangat mengedepankan etika antara atasan dan bawahan, Pak Lala cenderung bersikap lebih kaku terhadap bawahan sehingga bawahan tidak
terlalu dekat dengan Pak Lala.
Pada perusahaan CV. Adi Bangun yang bergerak dibidang konsultan proyek dan kontraktor mayoritas anggotanya termasuk kedalam
generasi Y bahkan pada tingkatan kepemimpinan juga dipimpin oleh pemimpin yang berusia muda atau generasi Y, yaitu pada jabatan direktur dan
wakil direktur. Padahal mendirikan perusahaan kontraktor bukan masalah yang mudah bagi pemimpin muda karena dibutuhkan pengalaman yang
cukup banyak untuk dapat bisa dipercaya dan hal itu pulalah yang menjadi tantangan bagi CV. Adi Bangun untuk mengembangkan perusahaannya.
Menurut Pak Iryan (direktur),
“diawal memang berat dan banyak sekali yang tidak percaya tetapi yang penting dalam usaha adalah konsisten dan sabar, sekarang
alhamdulillah sudah mulai lancar”
Pak Iryan selaku direktur CV. Adi Bangun mengakui ada banyak sekali tantangan saat pertama kali beliau mendirikan perusahaan tersebut,
karena banyak perusahaan pesaing yang dipegang oleh pemimpin yang berusia tua dan sudah banyak sekali mengecam pengalaman. Implikasi usia
dalam CV. Adi Bangun sangat dipengaruhi oleh stereotype yang berkembang di masyarakat, dimana perusahaan kontraktor yang dipimpin oleh
pemimpin muda lebih lambat dalam berkembang. Perkembangan yang terjadi pada CV. Adi Bangun memang agak lambat, keterlambatan
perkembangan tersebut disebabkan pandangan masyarakat yang tidak jarang memandang sebelah mata perusahaan dengan pemimpin yang berusia
muda sehingga kurang mempercayai kinerja CV. Adi Bangun.
Tidak hanya pemimpin pada CV. Adi Bangun saja yang berumur kurang dari 40 tahun tetapi semua karyawan tetap CV. Adi Bangun juga
berusia kurang dari 40 tahun. Menurut Pak Iryan (direktur) :
46
“saya sengaja memilih karyawan yang berumur tidak jauh dari saya , kalo lebih tua kan saya jadi sungkan untuk memerintah dan juga
yang muda biasanya lebih cekatan dan cepat untuk diajak beradaptasi dengan sesuatu yang baru tetapi untuk karyawan lepas biasanya
ada yang lebih tua juga sih itu gak masalah kan”
Selain faktor pendidikan, usia juga merupakan faktor lain Pak Iryan menerima karyawan. Pak Iryan menyatakan lebih nyaman bila
karyawan tetapnya adalah orang yang berusia tidak jauh dari beliau, meskipun pada jajaran pemimpin dan karyawan tetap CV. Adi Bangun adalah
generasi Y bukan berarti Pak Iryan tidak dapat bekerja sama dengan generasi yang lain. Misalnya pemimpin proyek pada CV. Adi Bangun yang
dikepalai oleh generasi X yang usianya lebih dari 40 tahun, yaitu Pak Lala. Menurut Pak Iryan karyawan yang lebih tua biasanya mempunyai
kelebihan dalam hal banyaknya pengalaman. Karyawan lepas yang lebih tua memang cenderung kaku dan lambat untuk beradaptasi dengan hal
baru tetapi kelebihan yang dimiliki karyawan yang lebih tua berupa pengalaman itulah yang dapat menyeimbangkan kinerja dalam lapangan. Pak
Iryan menyatakan antara karyawan muda dan karyawan tua sebenarnya sama-sama memiliki kelebihan masing-masing, hanya saja sebagai
pemimpin harus dapat mengolah kelebihan tersebut agar kelebihan-kelebihan tersebut menjadi kekuatan perusahaan. Sedangkan untuk pemilihan
pekerja untuk proyek sendiri tidak terpengaruh usia, asalkan bisa bekerja dengan baik, memiliki fisik yang sehat, dan tahan banting.
Dari sumber yang didapatakan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perekrutan karyawan Pak Iryan lebih memilih karyawan yang
berusia muda karena merasa lebih nyaman memimpin orang yang umurnya tidak jauh dari beliau, dengan begitu secara tidak langsung Pak Iryan
telah memiliki sterotype tersendiri bahwa orang berusia muda lebih bisa diandalkan daripada orang yang berumur tua. Sterotype yang diciptakan
Pak Iryan dalam perusahaannya dapat disebabkan karena pengaruh pandangan remeh masyarakat tentang orang berusia muda. Pak Iryan ingin
menunjukkan bahwa orang yang berusia muda juga dapat bekerja secara profesional dan mampu bersaing dengan orang yang lebih tua. Pak Iryan
memiliki karyawan yang berumur tua tetapi karyawan tersebut adalah karyawan lepas yang tidak banyak berhubungan langsung dengan Pak Iryan.
untuk pekerja proyek memang cenderung lebih dicari pekerja yang mampu bekerja dengan baik dan fisik yang kuat dikarenakan pekerjaan di
proyek lebih menggunakan fisik. Jadi perekrutan pekerja pada CV. Adi Bangun selain memperhatikan usia juga memperhatikan kondisi dimana
pekerja tersebut akan ditempatkan.
47
4.3.2 Kinerja pemimpin CV. Adi Bangun
Adanya asumsi yang berpendapat bahwa seseorang di usia muda belum bisa mencapai jabatan pada kepemimpinan tertinggi karena usia
muda diidentikkan dengan tidak adanya pengalaman apapun, terburu-buru dalam bekerja, dan tidak memikirkan risiko. Asumsi tersebut
mempersepsikan bahwa orang yang berusia muda hanya pantas untuk menjadi pengikut ataupun bawahan saja dan tidak dapat menjadi pemimpin
untuk orang yang berusia lebih tua. Tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti pada CV. Adi Bangun pemimpin berusia muda tidak
dapat dianggap remeh kinerjanya. Pada masa awal berdirinya CV. Adi Bangun memang menjadi masa-masa yang sangat berat bagi Pak Iryan
karena sebagai perusahaan baru dan ditambah lagi Pak Iryan sebagai pemimpin masih berusia muda. Banyak orang yang mengira bahwa
perusahaan yang didirikan Pak Iryan ini tidak dapat bertahan lama tetapi dengan banyaknya komentar miring orang-orang dan pandangan remeh
tersebut, justru memacu Pak Iryan untuk membuktikan bahwa usia muda bukan berarti bekerja secara sembarangan dan tidak dapat bersaing
dengan perusahaan yang mempunyai pemimpin berusia tua.
Pada tahun 2014 merupakan titik balik perusahaan CV. Adi Bangun. Perusahaan ini mulai dipercaya banyak pihak, mulai dari perumahan,
mall, tempat rekreasi, dan lain-lain. Mitra kerjasama yang dimiliki perusahaan ini pun semakin banyak. Hal tersebut tentu tidak lepas dari peran
kerja keras Pak Iryan yang membuktikan bahwa pemimpin muda juga dapat survive. Pak Iryan selalu mengikutsertakan diri untuk bisa mengontrol
langsung pekerjaan karyawan yang berada di proyek agar Pak Iryan dapat mengetahui apa hal yang kurang dari proyek tersebut.
Sebagai pemimpin Pak Iryan dapat dikatakan pemimpin yang berani mengambil risiko tetapi pengambilan risiko yang diambil oleh Pak
Iryan terkadang belum melalui pemikiran secara matang sehingga dapat menimbulkan masalah bagi perusahaan dikemudian hari. Seharusnya
pengambilan risiko dan keputusan haruslah dipikirkan secara matang-matang untuk meminimalisir masalah yang akan terjadi. Sebagai pemimpin
muda tentu Pak Iryan kurang dalam banyaknya pengalaman, Pak Iryan biasanya banyak melakukan pendekatan dengan cara berkomunikasi dan
melakukan sharing kepada orang yang lebih berpengalaman dengan begitu ilmu yang diperoleh juga lebih banyak dan lebih mengerti
penerapannya dalam perusahaan. Pak Iryan menyukai mencoba sesuatu yang baru, dari mencoba itu lah yang dapat membuat Pak Iryan keluar dari
48
zona nyamannya, masalah yang timbul dan hambatan-hambatan yang muncul menuntut Pak Iryan untuk bisa belajar terus menerus untuk menjadi
pemimpin yang baik serta dapat dengan tenang mengatasi masalah yang terjadi. Pada era ini banyak sekali terjadi perubahan yang mungkin tidak
terpikirkan pada masa dulu sehingga pemimpin dapat belajar dan dapat menjadikan pemimpin sebagai orang yang tidak takut akan terjadinya
perubahan tersebut dengan begitu mereka selalu mempunyai cara bagaimana perusahaan tetap berkembang mengikuti arus perubahan yang ada
sehingga tidak tertinggal oleh perusahaan yang lainnya.
Pak Iryan lebih sering menerima tawaran untuk mengerjakan proyek yang baru dan lain dari sebelumnya. Penerimaan proyek baru dan lain
dari sebelumnya tersebut dimaksudkan agar ada sesuatu yang baru yang dapat dipelajari, jadi tidak stuck hanya dalam satu hal saja karena akan
membuat orang selalu berada dalam zona nyaman dan takut akan adanya perubahan. Disamping itu, manfaat lainnya yang didapat adalah
bertambahnya relasi untuk perusahaan, hal tersebut tentu berefek bagus untuk kelangsungan bisnis pada sebuah perusahaan. Banyaknya relasi
maka semakin dikenal masyarakat pula perusahaan tersebut sehingga memudahkan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan tersebut.
Sedangkan Pak Lala lebih mendelegasikan tugas kepada pekerjanya dan tak banyak ikut andil bagian. Pak Lala hanya melakukan tugas
yang menjadi tugasnya saja. Kinerja Pak Lala cenderung lebih banyak perhitungan, pada pembuatan dan pengambilan keputusan contohnya, Pak
Lala memikirkan dan memperhitungankan secara matang-matang keputusan yang akan diambil. Banyak faktor yang akan menjadi pertimbangan
Pak Lala jika ingin mengambil keputusan. Sebelum bekerja dengan CV. Adi Bangun, Pak Lala lebih dahulu bekerja pada perusahaan lain. Banyak
pengalaman yang tentunya didapatkan oleh Pak Lala, sehingga dari pengalaman-pengalaman tersebut beliau belajar bagaiamana bersikap kepada
pekerja dan bagaimana menyelesaikan masalah. Pak Lala juga tak banyak mengambil risiko dalam pekerjaanya dan memilih untuk menerima saja
tugas yang harus dikerjakannya. Untuk pengambilan keputusan Pak Lala selalu melibatkan pekerjanya dan mendiskusikan bersama tetapi
keputusan terakhir tetap ada pada Pak Lala, dengan cara seperti itu maka pekerja bisa menyampaikan pendapatnya dan lebih dihargai.
Dari informasi di atas terdapat perbedaan kinerja antara Pak Iryan dan Pak Lala. Sejauh ini kinerja yang dilakukan Pak Iryan dalam
mengembangkan CV. Adi Bangun sedikit demi sedikit telah membawa hasil, semakin banyaknya client menjadi bukti bahwa semakain banyaknya
yang mempercayai kinerja Pak Iryan. Padahal pada awal berdirinya perusahaan ini, banyak pandangan pesimis dari orang-orang disekitar tetapi
49
Pak Iryan mampu menjadikan hal tersebut semangat mengembangkan perusahaannya. Pak Iryan tergolong sebagai pemimpin yang cepat belajar
membaca situasi dan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang berubah-ubah. Pak Iryan sebagai pemimpin muda memang identik dengan
semangat yang masih menggebu-gebu untuk mencoba sesuatu yang baru. Dengan mencoba sesuatu yang baru tersebut, maka akan lebih banyak hal
yang dapat dipelajari lebih dalam dan menjadikannya pengalaman untuk pertimbangan mengambil keputusan. Selain itu, pada zaman sekarang
perubahan terjadi sangat cepat, dengan selalu mempelajari hal yang baru diharapkan perusahaan telah terbiasan dengan adanya perubahan tersebut
dan tetap bisa survive.
Di sisi lain kinerja Pak Lala lebih banyak pemikiran secara matang dan cenderung mendahulukan posisi aman. Berada di posisi aman dalam
jangka pendek memang lebih menguntungkan karena tidak ada perubahan yang terjadi dan tidak ada ketidakpastian risiko yang dihadapi, tetapi
dengan begitu kita juga akan cepat tertinggal dan tidak dapat bersaing dengan perusahaan lain yang selalu mengikuti perubahan. Padahal pada
dunia bisnis perubahan tentu akan cepat sekali terjadi, lengah sedikit saja maka akan tersaingi oleh yang lainnya. Maka dari itu kita tidak boleh
terlalu nyaman pada satu zona tertentu, risiko memang sesuatu hal yang ditakuti banyak orang tetapi dengan risiko tersebut banyak pembelajaran
yang dapat kita ambil. Pengalaman yang baik dan ilmu yang kompeten tentu merupakan faktor pendukung yang kuat untuk memilih bagaimana
seharusnya perusahaan tersebut dijalankan.
4.3.3 Hubungan pemimpin terhadap karyawan
Pemimpin yang efektif harus mempunyai hubungan yang baik terhadap bawahan, dapat mengevaluasi pekerjaan karyawan, dan memahami
tugasnya sebagai seorang pemimpin, banyak hal tersebut memang sangat penting tetapi pengalaman juga merupakan faktor tak kalah penting yang
sangat dibutuhkan untuk membaca situasi dan mengatasi masalah dalam perusahaan. Sebagai pemimpin muda Pak Iryan menyadari adanya
kekurangan hal itu pada dirinya, beliau tak jarang melakukan sharing dengan pemimpin yang lebih tua ataupun kepada orang yang lebih
berpengalaman agar menambah ilmu beliau jika terjadi masalah dan mengerti apa yang harus dilakukan.
50
Pak Iryan mampu membuktikan dapat memimpin karyawan yang seumuran ataupun yang lebih tua dengan baik, sehingga karyawan tua
ataupun karyawan muda dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Meskipun untuk karyawan di kantor tidak ada karyawan yang berumur tua
tetapi untuk karyawan lepas terdapat karyawan yang berumur lebih dari 40 tahun. Menurut Pak Iryan (direktur) :
“karwayan yang lebih tua itu biasanya lebih mengerti apa yang harus dilakukan sebelum diperintah tetapi untuk berkomunikasi tidak bisa
disamakan dengan karyawan yang usianya sebaya dengan saya, untuk karyawan tua harus lebih sopan agar tidak tersinggung”
Terhadap karyawan tua yang biasanya menjadi pemimpin proyek, Pak Iryan tidak bisa menerapkan kepemimpinan seperti yang beliau
terapkan di kantornya, biasanya berkomunikasi lebih sopan dan menghargai cara yang diterapkan karyawan tua tersebut dalam menyelesaikan
proyek asalkan tidak diluar ketentuan perusahaan. Jika karyawan tua melakukan kesalahan Pak Iryan cenderung berusaha memilih kalimat yang
sopan dan baik-baik untuk menegurnya agar tidak terkesan tidak menghormati dan menggurui. Menurut Pak Lala (karyawan tua dan pemimpin
proyek) :
“Pak Iryan itu orang yang sopan dan dapat diajak bekerja sama, ya terkadang ada konflik sedikit ya biasalah, biasanya karena berbeda
pemikiran”
Adanya pemimpin yang berbeda generasi tentu juga akan menimbulkan konflik tersendiri saat mengahadapi masalah. Biasanya Pak Lala
cenderung untuk dapat mengatur dan mengelola anggota tim agar pekerjaan berjalan lancar tetapi Pak Iryan lebih bertindak secara bersama-sama
atau bekerja secara tim sehingga hal tersebut sering memunculkan kesalahan komunikasi. Konflik lainnya terjadi pada saat ada masalah, Pak Lala
cenderung menggunakan cara yang pernah digunakannya di masa lalu karena menurut Pak Lala cara tersebut dapat menyelesaikan masalah di
masa lalu maka dapat menyelesaikan masalah di masa ini pula. Berbeda dengan Pak Lala, Pak Iryan justru lebih senang menggunakan cara-cara
baru untuk menyelesaikan masalah karena menurut Pak Iryan meskipun risiko yang diterima lebih besar dengan menggunakan cara baru tersebut
tetapi tidak menutup kemungkinan juga cara baru yang digunakan tersebut dapat membuahkan hasil yang jauh lebih baik daripada cara yang
sebelumnya digunakan.
51
Konflik antar generasi di dalam perusahaan tentu tidak dapat dihindari. Adanya perbedaan perspektif, karakter, dan cara pandang itulah
yang tak jarang menimbulkan konflik antara Pak Iryan sebagai pemimpin muda dan Pak Lala sebagai pemimpin tua. menurut Pak Iryan (direktur) :
“saya dan Pak Lala memang sering berbeda pendapat tapi harus ada komunikasi yang baik dan tidak mengedepankan ego masing-masing
biar gak berlarut-larut”
Adanya komunikasi yang baik antara kedua belah pihak,tidak mengedepankan ego, dan mau menerima saran dari pihak lain merupakan
solusi yang selalu dilakukan Pak Iryan dan Pak Lala jika terjadi konflik antar keduanya. Perbedaan tersebut tentunya harus dimaknai dengan bijak
oleh kedua pemimpin dari berbeda generasi tersebut agar perbedaan tersebut dapat digunakan untuk menunjang perusahaan bukan malah menjadi
bumerang untuk meruntuhkan perusahaan tersebut.
Untuk hasil kinerja para karyawan, Pak Iryan seringkali tidak puas dengan hasil kerja karyawan di kantor . Menurut Pak Iryan (direktur) :
“untuk karyawan di kantor cenderung agak susah untuk diberi tahu dan kadang hasil kerjanya juga kurang maksimal. Jadi ya kalau
diberitahu berkali-kali masih saja sama, biasanya saya yang turun langsung menyelesaikan”
Pak Iryan mengatakan seringkali tidak puas pada hasil kinerja karyawannya di kantor karena dianggap kurang sesuai dengan yang
diinginkan, bahkan tak jarang beliau harus menjelaskan dua kali agar karyawan tersebut mengerti tetapi jika sampai dua kali tetap salah maka Pak
Iryan akan turun langsung mengerjakan pekerjaan tersebut dengan begitu Pak Iryan berharap karyawannya tahu diri dan dapat lebih tahu tugasnya.
Disisi lain, Pak Lala sebagai pemimpin proyek tidak terlalu dekat dengan pekerjanya. Pak Lala hanya membatasi kedekatannya dengan
bawahannya hanya untuk masalah pekerjaan, selain itu beliau tidak ambil pusing karena menurutnya masalah pekerjanya adalah sesuatu yang tidak
perlu dicampuri. Hubungan Pak Lala dengan pekerjanya sangat terlihat sekali batasannya. Menurut Pak S (pekerja proyek) :
“pak lala itu orangnya tegas dan kaku, jadi kita jarang ngadu masalah sama beliau. paling ya kalo penting banget begitu baru
diomongin.”
Sikap Pak Lala cenderung tidak mau ambil pusing tentang masalah yang sedang dihadapi pekerjanya tetapi dengan cara seperti itu Pak Lala
lebih disegani oleh pekerjanya.
52
Jadi menurut peneliti, perbedaan usia berdampak pada hubungan pemimpin dengan karyawannya. Hubungan yang diciptakan Pak Iryan
dengan Pak Lala kepada bawahannya sangat berbeda satu sama lain. Pak Iryan lebih mendekatkan diri dengan karyawannya dan cenderung
menghilangkan batasan antara atasan dan bawahan. Kedekatan Pak Iryan dengan karyawannya tersebut dapat menimbulkan berdampak positif dan
negatif pada karyawan. Efek positifnya yaitu karyawan lebih nyaman saat bekerja dan tidak ada kesan kaku. Karyawan juga lebih bisa
mempercayai Pak Iryan sebagai orang yang dapat memimpin mereka dengan baik. Efek negatif yang ditimbulkan adalah karyawan Pak Iryan
kurang memperhatikan adanya batasan antara pemimpin dan karyawan, sehingga tak jarang karyawan biasanya bekerja secara sembarangan dan
meremehkan pekerjaan tersebut karena berpikir Pak Iryan tidak akan memarahi ataupun menjatuhkan sanksi. Jika hal tersebut dibiarkan maka
karyawan akan lebih “manja” dan tentu berbahaya untuk CV. Adi Bangun. Dampaknya adalah penurunan kinerja dan hasil yang kinerja yang
buruk. Kedekatan dengan karyawan memang baik tetapi pemimpin harus bisa membatasi dirinya sebagai pemimpin dan bertindak tegas jika ada
karyawan yang lalai dalam penyelesaian tugasnya. Di sisi lain, Pak Lala lebih acuh tak acuh dengan pekerjanya dan sangat terlihat batasan antara
pemimpin dan bawahan, sikap Pak Lala terhadap pekerjanya cenderung kaku dan dingin. Sikap yang dimiliki Pak Lala tersebut tentu berdampak
pada suasana kerja pada proyek yang kurang nyaman bagi pekerjanya tetapi dengan sikap yang seperti itu pekerja lebih takut jika melakukan
kesalahan dan lebih bekerja secara maksimal karena takut dimarahi oleh Pak Lala. Pembatasan yang jelas dari sikap Pak Lala antara atasan dan
bawahan juga diperlukan dalam perusahaan agar pekerja tidak bertingkah seenaknya sendiri dan lebih dapat menghargai pemimpin.
Selain itu adanya konflik generasi yang muncul antara Pak Iryan dengan Pak Lala sebenarnya bukanlah hal yang patut dipermasalahkan,
selama Pak Iryan dan Pak Lala tidak mendahulukan ego masing-masing dan mau mendengar pendapat orang lain. Adanya perbedaan generasi ini
bahkan dapat menjadi kelebihan untuk perusahaan tersebut karena dapat saling melengkapi antara generasi tua dan generasi muda.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan ini karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan
adanya kemajuan ilmu pengetahuan. Di era sekarang teknologi sangat erat kaitannya dengan internet. Adanya perkembangan internet yang sangat
cepat akan mepengaruhi kehidupan sosial serta cara berkomunikasi seseorang. Kemajuan teknologi itulah yang dimanfaatkan oleh Pak Iryan agar
lebih mudah dalam berkomunikasi dan mengevaluasi hasil kerja karyawannya.
Berbeda dengan Pak Iryan yang menggunakan pemanfaatan teknologi pada kepmimpinannya, Pak Lala hanya menggunakan telepon untuk
berkomunikasi. Menurut Pak Lala :
“saya ada line tapi saya bingung jalaninnya, jadi ya pakai telepon biasa saja biar gampang”
Telepon genggam milik Pak Lala memang dapat digunakan untuk social media tetapi Pak Lala mengaku agak bingung dalam
menjalankannya sehingga malas jika harus repot. Sehingga Pak Lala lebih memilih berkomunikasi langsung ataupun melalui sms dan telepon saja
agar lebih simpel.
Dari berbagai informasi diatas maka dapat dikatakan kemajuan teknologi mendominasi kepemimpinan Pak Iryan sedangkan Pak Lala tidak,
dikarenan Pak Lala masih bingung cara mengoperasikannya serta lebih memilih sms dan telepon saja agar lebih mudah. Penggunaan teknologi
54
tersebut tentu menjadikan segala sesuatu menjadi mudah. Dengan teknologi, informasi dapat diakses dengan cepat dan penyebaran informasi pun
juga lebih mudah. Tidak dapat dipungkiri generasi Y adalah generasi yang tumbuh dengan perkembangan teknologi sehingga sangat rentan untuk
selalu mengandalkan teknologi untuk semua kebutuhan. Teknologi memang memudahkan segala hal tetapi disisi lain kita harus bisa menggunakan
teknologi tersebut dengan bijak agar tidak memberikan efek buruk bagi perusahaan. Pada perusahaan CV. Adi Bangun sendiri terlihat belum ada
efek buruk dari penggunaan teknologi ini, sejauh ini penggunaan teknologi dalam CV. Adi Bangun masih menguntungkan dan dapat
mempermudah komunikasi sehingga tidak terhalang ruang dan waktu.
4.4 Konklusi
CV. Adi Bangun sebagai badan usaha yang bergerak pada bisnis konsultan proyek dan kontraktor. Perusahaan ini terletak di Surabaya dan
didirikan pada tanggal 4 Februari 2011 oleh Pak Iryan. Visi perusahaan ini adalah dapat konsisten bekerja untuk mencapai kualitas terbaik. CV.
Adi Bangun berharap nantinya akan dikenal sebagai perusahaan yang berkualitas dalam penyediaan layanan. Sedangkan misinya adalah
memberikan pelayanan terbaik yang terletak pada kerjasama team kami yang handal, dari pelaksana di sektor lapangan secara menyeluruh
dan berdedikasi untuk memberikan pelayanan terbaik.
CV. Adi Bangun memiliki karyawan tetap berjumlah 7 orang dan karyawan lepas 60 orang, yang terdiri dari 10 tenaga terampil dan 50
asisten tenaga terampil. Pada CV. Adi Bangun memiliki enam hari masa kerja, kecuali jika ada banyak proyek yang harus ditangani maka hari
kerja ditambah sampai minggu tetapi dianggap sebagai lembur. Jam operasional CV. Adi Bangun mulai dari pukul 08.00-17.00 WIB untuk senin
sampai dengan sabtu , sedangkan untuk hari minggu pukul 08.00-12.00 WIB. Pada struktur organisasi CV. Adi Bangun dapat dilihat bahwa CV.
Adi Bangun bersifat sentralisasi karena semua perintah dan pembuat keputusan ada pada direktur.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam CV. Adi Bangun adalah gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional. Dimana ada
2 objek yang memiliki bentuk kepemimpinan yang berbeda yaitu Pak Iryan sebagai direktur dan pemimpin di kantor CV. Adi Bangun serta Pak
Lala sebagai pemimpin proyek. Pak Iryan cenderung lebih humble dengan karyawannya, berani mengambil risiko, dan memiliki ide-ide yang
55
kreatif. Sedangkan Pak Lala cenderung menggunakan reward dalam memotivasi pekerjanya. Dapat disimpulkan gaya kepemimpinan yang
diterapkan pada CV. Adi Bangun dipengaruhi oleh usia dan keadaan kerja. Gaya kepemimpinan tersebut tentu memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, tetapi pada CV. Adi Bangun perbedaan bentuk kepemimpinan ini dapat berjalan saling melengkapi.
Terdapat banyak implikasi usia terhadap kepemimpinan kedua pemimpin berbeda generasi tersebut. Pertama, pada perekrutan karyawan
selain faktor pendidikan, Pak Iryan juga cenderung memilih karyawan yang berumur muda karena lebih nyaman memimpin orang yang seumuran
sedangkan untuk pekerja proyek tidak dibatasi usianya. Pekerja proyek hanya diharuskan memiliki fisik yang sehat dan ketahanan mental karena
akan bekerja lebih kasar daripada karyawan yang berada di kantor. Kedua, untuk kinerja Pak Iryan lebih bersemangat, cekatan, dan selalu mencoba
hal-hal yang baru. Hasil kinerja Pak Iryan dapat dibuktikan dari semakin banyaknya client yang mempercayakan proyeknya untuk dikerjakan oleh
CV. Adi Bangun. Sedangkan Pak Lala sebagai pemimpin proyek lebih banyak pehitungan dan pemikiran panjang dalam bekerja dan selalu
mempertahankan zona nyaman. Dalam pengambilan keputusan pun Pak Lala memikirkan secara matang dan memperhitungkan faktor-faktor yang
lain yang mungkin berdampak pada keputusan tersebut.
Ketiga, hubungan pemimpin dengan karyawan. Pak Iryan lebih humble dan dekat dengan karyawannya sehingga terlihat tidak ada batasan
antara pemimpin dan bawahan. Dampak buruknya, karyawan akan meremehkan pekerjaannya dan tidak bekerja secara sungguh-sungguh karena
berfikir Pak Iryan tidak akan sampai hati untuk memotong gaji dan hanya ditegur. Sedangkan Pak Lala lebih tegas dan kaku pada pekerjanya
sehingga pekerja segan pada Pak Lala jika tidak menjalankan kerjanya dengan baik dan khawatir akan dikenakan sanksi. Adanya perbedaan dua
generasi kepemimpinan tentu ada konflik yang tidak dapat dihindari tetapu konflik yang terjadi antar kedua pemimpin tersebut selalu dapat
diselesaikan dengan baik sehingga tidak menimbulkan perselisihan antara kedua pemimpin. Keempat, pemanfaatan teknologi. Pak Iryan sebagai
pemimpin muda sangat mengandalkan teknologi dalam bekerja dan berkomunikasi. Contohnya untuk pelaporan Pak Iryan meminta karyawannya
mengirim via email. Hal tersebut juga yang diterapkan pada karyawannya. Sedangkan Pak Lala sebagai pemimpin tua lebih mengandalkan
komunikasi langsung atau melalui telepon dan sms saja karena bingung jika harus menggunakan macam-macam komunikasi.
56
57
BAB V
Pembahasan
Pada bab V peneliti akan membahas mini research question point ketiga dan keempat yaitu :
58
pencatatan. CV. Adi Bangun bekerja mulai pukul 08.00-17.00. Meskipun karyawan CV. Adi Bangun tidak terlalu banyak tapi direktur
perusahaan membiasakan untuk dilakukannya absensi untuk membuat karyawan disiplin. Menurut Pak D (wakil direktur) :
“biasanya jika ada karyawan yang terlambat, Pak Iryan akan menanyakan dulu baik-baik alasan karyawan tersebut datang
terlambat atau harus izin terlebih dahulu. Jika alasan yang digunakan bisa ditorerir Pak Iryan akan mengizinkan tetapi jika tidak
dan keterlambatan berulang beberapa kali maka akan langsung mendapat peringatan”
Adanya absensi tersebut dikategorikan sebagai action control karena dengan absensi dapat diketahui karyawan yang datang tepat
waktu, karyawan yang terlambat, dan karyawan yang tidak masuk.
b) Briefing sebelum bekerja
Sebelum mulai mengerjakan pekerjaan pada bagian masing-masing. Saat akan menegerjakan pekerjaan pada bagian masing-masing,
direktur akan mengadakan rapat singkat guna mendiskusikan mengenai proyek yang sedang dikerjakan. Selanjutnya, karyawan akan
berkoordinasi dengan bagian masing-masing apa yang harus dikerjakan hari tersebut. Briefing ini juga berguna untuk memastikan dan
mengevaluasi kerja setiap bagian dalam CV. Adi Bangun. Menurut Pak Iryan (direktur) :
“sebelum memulai bekerja biasanya kita briefing dulu, biar temen-temen lebih paham apa yang dikerjakan”
Briefing merupakan bentuk dari action control karena dengan adanya briefing sebelum melakukan pekerjaan, pemimpin dapat
mengkomunikasikan kepada karyawan pekerjaan hari tersebut dan dapat berdiskusi jika ada hal yang dirasa tidak dimengerti oleh
karyawan.
c) Pembuatan laporan dan penyimpanan dokumen penting
Pembuatan laporan dan penyimpanan dokumen penting berbeda disetiap bagian dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
dan digunakan sebagai alat pertanggung jawaban kepada wakil direktur. Dari laporan yang telah dibuat tersebut maka wakil direktur dapat
melihat bagaimana kemampuan setiap bagian dan untuk menentukan kinerja. Menurut Pak A (bagian administrasi) :
“kita biasanya ngumpulin laporannya ke pak wakil, beliau yang ngecek-ngecek dan hasil akhirnya dilaporkan ke Pak Iryan”
59
Misalnya pada wakil direktur yang melaporkan hasil kinerja dengan menggunakan KPI (key performance indicator) setiap akhir tahun
kepada direktur. Selain itu untuk penyimpanan dokumen ,bagian bendahara akan menyimpan dokumen yang terkait laporan keuangan
perusahaan.
Aktivitas ini termasuk dalam result control dan action control karena melihat aktivitas mulai dari tindakan yang dilakukan
karyawan sampai hasil yang dilaporkan dan menyesuaikannya dengan target yang telah ditentukan.
d) Pelaksanaan tugas sesuai dengan job description yang telah ditentukan
Pada masing-masing bagian dalam CV. Adi Bangun telah mempunyai job description masing-masing sehingga karyawan lebih
mudah untuk melakukan tugas dari perusahaan. Dengan adanya job description diharapkan mampu mengoptimalkan peran dan tanggung
jawab karyawan tersebut. Pada perusahaan ini Pak Iryan selaku direktur tidak pernah melarang karyawannya untuk saling membantu dalam
menyelesaikan tugasnya tetapi karena setiap karyawan telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing maka diharapkan agar
karyawan tersebut mengerjakan pekerjaannya sampai selesai baru diperbolehkan membantu karyawan yang lain.
Pelaksanaan tugas sesuai job description misalnya pada wakil direktur yang mengelola dan mengkoordinasikan kerjasama dengan
pihak lain dan membantu direktur menjalankan fungsinya. Bendahara bertugas untuk mengkoordinasikan pelaporan dan pembayaran
kewajiban pajak perusahaan agar efisien dan tepat waktu sesuai dengan peraturan pemerintah yang ditetapkan, memproses data keuangan
untuk menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan secara akurat dan tepat waktu, serta merencanakan susunan anggaran
untuk memastikan penggunaan dana secara efisien dan efektif. Pada bagian administrasi bertugas mengontrol aktivitas administrasi kantor,
kepersonaliaan, informasi SDM dan melakukan pencatatan kierja, lembur, cuti. Bagian pergudangan mengawasi, menganalisa, dan
melakukan pengecekan terhadap inventori dan alat kerja. Jadi setiap hari para karyawan dapat langsung mengerjakan tugasnya yang sesuai
dengan job description tersebut.
60
Pelaksanaan tugas oleh karyawan menurut job descriptionnya adalah termasuk dalam action control karena karyawan mengetahui
dengan jelas tindakan yang harus dilakukan untuk pekerjaannya sehingga menjadi kewajiban masing-masing karyawan pada setiap bagian
dan karyawan memiliki kesadaran pribadi untuk melakukan tindakan atau tugas tersebut.
e) Adanya pembatasan wewenang dalam pengambilan keputusan
Adanya garis wewenang dan pertangungjawaban dari direktur, wakil, hingga kesemua bagian dan tidak bisa secara sembarangan.
Pengambilan keputusan secara terpusat pada direktur menunjukkan adanya kepemimpinan terpusat sehingga semua aktivitas dapat
dikontrol penuh oleh direktur. Proses pengambilan keputusan, persetujuan harus disetujui langsung oleh direktur, yaitu Pak Iryan sebelum
direalisasikan. Jika Pak Iryan tidak ada ditempat atau sedang keluar kota maka pengambilan keputusan menunggu sampai Pak Iryan ada
ditempat dan jika mendesak maka akan ditanyakan langsung melalui komunikasi telepon. Menurut Pak D (wakil),
“semua keputusan pasti Pak Iryan yang memutuskan dan jika Pak Iryan tidak ada ditempat maka kami akan menunggu atau
dibahas dalam meeting, untuk masalah urgent kami akan langsung telepon Pak Iryan”
Dari penjelasan di atas maka terlihat kepemimpinan hanya terpusat pada direktur yaitu Pak Iryan sebagai pengambil keputusan yang
utama. Jika adapun pihak yang diminta mewakili penyampaian keputusan maka hal yang disampaikan tersebut harus sesuai dengan yang
Pak Iryan sampaikan. Misalnya pengambilan keputusan dalam pengambilan tender, segala sesuatu yang berbuhungan dengan client
memang menjadi tanggung jawab wakil direktur tetapi wakil direktur tetap harus menanyakan langsung kepada direktur, proyek mana saja
yang harus difokuskan agar diterima.
Adanya pembatasan wewenang dan pengambilan keputusan termasuk dalam cultural control dan action control karena adanya garis
wewenang dan pertangungjawaban dari direktur, wakil, hingga kesemua bagian dan tidak bisa secara sembarangan. Pengambilan keputusan
secara terpusat pada direktur menunjukkan adanya kepemimpinan terpusat sehingga semua aktivitas dapat dikontrol penuh oleh direktur.
f) Pemasangan CCTV
61
Pada kantor CV. Adi Bangun tedapat 2 CCTV yang berada di dalam kantor dan di luar kantor. CCTV di dalam kantor berfungsi
untuk melakukan pengawasan terhadap karyawan dan di luar kantor untuk sistem keamanan. Adanya CCTV juga termasuk dalam action
control karena karyawan tidak dapat melakukan hal yang diluar dari tugas kantor dan dapat diawasi langsung oleh Pak Iryan selaku
direktur.
g) Adanya pemberlakuan seragam
CV. Adi Bangun memiliki seragam yang harus digunakan pada saat bekerja. Seragam membuat anggota perusahaan menjadi
berbeda, hal ini menunjukkan bahwa seragam dapat menjadi identitas atau tanda pengenal sebuah perusahaan. Banyak perusahaan percaya
bahwa salah satu kekuatan bisnisnya terletak pada segaram perusahaan. Bukan sekedar mampu memberikan kesan pertama dan citra positif
bagi perusahaan, namun seragam juga mampu menjadi media promosi bagi CV. Adi Bangun serta mampu meningkatkan semangat dan
produktifitas kerja karyawan. Dengan menggunakan seragam standar yang sudah ditentukan oleh CV. Adi Bangun tentu akan memberikan
efek efisiensi bagi karyawan karena tidak perlu lagi membeli busana yang berlebihan. Selain itu, seragam mampu menumbuhkan rasa
persatuan dan kekeluargaan diantara anggota perusahaan sehingga tercipta kesetaraan dan persamaan yang mampu menghapuskan
kesenjangan sosial dan ekonomi.
CV. Adi Bangun merupakan perusahaan yang bergerak dibidang proyek pembangunan, meskipun pekerjaan pada bidang proyek
cenderung tidak memperhatikan penampilan tetapi hal tersebut tidak berlaku pada CV. Adi Bangun. Perusahaan ini mengharuskan
karyawannya menggunakan seragam perusahaan sebagai identitas karyawan CV. Adi Bangun, terlebih pada karyawan tetap yang berada di
kantor.
Pemberlakuan pemakaian seragam pada CV. Adi Bangun masuk kedalam cultural control karena peraturan tersebut telah dibuat
mulai awal dan menjadi kebiasaan yang berlaku di perusahaan CV. Adi Bangun dan menjadi identitas perusahaan yang mengandung nilai
tertentu.
h) Penyediaan peralatan cadangan
62
Pada gudang CV. Adi Bangun tersedia peralatan cadangan untuk berjaga-jaga apabila peralatan di proyek sedang rusak atau hilang.
Menurut Pak Iryan (direktur) :
“kita ada sengaja membeli alat-alat cadangan yang dirasa mudah hilang atau rusak. Pekerjaan di proyek kan kita tidak bisa
diawasi terus-terusan makanya tidak jarang alat yang digunakan seperti palu, gergaji, ataupun alat pembantu lain hilang ataupun
rusak. Jika hal tersebut terjadi maka kita sudah menyiapkan cadangannya yang bisa langsung diambil di gudang, dengan begitu
pekerjaan di proyek tetap dapat berjalan”
Pak Iryan sebagai direktur telah memikirkan hal-hal yang dapat terjadi diluar pengawasan seperti sering rusaknya alat-alat
pembantu dengan menyiapkan cadangan alat-alat pembantu tersebut. Diharapkan dengan adanya pencadangan ataupun back up alat-alat
tersebut, pekerjaan di proyek tetap berjalan secara lancar dan meminimalkan hambatan-hambatan yang dapat terjadi.
Adanya pencadangan peralatan tersebut dapat dikategorikan sebagai action control karena menyediakan peralatan cadangan sebagai
back up bila diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan sebuah tugas dapat terselesaikan dengan baik.
63
Penilaian juga dilakukan pada arus kas operasi CV. Adi Bangun untuk menilai apakah dari aktivitas operasi perusahaan dapat
menghasilkan aliran kas yang cukup untuk melunasi kewajiban tanpa mengandalkan pendanaan dari luar.
3. Tingkat produktivitas karyawan
CV. Adi Bangun juga mengukur peroduktivitas kinerja karyawan kantor tiap tahun.tingkat produktivitas ini berguna untuk melihat
tingkat efisiensi dan efektivitas karyawan.
4. EAT (Earning after tax)
Pada setiap akhir tahun dilakukan penilaian mengenai laba setelah pajak perusahaan apakah mengalami penurunan atau
peningkatan. Apabila mengalami penurunan maka direktur dan wakil direktur akan mengevaluasi kembali hal-hal apa saja yang
mengakibatkan terjadinya penurunan dan mencari solusi agar laba setelah pajak perusahaan kembali membaik.
Tabel 5.1
Key Performance Indicator Kantor
No Target Score
KPI Formula Bobot Realisasi
. RKAP* RKAP
1 EAT Laba setelah
200
pajak tahun 25% 120 juta 15%
juta
berjalan
2 Fokus client
Kepuasaan Tingkat 12,5% 50 55 13,75%
kepuasan rata-
64
client rata yang
dilakukan
melalui survey
internal pada
progres proyek
20-40% & 90-
100%
Komplain Komplain client
12,5% 5 2 31,25%
client yang masuk
3 Arus Kas Arus kas masuk
Operasi operasi - arus 250
25% 100 juta 10%
kas keluar juta
operasi
4 Tingkat EAT/ Total 28,57/
17,142
produktivitas karyawan 25% juta/ 15%
juta/ org
karyawan org
Total 100% 85%
*target untuk setiap tahun dapat berubah
65
Untuk perhitungan score RKAP dibagi menjadi 2, yaitu :
KPI maximize : KPI dengan pencapaian makin tinggi makin baik seperti EAT, kepuasaan client, arus kas koperasi, dan tingkat
produktivitas karyawan. Perhitungan : (realisasi/target x 100%) x bobot
KPI minimize : KPI dimana perncapaian rendah makin baik, seperti komplain dari client. Perhitungan : (target/realisasi x 100%) x bobot
Aktivitas penilaian kinerja baik yang berfokus pada client, kas, karyawan, dan laba setalah pajak ini termasuk dalam result control
karena KPI (Key Performance Indicator) merupakan parameter kegiatan finansial maupun non finansial perusahaan untuk mengukur
keberhasilan pencapaian kinerja dalam pelaksanaan strategi dalam mencapai sasaran. KPI (Key Performance Indicator) juga dapat
dijadikan cara untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan perusahaan agar dapat berkembang menjadi lebih baik.
j) Adanya reward dan punishment
CV. Adi Bangun menggunakan KPI (Key Performance Indicator) sebagai penilaian kinerja, itu berarti hasil score KPI (Key
Performance Indicator) yang obyektif dan terukur juga dapat dijadikan dasar untuk pemberian reward bagi karyawan. Setiap tahun CV.
Adi Bangun membagikan reward kepada karyawannya yaitu berupa bonus, biasanya bonus akan dibagikan pada bulan maret pada setiap
tahunnya dan bonus ini diberikan kepada karyawan dengan masa kerja diatas 2 tahun.
Rumus perhitungan bonus untuk karyawan CV. Adi Bangun adalah (total score RKAP x level jabatan x gaji) x surat peringatan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
Point level jabatan :
Pelaksana, point jabatan 80% sebagai posisi karyawan terendah
Wakil direktur, point jabatan 90%
Direktur, point jabatan 100% sebagai posisi karyawan tertinggi
66
Surat peringatan atau SP yang berkenaan:
Tanpa sanksi, bobot sanksi 100%
I, bobot sanksi 90%, bagi yang pernah atau yang sedang menjalani
II, bobot sanksi 80%, bagi yang pernah atau yang sedang menjalani
III, bobot sanksi 70%, bagi yang pernah atau yang sedang menjalani
Skorsing 3 bulan, bobot sanksi 60%, bagi yang pernah atau yang sedang menjalani
Berikut ini merupakan contoh perhitungan bonus bagi karyawan pelaksana tanpa sanksi :
(85% x 80% x 2.500.000) x 100% = 1.700.000, berarti pada tahun tersebut karyawan pelaksana tanpa sanksi akan mendapatkan bonus
sebesar Rp 1.700.000.
Punishment atau sanksi yang diberikan Pak Iryan biasanya melalui pengamatan langsung, untuk kesalahan yang ringan biasanya
Pak Iryan hanya menegur tetapi jika sudah terus menerus dan fatal akan dikenakan surat peringatan yang akan berefek pada pengurangan
bonus yang diterima.
Aktivitas pemberian reward dan punishment ini merupakan result control karena adanya reward yaitu berupa bonus yang dihitung
berdasarkan kinerja perusahaan tahun tersebut, level jabatan, dan surat peringatan yang diterima. Dengan adanya reward dan punishment
ini diharapkan agar karyawan selalu bekerja serta menyelesaikan tugas dengan baik sesuai untuk memaksimalkan kinerja perusahaan.
k) Desain ruangan kantor yang nyaman
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti ruangan kantor pada CV. Adi Bangun didesain secara terbuka, tidak dipisahkan oleh
pembatas ruangan, walaupun ada beberapa ruangan khusus yang disekat seperti ruangan direktur. Hal tersebut bertujuan untuk
memudahkan karyawan dalam berkomunikasi satu dengan yang lain, serta memudahkan direktur melakukan pengawasan. Untuk
67
kenyamanan para karyawan, kantor CV. Adi Bangun dipasang AC agar karyawan merasan nyaman dalam bekerja walaupun cuaca panas.
Agar lingkungan dan ruangan perusahaan selalu bersih, ada karyawan lepas yang bekerja membersihkan kantor baik di luar ataupun di
dalam ruangan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan bersih serta memberikan
kenyamanan bila ada klien yang datang ke kantor.
Desain dan ruangan kantor yang nyaman juga dapat dikategorikan sebagai cultural control karena dengan adanya desain dan
suasana kantor yang nyaman, karyawan dapat bekerja dengan baik dan diharapkan dapat selalu memaksimalkan kinerjanya.
Banyaknya pengendalian internal perusahaan yang diterapkan oleh Pak Iryan dapat membantu beliau untuk mengendalikan karyawannya.
Pengendalian internal juga merupakan alat-alat yang dikoordinasikan yang berguna untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa
ketelitian dan kebenaran data, memajukan efisiensi di dalam CV. Adi Bangun, serta membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang
telah ditetapkan. Pak Iryan memang sangat dekat dengan karyawannya tetapi hal itulah yang dapat menjadi kekurangan kepemimpinan Pak Iryan.
Tidak ada batasan antara pemimpin dan karyawan menjadikan karyawan berlaku seenaknya sendiri, maka dari itu bentuk pengendalian yang ketat
dapat membantu Pak Iryan agar dapat mengatur karyawannya agar tidak bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dan dengan adanya
pengendalian-pengendalian tersebut bertujuan agar karyawan tetap nyaman selama bekerja, dengan keadaan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kinerja para karyawan. Selain itu, CV. Adi Bangun juga menggunakan penilaian kerja melalui KPI (key performance indicator)
yang dapat membantu perusahaan menilai bagaimana kinerja perusahaan selama setahun. Dipilihnya penilaian kinerja menggunakan KPI (key
performance indicator) tentu untuk kepentingan perusahaan maupun karyawan. Bagi perusahaan KPI (key performance indicator) dapat
mendeteksi kira-kira faktor apa saja yang berperan penting dalam keberhasilan perusahaan dan jika ada penurunan kinerja dapat terlihat pada KPI
(key performance indicator). Penurunan kinerja tentu dapat merugikan perusahaan, oleh karena itu pendeteksian berkala dapat membantu
mengevaluasi hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dalam perusahaan CV. Adi Bangun agar perusahaan tetap dapat terus berkembang. Bagi
karyawan adanya KPI (key performance indicator) ini dapat memperhitungan bonus yang mereka dapat, semakin scorenya mendekati angka
68
sempurna maka semakin banyak pula bonus yang didapatkan oleh karyawan tersebut, sehingga karyawan dapat termotivasi untuk bekerja secara
maksimal.
69
Pada proyek CV. Adi Bangun juga menggunakan KPI (Key Performance Indicator) sebagai penilaian kinerja para karyawan lepas.
Berbeda dengan di kantor, pada proyek lebih menekankan pada target dan keselamatan kerja. Pada proyek pengerjaan sangat menuntut
ketetapatan waktu pengerjaan karena hal tersebut merupakan bukti tanggung jawab perusahaan atas kesepakatan yang telah ditetapkan
dikontrak. Selain itu, dengan adanya pengukuran ketepatan waktu sesuai dengan kontrak juga bertujuan untuk mengevaluasi dan
mengoptimalkan kinerja para pekerja tersebut. Jika tidak ada batas waktu yang ditentukan maka biasanya suatu proyek akan terhenti lama
dan tidak selesai. Ketepatan waktu pengerjaan juga dapat mempengaruhi kepercayaan client terhadap kinerja perusahaan, karena semakin
lama waktu yang dibutuhkan dari kesepakatan awal maka client akan merasa perusahaan tidak mampu mempertanggung jawabkan apa
yang telah disepakati. Masalah keterlambatan waktu pengerjaan pada CV. Adi Bangun biasanya dikarenakan oleh tidak adanya pengawasan
yang serius untuk pekerja dan juga cuaca yang terkadang tidak mendukung sehingga proyek yang dikerjakan tidak selesai tepat pada
waktunya. Tetapi sampai saat ini belum ada client yang memindahkan tendernya untuk perusahaan lain karena masalah keterlabatan
pengerjaan. Perlu adanya perhatian khusus untuk menyelesaikan permasalahan ini agar tidak memperparah dampak dari masalah tersebut.
Indikator lain yang digunakan untuk mengukur kinerja pada proyek CV. Adi Bangun adalah kesesuaian biaya aktual dengan
anggaran yang telah disepakati dalam kontrak. Pengukuran RAB dengan aktual tersebut dapat menjadikan perusahaan untuk bekerja secara
lebih efisien saat mempergunakan sumber daya yang akan digunakan dan dapat meminimalisir pembengkakan biaya yang akan
dikeluarkan. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah keselamatan kerja para karyawan lepas. Proyek pembangunan merupakan tempat
yang banyak terdapat alat-alat berat yang tentu dapat membahayakan pekerja tersebut sewaktu-waktu. CV. Adi Bangun tentu tidak mau
pekerjanya mengalami kecelakaan selama di tempat kerja tetapi hal-hal yang diluar pengendalian tentu dapat mengakibatkan kecelakaan
dapat terjadi sewaktu-waktu. Dengan mengetahui jumlah kecelakaan kerja selama setahun, CV. Adi Bangun akan terus mengevaluasi
penyebab kecelakaan tersebut dan mencari solusi agar semakin tahun jumlah kecelakaan kerja makin diminalisir.
Aktivitas-aktivitas penilaian kerja pada proyek CV. Adi Bangun termasuk kedalam result control karena berfokus pada hasil akhir
sebuah proyek tersebut dengan menggunakan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Adanya target pada
70
KPI (Key Performance Indicator) akan mendorong motivasi bawahan terkait dengan kesadaran bawahan untuk meraihnya. Adanya hasil
akhir dan penilaian tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja.
b) Pemberian reward-punishment
Penilaian kinerja yang ada pada proyek tentu juga mendasari adanya reward dan punishment sebagai konsekuensi tercapai atau
tidaknya sebuah target yang ditetapkan. Perhitungan bonus pekerja didasarkan pada perolehan score KPI (Key Performance Indicator),
semakin mendekati target yang ditentukan maka bonus yang diperoleh tentu akan semakin besar. Rumus perhitungan bonus untuk pekerja
proyek CV. Adi Bangun adalah (total score x point pekerjaan xgaji), dengan ketentuan sebagai berikut :
Pekerjaan :
Tukang, point pekerjaan 25%
Kuli, point pekerjaan 20%
Untuk punishment, selama ini pada proyek CV. Adi Bangun punishment hanya melalui teguran dan tidak ada kesalahan yang fatal,
sehingga tidak akan berpengaruh pada bonus kinerja pekerja pada akhir masa proyek. Biasanya lama pengerjaan suatu proyek adalah 6-9
bulan tergantung kerumitan bangunan tersebut, selama masa kerja tersebut para pekerja proyek telah diikat kontrak kerja jadi tidak bisa
seenaknya keluar dari proyek tersebut.
Aktivitas pemberian reward dan punishment ini merupakan result control karena hal tersebut merupakan konsekuensi yang dinilai
dari hasil akhir mereka mengerjakan pekerjaan sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya. Adanya reward berupa bonus tersebut
untuk memotivasi kinerja pekerja agar lebih optimal dalam bekerja.
b)
c) Briefing sebelum bekerja
Sebelum memulai pengerjaan proyek biasanya pemimpin proyek akan melakukan briefing terlebih dahulu kepada para pekerjanya.
Sebelumnya pemimpin proyek telah menyusun rencana kerja dan telah menunjuk tenaga ahli yang bekerja pada bagiannya masing-masing.
71
Pada briefing tersebut pemimpin proyek akan mennjelaskan pada pekerja susunan kerjanya, menjelaskan kondisi lingkungan dari proyek
tersebut, menyampaikan hal apa saja yang akan dikerjakan pada hari itu, menjelaskan kemauan client dan dalam briefing tersebut pekerja
juga dapat menyampaikan apa saja yang kurang dipahami dan dibutuhkan dalam pengerjaan proyek. Pada tahap terakhir pemimpin proyek
akan memeriksa dan memastikan semua pekerja telah menggunakan peralatan safety dalam bekerja.
Briefing merupakan bentuk dari action control karena dengan adanya briefing sebelum melakukan pekerjaan, pemimpin dan pekerja
dapat mengkomunikasikan dengan baik hal apa saja yang harus dikerjakan hari itu, memprediksi hambatan apa saja yang mungkin akan
terjadi dan memastikan semua peralatan telah dipersiapkan dengan baik.
d) Memastikan peralatan sebelum pengerjaan
Sebelum pekerja memulai pekerjaan biasanya pekerja memastikan alat-alat yang dibutuhkan telah tersedia dan berfungsi dengan
benar. Biasanya pada bagian masing-masing akan mengecek di awal apakah alat yang digunakan masih dapat berfungsi atau tidak.
Proses pengecekan alat tersebut merupakan action control karena untuk memastikan apakah peralatan yang akan digunakan telah
berfungsi atau tidak diawal. Jika tidak berfungsi maka akan langsung dilaporkan kepada kepala proyek agar segera diambil tindakan. Hal
tersebut bertujuan agar selama pengerjaan proyek tidak ada sesuatu yang menghambat atau membahayakan.
e) Penggunaan peralatan safety
Penting bagi pekerja proyek dalam penggunaan alat safety dalam bekerja, hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga para pekerja
tersebut agar tetap nyaman dan aman dalam bekerja. Pada proyek banyak sekali alat berat dan peralatan yang dapat membahayakan para
pekerja sewaktu-waktu maka dari itu alat safety merupakan hal penting yang harus digunakan pada saat bekerja. Peralatan safety yang
harus digunakan oleh pekerja di proyek yaitu pakaian kerja tetapi pakaian kerja ini tidak sama dengan seragam yang digunakan oleh
karyawan tetap di kantor, sepatu yang bersol tebal, sarung tangan, helm, dan tali pengaman untuk pekerja yang bekerja diketinggian.
Penggunaan peralatan safety merupakan action control karena penggunaan peralatan safety merupakan cara yang digunakan agar
tindakan yang dilakukan pekerja sesuai prosedur dan tetap aman.
72
Pengendalian yang diterapkan Pak Lala di proyek CV. Adi Bangun lebih condong pada pengendalian tindakan pekerja karena pekerja
proyek harus benar-benar memperhatikan dan menerapkan prosedur yang telah ditentukan agar terhindar dari kecelakaan kerja, mulai dari
penggunaan safety, adanya briefing sebelum melakukan pekerjaan, sampai dengan pengecekan alat-alat yang akan digunakan. Semua pengendalian
tersebut diperlukan untuk keamanan para pekerja. Penilaian kinerja pada proyek juga diperlukan, setiap proyek yang sudah selesai dikerjakan akan
dinilai menggunakan KPI (Key Performance Indicator) untuk memastikan hasil kerja sesuai dengan target yang terdapat pada kontrak. Penilaian
kinerja ini juga berfungsi untuk menghitung bonus para pekerja dalam pengerjaan satu proyek tersebut, adanya bonus tentu akan memotivasi
karyawan bekerja lebih maksimal.
Kendala yang terjadi pada pelaksanaan pengendalian yang diterapkan Pak Lala adalah kurang adanya pengawasan untuk masing-masing
pengendalian sehingga bentuk-bentuk pengendalian yang telah dibuat tersebut hanya terkesan seperti aturan tertulis saja dan jarang dipatuhi. Pada
jangka pendek tentu tidak akan terlihat kerugian dampak dari masalah tersebut tetapi dalam jangka panjang pasti sangat merugikan baik itu untuk
perusahaan, pekerja proyek, bahkan untuk client. Pak Lala mengatakan tenaga kerja yang kurang serta luasnya area kerja menjadikan sulitnya
melakukan pengawasan terhadap pengendalian tersebut. Banyaknya kecelakaan kerja dan menipisnya kepercayaan dari client akan menjadi
kerugian terbesar perusahaan apabila masalah yang seperti ini tidak segara ditangani.
Sebagai kedua pemimpin Pak Iryan dan Pak Lala tentu harus bekerja sama dalam memajukan perusahaannya. Diperlukan diskusi antara
kedua belah pihak untuk mengambil solusi agar pengendalian dalam proyek dapat berjalan sesuai dengan aturan yang ada, sebelum terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan dan terjadi kerugian yang lebih besar. dengan begitu maka pengendalian yang diterapkan pada proyek CV. Adi Bangun
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan dan tentu akan berdampak pada kemajuan perusahaan karena client merasa puas dengan hasilnya dan
pekerja proyek pun lebih aman dalam bekerja.
5.2 Implikasi usia terhadap gaya kepemimpinan dan bentuk pengendalian pada CV. Adi Bangun
73
Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kepemimpinan seseorang. Biasanya pemimpin yang berusia muda cenderung
lebih diremehkan daripada pemimpin tua, pemimpin muda seringkali disebut sebagai “anak kemarin sore” karena pemimpin muda tentu sangat
minim pengalaman. Sedangkan pemimpin tua dinilai lebih berpengalaman dan lebih dapat memimpin suatu badan usaha. Minimnya pengalaman
tersebut tentu tidak dapat dijadikan faktor penentu keberhasilan seorang pemimpin karena ada banyak faktor lain yang dapat dijadikan tolak ukur
apakah pemimpin tersebut telah berhasil memimpin ataupun belum. Adanya perbedaan antara pemimpin tua dan pemimpin muda tentu juga
berpengaruh pada gaya kepemimpinan yang mereka terapkan pada perusahaan. Gaya kepemimpinan yang berbeda tentu akan menciptakan bentuk
pengendalian yang berbeda pula antara bentuk pengendalian pemimpin tua dan pemimpin muda.
5.2.1 Sejauh mana usia berpengaruh pada kepemimpinan CV. Adi Bangun
Perbedaan generasi tentu akan menimbulkan masalah tersendiri, terlebih
jika memimpin bersama dalam satu perusahaan. Tentu akan banyak perbedaan yang akan menimbulkan masalah satu sama lain. Pada CV. Adi
Bangun terdapat dua pemimpin yang berbeda generasi yaitu Pak Iryan sebagai pemimpin muda dan Pak Lala pemimpin tua, kedua pemimpin
tersebut mempunyai karakter yang berbeda satu sama lain dan yang akan berdampak pada gaya kepemimpinan yang mereka terapkan pada kondisi
lingkungan kerja masing-masing.
Hasil survey yang dilakukan Kabacoff dan Stofey (2010) menjelaskan bahwa pemimpin muda mempunyai energi dan semangat lebih untuk
bekerja. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dan observasi secara langsung, Pak Iryan memang memiliki semangat yang masih menggebu-gebu
sehingga tak jarang terlihat semua pekerjaan yang bisa diselesaikan, beliau akan selesaikan sendiri tanpa mendelegasikan bawahan untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut. Tetapi disisi lain, semangat Pak Iryan yang terlalu menggebu juga menjadikan Pak Iryan menjadi pemimpin yang
terlalu terburu-buru dan terkesan ceroboh, terlebih dalam pengambilan keputusan. Pak Iryan cenderung langsung mengambil keputusan tanpa
melakukan pertimbangan yang matang, hal tersebut tentu berbahaya bagi perusahaan jika pengambila keputusan tersebut salah maka tidak hanya
risiko kerugian yang akan didapatkan melainkan juga tidak adanya kesempatan perusahaan untuk berkembang. Berbeda dengan karakter Pak Lala
yang selalu memikirkan risiko-risiko apa saja yang terjadi, dampak dari pengambilan keputusan tersebut dan mempertimbangkan baik tidaknya
74
terlebih dahulu sebelum bertindak dan mengambil keputusan. Meskipun memerlukan waktu yang lama untuk berpikir dan mengambil keputusan
tetapi tentu risiko kesalahan pengambilan keputusan lebih kecil dibandingkan dengan langsung mengambil keputusan seketika itu juga.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan Pak Iryan adalah gaya kepemimpinan transformasional, dimana kedekatakan pemimpin kepada
bawahan serta kreatif dan inovatif dalam bekerja merupakan ciri khusus gaya kepemimpinan transformatif. Pak Iryan termasuk kedalam generasi Y
yang menurut Quester et al (2007) merupakan generasi yang inovatif dan suka mengekspresikan diri mereka secara emosional dan intelektual. Pak
Iryan selalu mempunyai cara agar karyawan tetap dapat nyaman dan giat dalam bekerja, contohnya dengan mengajak karyawan dan keluarga
berekreasi bersama. Hal itu salah satu contoh yang terkadang dilakukan Pak Iryan untuk mengembalikan semangat bekerja karyawan. Kedekatan
tanpa batasan terhadap karyawan juga merupakan strategi Pak iryan agar karyawan dapat bekerja secara nyaman dan tidak kaku, Pak Iryan juga
tidak ragu untuk menerima masukan dan kritikan dari karyawannya. Mendekatkan diri kepada karyawan memang perlu dilakukan tetapi cara
tersebut juga mendatangkan dampak negatif untuk karyawan, karyawan CV. Adi Bangun cenderung berlaku seenaknya dan tidak terlalu takut akan
ditegur. Tidak adanya ketegasan dari Pak Iryan menjadikan karyawan tetap di kantor menjadi manja dan tidak serius dalam bekerja. Sedangkan
gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Pak Lala adalah gaya kepemimpinan transaksional. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
peneliti, alasan Pak Lala lebih menerapkan gaya kepemimpinan yang transaksional karena para pekerjanya yang berpendidikan minim sehingga
akan lebih termotivasi jika diiming-imingi dengan uang. Pak Lala juga lebih tegas kepada pekerjannya dan sangat memperlihatkan adanya batasan
atasan kepada bawahan sehingga pekerja proyek akan lebih segan jika tidak melaksanakan tugas dari Pak Lala, para pekerja juga lebih
menghormati Pak Lala sebagai pemimpin. Dampak negatifnya tentu pekerja merasa agak kurang nyaman dengan hal tersebut dan menjadikan
pekerja tidak bekerja sepenuh hati. Sebagai pemimpin generasi Y, Pak Iryan tumbuh dengan perkembangan teknologi yang sedang berkembang
pesat. Faktor tersebut pulalah yang menjadikan Pak Iryan selalu mengikuti kecanggihan teknologi dan menerapkan pada karyawannya.
Dari analisis diatas, gaya kepemimpinan yang diterapkan masing-masing merupakan pengaruh dari perbedaan usia antara kedua pemimpin
tersebut. Adanya perbedaan siklus dua generasi yaitu antara X dan Y lah yang mempengaruhi perilaku, cara pandang, dan pengambilan keputusan.
Tidak hanya usia saja yang berpengaruh penerapan gaya kepemimpinan masing-masing tetatapi juga kondisi lingkungan kerja. Pak Iryan lebih
75
mementingkan kedekatan kepada karyawan dan banyaknya inovasi yang harus dilakukan agar karyawan dapat bekerja dengan baik, disamping itu
jika hal yang sama juga diterapkan Pak Lala pada proyek akan kurang pas dikarenakan jika tidak adanya ketegasan dalam pengerjaan proyek maka
besar kemungkinan proyek tersebut tidak selesai tepat waktu, sehingga Pak Lala lebih banyak menggunakan iming-iming uang untuk memotivasi
pekerjanya dikarenakan pekerjanya berpendidikan minim.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin tua dan pemimpin muda pada CV. Adi Bangun tentu tidak ada yang salah, sebagai
pemimpin mereka tentu lebih mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk menjadikan karyawannya dapat bekerja secara optimal. Jika
dibandingkan antara kepemimpinan Pak Lala dan Pak Iryan tentu akan menunjukkan hasil yang sama baik. Pak Iryan sebagai pemimpin muda
memang memiliki kekurangan yaitu kurangnya pengalaman dan terburu-buru dalam mengambil keputusan, tetapi seiring berjalannya waktu Pak
Iryan sering melakukan sharing kepada Pak Lala. Tidak malu untuk terus bertanya, belajar, bertukar pengalaman dan tidak pernah puas dengan
apa yang sudah diraih sekarang merupakan usaha yang dilakukan Pak Iryan untuk terus menjadi lebih baik. Dengan begitu Pak Iryan telah
mematahkan anggapan masayarakat bahwa pemimpin muda tidak dapat konsisten dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya, tetapi tidak peduli
usia muda ataupun tua selama mau berusaha pasti akan menjadi pemimpin yang dapat memimpin perusahaan agar mampu terus berkembang.
Setiap pemimpin baik itu tua ataupun muda tentu akan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, semua itu tergantung individu tersebut
mau tetap menjadi lebih baik atau hanya stuck disitu saja. Adanya kepemimpinan Pak Iryan dan Pak Lala pada CV. Adi Bangun dengan masing-
masing gaya kepemimpinan tentu dapat melengkapi satu sama lain demi kemajuan perusahaan CV. Adi Bangun.
5.2.2 Sejauh mana usia berpengaruh pada bentuk pengendalian CV. Adi Bangun
Perbedaan usia juga mempengaruhi bentuk pengendalian yang diterapkan masing-masing pemimpin. Pada kantor CV. Adi Bangun, bentuk
pengendalian dibuat dengan lebih banyak pengendalian dan lebih diterapkan secara nyata karena adanya pengawasan yang langsung oleh Pak
Iryan, tempat kerja yang tidak terlalu luas memudahkan Pak Iryan melakukan kontrol kepada para karyawannya. Tetapi dari sikap Pak Iryan yang
membiasakan karyawannya dengan tidak adanya batasan dan bawahan menjadikan karyawan hanya mematuhi peraturan jika hanya ada Pak Iryan
saja. Sedangkan pada proyek, Pak Lala tidak begitu memperhatikan bentuk pengendalian yang ada dikarenakan kurangnya tenaga untuk
76
pengawasan tetapi karakter Pak Lala yang tegas dan disiplin menjadikan para pekerja tetap bekerja sesuai dengan tugasnya meskipun diluar
pengawasan. Tidak dapat dipungkiri karena minimnya pengawasan tersebut juga menimbulkan kelalaian para pekerja yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja. Jadi meskipun Pak Lala sudah tegas dalam menghadapi para pekerjanya, pengawasan secara langsung harus tetap diperhatikan
agar bentuk pengendalian yang telah dibuat tidak hanya menjadi peraturan saja. Bentuk pengendalian yang dibuat baik pada proyek dan kantor CV.
Adi Bangun bukan semata-mata hanya untuk keuntungan perusahaan tetapi juga berguna untuk keuntungan dan kenyamanan kerja karyawannya.
Pada penilaian kinerja kedua pemimpin menggunakan KPI (Key Performance Indicator) untuk menilai kinerja. Perbedannya adalah
penerapan KPI (Key Performance Indicator) tersebut, Pak Iryan sangat memperhatikan setiap detail indikator penilaian tersebut untuk dijadikan
bahan evaluasi tiap tahun. Disisi lain Pak Lala tidak terlalu memperhatikan KPI (Key Performance Indicator), sehingga menyebabkan kurangnya
evaluasi setiap selesai satu proyek. Kurangnya evaluasi dapat mengakibatkan kesalahan yang telah ada di proyek sebelumnya akan terjadi pada
proyek yang berikutnya. Keterlambatan waktu pengerjaan menjadi dampak tidak adanya evaluasi secara serius pada suatu proyek. Padahal
penilaian merupakan bagian terpenting dari sebuah kinerja karena dari penilaian tersebut perusahaan dapat mengetahui sejauh mana kemampuan
perusahaan, hasil yang dicapai, dan hal apa saja yang perlu dimaksimalkan lagi. Jika terjadi masalah pada proyek Pak Lala lebih mengandalkan
pengalaman yang beliau punyai dan menerapkannya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, sedangkan Pak Iryan lebih minim pengalaman
sehingga sangat menghindari terjadinya masalah dengan menerapkan bentuk-bentuk pengendalian dengan semaksimal mungkin.
Untuk pemberian reward berupa bonus, cara perhitungan karyawan tetap dan karyawan lepas hampir sama, hasil score KPI (Key
Performance Indicator) dikalikan level pekerjaan kemudian dikalikan gaji/upah. Perbedaannya adalah untuk karyawan tetap akan dikenakan
pemberlakuan SP (surat peringatan) apabila karyawan tetap tersebut melanggar peraturan. Adanya pengenaan SP (surat peringatan) kepada
karyawan kantor menjadi bukti keseriusan Pak Iryan dalam menerapkan bentuk-bentuk pengendalian yang telah dibuat, dengan begitu karyawan
yang akan melakukan kesalahan akan berpikir dua kali karena kesalahan yang dilakukan tersebut akan berpengaruh pada gaji yang diterima dan
menjadi catatan khisusus bagi Pak Iryan. Sedangkan pada proyek punishment hanya berupa teguran langsung dikarenakan pengaruh dari gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Pak Lala yaitu gaya kepemimpinan transaksional, karakter yang ditunjukkan Pak Lala tersebut termasuk
77
kedalam management by exception active dimana jika terjadi penyimpangan, pemimpin tidak segera menjatuhkan sanksi tetapi akan cenderung
segera melakukan tindakan korektif.
Dari data dan analisis yang ada harus diakui bahwa pemimpin muda lebih bersemangat untuk konsisten menjalankan peraturan yang ada
dan lebih menjaga agar pengendalian tersebut dapat terlaksana, tetapi perusahaan CV. Adi Bangun tentu tidak dapat berjalan dengan baik apabila
hanya salah satu pihak yang menjalankan pengendalian. Peran penting Pak Lala tidak hanya untuk proyek saja tetapi juga untuk keberlangsungan
bisnis CV. Adi Bangun kedepannya, maka dari itu diperlukan kerjasama yang baik antara Pak Lala dan Pak Iryan untuk menyelaraskan tujuan agar
setiap pengendalian baik itu di kantor ataupun di proyek dapat berjalan dengan sesuai.
78
tentu tidak mutlak melekat pada pemimpin tua dan muda karena pada penelitian ini memperhitungkan juga faktor yang lain, seperti faktor
lingkungan kerja dan pendidikan sumber daya manusianya.
Menurut Efferin dan Soeherman (2010) konsep pengendalian manajemen sangat erat kaitannya dengan bagaimana cara yang efektif untuk
memperlakukan bawahan untuk meminimalkan penyimpangan atas perilaku dan hasil kerja. Pada CV. Adi Bangun juga menerapkan bentuk
pengendalian untuk meminimalkan penyimpangan. Pengendalian yang diterapkan pada kedua tempat yaitu di kantor dan di proyek hampir sama,
bedanya di kantor lebih banyak pengendalian yang dilakukan daripada di proyek. Berikut ini adalah bentuk pengendalian di kantor :
1. Pemberlakuan absensi
Adanya pemberlakuan absensi ini dikategorikan sebagai action control karena dengan adanya absensi dapat mengetahui karyawan yang
datang tepat waktu, karyawan yang telambat, dan karyawan yang tidak masuk.
2. Briefing sebelum kerja
Briefing merupakan bentuk dari action control karena dengan adanya briefing sebelum melakukan pekerjaan, pemimpin dapat
mengkomunikasikan kepada karyawan pekerjaan hari tersebut dan dapat berdiskusi jika ada hal yang dirasa tidak dimengerti oleh
karyawan.
3. Pembuatan laporan dan penyimpanan dokumen penting
Aktivitas ini termasuk dalam result control dan action control karena melihat aktivitas mulai dari tindakan yang dilakukan karyawan
sampai hasil yang dilaporkan dan menyesuaikannya dengan target yang telah ditentukan.
4. Pelaksanaan tugas sesuai dengan jobdesc yang telah ditentukan
Aktivitas ini termasuk dalam action control karena karyawan mengetahui dengan jelas tindakan yang harus untuk pekerjaannya sehingga
menjadi kewajiban masing-masing karyawan pada setiap bagian dan karyawan memiliki kesadaran pribadi untuk melakukan tindakan atau
tugas tersebut.
5. Adanya pembatasan wewenang dalam pengambilan keputusan
79
Adanya pembatasan wewenang dan pengambilan keputusan termasuk dalam cultural control dan action control karena adanya garis
wewenang dan pertangungjawaban dari direktur, wakil, hingga kesemua bagian dan tidak bisa secara sembarangan. Pengambilan keputusan
secara terpusat pada direktur menunjukkan adanya kepemimpinan terpusat sehingga semua aktivitas dapat dikontrol penuh oleh direktur.
6. Pemasangan CCTV
Adanya CCTV juga termasuk dalam action control karena karyawan tidak dapat melakukan hal yang diluar dari tugas kantor dan dapat
diawasi langsung oleh Pak Iryan selaku direktur.
7. Adanya pemberlakuan seragam
Pemberlakuan pemakaian seragam pada CV. Adi Bangun masuk kedalam cultural control karena peraturan tersebut telah dibuat mulai awal
dan menjadi kebiasaan yang berlaku di perusahaan CV. Adi Bangun dan menjadi identitas perusahaan yang mengandung nilai tertentu
8. Penyediaan peralatan cadangan
Adanya pencadangan peralatan tersebut dapat dikategorikan sebagai action control karena menyediakan peralatan cadangan sebagai back
up bila diperlukan untuk meningkatkan kemungkinan sebuah tugas dapat terselesaikan dengan baik.
80
Desain dan ruangan kantor yang nyaman juga dapat dikategorikan sebagai cultural control karena dengan adanya desain dan suasana kantor
yang nyaman, karyawan dapat bekerja dengan baik dan diharapkan dapat selalu memaksimalkan kinerjanya.
Sedangkan untuk bentuk pengendalian yang digunakan pada proyek CV. Adi Bangun adalah sebagai berikut :
1. Penilaian kinerja proyek menggunakan KPI
Aktivitas-aktivitas penilaian kerja pada proyek CV. Adi Bangun termasuk kedalam result control karena berfokus pada hasil akhir sebuah
proyek tersebut dengan menggunakan cara yang efektif dan efisien untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
2. Pemberlakuan reward-punishment
Aktivitas pemberian reward dan punishment ini merupakan result control karena hal tersebut merupakan konsekuensi yang dinilai dari
hasil akhir mereka mengerjakan pekerjaan sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya
3. Briefing sebelum kerja
Briefing merupakan bentuk dari action control karena dengan adanya briefing sebelum melakukan pekerjaan, pemimpin dan pekerja dapat
mengkomunikasikan dengan baik hal apa saja yang harus dikerjakan hari itu, memprediksi hambatan apa saja yang mungkin akan terjadi
dan memastikan semua peralatan telah dipersiapkan dengan baik.
4. Memastikan peralatan sebelum pengerjaan
Proses pengecekan alat tersebut merupakan action control karena untuk memastikan apakah peralatan yang akan digunakan telah berfungsi
atau tidak diawal.
5. Penggunaan peralatan safety
Penggunaan peralatan safety merupakan action control karena penggunaan peralatan safety merupakan cara yang digunakan agar tindakan
yang dilakukan pekerja sesuai prosedur dan tetap aman.
Adanya perbedaan bentuk pengendalian yang diberlakukan pada kantor dan proyek diperngaruhi oleh kondisi lingkungan kerja yang berbeda.
81
5.4 Konklusi
Perbedaan usia pemimpin kantor dan pemimpin proyek menimbulkan dua gaya kepemimpinan yang berbeda. Pemimpin tua memiliki gaya
kepemimpinan transaksional yang memotivasi pekerjanya agar bekerja lebih optimal dengan menggunakan reward, dalam pengambilan keputusan
Pak Lala sebagai pemimpin tua membutuhkan pemikiran yang panjang agar tidak terjadi kesalahan pengambilan keputusan dan lebih
mengandalkan pengalaman dalam penyelesaian masalah. Disisi lain, pemimpin muda memiliki gaya kepemimpinan transformasional yang lebih
mendekatkan diri kepada karyawan dan selalu memiliki solusi-solusi yang kreatif untuk menyelesaikan masalah. Pemimpin muda identik dengan
semangat yang masih menggebu tetapi hal itu justru beperngaruh negatif kepada Pak Iryan, beliau cenderung terlalu terburu-buru jika akan
mengambil keputusan dan minimnya pengalaman juga menuntut Pak Iryan untuk bisa selalu memikirkan ide kreatif untuk menyelesaikan masalah.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan masing-masing pemimpin tentu memiliki kelebihan dan kekurangan tetapi adanya dua gaya kepemimpinan
tersebut justru dapat melengkapi satu sama lain.
Selain itu, perbedaan usia juga menimbulkan perbedaan dalam penerapan pengendalian. Pengendalian terbagi menjadi pengendalian kantor
dan pengendalian proyek. Pengendalian kantor yang dipimpin oleh Pak Iryan dapat diterapkan dengan baik sampai tahap penilaian dan evaluasi.
Baiknya penerapan pengendalian tersebut dikarenakan pemimpin muda masih bersemangat dalam bekerja sehingga memikirkan semua detail
kinerja dan bangunan kantor yang tidak terlalu luas juga menjadikan pengawasan pengendalian dapat mudah dilakukan. Sedangkan pengendalian
pada proyek yang dipimpin oleh Pak Lala tidak terlalu diberlakukan dengan serius. Faktor usia menjadikan energi yang dimiliki berkurang, hal
tersebutlah yang menjadi salah satu faktor pengendalian pada proyek tidak diberlakukan secara serius, adapun faktor lain adalah kurangnya tenaga
pengawas serta proyek yang terlalu luas. Meskipun Pak Lala bersikap tegas kepada para pekerjanyadan menjadikan pekerja tersebut patuh kepada
Pak Lala, namun fungsi pengendalian tetaplah tidak bisa dihilangkan. Keberhasilan CV. Adi Bangun tentu memerlukan kontribusi dari kantor dan
proyek, jadi perlu adanya diskusi antara Pak Lala dan Pak Iryan untuk mengatasi masalah pengendalian yang ada di proyek agar tidak menghambat
perkembangan perusahaan.
82
BAB VI
PENUTUP
Dalam bab VI ini membahas mengenai temuan-temuan penting dan keterbatasan studi dari penelitian yang telah dilakukan pada sebuah
perusahaan kontraktor mengenai implikasi usia terhadap gaya kepemimpinan dan bentuk pengendalian. Oleh karena itu, bab ini bertujuan untuk
memberi kesimpulan dari penelitian dan hal-hal yang ditemukan serta keterbatasan dari peneliti dengan harapan bahwa akan dapat diperbaiki oleh
studi-studi berikutnya.
6.1. Temuan-Temuan Penting
1. Kepemimpinan CV. Adi Bangun terbagi menjadi dua kepemimpinan yaitu kepemimpinan kantor dan kepemimpinan proyek.
Kepemimpinan kantor dipimpin oleh Pak Iryan sebagai pemimpin muda, sedangkan kepemimpinan proyek dipimpin oleh Pak Lala
pemimpin tua. Pak Lala dan Pak Iryan memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Pak Lala memiliki gaya kepemimpinan
transaksional dan Pak Iryan memiliki gaya kepemimpinan transformasional.
2. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Pak Iryan dipengaruhi oleh faktor usia, dimana karakteristik pemimpin muda lebih memiliki
ide-ide baru dan menyukai perubahan. Sedangkan gaya kepemimpinan Pak Lala dipengaruhi oleh pendidikan pekerjanya.
3. Sikap Pak Lala yang tegas kepada para pekerjanya menjadikan para pekerja patuh dan selalu melaksanakan perintah dari Pak Lala.
4. Bentuk pengendalian yang diberlakukan pada kantor lebih banyak dan dijalankan dengan serius dikarenakan adanya pengawasan
langsung oleh Pak Iryan.
83
5. Pengendalian-pengendalian yang diberlakukan pada proyek cenderung hanya menjadi sebuah aturan saja dan tidak secara serius
dijalankan. Faktor usia menjadikan energi yang dimiliki Pak Lala tidak sebanyak pemimpin muda, selain itu minimnya pengawasan
juga menjadi faktor mengapa pengendalian pada proyek kurang terlaksana.
6. Sistem penilaian kinerja CV. Adi Bangun menggunakan KPI (key performance indicators). Yang menjadi perbedaan adalah di kantor
hasil KPI setiap tahun akan dijadikan bahan evaluasi sementara di proyek hanya dijadikan untuk ketepatan target dan keselamatan kerja
tanpa ada evaluasi berkelanjutan.
7. Adanya pengenaan SP (surat peringatan) yang menjadi punishment bagi karyawan kantor dan akan berpengaruh pada perolehan bonus
mereka serta tentunya pengawasan khusus dari pemimpin. Hal tersebut dilakukan agar memberikan efek jera dan karyawan tidak
melakukan tindakan diluar aturan.
8. Punishment yang dilakukan pada proyek hanya teguran langsung, tidak ada sanksi khusus bagi para pekerja proyek yang menyalahi
aturan. Tindakan korektif langsung dilakukan Pak Lala apabila muncul penyimpangan dalam bekerja.
9. Reward yang diberikan pada karyawan baik di kantor maupun proyek sama yaitu berupa bonus dengan berdasarkan pada score KPI
dan level pekerjaan. Semakin mencapai target score pada KPI maka bonus yang didapatkan juga akan semakin besar.
Dalam proses penyusunan penelitian ini, banyak sekali kendala yang dihadapi penulis seperti kurang terbukanya informasi dari pemimpin
proyek dan susah untuk ditemui. Kendala yang lain adalah terbatasnya karyawan tetap pada saat wawancara sehingga hanya dilakukan pada
karyawan tertentu. Karyawan tetap juga cenderung takut-takut dalam penyampaian informasi saat ditanya bagaimana karakter pemimpinnya
sehingga diperlukan waktu yang lumayan lama untuk meyakinkan narasumber.
84
Harapan penulis agar penelitian selanjutnya dapat mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan lebih banyak narasumber dalam
perusahaan tersebut sehingga pembahasan implikasi usia terhadap gaya kepemimpinan dan bentuk pengendalian dapat dibahas lebih detail dan
jelas.
85
86