Anda di halaman 1dari 28

KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS

SEKOLAH (MBS) DI SD INPRES 3/77 PANYULA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah

Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, Fakultas Tarbiyah,

Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI),

Kelompok 2, Semester IV

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

YUNITA JUNIARTI
862312021022

NUR IKSAN
862312021025

NURAINI USMAN
862312021040

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BONE

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penyusun haturkan kehadirat Allah Swt., yang telah

memberikan izin dan kekuatan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan laporan ini dengan judul “Kepemimpinan Dalam

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Inpres 3/77 Panyula”.

Meskipun banyak hambatan yangpenyusun alami dalam proses

pengerjaannya, tapi Alhamdulillah penyusun berhasil menyelesaikan

laporan ini tepat pada waktunya.

Tentunya ada hal-hal yang ingin penyusun berikan kepada

masyarakat terutama para mahasiswa dari hasil laporan ini. Karena itu

penyusun berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang

berguna bagi kita bersama. Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun

karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

sempurnanya laporan ini. Penyusun berharap semoga karya tulis ini bisa

bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bone, 10 Mei 2023

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Konteks Penelitian 1
B. Fokus Penelitian 2
C. Tujuan Penelitian 2

BAB II PRMBAHASAN 3

A. Pengertian Kepemimpinan Dalam MBS 3


B. Peran Kepala Sekolah 4
C. Gaya Kepemimpinan 8
D. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan 12
E. Keterkaitan Kepemimpinan kepala Sekolah dalam MBS 13

BAB III HASIL PENELITIAN 16

A. Paparan Data 16
B. Analisis Data 18
1. Strengths (Kekuatan) 18
2. Weaknesses (Kelemehan) 18
3. Opportunities (Peluang) 18
4. Threats (Hambatan) 19

BAB IV PENUTUP 20

A. Simpulan 20
B. Saran 21

DAFTAR RUJUKAN 22

LAMPIRAN 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Kementrian Pendidikan Nasional dalam era globalisasi seperti saat

ini dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam penyelenggaraan

system pendidikan di tengah arus reformasi dan pelaksanaan otonomi

daerah. Hal ini mengingat bahwa betapa rendahnya mutu pendidikan


Nasional baik akademik maupun non akademik, khususnya pendidikan

dasar dan menengah.

Masyarakat pada dasarnya telah menyadari bahwa sekarang ini

mutu pendidikan sudah menjadi prioritas untuk dapat diwujudkan oleh

pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha

untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan pada setiap satuan

pendidikan secara nasional diantaranya melalui peningkatan manajemn

sekolah dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Kepemimpinan dalam melaksanakan MBS adalah salah satu

bentuk alternative sebagai kebijakan disentralisasi pendidikan.

kepemimpinan kepala sekolah berpotensi untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat, efisiensi serta melahirkan manajemn yang bertumpu di tingkat

sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan otonomi sekolah,

dalam mengelola sekolah dan menciptakan kepala sekolah, guru dan

administrator profesional. Kesuksesan untuk memperoleh mutu

pendidikan yang baik tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dari

masing-masing kepala sekolah.

1
2

Oleh karena itu kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang

dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

bertahap.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti akan

memfokuskan pada “Kepemimpinan dalam MBS” yang mana sub

masalahnya sebagai berikut:

1. Apa pengertian kepemimpinan dalam MBS?


2. Apa saja Peran kepala sekolah?

3. Apa saja gaya kepemimpinan?

4. Apa saja fungsi kepemimpinan pendidikan ?

5. Bagaimana keterkaitan kepemimpinan kepala sekolah dengan MBS?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitiannya

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan dalam MBS

2. Untuk mengetahui peran kepala sekolah

3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan

4. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan pendidikan

5. Untuk mengetahui keterkaitan kepala sekolah dengan MBS


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinana dalam MBS

1
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

MBS/MBM. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah

dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara

efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala
sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan

rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik

sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Kepemimpinan berasal dari akar kata "pemimpin" yakni orang yang

dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk

merealisir visinya. Adapun secara terminologis, para pakar memberikan

beberapa rumusan. George R. Terry merumuskan kepemimpinan sebagai

kegiatan untuk mempengaruhi orang untuk bekerja secara sukarela untuk

mencapai tujuan bersama. Dalam Ensiklopedi Administrasi yang disusun

oleh staf dosen Balai Pembinaan Administrasi UGM, kepemimpinan

adalah proses pengaruh mempengaruhi antara pribadi atau antar orang

dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi yang terarah untuk

mencapai tujuan tertentu.

Kepemimpinan menurut Surat Keputusan Badan Administrasi

Kepegawaian Negara No. 27/KEP/1972 ialah kegiatan untuk meyakinkan

orang lain sehingga dapat dibawa turut serta dalam suatu pekerjaan.

1
Lailatu Rohmah, „Kepemimpinan Pendidikan Dalam Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah‟,
Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 6.1 (2014).

3
4

Kepemimpinan menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi

Kepegawaian Negara No. 02/SE/1980 ialah kemampuan seorang pegawai

negeri sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara

optimal. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah usaha untuk menggerakkan orang lain atau yang

dipimpin agar dapat bekerja bersama-sama menuju suatu tujuan yang

diinginkan bersama dan dianggap penting. Tiga point penting yang

menjadi ciri adanya kepemimpinan adalah pemimpin, pengikut dan

konteks atau situasi menuju tercapainya tujuan.

Manajemen berbais sekolah/ madrasah merupakan paradigma baru

dalam manajemen pendidikan yang memberikan otonomi luas pada

sekolah/madrasah, dan pelibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan

pendidikan nasional. Manajemen berbasis sekolah/madrasah merupakan

sebuah strategi untuk mewujudkan sekolah/madrasah yang efektif, efisien,

dan produktif. Manajemen Berbasis Sekolah/Manajemen merupakan salah

satu bentuk desentralisasi pendidikan yang diterapkan di masing-masing

sekolah/madrasah sebagai pelaksana untuk mengembangkan diri sesuai

dengan otoritas yang dimiliki.

B. Peran Kepala Sekolah


2
Adapun peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,
yang meliputi perannnya sebagai edukator, manajer, administrator,
superviso, leader, innovator dan motivator (Mulyasa, 2003; Vivi, 2013).

1. Kepala Sekolah sebagai Edukator

Kepala sekolah bertugas untuk membimbing guru, tenaga

kependidikan, siswa, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi

2
Muh Fitrah, ‘Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan’, Jurnal Penjaminan
Mutu, 3.1 (2017), 31–42.
5

teladan yang baik. Seperti pemaparan dari Vivi (2013) bahwa untuk

menciptakan iklim sekolah yang kondusif diperlukan kerjasama atau

hubungan yang harmonis antara seluruh warga sekolah dan tidak hanya

menjadi tanggung jawab kepala sekolah semata. Oleh karena itu upaya

yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya

sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga

kependidikan dan prestasi belajar peserta didik adalah

mengikutsertakan guru-guru dalam pendidikan lanjutan dengan cara

mendorong para guru untuk mulai kreatif dan berprestasi.

2. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Kepala sekolah mempunyai fungsi menyusun perencanaan,

mengkoordinasikan kegiatan, melakukan pengawasan, melakukan

evaluasi terhadap kegiatan, mengadakan rapat, mengambil keputusan,

mengatur proses pembelajaran, mengatur administrasi, dan mengatur

tata usaha, siswa, ketenagaan, sarana, dan prasarana, keuangan

(Sabirin, 2012). Sunarto (2011) menjelaskan bahwa kepala sekolah

sebagai manajer dituntut memiliki kesiapan untuk mengelola sekolah,

kemampuan dan kemauan muncul manakala para pemimpin sekolah

dapat membuka diri secara luas untuk menyerap sumber-sumber yang


dapat mendorong perubahan manajerial. Untuk melakukan peran dan

fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi

yang tepat untuk: a) memberdayakan tenaga kependidikan melalui

kerjasama; b) memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan

untuk meningkatkan profesinya; dan c) mendorong keterlibatan

seluruh tenaga kependidikan yang menunjang program sekolah.


6

Karena jika merujuk pada pandangan manajemen modern, kerjasama

merupakan hal yang amat mendasar dalam sebuah organisasi.

3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah bertanggung jawab atas kelancaran segala

pekerjaan dan kegiatan administratif di sekolahnya. Sunarto (2011)

memaparkan bahwa kepala sekolah sebagai kategori administrasi

pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikan

dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan

yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk kebijakan

pendidikan. Sebagai seorang administrator, kepala sekolah harus

memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan mengembangkan semua

fasilitas sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah juga dituntut untuk

mengelola kurikulum, mengelola administrasi sarana dan prasarana,

mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi

keuangan.

4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-

hal yang sudah benar, mana yang belum benar dan mana pula yang

tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan


pembinaan (Arikunto, 2004; Barinto, 2012; Vivi, 2013).A.R. Manarus,

& Sidik (1996) ada hubungan positif yang signifikan antara supervisi

kepala sekolah dan kepuasan kerja guru(Fanani, Mardapi, & Wuradji,

2014).

5. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang


dapat mendorong sekolah dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan
7

sasaran sekolah melalui program- program yang dilaksanakan secara

terencana dan bertahap. Karena itu kepemimpinan adalah kegiatan

mempengaruhi orang lain agar mau bekerja untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah

harus mampu mempengaruhi dan menggerakkan sumber daya sekolah

dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah,

pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan,

sarana dan sumber belajar, keuangan, pelayanan siswa, hubungan

sekolah dengan masyarakat, penciptaan iklim sekolah, dan sebagainya.

6. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator,

kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin

hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,

mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh

tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model- model

pembelajaran yang inovatif. Ancok (2012) memaparkan bahwa inovasi

adalah suatu perubahan dari sesuatu hal, baik bersifat inkremental

maupun perubahan yang bersifat radikal. Peran kepala sekolah sebagai

inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya


secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan obyektif,

keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.

7. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam

melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Karena kepala sekolah


meyakini dengan kemampuan membangun motivasi yang baik akan
8

membangun dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja

(Sabirin,2012; Purwati, 2013), sehingga bawahannya mampu berkreasi

demi mewujudkan mutu pendidikan yang baik pula.

C. Gaya Kepemimpinan
3
Gaya kepemimpinan atau style of leadership merupakan cara seorang

pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya atau menjalankan

fungsi managemennya dalam memimpin bawahanannya. Adapun gaya-

gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut :

1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam

mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama

dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara

atau kegiatan yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara

bawahan dan pimpinan. Gaya tersebut terkadan disebut sebagai gaya

kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan

adanya kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau konsultatif.

Pemimpin yang berkonsultasi kepada anak buahnya dalam

merumuskan suatu tindakan putusan bersama. Adapun ciri-ciri dari

gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki wewenang


pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia dalam melimpahkan

sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu

dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat

berlangsung dua arah dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun

sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau

kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa

3
Besse Mattayang, ‘Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis’, JEMMA (Journal of
Economic, Management and Accounting), 2.2 (2019), 45–52.
9

datang dari bawahan atau pimpinan, bawahan memiliki banyak

kesempatan dalam menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas

yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan

mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan memperhatikan

dalam bertindak dan bersikap untuk memunculkan saling percaya dan

saling menghormati.

2. Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin

akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat keputusan diserahkan

kepada bawahan, dan anggota organisasi tersebut diharapkan bisa

menyelesaikan segala permasalahannya sendiri. Gaya kepemimpinan

delegatif ini memiliki ciri khas dari perilaku pemimpin didalam

melakukan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian, maka gaya

kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat dipengaruhi adanya

karakter pribadinya. Kepemimpinan delegatif merupakan sebuah gaya

kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk bawahannya yang

mempunyai kemampuan, agar bisa menjalankan aktivitasnnya yang

untuk sementara waktu tak bisa dilakukan oleh pimpinan dengan

berbagai macam sebab. Gaya kepemimpinan delegatif ini sangat cocok


dilakukan kalau staff yang dimiliki ternyata mempunyai motivasi dan

kemampuan yang tinggi. Dengan demikian pimpinan tak terlalu

banyak dalam memberikan perintah kepada bawahannya, bahkan

pemimpin akan lebih banyak dalam memberikan dukungan untuk

bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Birokratis


10

Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan pernyataan

"Memimpin berdasarkan adanya peraturan". Perilaku memimpin yang

ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu prosedur yang

telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang

birokratis, secara umum akan membuat segala keputusan itu

berdasarkan dari aturan yang telah berlaku dan tidak ada lagi

fleksibilitas. Segala kegiatan mesti terpusat pada pemimpin dan sedikit

saja diberikan kebebasan kepada orang lain dalam berkreasi dan

bertindak, itupun tak boleh melepaskan diri dari ketentuan yang sudah

berlaku. Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis ialah

Pimpinan akan menentukan segala keputusan yang berhubungan

dengan seluruh pekerjaan dan akan memerintahkan semua bawahan

untuk bisa melaksanakannya. Pemimpin akan menentukan semua

standar tentang bagaimana bawahan akan melakukan tugas. Adanya

sanksi yang sangat jelas kalau seorang bawahan tidak bisa

menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang sudah

ditentukan.

4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


4
Laissez faire (kendali bebas) merupakan kebalikan dari
pemimpin otokratik. Jika pemimpin otokratik selalu mendominasi

organisasi maka pemimpin laissez faireini memberi kekuasaan

sepenuhnya kepada anggota atau bawahan. Bawahan dapat

mengembangkan sarannya sendiri, memecahkan masalahnya

sendiri dan pengarahan tidak ada atau hanya sedikit.

4
Leny Marlina, ‘Tipe-Tipe Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan’, Ta’dib: Jurnal
Pendidikan Islam, 18.02 (2013), 215–27.
11

Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak

tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan

kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan

tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa

dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap

bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil. Tingkat

keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya

laissez faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan

dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh

dari pemimpinnya.

5. Gaya kepemimpinan kharismatik

Tipe kepemimpinan yang kharismatik ini pada dasarnya

merupakan tipe kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma

seseorang. Biasanya kharisma seseorang itu dapat mempengaruhi

orang lain. Dengan kharisma yang dimiliki seseorang, orang

tersebut akan mampu mengarahkan bawahannya. Seorang

pemimpin yang karismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya

tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh

pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya.


6. Gaya kepemimpinan otoriter
5
gaya kepemimpinan otoriter merupakan gaya pemimpin yang

memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya

sendiri secara penuh tanpa meminta bantuan dan pendapat dari orang

lain. Semua tanggung jawab dan pembagian tugas dipegang oleh

pemimpin tersebut, sedangkan bawahannya hanya menjalankan dan

5
Nisfu Kurniyatillah and others, ‘Kepemimpinan Otoriter Dalam Manajemen Pendidikan Islam’,
Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 5.1 (2020), 160–74.
12

melaksanakan tugas dari pemimpin. Dalam gaya kepemimpinan ini,

pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin disini

memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk

mencapai sasaran tersebut, baik itu berupa sasaran utama maupun

sasaran minornya. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan

otoriter berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas

anggotanya dan pemimpin juga sebagai pemberi jalan keluar bila

anggota atau bawahannya mengalami masalah atau kendala. Anggota

atau bawahan di sini hanya melaksanakan semua putusan yang telah

diputuskan oleh pemimpin.

D. Fungsi Kepemimpinan Dalam Pendidikan


6
Menurut (Prasetyo, 2014:2-3) ada dua fungsi kepemimpinan,

kepemimpinan pendidikan berhubungan dengan tujuan yang hendak

dicapai dan kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan

penciptaan suasana pekerja yang sehat.

1. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan tujuan

yang hendak dicapai antara lain:

a. Memikir, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta

menjelaskan supaya anggota-anggota selalu dapat menyadari


dalam bekerja sama mencapai tujuan itu.

b. Memberi dorongan kepada para anggota kelompok serta

menjelaskan situasi dengan maksud untuk dapat ditemukan

rencana-rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi

harapan baik.

6
Sukarman Purba and others, Kepemimpinan Pendidikan (Yayasan Kita Menulis, 2021).
13

c. Membantu para anggota kelompok dalam mengumpulkan

keterangan-keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan

pertimbangan-pertimbangan yang sehat,

d. Menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan minat khusus dari

anggota kelompok,

e. Memberi dorongan kepada setiap anggota untuk melahirkan

peranan, pikiran, dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna

dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok,

f. Memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada

anggota dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan

masing-masing demi kepentingan bersama.

2. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan

penciptaan suasana pekerjaan yang sehat, antara lain:

a. Memupuk dan memelihara kesediaan kerjasama di dalam

kelompok demi tercapainya tujuan bersama,

b. Menanamkan dan memupuk perasaan pada anggota masing-masing

melalui penghargaan terhadap usaha-usahanya,

c. Mengusahakan suatu tempat pekerjaan yang menyenangkan baik

ruangan, baik fasilitas maupun situasi,


d. Menggunakan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada pimpinan

untuk memberi sumbangan dalam kelompok menuju pencapaian

tujuan bersama.

E. Keterkaitan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan MBS


7
Penerapan manajemen berbasis sekolah adalah untuk

meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan

7
Heryon Bernard Mbuik, ‘Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah Di SD’, Indonesian Journal of Primary Education, 3.2 (2019), 28–37.
14

efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada,

partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi serta tidak ada unsur

penekanan dari pemerintah. Peningkatan mutu dapat ditempuh melalui

peran serta orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan

profesionalitas guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta

hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

pada bagian penjelasan pasal 51 ayat 1: “Manajemen berbasis sekolah atau

madrasah adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan

pendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah atau madrasah dan guru

dibantu oleh komite sekolah atau madrasah dalam mengelola kegiatan

pendidikan” Kepemimpinan memegang peran yang sangat penting, karena

pemimpin orang yang memiliki kekuasaan dan kemampuan dalam

mengelola suatu organisasi, ia dapat melakukan tindakan seperti;

mempengaruhi bawahannya, memotivasi, mengarahkan tingkah laku

bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus

dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan

organisasi atau kelompok dll., tanpa kehadiran pemimpin yang handal,

cerdas dan beribawa, maka jalannya organisasi akan terganggu.


Kepala sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber

daya pendidikan yang tersedia pada sekolah yang menerapkan MBS.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan

sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara


terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki
15

kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu

mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu

sekolah. Secara umum, kepala sekolah tangguh memiliki kemampuan

memobilisasi sumber daya sekolah, terutama sumber daya manusia, untuk

mencapai tujuan sekolah.

Kaitan antara kepemimpinan kepala sekolah dan penerpan MBS

memiliki keterkaitan yang sangat erat, artinya bahwa penerpan MBS dapat

dipengaruhi langsung oleh kepemimpinan kepala sekolah, karena dengan

dominasi kekuasaanya tersebut pimpinan dapat mengarahkan dan

mempengaruhi bawahannya. Dengan kata lain penerapan MBS baik atau

tidak bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah.


BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data

SD Inpres 3/77 Panyula merupakan salah satu sekolah dasar yang

berlokasi di Jalan Sungai Musi, Kelurahan Panyula, Kacamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone. SD Inpres 3/77 Panyula merupakan

salah satu sekolah dasar yang memiliki akreditasi A, sehingga menjadi

salah satu Sekolah yang banyak di minati para peserta didik. Sekolah ini

termasuk sekolah yang banyak diminati siswa/siswi karena

ekstrakurikulernya yang menarik perhatian para siswa/siswi untuk masuk

ke sekolah ini.

Selain menuntut ilmu pembelajaran, siswa/siswi juga mampu

mengembangkan minat dan bakat mereka dengan adanya ekstrakurikuler,

dan telah terbukti pencapaian-pencapaian yang telah dicapai hasil dari

pengembangan ekstrakurikuler itu, dan dapat bersaing dengan sekolah-

sekolah lain, yang bisa dilihat dari beberapa penghargaan. Sekolah ini

terbilang memiliki siswa/siswi yang sangat banyak dengan keterbatasan

ruangan sehingga kepala sekolah memutuskan untuk menerapkan sekolah

pagi dan siang agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan

efisien.

Hasil wawancara penelitian dengan Penanggung jawab SD Inpres

3/77 Panyula, mengenai Kepemimpinan dalam MBS memberi jawaban

sebagai berikut:

16
17

8
Dalam konteks MBS, kepala sekolah bukan hanya sebagai
pemimpin, tetapi juga sebagai fasilitator dan penggerak yang
memotivasi stakeholder untuk berpartisipasi dalam mengambil
keputusan dan pengembangan program pembelajaran. Kepala
sekolah yang efektif dalam MBS mampu membangun tim yang
solid, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
produktif di sekolah.

Peneliti setuju dengan pendapat tersebut. karena pemipin harus

mengambil keputusan yang tepat dan dapat memotivasi seluruh

stakeholdernya sehingga mampu menciptakan lingkungan kerja yang

kondusif.
9
Penerapan gaya kepemimpinan di sekolah ini menggunakan gaya
otoriter yang dimana kepala sekolah memberi perintah dan
pengaruh kepada stakeholdernya. Dengan melakukan evaluasi
sesuai dengan kemampuan guru, dengan evaluasi tersebut kita
dapat mengetahui apakah guru tersebut sudah tepat dalam tugas
yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Peneliti setuju dengan pendapat tersebut. Karena dengan

melakukan evaluasi guru akan mengetahui kemampuan yang dimiliki

bukan hanya sekedar menempatkan guru pada posisi yang di inginkan.


10
Sebelum melaksanakan pembelajaranan, diadakan rapat terlebih
dahulu dengan stakeholder yang termasuk guru serta komite
sekolah, membahas apa- apa yang harus di lakukan kedepannya
dengan menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek
sampai membahas ke anggaran yang akan di gunakan, dengan
berlandaskan pada visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan di
capai.

Peneliti setuju dengan pendapat tersebut karena sebelum

melaksanakan pembelajaran seluruh perangkat ajar yang digunakan harus

dipersiapkan sebaik mungkin.

8
Penanggung jawab SD Inpres 3/77 Panyula, wawancara oleh penyusun di sekolah, tanggal 8 Mei
2023, di ruang Kepala Sekolah.
9
Penanggung jawab SD Inpres 3/77 Panyula, wawancara oleh penyusun di sekolah, tanggal 8 Mei
2023, di ruang Kepala Sekolah.
10
Penanggung jawab SD Inpres 3/77 Panyula, wawancara oleh penyusun di sekolah, tanggal 8
Mei 2023, di ruang Kepala Sekolah.
18

11
Mengenai manjemn berbais sekolah, Alhamdulillah Manajemen
yang dilaksanakan di sekolah ini sudah baik, karena setiap dua kali
sebulan diadakan evaluasi monitor supervise, tentang supervise
akademik dan manajerial, apakah semua baik atau masih perlu
untuk ditingkatkan. Kepala sekolah berperan dalam memanage dan
memberikan pengarahan kepada guru- guru.

Peneliti setuju dengan pendapat tersebut. karena pemeriksaan harus

dilakukan secara berkala untuk mengetahui apa saja yang menjadi

penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran.

B. Analisis Data
1. Strenghts (Kekuatan)

Kekuatan dalam hal profesionalisme kerjanya, beliau belajar dari

pengalaman sebelumnya mengenai pengembangan minat dan bakat

yang dimiliki siswa, yang harus dikembangkan dengan mengikut

sertakan dalam berbagai acara dengan melakukan persiapan yang

matang. Kepala sekolah mampu mengembangkan dan meningkatkan

ekstrakurikuler yang ada di sekolahnya agar siswa mampu

mengembangkan minat dan bakatnya masing masing sehingga tidak

tertinggal perkembangan pendidikan, karena sekolah ini tidak hanya

berfokus pada pembelajaran saja melainkan memperhatikan juga

kebutuhan siswanya agar dapat bersaing.

2. Weaknesses (Kelemahan)

Kelemahan dari sekolah ini kurangnya sarana dan prasarana untuk

menunjang proses pembelajaran seperti tidak tersedianya perpustakaan

untuk siswa belajar dikarenakan lokasi sekolah kurang memadai untuk

melakukan pengembangan sarana dan prasarana.

3. Opportunities (Peluang)

11
Penanggung jawab SD Inpres 3/77 Panyula, wawancara oleh penyusun di sekolah, tanggal 8
Mei 2023, di ruang Kepala Sekolah.
19

Dengan kemampuan serta kepribadian yang baik dalam

kepemimpinannya, beliau di percaya diberikan dana bantuan dari

pemerintah dan donatur. Sekolah dapat memanfaatkan bantuan BOS

(Bantuan Opersional Sekolah) yang di peroleh dari pemrintah atau dari

donatur guna memperbaiki system manajemen dan sarana dan

prasarana yang ada, dan masyarakat sudah percaya untuk

menyekolahkan atau menyarankan agar saudara/saudarinya dapat

bersekolah di tempat yang sama dengan anaknya.

4. Threats (Ancaman)

Sebagai seseorang yang bertanggung jawab penuh atas sekolah

yang dipimpin, memiliki tantangan tersendiri dalam menjalankan

tugasnya. Beliau harus memikirkan kedepan untuk lebih meningkatkan

kualitas sekolah agar bisa tetap menjadi sekolah yang terbaik di

wilayahnya, dengan adanya persaingan dengan lembaga pendidikan

yang lain dan perubahan kurikulum secara trus menerus dapat

menyebabkan kesulitan dalam menyusun rencana pembelajaran.


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan fokus penelitian dan paparan data, kami dapat

menyimpulkan bahwa:

1. Kepemimpinan adalah usaha untuk menggerakkan orang lain atau

yang dipimpin agar dapat bekerja sama menuju suatu tujuan yang

diinginkan bersama dan dianggap penting.

2. Adapun peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,

yang meliputi perannnya sebagai edukator, manajer, administrator,

superviso, leader, innovator dan motivator.

3. Adapun gaya kepemimpinan yaitu sebagia berikut, (a) gaya

kepemimpinan demokratis, (b) gaya kepemimpinan delegatif, (c) gaya

kepemimpinan birokratis, (d) gaya kepemimpinan laissez fire, (e) gaya

kepemimpinan kharismatik, (f) gaya kepemimpinan otoriter.

4. Ada dua fungsi kepemimpinan, kepemimpinan pendidikan


berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai dan kepemimpinan

pendidikan yang berhubungan dengan penciptaan suasana pekerja yang

sehat.

5. Kaitan antara kepemimpinan kepala sekolah dan penerpan MBS

memiliki keterkaitan yang sangat erat, artinya bahwa penerpan MBS

dapat dipengaruhi langsung oleh kepemimpinan kepala sekolah, karena

dengan dominasi kekuasaanya tersebut pimpinan dapat mengarahkan

dan mempengaruhi bawahannya. Dengan kata lain penerapan MBS

baik atau tidak bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah.

20
21

B. Saran

Setelah terselesainya tugas ini, peneliti mencoba memberika saran

terhadap SD Inpres 3/77 Panyula terkait kepemimpinan dalam MBS yaitu

Agar lebih optimal lagi dalam menjalankan tugas sebagai penanggung

jawab di sekolah demi kelancaran dan kenyaman di lingkungan kerja

sekolah.
DAFTAR RUJUKAN

Fitrah, Muh, „Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan‟,


Jurnal Penjaminan Mutu, 3.1 (2017), 31–42
Kurniyatillah, Nisfu, Shafa Editya Rachmawati, Amirah Amirah, and Nondini
Saputri Sulaiman, „Kepemimpinan Otoriter Dalam Manajemen Pendidikan
Islam‟, Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 5.1 (2020),
160–74
Marlina, Leny, „Tipe-Tipe Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan‟,
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 18.02 (2013), 215–27
Mattayang, Besse, „Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis‟,
JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 2.2 (2019),
45–52
Mbuik, Heryon Bernard, „Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Di SD‟, Indonesian Journal of
Primary Education, 3.2 (2019), 28–37
Purba, Sukarman, Wiputra Cendana, Darmawati Darmawati, Salamun Salamun,
Iskandar Kato, Jossapat Hendra Prijanto, and others, Kepemimpinan
Pendidikan (Yayasan Kita Menulis, 2021)
Rohmah, Lailatu, „Kepemimpinan Pendidikan Dalam Manajemen Berbasis
Sekolah/Madrasah‟, Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 6.1 (2014)

22
LAMPIRAN

1. Foto profil sekolah

2. Foto visi, misi dan tujuan

23
24

3. Foto keadaan guru dan siswa

4. Foto sarana & prasarana


25

5. Foto saat melakukan wawancara

6. Foto peneliti dengan penanggung jawab

7. Foto saat mengerjakan laporan penelitian

Anda mungkin juga menyukai