Anda di halaman 1dari 49

MANAJEMEN KURIKULUM DAN MANAJEMEN KESISWAAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen sekolah

Dosen Pengampu :

Dr. Siti Zulaikha, S.Ag.,M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Azizah 1103618039
Endang Ayu Sumiyati 1103618025
Maria Orastina Muwa 1103618083
M. Fajar Ryan Ikhsan 1103618021
Manajemen Pendidikan 2018 A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
SEPTEMBER 2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen
Kurikulum dan Manajemen Kesiswaan“ Kami menyadari bahwa selesainya makalah
ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu kami menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada:

(1) Dr. Siti Zulaikha, S.Ag.,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Kurikulum
(2) Teman-teman sekelas yang membantu dan mendukung kami dalam
menyelesaikan laporan ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sekolah.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya civitas
akademika Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta, 12 September 2020

Penyusun

ii
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Manajemen Kurikulum 3
B. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum 4
C. Macam- Macam Kurikulum 7
D. Fungsi Manajemen Kurikulum 16
E. Pengertian Manajemen Kesiswaan 18
F. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan 19
G. Tujuan Manajemen Kesiswaan 24
H. Fungsi Manajemen Kesiswaan 25
I. Prinsip Manajemen Kesiswaan 26
J. Peranan Guru dalam Manajemen Kesiswaan 27
K. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah dalam Manajemen Kesiswaan 29
BAB III 32
PENUTUP 32
A. Kesimpulan 32
B. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuanyang
telah dicita-citakan tidak akan pernah lepas dari system manajemen didalamnya.
Di mana manajemen pendidikan merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha-usaha personal
pendidikanuntuk mendayagunakan semua sumber daya dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Komariah dan Cepi (2005:4) menjelaskan bahwa sumber daya
yang dimaksud meliputi sumber daya manusia (seperti siswa, guru, kepala
sekolah, dantenaga kependidikan lainnya" dan sumber daya lainnya (meliputi
uang, peralatan, perlengkapan, bahan bangunan, dan sebagainya".
Dewasa ini, ilmu dan teknologi berkembang sangat pesat. Hal ini juga akan
berpengaruh terhadap kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Kurikulum haruslah bisa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang setiap
saat selalu berkembang. Pelaksanaan proses interaksi itu terutama di sekolah
dilakukan secara berencana yaitu dengan dibuatnya kurikulum. Kurikulum adalah
hal yang sangat penting dan harus diketahui oleh pendidik maupun calon
pendidik. Dengan pendidik mengetahui kurikulum, maka pelaksanaan
pembelajaran disekolah akan berlangsung dengan baik. Dalam hal ini mengetahui
tentang kurikulum saja tidaklah cukup. Pendidik maupun peserta didik harus
memahami tentang konsep dasar kurikulum, cara mengorganisasikan kurikulum,
dan melaksanakan kurikulum, dan mengembangkan kurikulum.
Adapun siswa merupakan salah satu elemen penting dalam pendidikan dan
merupakan sasaran utama dalam peningkatan kualitas pendidikan yang nantinya
akan berkontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat

1
suatu bangsa melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia serta
peningkatan

1
2

derajat sosial masyarakat bangsa, maka siswa perlu dikelola, dimana, diatur,
ditata,dikembangkan, dan diberdayakan agar dapat menjadi produk pendidikan
yang bermutu, baik ketika siswa itu masih berada dalam lingkungan sekolah,
maupun setelah berada dalam lingkungan masyarakat. untuk itulah diperlukan
adanya manajemen kesiswaan

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kurikulum?
2. Apa saja ruang lingkup manajemen kurikulum?
3. Apa saja Macam –macam kurikulum?
4. Apa saja Fungsi manajemen kurikulum?
5. Apa yang dimaksud dengan manajemen kesiswaan?
6. Apa saja ruang lingkup manajemen kesiswaan?
7. Bagaimana Tugas dan tangggung jawab dalam manajemen kesiswaan?
8. Apa Fungsi manajemen kesiswaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen kurikulum
2. Untuk mengetahui ruang lingkup manajemen kurikulum
3. Untuk mengetahui macam-macam kurikulum
4. Untuk mengetahui fungsi manajemen kurikulum
5. Untuk mengetahui pemgertian manajemen kesiswaan
6. Untuk mengetahui runag lingkup manajemen kesiswaan
7. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab dalam manajemen kesiswaan
8. Untuk mengetahui fungsi manajemen kesiswaan
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Kurikulum


Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir
yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum
berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi
kuno. Dalam bahasa prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang
berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari dari garis start sampai dengan finish untuk memperoleh medali
atau penghargaan (Zainal Arifin, 2011: 2). Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009: 3). UU. No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang


kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis
sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena
itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan dalam mengelola
kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian
sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan tidak mengabaikan
kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. Keterlibatan masyarakat dalam

3
manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan
mengontrol implementasi

3
4

kurikulum, sehingga lembaga pendidikan selain dituntut kooperatif juga mampu


mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada
masyarakat maupun pemerintah.1

B. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum


Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi diantaranya perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan
pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan
merelevensikan antara kurikulum nasional dengan kebutuhan daerah dan kondisi
sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum yang dijalankan mampu menjadi
kurikulum yang integritas dengan peserta didik meupun dengan lingkungan
dimana sekolah tersebut berada.

1. Manajemen Perencanaan Kurikulum


Maksud dari manajemen perencanaan kurikulum ialah keahlian
“managing” dalam arti kemampuan dalam merencanakan dan
mengorganisasikan kurikulum. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam proses
perencanaan kurikulum ialah siapa yang bertanggung jawab atas perencanaan
tersebut, dan bagaiaman perencanaan kurikulum direncanakan secara
professional.
Adapun masalah yang terjadi dalam perencanaan kurikulum, J.G Owen
lebih menekankan pada masalah bagaimana menganalisa kondisi-kondisi yang
perlu diperhatikan sebagai factor yang berpengaruh pada perencanaan
1Rusman.kurikulum.
Manajemen Kurikulum. (Jakarta:
Dan kondisi yangPT. Raja Grafindo
terjadi ada : Persada: 2009),h 42
2Nasbi,Ibrahim.Manajemen Kurikulum sebuah kajian
a. Kondisi sosiokultural
teoritis.(https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i2.4274 diakses pada 12 september 2020 pukul 19:00)

3 Arifin Zainal. konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosda karya;
2011),h.54
4 Arifin Zainal. konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosda karya;

2011),h 54
5 Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2010),h

73
5

Kemampuan professional manajerial menuntut kemampuan untuk


dapat mengolah atau memanfaatkan berbagai sumber yang ada di
masyarakat untuk dijadikan narasumber. J.G Owen menyebutkan peranan
para ahli behavior science, karena kegiatan pendidikan merupakan
kegiatan behavioral dimana di dalamnya terjadi berbagai interaksi social
antara guru dengan murid, murid dengan murid, dana atau guru dengan
murid dengan lingkungannya2
b. Kondisi fasilitas
Salah satu penyebab gap antara perencanaan kurikulum dengan guru-
guru sebagai praktisi adalah jika kurikulum itu disusun tanpa melibatkan
guru-guru, dan terlebih para perencana kurang atau bahkan tidak
memperhatikan kesiapan guru-guru dilapangan. Itulah sebabnya J.G Owen
menyebutkan perlunya pendekatan “from the bottom up”, yaitu
pengembangan kurikulum yang berasal dari bawah ke atas (Oemar
Hamalik,2010: 151).
2. Manajemen Organisasi kurikulum
Terkait dengan segala pengaturan yang ada pada kurikulum, sedangkan
yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum itu sendiri ialah nilai
budaya, nilai social, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan
teknologi. Adapun factor factor yang perlu dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum menurut Rusman, 2009:60, diantaranya berkaitan dengan ruang
lingkup, urutan bahan, kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan.
3. Manajemen Pelaksanaan Kurikulum
Pembinaan kurikulum pada dasarnya adalah suatu usaha terhadap
pelaksanaan kurikulum di sekolah sedangkan bentuk dari pelaksanaan
kurikulum itu sendiri ialah proses belajar dan mengajar yang sesuai dengan
6

prinsi-prinsip kurikulum yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kurikulum dibagi


menjadi dua tingkatan yakni pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, dan
tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan ialah kepala sekolah,
sedngkan di tingkat kelas yang berperan ialah guru. Meski keduanya di
pisahkan dalam tingkatan yang berbeda, namun dalam pelaksanaan
administrasi kurikulum mereka selalu bergandengan dan bersama sama
bertanggung jawab.
a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah
Dalam tingkatan ini, kepala sekolah bertanggung jawab melaksanakan
kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinya, dan berkewajiban
melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
kurikulum itu sendiri,
b. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas
Pada tingkatan ini yang berperan ialah guru, pembagian tugas guru
harus diatur secara administrasi untukk menjamin kelancaran pelaksanaan
kurikulum lingkungan kelas. Dan diantara pembagian tugas tersebut ialah:
1) Pembagian tugas mengajar
2) Pembagian tugas pembinaan ekstrakurikuler
3) Pembagian tugas bimbingan belajar.
4. Manajemen Evaluasi Kurikulum
Menurut S. Hamid, evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidikan
memiliki karakteristik yang tak terpisahkan. Karakteristik itu adalah lahirnya
berbagai defenisi untuk suatu istilah teknis yang sama. Rumusan evaluasi
menurut Gronlund adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan,
analisis dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana
siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Hopkins
dan Antes mengemukakan evaluasi adalah pemeriksaaan secara terus menerus
untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa, guru, program pendidikan,
dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan
8

ketepatan keputusan tentang gambara siswa dan efektivitas program.


Berdasarkan beberapa pendapat di atas dpat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah suatu hal yang lebih bersifat komperhensif yang meliputi juga
pengukuran, pengamatan dimana yang nantinya akan menjadi hasil keputusan
terhadap nilai suatu objek.
a. Masalah dalam evaluasi kurikulum
Norman dan Schmidt mengemukakan ada beberapa kesulitan dalam
penerapan evaluasi kurikulum, yaitu:
1) Kesulitan dalam pengukuran.
Dasar teori yang melatarbelakangi kurikulum lemah akan
mempengaruhi evaluasi kurikulum tersebut. Ketidakcukupan teori
dalam mendukung penjelasan terhadap hasil intervensi suatu
kurikulum yang dievaluasi akan membuat penelitian menjadi tidak
baik,
2) Kesulitan dalam penerapan randomisasi dan double blind.
Kesulitan melakukan penelitian evaluasi kurikulum dengan
metode randomisasi dapat disebabkan karena subjek penelitian yang
akan diteliti sedikit atau kemungkinan hanya institusi itu sendiri yang
melakukannya.
3) Kesulitan dalam menstandarkan intervensi dalam pendidikan.
Dalam dunia pendidikan sulit sekali untuk menseragamkan
sebuah perlakuan contohnya penerapan PBL yang mana memiliki
berbagai macam pola penerapan.
4) Pengaruh intervensi dalam pendidikan mudah dipengaruhi oleh faktor-
faktor dan sehingga pengaruh intervensi tersebut seakan akan lemah
(Norman, G.R, Schdmidt H.G., 2000: 721).3
8

C. Macam- Macam Kurikulum


Kurikulum dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Berdasarkan Konsep dan Pelaksanaannya
a. Kurikulum ideal
Kurikulum ideal yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal dan
yang dicita-citakan. Kurikulum ini diharapkan dapat dilaksanakan dan
berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru dalam proses belajar dan
mengajar. Oleh karena itu kurikulum ideal merupakan pedoman bagi guru,
kurikulum ini juga dinamakan kurikulum formal atau kurikulum tertulis
(written curriculum). Namun dalam prakteknya, pelaksanaan kurikulum
ideal mengalami beberapa hambatan. Di antaranya adalah sarana dan
prasarana, kemampuan guru serta kebijaksanaan sekolah/kepala sekolah.
Karena hal tersebut maka guru hanya bisa melakukan kurikulum sesuai
dengan keadaan yang ada. Contoh dari kurikulum ini adalah kurikulum
sebagai suatu dokumen seperti kurikulum SMU 1989, Kurikulum SD
1975 yang berlaku pada tahun itu dan lain sebagainya.
b. Kurikulum aktual
Kurikulum aktual yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses
pengajaran dan pembelajaran. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua
istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar
yang telah direncanakan dan akan dilaksanakan dalam jangka panjang.
Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara
bertahap dalam proses belajar mengajar. Selain itu kurikulum aktual juga
6
Nasbi,Ibrahim.Manajemen Kurikulum sebuah kajian
dapat diartikan sebagai kurikulumdiakses
teoritis.(https://doi.org/10.24252/idaarah.v1i2.4274 yangpada
secara real dapat dilaksanakan
12 september 2020 pukul 19:00)
4
olehDasar-dasar
Omar Hamalik, guru sesuai dengan keadaan
Pengembangan dan (Bandung
Kurikulum. kondisi yang ada.4 Karya, 2008), h.80
: PT. Rosda
5
Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan Praktek, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 1997) h. 81
6
Omar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum.(Bandung : PT. Rosda Karya, 2008), h. 87
7
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1994), h. 97
8
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.100
9
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.101
9

Kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kurikulum


aktual diantaranya adalah :
1) Sarana yang tersedia di sekolah
2) Kemampuan sumber daya manusia khususnya guru
3) Kebijakan-kebijakan sekolah.
c. Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
Kurikulum tersembunyi yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat
pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum aktual. Makna lain dari
kurikulum tersembunyi yaitu segala sesuatu yang tidak direncanakan atau
tidak diprogramkan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku siswa.
Segala sesuatu yang dapat mempengaruhi itu dapat berupa adat istiadat,
kebudayaan, kebiasaan dan sebagainya termasuk prilaku guru dan
organisasi. Selain itu, pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi,
atau bahkan dari peserta didik itu sendiri juga dapat mempengaruhi
perubahan perilaku siswa. Misalnya pada pelajaran biologi, siswa diberi
referensi buku biologi lain yang berbahasa Inggris. Dengan begitu siswa
secara tidak langsung juga mengasah kemampuan Bahasa Inggrisnya
selain kemampuan Biologi.5
Untuk pencapaian tujuan pendidikan terdapat hal-hal yang tidak
terdokumentasikan, tidak direncanakan atau tidak diprogramkan atau
sifatnya tidak tertulis. Namun hal ini sangat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Hal-hal inilah yang disebut
dengan kurikulum tersembunyi. Hal demikian sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dewey dalam Omar Hamalik bahwa kurikulum adalah
seluruh pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik di bawah
bimbingan pihak sekolah, baik pengalaman yang direncanakan maupun
10

yang tidak direncanakan. Sejumlah pengalaman yang kita kenal dengan


hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan pengalaman
yang tidak direncanakan/diprogramkan seperti mematuhi peraturan-
peraturan sekolah, menjalankan ritual/acara keagamaan, dan mematuhi
peraturan- peraturan lainnya.6

2. Berdasarkan Struktur dan Materi Mata Pelajaran yang Diajarkan


a. Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum)
Yaitu kurikulum yang mata pelajarannya dirancang untuk diberikan
secara terpisah-pisah. Misalnya, mata pelajaran sejarah diberikan terpisah
dengan mata pelajaran geografi, dan seterusnya. Kurikulum ini
menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran
yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara
mata pelajaran satu dengan yang lain, juga antara kelas yang satu dengan
kelas yang lain.

Kelebihan dari separated curriculum ini adalah:


1) Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis dapat
dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu.
2) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
3) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah
untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan
waktu yang ada.

Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain:


1) Mata pelajaran terlepas-lepas satu sama lain.
2)
11

3) Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam


kehidupan sehari-hari.
4) Dari sudut psikologis, banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta
makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak didik. Kurikulum ini
cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman7

b. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)


Yaitu kurikulum yang bahan ajarnya diberikan secara terpadu.
Misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pusat dari beberapa mata
pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dan sebagainya. Dalam
proses pembelajaran dikenal dengan pembelajaran tematik yang diberikan
di kelas rendah Sekolah Dasar. Mata pelajaran matematika, sains, bahasa
Indonesia, dan beberapa mata pelajaran lain diberikan dalam satu tema
tertentu.
Dalam kurikulum terpadu atau terintergrasi, batas-batas diantara mata
pelajaran sudah tidak terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran
sudah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit. Ciri-ciri kurikulum
terintegrasi ini antara lain:
1) Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi,
2) Berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik,
3) Berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural,
4) Berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan atau
pertumbuhan siswa.8

Kurikulum terpadu ini memiliki beberapa manfaat, yaitu:


1)
12

2) Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian


erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
3) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang
belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam
kehidupan mereka.
4) Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah
dengan masyarakat.
5) Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir
sendiri dan berkerja sendiri, atau kerjasama dengan kelompok.
6) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan
kematangan murid.

Selain manfaat dari kurikulum terpadu, Adapun kritikan pada pelaksanaan


kurikulum terpadu ini yaitu :
1) Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini
2) Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sitematis
3) Kurikulum ini memberatkan guru
4) Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada
unformitas di sekolah- sekolah satu sama lain
5) Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum
6) Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk
melaksanakan kurikulum ini9

Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi :


a) Kurikulum inti (core curriculum)
Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani
kebutuhan siswa dan meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara
13

kehidupan dan belajar. Ciri yang membedakan kurikulum inti, yaitu:


Kurikulum inti menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas
dalam suatu kebudayaan, memberikan stabilitas dan kesatuan pada
masyarakat. Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial.
Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah : Kurikulum
ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan
direncanakan secara terus-menerus. Isi kurikulum yang dikembangkan
merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan, selalu
mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi secara aktual,
cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi
maupun social, difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga
kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat
problema, pribadi, sosial dan pengalam pribadi.
Manfaat kurikulum inti adalah:
1) Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat
2) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang
belajar
3) Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah
dengan masyarakat
4) Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi
5) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.

b) Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan


(social functions and persistens situations)
Kurikulum social functions didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia
dalam masyarakat, dalam social functions dapat diangkat berbagai
kegiatan-kegiatan manusia yang dapat dijadikan sebagai topik
pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social functions adalah persistent
life situations yang berkarakteristik yaitu situasi yang diangkat senantiasa
13

dihadapi manusia dalam hidupnya, masal lalu, saat ini dan masa yang
akan
14

datang. Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan life curriculum, yang
bertujuan memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi anak sesuai
dengan apa yang dibutuhkan sehari-hari dalam kehidupan.

c) Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and


activity curriculum)
Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum.
Mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa
dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan
lingkungan maupun potensi siswa. Kurikulum ini berupaya mengatasi
kelemahan pada subject curriculum , yakni anak lebih banyak menerima
(passive), juga bahan pelajaran merupakan hasil pengalaman masa
lampau. Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah:
1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar
dengan baik bila ia dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat
menemukan kebutuhan reel atau minatnya.
2) Belajar merupakan transaksi aktif. Belajar secara aktif memerlukan
kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya mencapai tujuan
dan memenuhi kebutuhan pribadinya.10

c. Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum)


Yaitu kurikulum yang bahan ajarnya dirancang dan disajikan secara
terkorelasi dengan bahan ajar yang lain. Atau dengan kata lain, kurikulum
terkorelasi yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara
dua atau lebih mata pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap
10
Hamdani Hamid, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.108
11 mataSukmadinata,
Nana Syaodih pelajaran.PENGEMBANGAN
Misalnya SejarahKURIKULUM
dan Ilmu Bumi Teori dapat diajarkan
dan Praktek untuk:
, (Bandung
PT. Remaja Rosdakarya, 1997) h. 90
saling memperkuat.
12 Dinn Wahyudin.(2014).
Manajemen Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya,h. 20-21
13 Dewey John, “Manajemen Kesiswaan”, https://www.silabus.web.id/manajemen-

kesiswaan/#:~:text=Manajemen%20kesiswaan%20(murid)%20adalah%20seluruh,efisien%20mulai%2
0dari%20penerimaan%20peserta, (diakses pada tanggal 12 September 2020)
15

Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah:


1) Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih integral, tidak terlepas-
lepas (berpadu). Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan
mendalam karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi
maka yang diutamakan adalah pengertian dan prinsip-prinsip bukan
pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan
penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.
2) Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu dengan yang
lain, minat murid bertambah.
Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum ini adalah:
1) Sulit untuk menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat
dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject centered .
2) Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan
mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang
kurang cukup untuk bekal mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.

3. Berdasarkan Pengembangnya dan Penggunaannya


a. Kurikulum nasional (national curriculum)
Yaitu kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional
dan digunakan secara nasional.
b. Kurikulum negara bagian (state curriculum)
Yaitu kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian
(provinsi).
c. Kurikulum sekolah (school curriculum)
Yaitu kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
16

sekolah yang lahir dari keinginan untuk melakukan diferensiasi dalam


kurikulum.11

D. Fungsi Manajemen Kurikulum


Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan dengan efektif, efisien,
dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar,
maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum
di antaranya sebagai berikut:
a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan
sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan
yang terencana dan efektif.
b. Meningkatkan keadilan (equality)dan kesempatan pada siswa untuk mencapai
hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik
tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan
ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan
kurikulum.
c. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola secara
efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
d. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional,
efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun
aktivitas siswa dalam belajar.
e.
17

f. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses


pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain
yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian,
ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.
Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif
yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan melibatkan
masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu
disesuaikan dengan ciri khas dengan kebutuhan pembangunan daerah
setempat(Rusman, 2009: 5).

Menurut sumber lainnya ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum,


diantaranya:
1) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum;
2) Meningkatkan keadilan dan kesepakatan kepada siswa untuk mencapaihasil
yang maksimal;
3) Meningkatkan relevansi dan efektifitas pem-belajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungansekitar peserta didik;
4) Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupunaktivitas peserta didik;
5) Meningkatkan efektivitas dan efisiensiproses belajar mengajar;
6) Meningkatkan partisipasi masyarakatuntuk membantu mengembangkan.12

E.
18

F. Pengertian Manajemen Kesiswaan


Manajemen kesiswaan adalah suatu penataan atau pengaturan segala
aspek aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai
masuknya peserta didik (siswa) sampai keluarnya peserta didik (siswa)
tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga pendidikan. Mulyono
mengemukakan bahwa manajemen kesiswaan adalah seluruh proses
kegiatan yang di rencanakan dan di usahakan secara sengaja serta
pembinaan secara kontinu terhadap seluruh siswa (dalam lembaga
pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses PBM secara
efektif dan efisien. Manajemen kesiswaan juga berarti seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta
pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses
belajar mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta
didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah13. Sedangkan
menurut kelompok manajemen kesiswaan adalah sebuah pengelolaan
sumber daya manusia yaitu peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan yang sejalan dengan berdasarkan visi dan misi sekolah.

Manajemen peserta didik (kesiswaan) keberadaanya sangat


dibutuhkan di lembaga pendidikan karena siswa merupakan subjek
sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan ketrampilan.
Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan akan sangat
bergantung dengan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. Manajemen peserta didik
tidak semata pencatatan data peserta didik akan tetapi meliputi aspek
yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui
18

proses pendidikan di sekolah. Peserta didik (siswa) merupakan salah satu


faktor penting
19

berlangsungnya suatu pendidikan disekolah. Tanpa faktor ini tidak


mungkin diselenggarakan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal14.

Manajemen kesiswaan merupakan keseluruhan proses kerjasama


dalam bidang kesiswaan. Bidang kerjasama dalam manajemen kesiswaan
itu adalah menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
siswa. Masalah-masalah yang dimaksudkan di sini adalah berupa
penyelenggaraan sensus sekolah, menyelenggarakan kegiatan
penerimaan siswa baru, membina kedisiplinan siswa, menyelenggarakan
program layanan khusus bagi siswa, dan sebagainya. Manajemen
kesiswaan bertujuan untuk menata proses kesiswaan mulai dari
perekrutan, mengikuti pelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan
tujuan intuitional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Di lingkungan setiap sekolah pengelolaan kesiswaan memerlukan


pengorganisasian, koordinasi, pengarahan/ bimbingan dan kontrol,
perencanaan dan administrasi kesiswaan (student body). Sebagai
manajer disekolah kepala sekolah juga bertanggungjawab terhadap
perkembangan anak (siswa). Manajemen kesiswaan selalu terlaksana
pada setiap lembaga pendidikan baik itu negeri ataupun swasta. Yang
membedakan ialah bagaimana manajemen kesiswaan disuatu sekolah
dapat berlangsung dengan baik dan efektif sehingga mampu menciptakan
peserta didik yang unggul dalam prestasi dan karakter baik15.

G. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan


Manajemen peserta didik bertujuan mengatur berbagai kegiatan dalam
bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib

14 Ria Sita Ariska, “MANAJEMEN KESISWAAN”, https://media.neliti.com/media/publications/270722-


manajemen-kesiswaan-b00ad122.pdf, ( diakses pada tanggal 13 September 2020).
15 Fadhilah, “MANAJEMEN KESISWAAN DI SEKOLAH”,

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1753318&val=18666&title=MANAJEME
N%20KESISWAAN%20DI%20SEKOLAH , (diakses pada tanggal 13 September 2020)
19

dan teratur. Beberapa ahli berpendapat bahwa tujuan manajemen peserta


didik adalah untuk
20

menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik serta agar siswa dapat
belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan
efisien. Ada tiga tugas utama dalam bidang manajemen peserta didik
untuk mencapai tujuan tersebut yaitu penerimaan peserta didik16, kegiatan
kemajuan belajar serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Maka dari itu
berikut adalah ruang lingkup dalam manajemen kesiswaan :

1. Penerimaan siswa (murid) baru meliputi17 :


a. Penyusunan panitia beserta program kerjanya.
b. Pendaftaran calon peserta didik.
c. Penyeleksian berdasarkan NEM dan daya tampung sekolah.
d. Pengumuman calon siswa yang diterima dan cadangan.
e. Registrasi atau pendaftaran ulang calon siswa yang diterima.
f. Menentukan banyaknya siswa yang diterima18 :
DT = (B x M – TK)
Keterangan :
DT : Daya tampung
B : banyaknya bangku yang ada
M : Muatan bangku
TK : Banyaknya siswa yang tinggal kelas
g. Menentukan jumlah guru :

2.
16 Ria Sita Ariska, Loc.Cit
17 Fadhilah, Loc.Cit
18 Afid Burhanuddin, “Manajemen Kesiswaan”,

https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/manajemen-kesiswaan.pdf, (Diakses pada


tanggal 12 September 2020).
21

3. Pencatatan Siswa baru dalam Buku Induk dan Buku Klapper :


a. Format buku Induk dan Buku Klapper (lampiran)
b. Data yang diisi (keterangan siswa dan orang tua) siswa
c. Kelengkapan data akta kelahiran, dll.
d. Buku Klapper mengutamakan pengisian berdasarkan abjad.
e. Contoh buku induk dan buku klapper :

Form BukuKlaper
Nomor Jenis Orang tua/wali keterangan
No induk Nama kelamin Nama Alamat

NB: Penentuan nama dan alama torangtua/wali adalah untuk membantu Jika
ternyata ada nama anak yang sama
21

4.
22

5. Pembagian seragam sekolah beserta kelengkapannya, seragam


praktikum, seragam pramuka dan tata tertib penggunaannya.

6. Masa Orientasi Siswa Baru :


Orientasi siswa baru adalah kegiatan penerimaan siswa baru
dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan sekolah.
Tujuan orientasi siswa baru yaitu agar peserta didik dapat mengerti
dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah, Agar peserta
didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang di
selenggarakan sekolah, dan agar peserta didik siap menghadapi
lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental dan emosional
sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran di
sekolah serta dapat menyesuaikan dengan kehidupan sekolah.

Sebelum siswa baru menerima pelajaran biasa di kelas-


kelas,ada sejumlah kegiatan yang harus diikuti oleh mereka selama
masa pengenalan lingkungan sekolah. Kegiatan-kegiatan itu di antara
lain adalah :

a. Perkenalan dengan para guru dan staf sekolah

b. Perkenalan dengan siswa lama dan pengurus OSIS

c. Penjelasan tentang program sekolah

d. Penjelasan tentang tata tertib sekolah

e. Mengenal fasilitasm pendidikan yang dimiliki sekolah

f. Penjelasan tentang struktur organisasi sekolah.

Waktu MPLS juga untuk penelusuran bakat-bakat khusus dan siswa


baru, misalnya penelusuran bakat-bakat olah raga, bakat-bakat seni,
bakat-bakat menulis (mengarang). Oleh karena itu selama MPLS banyak
22

diisi kegiatan-kegiatan pertandingan olah raga, lomba menyanyi, pidato,


dan sebagainya.
23

Setelah proses penerimaan siswa baru, maka kegiatan kesiswaan


selanjutnya yang perlu dilaksanakan adalah pengelompokan siswa.
Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan
kegiatan proses belajar mengajar berjalan lancar, tertib sehingga dapat
tercapal tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan19.

7. Pembagian kartu anggota OSIS dan Tata Tertib Sekolah.


8. Pembinaan peserta didik, dan pembinaan kesejahteraan peserta didik
meliputi:
a. Kesejahteraan mental/ spiritual (BP, tempat shalat, dsb).
b. Kesejahteraan fisik (UKS, keamanan sekolah, dsb).
c. Kesejahteraan akademik (perpustakaan, lab, bimbingan, dll).
d. Organisasi (OSIS, PMR, Koperasi, dsb).
e. Kegiatan ekstrakurikuler (pengembangan bakat dan minat).
f. Rekreasi, pertandingan persahabatan, dsb. (
9. Kegiatan-kegiatan di dalam kelas :
a. Penataan kondisi kelas untuk PBM (fisik, non fisik, ketertiban).
b. Menciptakan interaksi belajar-mengajar yang positif.
c. Perhatian guru terhadap dinamika kelompok belajar.
d. Pemberian pengajaran remedial.
e. Pelaksanaan presensi secara kontinu.
19 Dewey John, “Manajemen Kesiswaan”, https://www.silabus.web.id/manajemen-
f. Pelaksanaan jadwal pelajaran secara tertib.
kesiswaan/#:~:text=Manajemen%20kesiswaan%20(murid)%20adalah%20seluruh,efisien%20mulai%2
0dari%20penerimaan%20peserta, (diakses pada tanggal 12 September 2020)
20 Ibid. g. Perhatian guru terhadap pelaksanaan tata tertib kelas.
21 Fadhilah, “MANAJEMEN KESISWAAN DI SEKOLAH”,
h. Pembentukan pengurus kelas.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1753318&val=18666&title=MANAJEME
i. Penyediaan alat/media
N%20KESISWAAN%20DI%20SEKOLAH belajar
, (diakses yang sesuai
pada tanggal kebutuhan.
13 September 2020)
22 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003) hlm.19.

j. Penyediaan
23 Piet Sahertian, alatAdministrasi
Dimensi-Dimensi penunjang belajar.di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional,
Pendidikan
1994), hlm. 103.
10. Monitoring (Pengawasan) :
24 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 121.

25 Soetipja dan Raflis Kosai, Profesi Guru, (jJakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 165.

26 Prof Soetipjo, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 168.

27 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), hlm. 47.

28 Ibid, hlm. 56.


24

Monitoring adalah suatu proses pemantauan untuk mendapatkan


informasi tentang pelaksanaan suatu kegiatan yakni manajemen
kesiswaan. Kegiatan monitoring adalah suatu kegiatan memonitor atau
mengawasi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh seluruh warga sekolah;
dalam hal ini difokuskan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
siswa. Kegiatan monitoring ini dapat dilakukan secara langsung pada
kegiatan yang di lakukan oleh siswa dan kegiatan monitoring secara tidak
langsung dengan mendengarkan laporan dari orang yang terlibat dalam
kegiatan20.

Pelaksanaan semua kegiatan manajemen kesiswaan yang telah


dikemukakan di atas bersifat fleksibel artinya dapat disesuaikan dengan
kondisi siswa di sekolah masing-masing. Ada sejumlah kegiatan lain yang
sangat penting dalam manajemen kesiswaan yaitu21 :

a. Pembinaan Kesiswaan
b. Menangkal Kenakalan Remaja
c. Mekanisme Pembinaan Siswa di SMP.

H. Tujuan Manajemen Kesiswaan


Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta
didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga
pendidikan (sekolah) yang dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan
secara keseluruhan serta mampu menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan,
pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.22
25

Adapun tujuan mengenai manajemen kesiswaan dalam pendidikan sekolah


adalah:

a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor siswa.


b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat
dan minat siswa.
c. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan siswa.
d. Dengan terpenuhinya hal-hal di atas diharapkan siswa dapat mencapai
kebahagiaan, kesejahteraan hidup; lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan
tercapai cita- cita mereka.

Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak,


tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, di samping
keterampilan-keterampilan lain.

Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu


pengetahuan, tetapi memberi bimbingan dan bantuan terhadap anak- anak yang
bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing.

I. Fungsi Manajemen Kesiswaan


Fungsi manajemen kesiswaan secara umum adalah sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan
segi-segi potensi peserta didik lainnya.23 Fungsi manajemen kesiswaan secara
khusus adalah:

1) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individual: kemampuan umum


(kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
2)
26

3) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan sosial: sosialisasi dengan


sebaya, keluarga dan lingkungan sosial (sekolah dan masyarakat).
4) Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan: tersalur hobi,
kesenangan dan minatnya.
5) Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan, agar
siswa sejahtera dalam hidupnya.

J. Prinsip Manajemen Kesiswaan


Berkenaan dengan manajemen kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar yang
harus mendapat perhatian adalah sebagai berikut:24

a. Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus
didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengembilan
keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
b. Kondisi siswa sangat beragam ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan
intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan
wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk
berkembang secara optimal.
c. Siswa hanya akan termotivasi belajar, bila mereka menyenangi apa yang
diajarkan.
d. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif tetapi
juga ranah afektif dan psikomotorik.

Menurut Dr. Eka Prihatin, M. Pd., prinsip adalah suatu pedoman yang harus
diikuti dalam melaksanakan tugasnya. Prinsip manajemen peserta didik adalah
pedoman yang harus diikuti dalam melakukan pengelolaan peserta didik. Prinsip-
prinsip tersebut adalah25:

a.
27

b. Manajemen peserta didik sebagai bagian dari keseluruhan manajemen


sekolah, sehingga harus mempunyai kesamaan visi, misi dan tujuan
manajemen sekolah secara keseluruhan. Penempatan manajemen peserta didik
ditempatkan pada kerangka manajemen sekolah, tidak boleh ditempatkan
diluar sistem sekolah.
c. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik harus mengemban visi
pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.
d. Kegiatan manajemen peserta didik harus diupayakan untuk mempersatukan
peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya bakat
perbedaan. Perbedaan diantara peserta didik tidak diarahkan pada konflik
diantara mereka, akan tetapi justru untuk mempersatukan dan saling
memahami dan menghargai.
e. Kegiatan manajemen peserta didik harus dipandang sebagai upaya pengaturan
terhadap pembimbingan peserta didik, disini diperlukan kerjasama yang baik
dan harmonis antara pembimbing dan yang di bimbing.
f. Kegiatan manajemen peserta didik harus mendorong dan mengacu
kemandirian peserta didik, dimana kemandirian ini akan memotivasi anak
untuk tidak selalu tergantung pada orang lain, dan dapat melakukan segala
kegiatan secara mandiri. Hal itu sangat bermanfaat bagi peserta didik baik
dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
g. Segala kegiatan yang diupayakan oleh manajemen peserta didik harus bersifat
fungsional bagi kehidupan peserta didik di sekolah maupun bagi masa
depannya.

K. Peranan Guru dalam Manajemen Kesiswaan


Keterlibatan guru dalam manajemen kesiswaan tidak sebanyak
keterlibatannya dalam mengajar. Dalam manajemen kesiswaan guru lebih banyak
berperan secara
28

tidak langsung. Beberapa peranan guru dalam manajemen kesiswaan itu


diantaranya adalah26:

1. Dalam penerimaan siswa, para guru berperan Dalam penerimaan siswa, para
guru dapat dilibatkan untuk ambil bagian. Di antara mereka dapat ditunjuk
menjadi panitia penerimaan yang dapat melaksanakan tugas-tugas teknis
mulai dari pencatatan penerimaan sampai dengan pelaporan pelaksanaan
tugas.
2. Dalam masa orientasi, tugas guru adalah membuat agar para siswa cepat
beradaptasi dengan lingk ungan sekolah barunya. Peranan guru dalam hal ini
sangat penting, karena andaikata terjadi salah langkah pada saat pertama,
dapat berakibat kurang menguntungkan bagi jiwa anak untuk waktu- waktu
selanjutnya.
3. Untuk pengaturan kehadiran siswa di kelas, guru mempunyai andil yang besar
juga. Guru diharapkan mampu mencatat/merekam kehadiran ini meskipun
dengan sederhana akan tetapi harus baik. Data kehadiran ini dimungkinkan
untuk bahan pertimbangan penilaian terhadap siswa, misalnya sebagai
pertimbangan dalam menetapkan kenaikan kelas.
4. Dalam memotivasi siswa untuk senantiasa berprestasi tinggi, guru juga harus
mampu menciptakan suasana yang mendukung hal tersebut. hal ini dapat
mereka lakukan misalnya dengan membuat grafik prestasi belajar siswa-
siswanya.
5. Dalam menciptakan disiplin sekolah atau kelas yang baik, peranan guru
sangat penting karena guru dapat menjadi model. Untuk membuat siswa
mempunyai disiplin yang tinggi, maka guru harus mampu menjadi contoh
atau panutan bagi siswa-siswanya. Guru juga harus mampu menegakkan
disiplin dan tidak merusknya sendiri. Di samping itu guru juga harus mampu
mengambil
29

keputusan secara bijaksana dan konsisten untuk memberikan ganjaran dan


hukuman kepada para siswa yang pantas mendapatkannya.

L. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah dalam Manajemen Kesiswaan

Tanggung Jawab Kepala sekolah dalam manajemen kesiswaan secara garis


besar adalah memberikan layanan kepada siswa dengan cara memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien.27 Adapun kegiatan yang harus
dilakukan oleh kepala sekolah dalam manajemen kesiswaan dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian utama, yaitu kegiatan penerimaan siswa, pembinaan siswa
dan pemantapan kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa melalui program di
sekolah.

a. Kegiatan Penerimaan Siswa


Penerimaan siswa merupakan proses pendataan dan pelayanan kepada
siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan oleh sekolah tersebut. Kegiatan ini mewarnai kesibukan
sekolah menjelang tahun ajaran baru, dimana kepala sekolah perlu
membentuk semacam kepanitiaan yang dijadikan sebagai penerima siswa
baru. Dalam hal ini kepala sekolah dapat berpedoman pada pedoman
penerimaan siswa baru yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
b. Kegiatan Pembinaan Siswa
Pembinaan siswa adalah pembinaan layanan kepada siswa baik didalam
maupun di luar jam pelajarannya di kelas. Dalam pembinaan siswa
dilaksanakan dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan
tugas-tugas belajar mereka. Dalam hal ini langkah-langkah yang dilakukan
oleh seorang kepala sekolah adalah memberikan orientasi kepada siswa baru,
mengatur dan mencatat kehadiran siswa, mencatat prestasi dan kegiatan yang
30

diraih dan dilakukan oleh siswa dan mengatur disiplin siswa selaku peserta
didik di sekolah.

c. Pemantapan Program Siswa


Seorang kepala sekolah juga dituntut untuk melakukan pemantapan
program siswa. Hal ini berkaitan dengan selesainya belajar siswa. Apabila
siswa telah selesai dan telah menamatkan studinya, lulus semua mata
pelajaran dengan memuaskan, maka siswa berhak mendapatkan surat tanda
tamat belajar dari kepala sekolah. Untuk mencapai dan melaksanakan tugas-
tugas tersebut, seorang kepala sekolah selaku pengelola sekolah harus
melakukan hal-hal berikut ini yaitu meliputi pengelolaan perencanaan
kesiswaan, mengadakan pembinaan dan pengembangan kegiatan siswa serta
mengevaluasi kegiatan ekstra kurikuler.

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sehubungan dengan perencanaan


kesiswaan meliputi sensus sekolah, yaitu berupa pendataan anak-anak usia
sekolah yang diperkirakan akan masuk sekolah.28 Hal ini akan mempengaruhi
penetapan persyaratan penerimaan siswa baru, disamping sensus sekolah juga
penting dilaksanakan untuk menentukan daya tampung sekolah. Selain sensus
sekolah, kepala sekolah juga harus menentukan jumlah siswa yang akan diterima,
penerimaan siswa, pengelompokan, kenaikan kelas, mutasi siswa, kemajuan
belajar siswa, pencatatan siswa dan registrasi serta pelaporan hasil belajar.
Pada bidang pembinaan dan pengembangan kesiswaan tugas seorang kepala
sekolah ialah menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas
belajarnya. Pembinaan kesiswaan merupakan pemberian layanan kepada siswa
baik di dalam maupun di luar jam belajar mereka.
Dalam melakukan pembinaan dan pengembangan siswa, kepala sekolah harus
senantiasa memperhatikan hak dan kewajiban siswa, seperti; mendapat perlakuan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan mereka, hak untuk memperoleh
penddikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya, hak untuk mengikuti
program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik
untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan
31

tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan dan sebagainya. Selain hak-hak
tersebut, siswa juga memiliki kewajiban untuk ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali siswa yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku, menghormati tenaga pendidikan
dan siswa juga berkewajiban untuk mematuhi peraturan yang berlaku.
31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis
sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Ruang lingkup
manajemen kurikulum meliputi diantaranya perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum.

Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan dengan efektif, efisien,
dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar,
maupun komponen kurikulum.

Manajemen kesiswaan adalah suatu penataan atau pengaturan segala aspek


aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta
didik (siswa) sampai keluarnya peserta didik (siswa) tersebut dari suatu sekolah
atau suatu lembaga pendidikan. Manajemen peserta didik (kesiswaan)
keberadaanya sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena siswa merupakan
subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan ketrampilan.

Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta


didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga
pendidikan (sekolah) yang dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan
secara keseluruhan serta mampu menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan,

32
33

pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.

B. Saran
Dalam membentuk manajemen sekolah yang baik, tentunya kita harus dapat
memahami ruang lingkup dari manajemen sekolah terlebih dahulu. Manajemen
kurikulum dan manajemen kesiswaan merupakan bagian dari ruang lingkup
manajamen sekolah. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa manajemen
pendidikan diharapkan dapat memahami segala aspek tentang manajemen
kurikulum dan manajemen kesiswaan guna dapat mengelola manajemen sekolah
sebaik-baiknya.
33
DAFTAR PUSTAKA

Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2009

Arifin, Zainal. konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya; 2011

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya: 2010

Nasbi, Ibrahim. (2017). Manajemen Kurikulum: sebuah kajian teoritis. Jurnal


Idaarah. Vol.1 No.2.

Hamid, Hamdani. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung: CV Pustaka


Setia. 2012.
Hamalik, Omar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Rosda Karya
2008.
Mulyasa, Enco. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda. 2006.
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 1994.
Sukmadinata, Nana Syaodih. PENGEMBANGAN KURIKULUM Teori dan
Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 1997
Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014
Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Soetipja, Raflis Kosasi. 2004. Profesi Guru. Jakarta: Rineka Cipta.
Soetipjo. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewey John, “Manajemen Kesiswaan”, https://www.silabus.web.id/manajemen-
kesiswaan/#:~:text=Manajemen%20kesiswaan%20(murid)%20adalah%20seluruh,efi
sien%20mulai%20dari%20penerimaan%20peserta, (diakses pada tanggal 12
September 2020)

34
Ria Sita Ariska, “MANAJEMEN KESISWAAN”,
https://media.neliti.com/media/publications/270722-manajemen-kesiswaan-
b00ad122.pdf, ( diakses pada tanggal 13 September 2020).
Fadhilah, “MANAJEMEN KESISWAAN DI SEKOLAH”,
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1753318&val=18666&titl
e=MANAJEMEN%20KESISWAAN%20DI%20SEKOLAH , (diakses pada
tanggal 13 September 2020)
Afid Burhanuddin, “Manajemen Kesiswaan”,
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/2012/05/manajemen-
kesiswaan.pdf, (Diakses pada tanggal 12 September 2020).

34

Anda mungkin juga menyukai