Anda di halaman 1dari 15

1

TUGAS MANDIRI

IDENTIFIKASI MASALAH DI MADRASAH

OLEH

NELI MARTATI,S.Ag M.Pd

NIP. 197303042009012002

GURU MTsN 2 PASAMAN

DIKLAT CALON KEPALA MADRASAH


PUSDIKLAT TENAGA TEKNIS PENDIDIKAN DAN KEAGAMAAN
TAHUN 2023
2

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah, yang telah


memberikan kemudahan dalam menyelesaikan makalah sederhana ini
yang berjudul “ Kepemimpinan Pembelajaran di Madrasah serta
Supervisi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan “dengan lancar.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis terbuka dalam menerima segala kritik saran yang membangun
dari pembaca.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi saya, masyarakat umumnya, dan untuk akademisi pada
khususnya.
3

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan Penyusunan Makalah …………………………………………………………….. 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Pembelajaran ……………………………………………………………. 3


B. Identitifikasi Masalah Supervisi …………………………………………………………. 4
C. Identifikasi Masalah kewirausahaan ………………………………………………….. 6
D. Identifikasi Masalah Pembelajaran ……………………………………………………. 9
E. Analisis kebutuhan pengembangan keprofesian ……………………………….. 10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………. 11
B. Saran ……………………………………………………………………………………………….. 11
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara alamiah manusia yang merupakan makhluk sosial, tidak dapat
hidup sendiri. Selalu membutuhkan orang lain, baik untuk kebutuhan sehari-hari
maupun dalam kebutuhan social lainnya. Untuk menciptakan kehidupan yang
harmonis dengan lingkungannya. manusia perlu menciptakan komunikasi yang
baik dengan lingkungan sekitarnya. Karena kehidupan harmonis tercipta dari diri
sendiri dan dengan kelompok di lingkungan dimana dia berada.
Manusia harus bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, Karena
sejatinya setiap manusia itu adalah pemimpin. Kalau sudah bisa menjadi
pemimpin bagi diri sendiri, maka dia akan bisa jadi pemimpin bagi orang lain. .
Manusia yang berjiwa pemimpin, akan dapat mengelola diri, kelompok
dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang
relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam
mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Begitu juga
dengan kewibawaan yang mampu menggerakkan orang lain baik secara
perseorangan maupun kelompok di dalam suatu organisasi sehingga
menimbulkan kemauan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Kepemimpinan kepala madrasah sangat penting dalam mengarahkan
madrasah. Sebagai pemimpin, Program akan menjadi panduan warga madrasah
dalam menggerakkan roda madrasah. Penyusunan program madrasah dilakukan
awal tahun. Diperlukan pelibatan semua warga madrasah agar tumbuh rasa
memiliki dan tanggung jawab untuk mewujudkannya.
Pelibatan semua pihak membutuhkan jiwa Kepemimpinan dari kepala
madrasah. Kepemimpinan yang dapat menggerakkan guru dan tenaga
kependidikan terlibat dalam menyusun program dan mengembangkan
madrasah.Kepala Madrasah dituntut mampu menggerakkan sumber daya yang
dimiliki untuk memberikan pelayanan pendidikan terbaik. Tentunya diawali
dengan penyusunan program yang akan menjadi acuan semua warga madrasah.
5

B. Tujuan Penyusunan Makalah


Dalam penulisan makalah sederhana ini, penulis dapat memahami, diantaranya
1. Kepmimpinan pembelajaran
2. Identitifikasi Masalah Supervisi
3. Identifikasi Masalah kewirausahaan
4. Identifikasi Masalah Pembelajaran
5. Analisis kebutuhan pengembangan keprofesian
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Pembelajaran
1. Pengertian kepemimpinan
Kepala madrasah merupakan salah satu pelaksana kepemimpinan.
Pembelajaran. Kepemimpinan pembelajaran adalah tindakan yang dilakukan
Kepala madrasah dengan maksud mengembangkan lingkungan kerja yang
produktif dan memuaskan bagi guru, serta pada akhirya mampu menciptakan
kondisi belajar siswa meningkat (Eggen & Kauchak 2004)
Kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) adalah
tindakan yang dilakukan dengan maksud mengembangkan lingkungan kerja
yang produktif dan memuaskan bagi guru, serta mengembangkan kondisi
dan hasil belajar yang diinginkan siswa (Greenfield, 1987; Gorton and
Schneider, 1990).
Kedua definisi di atas ini memiliki cakupan yang sangat luas, namun
secara implisit mengandung maksud bahwa fokus kepemimpinan
pembelajaran adalah pada perbaikan dan pengembangan pembelajaran yagn
produktif dan memuaskan bagi guru serta mampu memuaskan untuk
menciptkan hasil belajar

Kepemimpinan pembelajaran sangat penting untuk diterapkan


di madrasah karena mampu: (1) meningkatkan prestasi belajar siswa
secara signifikan; (2) mendorong dan mengarahkan warga madrasah
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa; (3)  memfokuskan
kegiatan-kegiatan warga madrasah untuk menuju pencapaian visi,
misi, dan tujuan madrasah; dan (4) membangun komunitas belajar
warga dan bahkan mampu menjadikan madrasahnya sebagai madrasah
belajar (learning school).
Madrasah belajar memiliki perilaku-perilaku sebagai berikut:
memberdayakan warga madrasah seoptimal mungkin; memfasilitasi
warga madrasah untuk belajar terus dan berulang-ulang; mendorong
kemandirian setiap warga madrasahnya; memberi kewenangan dan
tanggungjawab kepada warga madrasahnya; mendorong warga
madrasah untuk akuntabel terhadap proses dan hasil
7

kerjanya; mendorong teamwork yang (kompak, cerdas, dinamis,


harmonis, dan lincah/cepat tanggap terhadap pelanggan utama yaitu
siswa); mengajak warga madrasah untuk menjadikan madrasah
berfokus pada layanan siswa; mengajak warga madrasah untuk siap
dan akrab menghadapi perubahan, mengajak warga madrasah untuk
berpikir sistem; mengajak warga madrasah untuk komitmen terhadap
keunggulan mutu, dan mengajak warga madrasah untuk melakukan
perbaikan secara terus-menerus.
.
B. Identitifikasi Masalah Supervisi
1. Permasalahan Supervisi Pendidikan yang pertama sebaran Supervisor
(Pengawas) tidak merata.
Pengawas madrasah merupakan orang-orang “super”,
jumlahnya sangat terbatas. Olehnya itu, pada beberapa daerah
Pengawas Madrasah memiliki jangkauan kerja yang sangat luas. Pada
satu kabupaten, hanya terdapat satu pengawas madrasah untuk mata
pelajaran tertentu. Proporsi kerja yang besar, dapat menjadi
permasalahan dalam tugas supervisi.

2. Kompleksitas Tugas Manajerial Seorang Kepala Madrasah


Tugas Kepala Madrasah salah satunya adalah, tugas supervisi
pada Guru. Tugas ini dapat melekat pada seorang kepala madrasah.
Namun, kompleksitas tugas manajerial kepala madrasah dapat
mengakibatkan tugas supervisinya tidak maksimal, seperti dalam
supervisi pada pembelajaran yang di laksanakan guru-gurunya.

3. Budaya Mutu belum Terwujud


Terciptanya budaya mutu pada setiap lembaga pendidikan
merupakan dambaan setiap insan pendidikan. Sebagai contoh,
misalnya guru yang akan di supervisi masih menganggap bahwa
educational supervision semata-mata hanyalah kegiatan untuk
mencari-cari kesalahan. Meskipun pelaksanaan educational
8

supervision di lakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada


guru yang akan mendapat supervisi, masih saja para guru yang akan di
supervisi belum mempersiapkan diri secara maksimal. Sehingga hal ini
juga merupakan salah satu permasalahan dalam pelaksanaan
educational supervision.

4. Permasalahan Supervisi (Subjektifitas Supervisor masih dirasakan)


Unsur subjektifitas dari supervisor sulit untuk di hilangkan.
Maksudnya adalah ada kesan bahwa bentuk supervisi yang di lakukan
dapat di pengaruhi oleh Guru yang di supervisi, misalnya akan ada
perlakuan yang berbeda kepada guru-guru yang di anggap telah senior.
5. Lamanya Masa Kepemimpinan Kepala Madrasah
Sudah menjadi rahasia umum sekarang ini bahwa Jabatan
Kepala Madrasah dapat di pengaruhi iklim politik di wilayah tersebut.
Lamanya jabatan kepala madrasah di suatu madrasah membuat kondisi
madarasah sangat berpengaruh. Hal ini tentu berdampak terhadap
lingkungan madrasah termasuk pelaksanaan educational supervision
pendidikan, khususnya pada keberlanjutan kegiatan atau
rekomendasi/perbaikan.
6. Sarana dan Prasarana terbatas dan belum merata
Setiap proses belajar mengajar yang berhubungan dengan
masalah sarana dan prasarana, seorang guru pasti merasakan ketidak
nyamanan dalam menyampaikan materi pelajaran. Olehnya itu, maka
sarana dan prasarana yang minim dapat menggangu persiapan guru
dalam melaksanakan pembelajaran dan saran-saran dari supervisor.
7. Permasalahan Supervisi Pendidikan yang terkhir adalah Rencana
Tindak Lanjut (RTL) belum Optimal
Masalah pokok pendidikan di Indonesia yang lain adalah
konsistensi pada hal yang baik. Bisa saja guru yang di supervisi sudah
melakukan perbaikan berdasarkan saran supervisor, namun hal itu bisa
9

saja hanya terjadi pada saat supervisi. Setelah supervisi selesai, guru
dapat saja tetap berada dalam ‘zona nyaman’ lagi.
C. Identifikasi Masalah kewirausahaan
Era globalisasi yang kian menantang, banyaknya pengangguran,
kemiskinan, besarnya jumlah penduduk Indonesia yang tak diiringi kualitas
sumber daya manusia, dan persaingan tenaga kerja dan ekonomi dari
internasional, membuat sektor pendidikan harus berperan aktif dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan-
tantangan tersebut. Menyiapkan generasi yang berjiwa tangguh, terampil dan
kompeten. Generasi yang tak hanya mencari dan menunggu pekerjaan
namun dapat menciptakan lapangan kerja. Pendidikan yang bisa dilakukan
untuk hal tersebut salah satunya adalah pendidikan yang berorientasi pada
jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship. Pendidikan kewirausahaan ini
haruslah ditanamkan sejak dini untuk melatih mereka. Salah satunya
pendidikan kewirusahaan dari tingkat madrasah ibtidaiyah hingga Aliyah.

Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri, dan watak


seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke
dalam dunia nyata secara kreatif dan dengan penuh keberanian untuk
menghadapi resiko sehingga dapat menciptakan sesuatu yang baru yang
dapat memberi kontribusi bagi individu maupun masyarakat. Para wirausaha
atau interpreneur dalam mengembangkan ide dan menjalankan usaha
diharapkan memiliki jiwa dan  intrepreneur yang baik agar dapat mengelola
usaha secara profesional. Ada beberapa ciri yang harus dimiliki oleh seorang
wirausaha yaitu percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani
mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi pada masa
depan. Adapun sikap yang harus dimiliki seorang wirausaha dalam
kehidupan seharu-hari yaitu disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif, inovatif,
mandiri, dan realistis.

Untuk menanamkan jiwa kewirausahaan di atas pada siswa di


madrasah maka kita perlu tahu karakteristik anak usia pendidikan madrasah
Tsanawiyah. agar kita dapat menyesuaikan kegiatan-kegiatan apa saja yang
cocok untuk anak usia di madrasah tsanawiyah ini. Adapun karakteristik
10

anak usia madrasah tsanawiyah secara umum adalah anak yang sedang
berada pada usia pancaroba, masih senang bekerja dalam kelompok
seusianya, senang bergerak dan senang melakukan sesuatu secara langsung.
Dengan karakteristik yang demikian maka ketika di lingkungan madrasah ,
seorang pendidik atau guru MTsN 2 Pasaman harus memperhatikan
kegiatan-kegiatan apa saja yang cocok untuk menanamkan jiwa
kewirausahaan untuk anak didik tersebut. Madrasah sebagai lembaga formal
wajib membimbing, mengarahkan dan menanamkan pada siswa karakter-
karakter kewirausahaan yang baik seperti kreatif, mandiri, kepemimpinan,
mampu memecahkan masalah, tidak mudah putus asa, mampu mengelola
uang dan dapat berinteraksi dengan orang lain.

Mempertimbangkan karakteristik di atas, untuk melatih jiwa


kewirausahaan di pendidikan tingkat Madrasah Tsanawiyah, dalam
pembelajaran sehari-hari guru dapat melakukan inovasi-inovasi dalam
pembelajaran yang dapat mengarahkan anak pada karakteristik
kewirausahaan itu sendiri. misalnya guru dapat mengembangkan jiwa kreatif
anak dengan mengembangkan potensi alam yang ada. Mengajari anak untuk
merhemat dan menabung untuk melatih pengelolaan uang. Guru juga bisa
melatih siswa dalam memecahkan masalah melalui pembelajaran. Guru
dapat menyuruh anak untuk mengeksplorasi sebuah masalah dan menyuruh
anak mencari solusi dari masalah tersebut.

Selain dari pembelajaran sehari-hari, di MTsN 2 Pasaman juga bisa


dilakukan beberapa kegiatan yang dapat mendukung untuk menanamkan
jiwa kewirausahaan pada anak. Diantaranya yaitu:

1. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Dalam kegiatan pramuka banyak


kegiatan-kegiatan yang dapat melatih anak memiliki jiwa
kewirausahaan yaitu mandiri, memiliki rasa percaya diri,
kepemimpinan, kreatif, bekerja keras dll.
2. Modelling yaitu menceritakan kisah-kisah tentang para usahawan yang
sukses, yang berhasil menjalankan usahanya, yang dimulai dari nol
hingga mendapatkan kesuksesan. Dari kisah-kisah itu anak bisa
mendapat inspirasi dan termotivasi.
11

3. Observasi yaitu kegiatan lapangan yang dilakukan dengan cara


mengumpulkan data berdasarkan pengamatan secara langsung.  Guru
dapat memberi tugas pada siswa untuk mengamati langsung tempat-
tempat usaha di sekitar madrasah. Dengan demikian anak bisa
mendapatkan pengalaman kewirausahaan secara langsung melalui
pengamatannya. 
4. Kegiatan karya wisata bisa dengan mengajak anak-anak mengunjungi
tempat-tempat produksi barang atau jasa. Misalnya anak diajak
berkunjung ke pabrik pembuatan kue, pembuatan kerupuk sanjai,
pembuatan kerajinan tangan dll yang sudah go internasional. Sehingga
dpat memunculkan  rasa tetarik dan terkesan sehingga memotivasi anak
untuk nantinya bisa membuka suatu lapangan pekerjaan.
5. Market Day adalah kegiatan seperti pameran atau bazar yang
diselenggarakan oleh madrasah dimana siswa dapat membuat dan
menjual hasil karya mereka di market day ini. Sebelumnya, guru
membimbing anak membuat kelompok untuk menciptakan ide
memproduksi suatu barang. Gantungan kunci dari barang bekas
misalnya, atau membuat makanan sederhana misalnya pisang goreng
dll. Kemudian anak menjual hasil produksinya itu di market day.
Kegiatan ini bisa dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebijakan
madrasah. dalam kegiatan ini siswa dapat berperan lansung sebagai
wirausahawan sekaligus mempraktekkan kegiatan ekonomi.
6. Budidaya tanaman sayuran di madrasah. Kegiatan ini dilakukan di
kebun madrasah atau jika tak ada lahan bisa ditanam di polibag-polibag.
Dengan bimbingan guru anak diajari menanam tanaman sayuran yang
mudah ditanam dan tidak memerlukan perawatan yang sulit seperti
tomat, terung, cabai,  bayam, sawi, daun bawang, ketela dll. Dan jika
sudah layak panen anak bisa menjual hasil panen mereka sehingga
menjadikan peluang bisnis bagi siswa sekaligus bagi madrasah.
Budidaya tanaman sayuran dimadrasah ini juga bisa menjadi program
reboisasi atau penghijauan di madrasah. Selain itu, tanaman sayuran ini
juga nantinya bisa digunakan sebagai media pembelajaran ketika materi
berkaitan dengan tanaman itu sendiri.
12

7. Membudayakan pengolahan ikan menjadi kripik ikan. Untuk


mewujudkan produk ini diusahakan untuk mengadakan bimbingan dan
pelatihan kepada guru pembimbing, sehingga punya kemampuan untuk
memproduksi kripik ikan.
D. Identifikasi Masalah Pembelajaran
Belajar adalah sebagai proses mencari ilmu pengetahuan, atau yang biasa
di jumpai pada proses pembelajaran dilingkungan sekolah. Sedangkan masalah
belajar didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa
sehingga dapat menghambat kelancaran proses untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat membawa informasi
dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan
peserta didik.

Berikut merupakan jenis-jenis masalah dalam Pembelajaran :

1) Sikap terhadap belajar


2) Motivasi belajar
3) Konsentrasi belajar
4) Mengolah bahan belajar
5) Menggali hasil belajar yang tersimpan
6) Rasa percaya diri siswa
7) kebiasaan belajar
8) Learning disorder atau kekacauan belajar
9) Learning difunction
10) Slow learner atau lambat belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah dalam pembelajaran:


1) Faktor Internal : faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang
mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi kecerdasan,
minat dan perhatian, motivasi belajar, dan ketekunan.
2) Faktor ekaternal : faktor yang berasal dari peserta didik yang mempengaruhi
belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat, keluarga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit, keluarga yang
13

broken home sehingga kurang mendapat perhatian berpengaruh dalam hasil


belajar peserta didik.
Adapun solusi dan langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajran:
1) pengajaran perbaikan
2) progam pengayaan
3) peningkatan motivasi belajar
4) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
5) layanan konseling individual
E. Analisis kebutuhan pengembangan keprofesian
Pengertian Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) -
AKPK adalah instrumen berbentuk angket yang digunakan untuk memetakan
keprofesian calon kepala madrasah. AKPK bersifat individual dan merupakan
alat refleksi bagi calon kepala madrasah untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimilikinya berkenaan dengan kompetensi calon
kepala madrasah.
Dijelaskan bahwa seorang guru yang telah dinyatakan lulus seleksi calon
kepala madrasah diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai
kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang
bertujuan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial.
Kenyataan di lapangan masih terdapat banyak kelemahan yang dialami
penulis berkenaan dengan tugas dan fungsi kepala madrasah, karena
pengalaman sebagai guru ternyata jauh berbeda ketika harus menghadapi tugas
sebagai seorang kepala madrasah. Terdapat kompetensi tambahan yang harus
dimiliki oleh kepala madrasah yaitu kompetensi manajerial, kompetensi supervise
dan kompetensi kewirausahaan.
Kemampuan kepala madrasah dalam mengarahkan, memberdayakan,
menggerakkan, dan mengembangkan sumber daya madrasah dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan di madrasah sangat bergantung kepada
kompetensi manajerial seorang kepala madrasah.
14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

· Seorang pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan


untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan
dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan.

· Kepemimpinan pembelajaran sangat penting untuk diterapkan di madrasah karena


mampu: (1) meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan; (2) mendorong dan
mengarahkan warga madrasah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa; (3)
memfokuskan kegiatan-kegiatan warga madrasah untuk menuju pencapaian visi, misi,
dan tujuan madrasah; dan (4) membangun komunitas belajar warga dan bahkan mampu
menjadikan madrasahnya sebagai madrasah belajar (learning school).

Supervisi guru merupakan serangkaian kegiatan membantu mengembangkan


kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kompetensi paedagogik professional yang muaranya kepada peningkatan mutu lulusan
peserta didik.

B. Saran

Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan


saran-saran sebagai berikut :

1. Hendaknya para pemimpin, khususnya kepala madrasah dalam melaksanakan


aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya
berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para
pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para
bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
3. Kepala madrasah disaat melakukan supervisi kepada guru dapat
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di madrasah baik dari guru, siswa
15

maupun sarana pra sarana yang ada demi mewujudkan kelulusan siswa yang
mencapai 100 %

Anda mungkin juga menyukai