Anda di halaman 1dari 23

KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS

SEKOLAH (MBS) DI SD INPRES 3/77 PANYULA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah

Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah, Fakultas Tarbiyah,

Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI),

Kelompok 2, Semester IV

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

YUNITA JUNIARTI
862312021022

NUR IKSAN
862312021025

NURAINI USMAN
862312021040

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BONE

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penyusun haturkan kehadirat Allah Swt., yang telah

memberikan izin dan kekuatan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan laporan ini dengan judul “Kepemimpinan Dalam

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SD Inpres 3/77 Panyula”.

Meskipun banyak hambatan yang penyusun alami dalam proses

pengerjaannya, tapi Alhamdulillah penyusun berhasil menyelesaikan

laporan ini tepat pada waktunya.

Tentunya ada hal-hal yang ingin penyusun berikan kepada

masyarakat terutama para mahasiswa dari hasil laporan ini. Karena itu

penyusun berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang

berguna bagi kita bersama. Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun

karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

sempurnanya laporan ini. Penyusun berharap semoga karya tulis ini bisa

bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Bone, 10 Mei 2023

Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Konteks Penelitian 1
B. Fokus Penelitian 2
C. Tujuan Penelitian 2

BAB II PRMBAHASAN 3

A. Pengertian Kepemimpinan Dalam MBS 3


B. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah 4
C. Gaya Kepemimpinan 6
D. Keterkaitan Kepemimpinan kepala Sekolah dalam MBS 9

BAB III HASIL PENELITIAN 11

A. Paparan Data 11
B. Analisis Data 13
1. Strengths (Kekuatan) 13
2. Weaknesses (Kelemehan) 13
3. Opportunities (Peluang) 13
4. Threats (Hambatan) 14

BAB IV PENUTUP 15

A. Simpulan 15
B. Saran 16

DAFTAR RUJUKAN 17

LAMPIRAN 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian
Kementrian Pendidikan Nasional dalam era globalisasi seperti saat

ini dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam penyelenggaraan

system pendidikan di tengah arus reformasi dan pelaksanaan otonomi

daerah. Hal ini mengingat bahwa betapa rendahnya mutu pendidikan

Nasional baik akademik maupun non akademik, khususnya pendidikan

dasar dan menengah.

Masyarakat pada dasarnya telah menyadari bahwa sekarang ini

mutu pendidikan sudah menjadi prioritas untuk dapat diwujudkan oleh

pemerintah pusat dan daerah. Kepemimpinan dalam melaksanakan MBS

adalah salah satu bentuk alternative sebagai kebijakan disentralisasi

pendidikan. kepemimpinan kepala sekolah berpotensi untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat, efisiensi serta melahirkan manajemn yang

bertumpu di tingkat sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

otonomi sekolah, dalam mengelola sekolah dan menciptakan kepala

sekolah, guru dan administrator profesional. Kesuksesan untuk

memperoleh mutu pendidikan yang baik tergantung kepada kepemimpinan

yang kuat dari masing-masing kepala sekolah.

Oleh karena itu kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang

dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

bertahap.

1
2

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti akan

memfokuskan pada “Kepemimpinan dalam MBS” yang mana sub

masalahnya sebagai berikut:

1. Apa pengertian kepemimpinan dalam MBS?

2. Apa saja Peran dan fungsi kepala sekolah?

3. Apa saja gaya kepemimpinan?

4. Bagaimana keterkaitan kepemimpinan kepala sekolah dengan MBS?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka tujuan penelitiannya

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan dalam MBS

2. Untuk mengetahui peran dan fungsi kepala sekolah

3. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan

4. Untuk mengetahui keterkaitan kepala sekolah dengan MBS


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinana dalam MBS


1
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

MBS/MBM. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah

dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara

efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala

sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan

rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik

sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Kepemimpinan berasal dari akar kata "pemimpin" yakni orang yang

dikenal oleh dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk

merealisir visinya. Adapun secara terminologis, para pakar memberikan

beberapa rumusan. George R. Terry merumuskan kepemimpinan sebagai

kegiatan untuk mempengaruhi orang untuk bekerja secara sukarela untuk

mencapai tujuan bersama.

Kepemimpinan menurut Surat Edaran Kepala Badan Administrasi

Kepegawaian Negara No. 02/SE/1980 ialah kemampuan seorang pegawai

negeri sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara

optimal. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan adalah usaha untuk menggerakkan orang lain atau yang

dipimpin agar dapat bekerja bersama-sama menuju suatu tujuan yang

diinginkan bersama dan dianggap penting. Tiga point penting yang

1
Lailatu Rohmah, „Kepemimpinan Pendidikan Dalam Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah‟,
Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 6.1 (2014).

3
4

menjadi ciri adanya kepemimpinan adalah pemimpin, pengikut dan

konteks atau situasi menuju tercapainya tujuan.

Manajemen berbais sekolah/ madrasah merupakan paradigma baru

dalam manajemen pendidikan yang memberikan otonomi luas pada

sekolah/madrasah, dan pelibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan

pendidikan nasional. Manajemen berbasis sekolah/madrasah merupakan

sebuah strategi untuk mewujudkan sekolah/madrasah yang efektif, efisien,

dan produktif.

B. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah


2
Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, yang

meliputi perannnya sebagai edukator, administrator, supervisor, leader,

dan motivator.

1. Kepala Sekolah sebagai Edukator

Kepala sekolah bertugas untuk membimbing guru, tenaga

kependidikan, siswa, mengikuti perkembangan iptek, dan memberi

teladan yang baik. Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam

peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta

didik adalah mengikutsertakan guru-guru dalam pendidikan lanjutan

dengan cara mendorong para guru untuk mulai kreatif dan berprestasi.

2. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Sebagai seorang administrator, kepala sekolah harus memiliki

kemampuan untuk memperbaiki dan mengembangkan semua fasilitas

sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah juga dituntut untuk mengelola

2
Muh Fitrah, „Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan‟, Jurnal Penjaminan
Mutu, 3.1 (2017), 31–42.
5

kurikulum, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola

administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.

3. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-

hal yang sudah benar, mana yang belum benar dan mana pula yang

tidak benar, dengan maksud agar tepat dengan tujuan memberikan

pembinaan.

4. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar

mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk

kepentingan tersebut, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi dan

menggerakkan sumber daya sekolah.

5. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam

melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Karena kepala sekolah

meyakini dengan kemampuan membangun motivasi yang baik akan

membangun dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja sehingga

bawahannya mampu berkreasi demi mewujudkan mutu pendidikan


yang baik pula.
3
Menurut (Prasetyo, 2014:2-3) fungsi kepemimpinan pendidikan

berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Memikir, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta

menjelaskan supaya anggota-anggota selalu dapat menyadari dalam

bekerja sama mencapai tujuan itu.

3
Sukarman Purba and others, Kepemimpinan Pendidikan (Yayasan Kita Menulis, 2021).
6

2. Memberi dorongan kepada para anggota kelompok serta menjelaskan

situasi dengan maksud untuk dapat ditemukan rencana-rencana

kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.

3. Membantu para anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan-

keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan-

pertimbangan yang sehat,

4. Menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan minat khusus dari

anggota kelompok,

5. Memberi dorongan kepada setiap anggota untuk melahirkan peranan,

pikiran, dan memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam

pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok,

6. Memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada

anggota dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan

masing-masing demi kepentingan bersama.

C. Gaya Kepemimpinan
4
Gaya kepemimpinan atau style of leadership merupakan cara seorang

pemimpin melaksanakan fungsi kepemimpinannya atau menjalankan

fungsi managemennya dalam memimpin bawahanannya. Adapun gaya-

gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut :


1. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam

mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk bekerja sama

dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara

atau kegiatan yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara

bawahan dan pimpinan. Pimpinan bersedia dalam melimpahkan

4
Besse Mattayang, „Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis‟, JEMMA (Journal of
Economic, Management and Accounting), 2.2 (2019), 45–52.
7

sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu

dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat

berlangsung dua arah dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun

sebaliknya. Bawahan memiliki banyak kesempatan dalam

menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas yang diberikan

kepada bawahan bersifat permintaan dengan mengenyampingkan sifat

instruksi, dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan

bersikap untuk memunculkan saling percaya dan saling menghormati.

2. Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin

akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat keputusan diserahkan

kepada bawahan, dan anggota organisasi tersebut diharapkan bisa

menyelesaikan segala permasalahannya sendiri. Kepemimpinan

delegatif merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh

pimpinan untuk bawahannya yang mempunyai kemampuan, agar bisa

menjalankan aktivitasnnya yang untuk sementara waktu tak bisa

dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam sebab. Gaya

kepemimpinan delegatif ini sangat cocok dilakukan kalau staff yang

dimiliki ternyata mempunyai motivasi dan kemampuan yang tinggi.


Dengan demikian pimpinan tak terlalu banyak dalam memberikan

perintah kepada bawahannya, bahkan pemimpin akan lebih banyak

dalam memberikan dukungan untuk bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire


5
Laissez faire (kendali bebas) ini memberi kekuasaan

sepenuhnya kepada anggota atau bawahan. Bawahan dapat

5
Leny Marlina, „Tipe-Tipe Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan‟, Ta’dib: Jurnal
Pendidikan Islam, 18.02 (2013), 215–27.
8

mengembangkan sarannya sendiri, memecahkan masalahnya

sendiri dan pengarahan tidak ada atau hanya sedikit.

Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak

tampak, sebab pada gaya ini seorang pemimpin memberikan

kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan

tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa

dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap

bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil. Tingkat

keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya

laissez faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan

dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh

dari pemimpinnya.

4. Gaya kepemimpinan kharismatik

Tipe kepemimpinan yang kharismatik ini pada dasarnya

merupakan tipe kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma

seseorang. Biasanya kharisma seseorang itu dapat mempengaruhi

orang lain. Dengan kharisma yang dimiliki seseorang, orang

tersebut akan mampu mengarahkan bawahannya. Seorang

pemimpin yang karismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya


tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh

pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya.

5. Gaya kepemimpinan otoriter


6
gaya kepemimpinan otoriter merupakan gaya pemimpin yang

memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya

sendiri secara penuh tanpa meminta bantuan dan pendapat dari orang

6
Nisfu Kurniyatillah and others, ‘Kepemimpinan Otoriter Dalam Manajemen Pendidikan Islam’,
Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 5.1 (2020), 160–74.
9

lain. Semua tanggung jawab dan pembagian tugas dipegang oleh

pemimpin tersebut, sedangkan bawahannya hanya menjalankan dan

melaksanakan tugas dari pemimpin. Dalam gaya kepemimpinan ini,

pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin yang

memiliki gaya kepemimpinan otoriter berperan sebagai pengawas

terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemimpin juga sebagai

pemberi jalan keluar bila anggota atau bawahannya mengalami

masalah atau kendala.

D. Keterkaitan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan MBS


7
Penerapan manajemen berbasis sekolah adalah untuk

meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Peningkatan

efisiensi diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya yang ada,

partisipasi masyarakat, dan penyederhanaan birokrasi serta tidak ada unsur

penekanan dari pemerintah. Peningkatan mutu dapat ditempuh melalui

peran serta orang tua, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan

profesionalitas guru, adanya hadiah dan hukuman sebagai kontrol, serta

hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana yang kondusif.

Kepala sekolah memiliki peran yang sangat strategis dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber


daya pendidikan yang tersedia pada sekolah yang menerapkan MBS.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan

sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara

terencana dan bertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki

7
Heryon Bernard Mbuik, „Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah Di SD‟, Indonesian Journal of Primary Education, 3.2 (2019), 28–
37.
10

kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu

mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu

sekolah. Secara umum, kepala sekolah tangguh memiliki kemampuan

memobilisasi sumber daya sekolah, terutama sumber daya manusia, untuk

mencapai tujuan sekolah.

Kaitan antara kepemimpinan kepala sekolah dan penerapan MBS

memiliki keterkaitan yang sangat erat, artinya bahwa penerapan MBS

dapat dipengaruhi langsung oleh kepemimpinan kepala sekolah, karena

dengan dominasi kekuasaanya tersebut pimpinan dapat mengarahkan dan

mempengaruhi bawahannya. Dengan kata lain penerapan MBS baik atau

tidak bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah.


BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data

SD Inpres 3/77 Panyula merupakan salah satu sekolah dasar yang

berlokasi di Jalan Sungai Musi, Kelurahan Panyula, Kacamatan Tanete

Riattang Timur, Kabupaten Bone. SD Inpres 3/77 Panyula merupakan

salah satu sekolah dasar yang memiliki akreditasi A, sehingga menjadi

salah satu Sekolah yang banyak di minati para peserta didik. Sekolah ini

termasuk sekolah yang banyak diminati siswa/i karena ekstrakurikulernya

yang menarik perhatian para siswa/siswi untuk masuk ke sekolah ini.

Selain menuntut ilmu pembelajaran, siswa/i juga mampu

mengembangkan minat dan bakat mereka dengan adanya ekstrakurikuler,

dan telah terbukti pencapaian-pencapaian yang telah dicapai hasil dari

pengembangan ekstrakurikuler itu, dan dapat bersaing dengan sekolah-

sekolah lain, yang bisa dilihat dari beberapa penghargaan. Sekolah ini

terbilang memiliki siswa/i yang sangat banyak dengan keterbatasan

ruangan sehingga kepala sekolah memutuskan untuk menerapkan sekolah

pagi dan siang agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan

efisien.

Hasil wawancara penelitian dengan Penanggung jawab SD Inpres

3/77 Panyula, mengenai Kepemimpinan dalam MBS memberi jawaban

sebagai berikut:
8
Dalam konteks MBS, kepala sekolah bukan hanya sebagai
pemimpin, tetapi juga sebagai fasilitator dan penggerak yang
memotivasi stakeholder untuk berpartisipasi dalam mengambil
8
Penanggung jawab SD Inpres 3/77 Panyula, wawancara oleh penyusun di sekolah, tanggal 8 Mei
2023, di ruang Kepala Sekolah.

11
12

keputusan dan pengembangan program pembelajaran. Kepala


sekolah yang efektif dalam MBS mampu membangun tim yang
solid, sehingga menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
produktif di sekolah.

Peneliti setuju dengan pendapat tersebut. karena pemipin harus

mengambil keputusan yang tepat dan dapat memotivasi seluruh

stakeholdernya sehingga mampu menciptakan lingkungan kerja yang

kondusif.
9
Penerapan gaya kepemimpinan di sekolah ini menggunakan gaya
otoriter yang dimana kepala sekolah memberi perintah dan
pengaruh kepada stakeholdernya. Dengan melakukan evaluasi
sesuai dengan kemampuan guru, dengan evaluasi tersebut kita
dapat mengetahui apakah guru tersebut sudah tepat dalam tugas
yang diberikan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Peneliti setuju dengan pendapat tersebut. Karena dengan

melakukan evaluasi guru akan mengetahui kemampuan yang dimiliki

bukan hanya sekedar menempatkan guru pada posisi yang di inginkan.


10
Sebelum melaksanakan pembelajaranan, diadakan rapat terlebih
dahulu dengan stakeholder yang termasuk guru serta komite
sekolah, membahas apa- apa yang harus di lakukan kedepannya
dengan menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek
sampai membahas ke anggaran yang akan di gunakan, dengan
berlandaskan pada visi, misi, tujuan dan sasaran yang akan di
capai.

Peneliti setuju dengan pendapat tersebut karena sebelum

melaksanakan pembelajaran seluruh perangkat ajar yang digunakan harus

dipersiapkan sebaik mungkin.


11
Mengenai manjemn berbais sekolah, Alhamdulillah Manajemen
yang dilaksanakan di sekolah ini sudah baik, karena setiap dua kali
sebulan diadakan evaluasi monitor supervise, tentang supervise
akademik dan manajerial, apakah semua baik atau masih perlu

9
Penanggung jawab SD Inpres 3/77 Panyula, wawancara oleh penyusun di sekolah, tanggal 8 Mei
2023, di ruang Kepala Sekolah.
10
Penanggung jawab SD Inpres 3/77 Panyula, wawancara oleh penyusun di sekolah, tanggal 8
Mei 2023, di ruang Kepala Sekolah.
11
Penanggung jawab SD Inpres 3/77 Panyula, wawancara oleh penyusun di sekolah, tanggal 8
Mei 2023, di ruang Kepala Sekolah.
13

untuk ditingkatkan. Kepala sekolah berperan dalam memanage dan


memberikan pengarahan kepada guru- guru.

Peneliti setuju dengan pendapat tersebut. karena pemeriksaan harus

dilakukan secara berkala untuk mengetahui apa saja yang menjadi

penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran.

B. Analisis Data
1. Strenghts (Kekuatan)

Kekuatan dalam hal profesionalisme kerjanya, beliau belajar dari

pengalaman sebelumnya mengenai pengembangan minat dan bakat

yang dimiliki siswa, yang harus dikembangkan dengan mengikut

sertakan dalam berbagai acara dengan melakukan persiapan yang

matang. Kepala sekolah mampu mengembangkan dan meningkatkan

ekstrakurikuler yang ada di sekolahnya agar siswa mampu

mengembangkan minat dan bakatnya masing masing sehingga tidak

tertinggal perkembangan pendidikan, karena sekolah ini tidak hanya

berfokus pada pembelajaran saja melainkan memperhatikan juga

kebutuhan siswanya agar dapat bersaing.

2. Weaknesses (Kelemahan)

Kelemahan dari sekolah ini kurangnya sarana dan prasarana untuk

menunjang proses pembelajaran seperti tidak tersedianya perpustakaan

untuk siswa belajar dikarenakan lokasi sekolah kurang memadai untuk

melakukan pengembangan sarana dan prasarana.

3. Opportunities (Peluang)

Dengan kemampuan serta kepribadian yang baik dalam

kepemimpinannya, beliau di percaya diberikan dana bantuan dari

pemerintah dan donatur. Sekolah dapat memanfaatkan bantuan BOS

(Bantuan Opersional Sekolah) yang di peroleh dari pemrintah atau dari


14

donatur guna memperbaiki system manajemen dan sarana dan

prasarana yang ada, dan masyarakat sudah percaya untuk

menyekolahkan atau menyarankan agar saudara/saudarinya dapat

bersekolah di tempat yang sama dengan anaknya.

4. Threats (Ancaman)

Sebagai seseorang yang bertanggung jawab penuh atas sekolah

yang dipimpin, memiliki tantangan tersendiri dalam menjalankan

tugasnya. Beliau harus memikirkan kedepan untuk lebih meningkatkan

kualitas sekolah agar bisa tetap menjadi sekolah yang terbaik di

wilayahnya, dengan adanya persaingan dengan lembaga pendidikan

yang lain dan perubahan kurikulum secara trus menerus dapat

menyebabkan kesulitan dalam menyusun rencana pembelajaran.


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan fokus penelitian dan paparan data, kami dapat

menyimpulkan bahwa:

1. Kepemimpinan adalah usaha untuk menggerakkan orang lain atau

yang dipimpin agar dapat bekerja sama menuju suatu tujuan yang

diinginkan bersama dan dianggap penting.

2. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, yang

meliputi perannnya sebagai edukator, manajer, administrator,

superviso, leader, innovator dan motivator. Adapun fungsi

kepemimpinan pendidikan yaitu memikir, memberi dorongan,

membantu anggota kelompok mengumpulkan keterangan,

kesanggupan dan minat khusus dari anggota kelompok, dorongan

untuk melahirkan fikiran, dan memberi kepercayaan.

3. Adapun gaya kepemimpinan yaitu sebagia berikut, (a) gaya


kepemimpinan demokratis, (b) gaya kepemimpinan delegatif, (c) gaya

kepemimpinan laissez fire, (d) gaya kepemimpinan kharismatik, (e)

gaya kepemimpinan otoriter.

4. Kaitan antara kepemimpinan kepala sekolah dan penerpan MBS

memiliki keterkaitan yang sangat erat, artinya bahwa penerpan MBS

dapat dipengaruhi langsung oleh kepemimpinan kepala sekolah, karena

dengan dominasi kekuasaanya tersebut pimpinan dapat mengarahkan

dan mempengaruhi bawahannya. Dengan kata lain penerapan MBS

baik atau tidak bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah.

15
16

B. Saran

Setelah terselesainya tugas ini, peneliti mencoba memberika saran

terhadap SD Inpres 3/77 Panyula terkait kepemimpinan dalam MBS yaitu

Agar lebih optimal lagi dalam menjalankan tugas sebagai penanggung

jawab di sekolah demi kelancaran dan kenyaman di lingkungan kerja

sekolah.
DAFTAR RUJUKAN

Fitrah, Muh, „Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan‟,


Jurnal Penjaminan Mutu, 3.1 (2017), 31–42
Kurniyatillah, Nisfu, Shafa Editya Rachmawati, Amirah Amirah, and Nondini
Saputri Sulaiman, „Kepemimpinan Otoriter Dalam Manajemen Pendidikan
Islam‟, Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 5.1 (2020),
160–74
Marlina, Leny, „Tipe-Tipe Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan‟,
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 18.02 (2013), 215–27
Mattayang, Besse, „Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis‟,
JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 2.2 (2019),
45–52
Mbuik, Heryon Bernard, „Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Di SD‟, Indonesian Journal of
Primary Education, 3.2 (2019), 28–37
Purba, Sukarman, Wiputra Cendana, Darmawati Darmawati, Salamun Salamun,
Iskandar Kato, Jossapat Hendra Prijanto, and others, Kepemimpinan
Pendidikan (Yayasan Kita Menulis, 2021)
Rohmah, Lailatu, „Kepemimpinan Pendidikan Dalam Manajemen Berbasis
Sekolah/Madrasah‟, Al-Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 6.1 (2014)

17
LAMPIRAN

1. Foto profil sekolah

2. Foto visi, misi dan tujuan

18
19

3. Foto keadaan guru dan siswa

4. Foto sarana & prasarana


20

5. Foto saat melakukan wawancara

6. Foto peneliti dengan penanggung jawab

7. Foto saat mengerjakan laporan penelitian

Anda mungkin juga menyukai