Anda di halaman 1dari 2

Proses pembelajaran yang mampu mengakomodir kemampuan berpikir kritis Peserta didik tidak dapat

dilakukan dengan proses pembelajaran satu arah. Pembelajaran satu arah, atau berpusat pada guru, akan
membelenggu kekritisan Peserta didik dalam mensikapi suatu materi ajar. Peserta didik menerima materi dari satu
sumber, dengan kecenderungan menerima dan tidak dapat mengkritisi. Kemampuan berpikir kritis dibangun
dengan mendalami materi dari sisi yang berbeda dan menyeluruh.
Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan mengajak Peserta didik melihat
kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk
mendorong motivasi belajar Peserta didik. Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih berpikir
konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan kehidupan nyata akan meningkatkan
penguasaan materi oleh Peserta didik. Menghubungkan materi dengan praktik sehari-hari dan kegunaannya dapat
meningkatkan pengembangan potensi Peserta didik.
Penguasaan teknologi informasi komunikasi menjadi hal yang harus dilakukan oleh semua guru pada
semua mata pelajaran. Penguasaan TIK yang terjadi bukan dalam tataran pengetahuan, namun praktik
pemanfaatnyanya. Metode pembelajaran yang dapat mengakomodir hal ini terkait dengan pemanfaatan sumber
belajar yang variatif. Mulai dari sumber belajar konvensional sampai pemanfaatan sumber belajar digital. Peserta
didik memanfaatkan sumber-sumber digital, baik yang offline maupun online. Membuat produk berbasis TIK, baik
audio maupun audiovisual.
Pemanfaatan teknologi, khususnya tekonologi informasi komunikasi, memfasilitasi Peserta didik
mengikuti perkembangan teknologi, dan mendapatkan berbagai macam sumber dan media pembelajaran. Sumber
belajar yang semakin variatif memungkinkan Peserta didik mengekplorasi materi ajar dengan berbagai macam
pendekatan sesuai dengan gaya dan minat belajar Peserta didik.
Pembelajaran berbasis projek atau masalah, menghubungkan Peserta didik dengan masalah yang
dihadapai dan yang dijumpai dalam kehidupam sehari-hari. Bertitik tolak dari masalah, dan diakhiri dengan strategi
pemecahan masalah tersebut, Peserta didik secara berkesinambungan mempelajari materi ajar dan kompetensi
dengan terstruktur. Pada pembelajaran berbasis projek, pemecahan masalah dituangkan dalam produk nyata yang
dihasilkan sebagai sebuah karya penciptaan Peserta didik. Pada pembelajaran berbasis masalah/projek
pembelajaran juga fokus pada penyelidikan/inkuiri dan inventigasi yang dilakukan oleh Peserta didik.
proses pembelajaran untuk menyiapkan Peserta didik memiliki kecakapan abad 21 menuntut kesiapan
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Guru memegang peran sentral
sebagai fasilitator pembelajaran. Peserta didik difasilitasi berproses menguasai materi ajar dengan berbagai
sumber belajar yang dipersiapkan. Guru bertugas mengawal proses berlangsung dalam kerangka penguasaan
kompetensi, meskipun pembelajaran berpusat pada Peserta didik., Maka dari itu tenaga pendidik perlu merancang
pembelajaran dengan baik
- Menentukan jenis kecakapan yang akan dikembangakan sesuai dengan Kompetensi Dasar
- Merumuskan tujuan pembelajaran agar cukup jelas dalam menunjukkan kecakapan yang harus
dimiliki peserta didik. Tujuan pembelajaran mengisayaratkan bahwa ada beberapa karakter
kecakapan yang akan dikembangkan Tenaga Pendidik dalam pembelajaran, yaitu berpikir kritis,
kreatifitas, dan kolaborasi. Selain itu, tujuan pembelajaran ini juga bertujuan untuk menguatkan pilar
pendidikan yang berkaitan dengan belajar peningkatan akhlak mulia yaitu saling menghargai dan
menghormati antar sesama.
- Mengembangkan materi pembelajaran yang relevan.
Materi dikembangkan sesuai dengan karakteristik KD yang mencakup materi yang bersifat factual, konseptual,
procedural, dan metakognitif
proses pembelajaran untuk menyiapkan peserta didik memiliki kecakapan abad 21 menuntut kesiapan tenaga
pendidik dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Tenaga pendidik memegang
peran sentral sebagai fasilitator pembelajaran. Peserta didik difasilitasi berproses menguasai materi ajar dengan
berbagai sumber belajar yang dipersiapkan. Tenaga pendidik bertugas mengawal proses berlangsung dalam
kerangka penguasaan kompetensi, meskipun pembelajaran berpusat pada peserta didik.

 Tenaga pendidik menggunakan pengetahuan dan sumber daya mereka untuk merancang kegiatan
pembelajaran bersama dan proyek untuk dan dengan siswa, misalnya dengan model e-learning
 Tenaga pendidik membuat pendekatan yang lebih berpusat pada peserta didik dengan memberi peserta didik
lebih banyak tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri:
 Peserta didik memilih proyek mereka sendiri
 Peserta didik memutuskan apa tujuan mereka
 Mengomunikasikan dan membuat kesepakatan bagaimana penilaian akan dilakukan
 Peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil, dan memutuskan di antara mereka peran masing-
masing anggota

Sebagai akhir dari sebuah proses pembelajaran, penilaian menunjukan sebuah pengendalian proses. Melalui
penilaian formatif, dan didukung dengan penilaian oleh diri sendiri, siswa terpantau tingkat penguasaan
kompetensinya, mampu mendiagnose kesulitan belajar, dan berguna dalam melakukan penempatan pada saat
pembelajaran didisain dalam kelompok. umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik selama berlangsungnya
proyek sehingga mereka dapat memodifikasi dan memperbaikinya. Umpan balik tersebut memberi peseerta didik
perkiraan nilai pekerjaan mereka seperti yang terlihat oleh orang lain dan hal itu dapat memotivasi mereka untuk
bekerja lebih jauh dalam membentuk kembali proyek mereka. Menerima umpan balik dari orang lain, adalah cara
yang ampuh untuk menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan adalah kegiatan yang bermanfaat dan, untuk
memanfaatkan TIK lebih jauh, siswa dapat mengeluarkan undangan untuk umpan balik melalui email.

a. Penilaian autentik, yakni penilaian proses pada saat kegiatan pembelajaran siswa di kelas berlangsung.
Penilaian diterapkan pada sebagian kinerja atau produk yang dikembang siswa untuk di demonstrasikan.
Biasanya menggunakan teknik penilaian menggunakan skala peniliaian ataupun ceklist.
b. Penilaian portopolio, digunakan untuk menilai produk yang berwujud seperti dalam hal analisis, sintaksis,
dan evaluasi. Portofolio bisa berwujud koleksi fisik dari hasil karya siswa dan karya digital.
c. Penilaian tradisional, penilaian terkait pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki iswa. Misalnya
berupa soal pilihan ganda, essay, ataupun isian singkat.

Anda mungkin juga menyukai