Abstract
Keywords:
Ma’a>ni> al-h}adi>s;\ contextualist; objectivist-subjectivist; Hadith Study
170
Ahmad Muttaqin
Pendahuluan
Ma’a>ni al-h}adi>s\ merupakan proses lanjutan setelah langkah penelitian
otentisitas hadis. Ke-s}ah}i>h}-an hadis baik dari segi sanad dan matan, belum
berarti hadis tersebut dapat langsung diaplikasikan sebagai “doktrin”
beramal. Perlu penelitian lebih lanjut tentang bagaimana mengungkap
maksud sebenarnya dari yang diinginkan oleh Nabi sebagai pemilik
kalam.
Tulisan ini akan berangkat dari beberapa permasalahan akademik.
Pertama, bagaimana ma’a>nial-h}adi>s\ dalam tinjauan ontologis. Kedua,
bagaimana tawaran metodologi terbaru hasil perasan dari beberapa teori
kontekstualis dalam memahami hadis.
Untuk mempermudah memahami keberagaman pemikiran para tokoh
kontemporer, kerangka teoritik yang digunakan adalah pembagian dalam
aliran subjektivis dan objektivis.1 Pembagian ini diambil dari aliran
pemikiran hermeneutik. Dengan begitu karakteristik dari setiap pemikir
dalam memahami teks hadis dapat dipetakan dengan tepat.
1
Sebenarnya ada banyak aliran dalam hermeneutika. Sahiron sendiri
membatasi dalam tiga aliran; subjektifis, objektifis dan objektivis-cum-sujektivis.
Namun, pada tulisan ini hanya memetakan pemikiran para tokoh kontekstualis dalam
dua aliran; subjektivis dan objektivis. Sebenarnya, pemikiran tokoh-tokoh ini tidak
dapat ditempat dalam salah satu aliran begitu saja, tetapi karena memiliki
kecenderungan yang lebih pada salah satu aliran maka setiap tokoh yang dikaji akan
ditempat dalam aliran objektivis atau subjektivis. Untuk pembagian aliran ini bisa di
lihat dalam Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an
(Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2009), h. 26.
2
Istilah al-naqd atau al-tanqa>d pada awalnya digunakan dalam tradisi Arab
untuk kegiatan tamyi>z al-dara>him wa ikhra>j al-zaif (memilih-milih uang dirham dan
mengeluarkan yang palsu). Sehingga istilah ini kemudian digunakan dengan makna
“meneliti dengan seksama”. Lihat Ibn al-Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arabi ( Kairo: Da>r al-
Ma’a>rif,t.t), h. 4517.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
171
Konstruksi Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ Kaum Kontekstualis
3
Istilah ini dipakai dalam kitab qawa>’id al-tah}di>s\ min funu>n mus}tah}i al-h}adi>s\
dalam bab ke sepuluh fi> fiqh al-h}adi>s\. Lihat Jama>luddi>n al-Qa>sim al-Damasyqi>, Qawa>’id
al-Tah}di>s\ min Funu>n Mus}talah}i al-H{adi>s\. DVD ROM al-Maktabah al-Sya>milah, atau
dalam bab ma’rifatu fiqh al-h}adi>s\ lihat Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad bin ‘Abdillah al-
H{a>kim al-Naisabu>ri>, Ma’rifatuh ‘Ulu>m al-H{adi>s\. DVD Rom al-Maktabah al-Sya>milah.
4
Ibn al-Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arabi, h. 3450.
5
Ibid., h. 3147.
6
Muh}ammad Khalfa Sala>m, Lisa>n al-Muh}addis\i>n dalam DVD ROM al-
Maktabah al-Syamilah, juz 4, h. 125.
7
Ibid.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264
172
Ahmad Muttaqin
8
Said Agil Husin Al Munawwar, Studi Hadis dengan Berbagai Perspektif.
Paper di presentasikan dalam Konfrensi Internasional di UIN Sunan Kalijaga, tanggal 6
April 2015, h. 4.
9
Ibn al-Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arabi, h. 2228.
10
Muh}ammad ibn ‘Umar ibn Sa>lim Bazmu>l, ‘Ilm Syarh al-H{adi>s\ wa Rawa>fid
al-Bah}su\ fi>h (t.k: t.p, t.t), h.7.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
173
Konstruksi Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ Kaum Kontekstualis
bin ‘Umar bahwa syarh} al-h}adi>s\ memiliki tiga lahan kajian. Pertama,
terkait dengansanad meliputi penjelasan kualitas hadis, takhri>j, rawi dan
sebagainya. Kedua, berkaitan dengan penjelasan makna kata-kata matan
(kebahasaan dan ghari>b). Ketiga, menjelaskan maksud hadis yaitu fiqh al-
h}adi>s\ dan disinilah para ulama memiliki kriteria dan pemahaman yang
berbeda.11 Jika demikian maka, syarh} al-h}adi>s\ cakupannya lebih luas
yaitu meliputi komentar terhadap sanad dan matan, sedang fiqh al-h}adi>s\
hanya pada pemahaman matan.
11
Ibid h. 8.
12
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis (Yogyakarta: Suka-
Press, 2012), h. 5.
13
Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi: Perspektif
Muhammad al-Ghazali dan Yusuf al-Qaradhawi (Yogyakarta: Teras, 2008), h. 73-74.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264
174
Ahmad Muttaqin
14
Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 121.
15
Ibid., h. 120.
16
Ibid., h. 122.
17
Abdul Mustaqim, Paradigma Integrasi-Interkoneksi dalam Memahami
Hadis Nabi ( Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), h. 4.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
175
Konstruksi Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ Kaum Kontekstualis
Selain disiplin ilmu di atas, munculnya beberapa kitab syarah hadis juga
bagian dari proses memahami hadis. Ini merupakan perkembangan dari
ulama-ulama sebelumnya untuk menjaga kelestarian dari segi
pemahaman hadis. Usaha ini tidak terlepas dari usaha ulama sebelumnya
yang telah mengkondifikasi hadis dalam beberapa kitab. Beberapa kitab
yang mensyarah kitab hadis sebelumnya seperti kita>b Fath} al-Ba>ri karya
Ibn Hajar al-Asqala>ni>, al-Minhaj fi Syarh} S{ah}i>h} Musli>m bin al-Hajjaj
karya al-H{a>fiz} Abu> Zakariya> Muh}yiddi>n bin Syara>f al-Nawa>wi> al-Sya>fi’i>
atau yang dikenal dengan nama al-Nawa>wi> (w. 676 H/ 1244 M), Ma’a>lim
al-Suna>n karya al-Khattabi> (w. 388 H) syarah terhadap Suna>n Abi> Da>ud,
al-Mu’allim karya al-Munz}iri> (w. 536 H) syarah terhadap kita>b S{ah}i>h}
Musli>m, kita>bTanwi>r al-Hawa>lik karya al-Suyu>t}i> (w. 911 H) syarah dari
al-Muwat}t}a’ dan beberapa kitab lainnya.18
Meskipun kitab-kitab syarah telah banyak yang disusun oleh para ulama
terdahulu, tetapi mereka tidak menyebutkan langkah-langkah dengan
jelas.19 Untuk itu perlu kajian yang lebih serius dalam merumuskan
metodologi pemahaman hadis yang telah diterapkan dalam menyusun
karya kitab syarah. Sebagai contoh metode pemahaman hadis dari salah
satu tokoh syarah di atas adalah al-Suyu>t}i> dengan kitab syarahnya
“Tanwi>r al-Hawa>lik”. Walaupun tidak dijelaskan secara sistematis dan
eksplisit, Al-Suyu>t}i> telah menggunakan beberapa langkah dalam memberi
syarah (memahami) matan hadis yaitu; (1) merujuk pada ayat-ayat al-
Qur'an sebab hadis secara fungsional adalah penjelas al-Qur'an, (2)
menjelaskan dengan hadis-hadis yang setema, (3) menggunakan
pendekatan bahasa seperti menjelaskan kata yang sulit dipahami dan
penjelasan gramatika bahasa (nah}w), (4) menempuh jalan takwil, (5)
melakukan kontekstualisasi sosio-kultural pada saat hadis disabdakan, (6)
mempertimbangkan pandangan beberapa ulama dalam kasus hukum, (7)
mengungkapkan fungsi hadis yang dikaji.20
Selain disiplin ilmu-ilmu dan kitab syarah, jika ditelisik lebih dalam
proses periwayatan bil-ma’na> bisa jadi bagian dari upaya ma’a>ni> al-h}adi>s.\
18
Muh}ammad Yu>suf, “Kitab Syarah Hadis Tanwir Al-Hawa>lik Karya Jalal al-
Di>n al-Suyu>t}i>: Kajian terhadap Metode dan Karakteristik” dalam Jurnal Studi Ilmu-Ilmu
Al-Quran dan Hadis, Vol. 5, No. 2, Juni, 2004, h. 86.
19
Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi: Metode dan Pendekatan (Yogyakarta:
CESad YPI Al-Rahmah, 2001), h. 27.
20
Yu>suf, “Kitab Syarah Hadis...”, h. 95-96.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264
176
Ahmad Muttaqin
Para sahabat atau perawi selanjutnya bukan tidak mungkin ada yang
meriwayatkan matan hadis secara maknawi agar maksud sebenarnya dari
matan tersebut bisa dipahami oleh murid-muridnya.
Pada era kontemporer perangkat pemahaman hadis mengalami
pergeseran. Jika semula hanya menggunakan disiplin ilmu-ilmu hadis,
maka dengan perkembangan pengetahuan, ilmu-ilmu sosial-humaniora
juga digunakan dalam membantu menjelaskan maksud kandungan matan
hadis. Seperti pendekatan historis,21 sosiologis,22 sosio-historis,23
antropologis24 dan psikologis.25
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa usaha para ulama untuk
memahami hadis berkembang dari masa ke masa. Dampaknya, disiplin
ilmu-ilmu dalam rangka memahami hadis juga berkembang secara
dinamis ke arah yang lebih komplit. Semakin kompleksnya permasalahan
21
Pendekatan historis yaitu memahami hadis dengan mengkaji situasi dan
peristiwa yang terkait dengan kemunculan hadis. Contoh hadis tentang pezina muhzan
yang dirajam walaupun hukuman ini pernah diberlakukan oleh Nabi tetapi tidak berlaku
lagi setelah turunnya Q.S. al-Nu>r (24): 2” al-Za>niyatu wal-za<ni> fajlidu> kulla wa>h}idun
munhuma> mi’ata jaldah”. Lihat Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi…, h. 70-85.
22
Pendekatan sosiologi yaitu memahami hadis dengan memperhatikan
kondisi sosial dan masyarakat pada waktu munculnya hadis. Contoh hadis tentang
persyaratan orang Quraish yang menjadi pemimpin. Hadis ini bukan perintah sebagai
ajaran agama tetapi posisi Nabi sebagai kepala Negara dengan tujuan untuk
menghilangkan perpecahan dengan bantuan solidaritas dan superioritas. Lihat Ibid.,h.
85-92.
23
Pendekatan sosio-historis yaitu pemahaman hadis dengan
mempertimbangkan sejarah sosial dan setting sosial pada saat dan menjelang hadis
disabdakan. Contoh hadis tentang kepemimpinan perempuan. Hadis ini diucapkan Nabi
karena putri Kisra pada waktu itu tidak memiliki kepercayaan masyarakat dan wibawa
untuk dijadikan pemimpin. Sehingga tidak mungkin menjalankan roda pemerintahan
dengan baik tanpa dukungan masyarakat. Lihat Ibid.,h. 92-103.
24
Pendekatan antropologis yaitu memahami hadis dengan melihat praktik
keagamaan, tradisi dan budaya yang berkembang pada saat munculnya hadis. Contoh
hadis tentang para pelukis yang disiksa. Hadis ini dikeluarkan terkait dengan paham dan
praktik musyrik yang masih melekat pada waktu itu. Maka untuk membersihkan
penyakit masyarakat, Nabi melarang untuk memajang dan memproduksi lukisan. Lihat
Ibid., h. 103-107.
25
Pendekatan psikologis yaitu memehami hadis dengan mempertimbangkan
kondisi psikis Nabi dan masyarakat yang dihadapi pada waktu itu. Contoh hadis ketika
Nabi ditanya tentang manakah Islam yang baik, kemudian Nabi menjawab dengan
jawaban yang berbeda-beda sesuai kondisi kejiwaan sahabat yang bertanya. Lihat Ibid.,
h. 108-112.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
177
Konstruksi Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ Kaum Kontekstualis
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264
178
Ahmad Muttaqin
Karir pendidikan Rahman berawal dari keluarganya, yaitu bidang wacana pendidikan
tradisional yang dibimbing langsung oleh Ayahnya. Wacana pendidikan berawal dari
menghafal al-Qur'an, di samping mempelajari bahasa Arab, bahasa Persia, ilmu retorika,
sastra, logika, filsafat, kalam, fikih, hadis dan tafsir. Pendidikan tinggi ditempuh di
Punjab University jurusan sastra Arab dan selesai dengan gelar BA pada tahun 1940.
Gelar master untuk jurusan ketimuran juga diperoleh di Universitas yang sama. Untuk
doktornya diperoleh di Oxford University. Mengajar di Eropa dan menjadi dosen bahasa
Persia dan Filsafat Islam di Durham University Inggris pada tahun 1950-1958. Beralih
ke McGill University Kanada untuk menjadi associate professor pada bidang islamic
studies. Pada tahun 1970 Rahman berangkat ke Chicago dan langsung dinobatkan
menjadi guru besar untuk pemikiran Islam di Universitas Chicago. Menjadi muslim
pertama yang menerima Giorgio Levi della Vida, yang melambangkan puncak prestasi
dalam bidang studi peradaban Islam dari Gustave E. Von Grunebaum Center for Near
Eastern Studies UCLA. Lihat Mawardi, “Hermeneutika al-Qur’an Fazlur Rahman”,
dalam Sahiron Syamsuddin (ed), Hermeneutika Al-Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Elsaq
Press, 2010), h. 59-64.
28 Muhammad Syuhudi Ismail merupakan salah seorang intelektual Indonesia yang
menekuni bidang ilmu hadis. Lahir di Lumajang Jawa Timur 23 April 1943. Syuhudi meneruskan
pendidikannya di PGAN 4 tahun di Malang dan pada Pendidikan Hakim Islam Negeri di
Yogyakarta pada tahun 1961, kemudian hijrah ke Makassar. Menyelesaikan studinya pada
Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta cabang Makassar dengan ijazah Sarjana Muda
pada tahun 1965. Kemudian lanjut sebagai sarjana pada Fakultas Sya’riah IAIN Alauddin
Makassar pada tahun 1973. Kemudian kembali ke Yogyakarta dan belajar pada Studi Purna
Sarjana dan kemudian melanjutkan master di UIN Syarif Hidayatullah hingga tamat tahun 1985.
Syuhudi memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Hadis di UIN Syarif tahun 1987 dan
memperoleh gelar Professor dalam bidang Hadis di IAIN Alauddin Makassar pada thaun 1993.
Syahudi wafat dua tahun setelah mendapat gelar akademik paling tinggi di dunia perguruan tinggi.
Ia juga pernah menjadi pegawai Pengadilan Agama Tinggi (Mahkamah Syar’iyyah Propinsi) di
Makassar pada tahun 1962 sampai dengan tahun 1970. Mengajar di beberapa perguruan tinggi
seperti Fakultas Syari’ah IAIN Alauddin Makassar, Universitas Muhammadiyah Makassar dan
Enrekang, Universitas Muslim Indonesia Makassar. Lihat Zulfahmi Alwi, “Pemikiran Hadis
Muhammad Syuhudi Ismail (1943-1995)” dalam al-Fikr, Vol. 16, No. 2, 2012, hlm. 2-5.
29 Muh}ammad al-Ghaza>li> lahir pada tanggal 22 September 1917 M. di Nakla> al-‘Inab,
al-Buh}airah Mesir. Pendidikan dasarnya dimulai di Madrasah di desanya dimana dia menghafal al-
Qur'an 30 juz. Masuk sekolah Agama Ibtida>’iyyah di Iskandariyah selama tiga tahun. Kemudian
meneruskan di Tsanawiyah selama dua tahun dan lulus tahun 1937 M. Melanjutkan kuliah di al-
Azhar dan memperoleh gelar Magister dari Fakultas Bahasa Arab di Universitas yang sama.
Aktivitas selama di Mesir antara lain; tahun 1943 ia ditunjuk sebagai Imam dan Khatib pada pada
Masjid al-Utba’ al-Khadra di Kairo, menjabat sebagai wakil Kementrian Wakaf dan Urusan
Dakwah Mesir. Di Universitas al-Azhar mengajar di Fakultas Syari’ah, Ushuluddin, Dira>sah al-
‘Arabiyyah wa al-Isla>miyyah dan Fakultas Tarbiyah. Pernah ikut al-Ikhwa>n al-Muslimu>n dan
menjadi salah satu tokohnya. Lihat Suryadi, Metode Kontemporer..., h. 23-26.
30 Khaled M. Abou El Fadl lahir di Kuwait tahun 1963. Sejak kecil telah dididik dengan
ilmu keislaman. Umur enam tahun telah belajar di Madrasah al-Azhar Mesir. Pada masa remaja
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
179
Konstruksi Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ Kaum Kontekstualis
dia termasuk orang yang getol menyebarkan dan membela paham Wahabi. Kemudian berbalik
mengkritik paham Wahabi. Meraih gelar B.A. dari Universitas Yale tahun 1985. Meraih gelar J.D.
di Universitas Pensilvania dan Doktornya diraih di Universitas Princeton dalam bidang studi
Islam. Dia juga mengambil studi hukum di Universitas California Los Angeles (UCLA). Sekarang
ditunjuk sebagai guru besar hukum Islam di UCLA. Ia juga mengajar hukum Islam di Universitas
Texas dan Universitas Yale. Dalam waktu 2003-2005 diangkat oleh GW. Bush, presiden Amerika
pada saat itu, sebagai salah satu anggota Komisi Internasional Kebebasan Beragama (International
Religious Freedom). Lihat Yusriandi, “Hermeneutika Hadis Khaled M. Abou El Fadl”, dalam
Sahiron Syamsuddin (ed.), Hermeneutika Al-Qur’an...h. 413-415.
31
Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw terj. Muhammad
al-Baqir (Bandung: Karisma, 1997), h 92-197.
32
Suryadi, Metode Kontemporer..., h. 19.
33
Ibid.
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264
180
Ahmad Muttaqin
memisahkan kandungan hadis dengan hadis yang lain. (3) Menguji dengan
fakta historis karena hadis dan sejarah yang melingkupi kelahiran hadis
sangat berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dalam memahaminya.
(4) Pengujian dengan kebenaran ilmiah. Sebab tidak masuk akal hadis
bertentangan dengan kebenaran ilmiah.34
Khaled M. Abou El Fadl, sebagaimana yang diungkapkan Yusriandi,
melihat teks-termasuk hadis-adalah sebuah teks yang terdiri dari beberapa
simbol berupa huruf-huruf yang melahirkan makna ketika dibaca oleh
reader. Sehingga hermeneutika Khaled M. Abou El Fadl disebut
“hermeneutika negosiasi’, terjadi dialog antara teks, pembaca dan realitas
dalam menafsirkan sebuah teks. Titik tekan Khaled lebih kepada reader
karena pembaca yang mengalami dinamika dalam hidupnya dan yang
berkepentingan adalah pembaca. Sedang teks sejatinya hanya diam.35
Khaled menerapkan beberapa poin dalam meneliti hadis; (1) penyelidikan
terhadap matan, (2) penyelidikan terhadap rantai periwayatan, (3)
pertimbangan kondisi sosio-historis, (4) pertimbangan konsekuensi moral
dan sosialnya.36
Selanjutnya pemikiran hadis beberapa tokoh di atas akan dipetakan dalam
pembagian objektivis dan subjektivis. Aliran objektivis lebih menekankan
pada pencarian makna asal dari objek penafsiran.37 Pemahaman yang baik
adalah yang dapat memahami makna asli dari teks.38 Sedang aliran
subjektivis menekankan pada peran pembaca dalam pemaknaan teks.39
Aliran ini melihat inti pemahaman adalah kebergunaannya untuk masa
sekarang.40 Sebagaimana yang penulis ungkap di awal makalah bahwa
tidak ada satu tokoh yang hanya menggunakan satu pemetaan di atas,
apakah objektivis murni atau subjektivis murni. Hampir semua tidak bisa
lepas dari keduanya. Maka yang dimaksudkan disini adalah
34
Ibid.,h. 82-86.
35
Yusriandi, “Hermeneutika Hadis Khalid M. Abou El Fadl”dalam Sahiron
Syamsuddin ed., Hermeneutika Al-Qur’an...,h. 430.
36
Niila Khoiru Amaliya,“Kritik Hadis ‘Misoginis’ Perspektif Khaled M.
Abou El Fadl.” Skripsi. UIN Sunan Kalijaga, 2006, h. 101.
37
Syamsuddin, Hermeneutika dan..., h. 26.
38
Mu’ammar Zayn Qadafy, “Epistemologi Sabab al-Nuzu>l Makro: Studi atas
Metodologi Tafsir Kontekstualis Kontemporer.” Tesis. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014, h. 74.
39
Syamsuddin, Hermeneutika dan..., h. 26.
40
Qadafy, “Epistemologi Sabab al-Nuzu>l...”h. 74
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
181
Konstruksi Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ Kaum Kontekstualis
41
Mir’atun Nisa, “Hermeneutika Hadis Yusuf al-Qara>d}a>wi”>dalam
Syamsuddin (ed), Hermeneutika Al-Qur’an..., h. 449
42
Qadafy, Epistemologi Sabab..., h. 77
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264
182
Ahmad Muttaqin
Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah Ma’ani
43
al-Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Jakarta: Bulan
Bintang, 1994), h. 6.
44
Suryadi, Metode Kontemporer..., h. 86.
45
Amaliya, Kritik Hadis...h. 88
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
183
Konstruksi Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ Kaum Kontekstualis
hadisnya bertentangan
ditolak dengan ilmiah
Posisi Nabi - Sarana dan - - Melihat Fungsi
tujuan Nabi sebagai
apa
Konteks Kurang Penting Penting Penting Sangat penting
kekinian memperhatik
an
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264
184
Ahmad Muttaqin
Penutup
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa
185
Konstruksi Ilmu Ma’a>ni> al-H{adi>s\ Kaum Kontekstualis
Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264
186