Anda di halaman 1dari 15

Anggota Kelompok :

202050028 Ardi Liunardy


202050103 Theodore Sebastian
202050257 Marcellius Prastheo

CHAPTER 6 - Courage and Moral Leadership


MORAL LEADERSHIP TODAY 
Banyak perusahaan di Amerika yang dulunya dihormati, namun sekarang malah identik
dengan keserakahan, penipuan, kecongkakan, atau lack of moral conscience (kurangnya
moral hati nurani). Meskipun saat ini kasus pelanggaran etika di organisasi sudah mulai
jarang terdengar, namun masih banyak pemimpin di luar sana yang meskipun menduduki
posisi tinggi di perusahaan, tetapi memiliki perilaku yang tidak etis atau tidak bermoral.
Contohnya saja Brian Dunn dari Best Buy dan Mark Hurd dari Hewlett-Packard yang
akhirnya mengundurkan diri secara tidak terhormat karena memiliki hubungan yang tidak
pantas dengan karyawan wanita yang bekerja di perusahaan tersebut. Selain itu, ada juga
CEO Yahoo bernama Scott Thompson yang mengundurkan diri meskipun baru menjabat
selama 4 bulan karena ketahuan memalsukan identitas dirinya dengan menyatakan bahwa
dirinya memiliki gelar ilmu komputer, meskipun dalam kenyataannya Scott tidak memiliki
gelar tersebut. Kemudian, contoh lainnya datang dari sebuah organisasi nirlaba, Wyckoff
Heights Medical Center yang terletak di salah satu lingkungan termiskin di Brooklyn,
Amerika Serikat. Sebuah investigasi terkait organisasi ini mengungkapkan bahwa ternyata
banyak terjadi kecurangan yang akhirnya menguntungkan para manajer, anggota dewan dan
politisi lokal. Hal ini membuat organisasi Wyckoff Heights Medical Center terancam ditutup.
Hal ini berdampak pada keterbatasan pilihan perawatan atau pusat pelayanan kesehatan bagi
orang miskin. 
 
The Ethical Climate in Business 
Para pemimpin sering kali menghadapi banyak tekanan yang menantang diri mereka untuk
tetap bersikap benar dalam keadaan sulit sekalipun. Tantangan yang paling sulit bagi para
pemimpin untuk dilawan ialah kelemahan pribadi (personal weakness) dan keinginan pribadi
(self-interest). Hal ini lebih sulit ketimbang dengan korupsi. Tekanan untuk memotong biaya,
meningkatkan keuntungan, memenuhi permintaan vendor atau mitra bisnis, dan terlihat
sukses dapat berkontribusi pada etika penyimpangan. Contohnya, ketika terjadi krisis, banyak
manajer perusahaan yang memberikan ataupun memaparkan data yang tidak benar atau tidak
sesuai dengan yang seharusnya untuk mempertahankan bisnis mereka atau untuk
mendapatkan izin tertentu seperti peminjaman uang, dan sebagainya. Hal ini hanya akan
membuat keadaan yang ada semakin buruk.Tantangan lainnya yaitu adanya tekanan untuk
selalu menyenangkan para pemegang saham yang akhirnya dapat menyebabkan beberapa
manajer berperilaku tidak etis kepada pelanggan, karyawan dan masyarakat luas. Manajer
memiliki tekanan yang besar dalam memenuhi tujuannya untuk menghasilkan keuntungan
(laba) jangka pendek. Sehingga, beberapa dari mereka menggunakan tipu muslihat akuntansi
atau teknik lain untuk menunjukkan pengembalian (return) yang memenuhi ekspektasi pasar
daripada menunjukkan keadaan yang sebenarnya yang mencerminkan kinerja perusahaan
tersebut. Semua pemimpin ingin dilihat bahwa organisasi yang mereka pimpin itu sukses,
sehingga terkadang mereka melakukan hal yang salah agar dilihat baik oleh orang lain. Yang
menjadi pertanyaannya adalah, apakah para pemimpin berani dan memiliki ketahanan untuk
tetap melakukan hal yang benar meskipun ada banyak sekali tekanan baik itu dari dalam
maupun dari luar? Richard Tedlow pernah berkata bahwa “Life is lived on a slippery slope”
dan “It takes a person of character to know what lines you don’t cross.” 
 
Leaders Set the Ethical Tone 
Para pemimpin bertanggung jawab untuk menjadi contoh bagi anggotanya, karena hal itu
dapat menjadi standar untuk seluruh organisasi. Dalam sebuah studi terhadap perusahaan-
perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune 100, 40 persen perusahaan ditemukan telah
terlibat dalam aktivitas yang mungkin dilakukan dianggap tidak etis. Ketika ditelusuri, hal ini
terjadi karena adanya kegagalan para pemimpin perusahaan (top executive) dalam
menegakkan dan menjalankan standar etika yang tinggi. Pemimpin memikul tanggung jawab
yang luar biasa dalam mengatur etika yang ada di perusahaan dan bertindak sebagai teladan
positif bagi anggotanya. Sehingga, apabila pemimpin bertindak dengan prinsip yang tidak
baik (egois, serakah, dsb.), maka anggotanya akan berperilaku seperti hal tersebut dan
menganggap itu tidak apa-apa. 
 
 
 
 
 
Exhibit 6.1 menunjukkan perbandingan kepemimpinan yang etis dan tidak etis. 
 
 
 
Perilaku yang tercantum di kolom 1 berkontribusi pada iklim organisasi yang dipercaya, adil,
dan melakukan hal yang benar. Kolom 2 mencantumkan perilaku yang berlawanan, yang
berkontribusi pada iklim yang matang untuk pelanggaran etika dan hukum. Pemimpin etis
tidak disibukkan dengan kepentingannya sendiri. Mereka tetap fokus pada karyawan,
pelanggan, dan kebaikan bersama daripada mengambil setiap kesempatan hanya untuk
memuaskan kepentingan pribadi, menjadi serakah, ataupun bersikap egois. Pemimpin yang
tidak etis biasanya lebih memperhatikan keuntungan untuk diri mereka sendiri bukan untuk
perusahaan atau masyarakat luas.Kemudian, di Exhibit 6.1 juga menunjukkan bahwa
pemimpin etis jujur dengan karyawan, mitra, pelanggan, vendor, dan pemegang saham.
Mereka berjuang untuk keadilan dan bertindak hati-hati karena menghormati kesepakatan
atau komitmen yang telah mereka buat dengan orang lain. Sebaliknya, pemimpin yang tidak
etis sering melakukan penipuan. Dalam survei USA Today beberapa tahun lalu, 82 persen
CEO mengatakan bahwa mereka berbohong tentang skor golf mereka.Tentu, ini hal yang
kecil (sederhana), tetapi sedikit demi sedikit, ketidakjujuran dapat menjadi gaya hidup
seseorang dan mempengaruhi gaya berbisnisnya.Selanjutnya, pemimpin etis cenderung
berbagi pujian dengan anggotanya atas kesuksesan yang dicapai dan menerima kesalahan
ketika ada yang salah, sedangkan pemimpin yang tidak etis sering mengambil pujian atas
pencapaian anggotanya dan menurunkan martabat orang lain dengan memperlakukannya
secara tidak sopan dan tidak hormat. Pemimpin etis membantu anggotanya dalam
mengembangkan potensi mereka dan memiliki peran dalam pengambilan keputusan,
sedangkan pemimpin tidak etis sering melihat anggotanya sebagai alat untuk mencapai
tujuan.Terakhir, hal mendasar yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin dalam
menciptakan suatu organisasi yang etis ialah berani menentang tindakan yang mereka yakini
itu salah atau tidak baik untuk dilakukan. Jadi, jika seorang pemimpin mengetahui seseorang
diperlakukan dengan tidak adil oleh rekannya dan tidak melakukan apa-apa, pemimpin
tersebut memberikan contoh kepada orang lain untuk berperilaku tidak adil juga. Sehingga,
anggota lain dengan standar etika yang lemah merasa bebas untuk bertindak sesuai pilihan
mereka.Selain itu, para pemimpin juga harus melawan kecenderungan orang "untuk melihat
apa yang ingin kita lihat, bukan melihat apa yang tidak ingin kita lihat, dan berharap masalah
akan hilang dengan sendirinya", kecenderungan tersebut membuat para pemimpin mengambil
keputusan "yang kemudian dilihat oleh orang lain sebagai pelanggaran etika yang tidak dapat
dimaafkan (tidak pantas untuk dibela)". Banyak pemimpin yang berbuat demikian untuk
melindungi organisasinya. Hal ini dapat menimbulkan resiko yang besar karena pemimpin
telah membiarkan tindakan yang tidak etis atau illegal terus berlangsung di organisasi
ataupun perusahaan yang dikelolanya. Berbagai kondisi ataupun alasan seringkali membuat
pemimpin sulit untuk membela apa yang benar, tetapi ini merupakan sebuah tantangan dan
cara untuk membangun lingkungan yang penuh dengan integritas. 
 
ACTING LIKE A MORAL LEADER 
Di organisasi lain, kebanyakan pemimpin mungkin lebih mengutamakan pencapaian tujuan
ekonomi daripada melakukan hal yang benar. Rata-rata, perusahaan yang mengalami masalah
etika biasanya memiliki pemimpin yang menjadikan pendapatan kuartalan dan harga saham
sebagai tujuan utama dalam bisnis mereka dan menjadi ukuran terpenting dari kesuksesan
organisasi yang mereka pimpin (atau bisa juga individu). Ketika para pemimpin lupa bahwa
bisnis juga terkait dengan nilai-nilai yang lain seperti sosial, budaya, etika dsbnya, bukan
hanya tentang kinerja ekonomi saja, organisasi dan masyarakat sekitar akan merasa
dirugikan.Kepemimpinan moral tidak berarti mengabaikan untung dan rugi, harga saham,
biaya produksi, dan hal-hal yang terukur lainnya, namun tetap memperhatikan nilainilai etika
dan mengakui pentingnya makna kemanusiaan, kualitas, dan tujuan yang lebih tinggi. Henry
Ford pernah berkomentar mengenai etika buruk yang terjadi di dunia bisnis hingga saat ini,
katanya, "Sudah lama orang percaya bahwa satusatunya tujuan industri adalah untuk
mendapatkan keuntungan. Mereka salah. Tujuannya adalah untuk melayani kesejahteraan
umum."Terlepas dari kenyataan bahwa perusahaan identik dengan keserakahan, persaingan,
dan dorongan untuk mencapai tujuan dan keuntungan, pemimpin dapat mengambi tindakan
yang berdasarkan kepada nilai-nilai moral dan mendorong orang lain untuk berkembang dan
menggunakan nilai moral serta mematuhi standar etika perilaku yang ada di tempat kerja.
Pemimpin harus menunjukkan komitmennya dalam menjunjung tinggi etika dengan menjadi
contoh melalui perkataan maupun perbuatan, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa karyawan (anggota) belajar mengenai nilai-nilai yang penting dengan memperhatikan
pemimpinnya. 
 

 
 
Exhibit 6.2 menunjukkan beberapa cara khusus yang dapat digunakan oleh pemimpin dalam
menciptakan lingkungan yang memungkinkan dan mendorong orang untuk berperilaku etis.
Penting bagi pemimpin untuk menciptakan sistem dan kebijakan yang mendukung perilaku
etis di organisasi atau perusahaannya, seperti membuat kebijakan open-door untuk
mendorong setiap anggotanya agar mampu mengatakan hal apapun tanpa rasa takut,
kemudian menetapkan kode etik yang jelas, menghargai perilaku etis, dan tidak menunjukkan
toleransi terhadap pelanggaran. Banyak perusahaan yang telah mempekerjakan high-level
chief compliance officers untuk menjaga ketertiban manajer dan karyawan perusahaan.
Sebagian besar perusahaan juga telah menetapkan kode etik untuk memandu perilaku
karyawan atau daftar nilai-nilai yang diharapkan dihormati oleh karyawan.Selain itu juga,
yang terpenting ialah para pemimpin mampu mengartikulasikan dan menjunjung tinggi
standar etika, dan berperilaku sesuai dengan moral meskipun tidak ada yang melihat. Jika
para pemimpin melanggar aturan atau berperilaku tidak bermoral ketika mereka pikir bahwa
tidak ada yang melihat dan tidak mungkin tertangkap, pada akhirnya pemimpin beserta
anggotanya akan dirugikan. Ada banyak perusahaan yang lebih sukses tidak hanya dari segi
ekonomi saja, karena menjunjung tinggi perilaku etis dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak melakukan hal tersebut. 
 
BECOMING A MORAL LEADER 
Kepemimpinan tidak hanya seperangkat praktik benar salah tanpa asosiasi. Semua praktik
kepemimpinan dapat digunakan untuk kebaikan atau kejahatan dan memiliki dimensi moral.
Pemimpin memilih apakah akan bertindak dari keegoisan dan keserakahan untuk
merendahkan orang lain atau berperilaku dengan cara yang membantu memotivasi orang lain
untuk mengembangkan potensi mereka sebagai karyawan dan sebagai manusia.
Kepemimpinan moral (moral leadership) adalah tentang membedakan mana yang benar dan
salah, melakukan yang benar, mencari perilaku yang adil, jujur, baik, dan benar dalam
mencapai tujuan dan sasaran. Kepemimpinan yang tidak bermoral (Immoral Leadership)
mengambil alih dari orang lain untuk meningkatkan diri.Pemimpin biasanya mengetahui
mana yang benar, pertanyaannya adalah bagaimana mereka memilih untuk
menindaklanjutinya dan apa kekuatan internal serta kebijakan eksternal dan proses yang ada
untuk memungkinkan mereka melakukan tindak lanjut agar hal yang dilakukan benar. Salah
satu karakteristik internal yang mempengaruhi kemampuan seorang pemimpin dalam
membuat pilihan moral adalah tingkat perkembangan moral individu.  
 
Exhibit 6.4 menggambarkan ilustrasi satu model perkembangan moral pribadi. 
 

 
 
Tiga tahap model perkembangan moral pribadi (Three Levels of Personal Moral
Development) : 
 
1. Preconventional Level 
Individu bersikap egosentris, peduli dengan menerima penghargaan eksternal dan
menghindari hukuman. Mereka mematuhi otoritas dan mengikuti aturan untuk menghindari
konsekuensi pribadi yang merugikan atau memuaskan kepentingan pribadi langsung.
Orientasi dasar terhadap dunia adalah mengambil apa yang bisa didapat. Seseorang dengan
orientasi dalam posisi kepemimpinan ini akan cenderung menjadi diktator terhadap orang lain
dan menggunakan posisi tersebut untuk kemajuan pribadi. 
 
2. Conventional Level 
Orang belajar menyesuaikan diri dengan harapan berperilaku baik sebagaimana yang
didefinisikan oleh rekan kerja, keluarga, teman, dan masyarakat. Orangorang pada level ini
mengikuti aturan, norma, dan nilai-nilai dalam budaya perusahaan. Jika aturannya adalah
untuk tidak mencuri, menipu, membuat janji palsu, atau melanggar undang-undang peraturan,
seseorang pada level ini akan berusaha untuk mematuhinya. Orang-orang di tingkat
konvensional menganut norma-norma sistem sosial yang lebih besar. 
 
3. Postconventional Level  
Kadang-kadang disebut sebagai tingkat berprinsip (Principled Level), para pemimpin
dibimbing oleh seperangkat prinsip terinternalisasi yang secara universal diakui sebagai adil
dan benar. Nilai-nilai yang diinternalisasi ini menjadi lebih penting daripada harapan orang
lain dalam organisasi atau komunitas. 
 
Kebanyakan orang dewasa beroperasi pada level kedua dalam perkembangan moral, dan
beberapa belum melampaui level pertama. Hanya 20 persen orang dewasa Amerika yang
mencapai tingkat perkembangan moral ketiga, postconventional. Seorang pemimpin di
tingkat ini adalah visioner, memberdayakan, dan berkomitmen untuk membantu orang lain
dan menjalankan tujuan yang lebih tinggi. Para pemimpin ini secara imparsial dapat
menerapkan standar universal untuk menyelesaikan konflik moral dan menyeimbangkan
kepentingan pribadi dengan kepedulian terhadap orang lain dan untuk kebaikan bersama.
Penelitian secara konsisten menemukan hubungan langsung antara tingkat perkembangan
moral yang lebih tinggi dan perilaku yang lebih etis di tempat kerja, termasuk mengurangi
kecurangan, kecenderungan untuk menolong orang lain, dan pelaporan tindakan tidak etis
atau ilegal, yang dikenal sebagai whistleblowing. 
1. SERVANT LEADERSHIP 
Banyak pemikiran tentang kepemimpinan saat ini menyiratkan bahwa kepemimpinanmoral
melibatkan pengikut berkembang menjadi pemimpin, dengan demikianmengembangkan
potensi mereka daripada menggunakan posisi kepemimpinanuntuk mengontrol atau
membatasi orang. Pernyataan akhir dari pendekatankepemimpinan ini disebut Servant
Leadership, yang paling baik dipahami denganmembandingkannya dengan pendekatan lain 
 
Ilustrasi
tersebut

menggambarkan bagaimana fokus dari manajemen yang awalnya bersifat terpusat sampai
kepada orang lain Organisasi tradisional didasarkan pada gagasan bahwa pemimpin
bertanggungjawab atas bawahan dan keberhasilan organisasi bergantung pada
kendalipemimpin atas pengikut. Pada tahap pertama, bawahan bersifat pasif -
tidakdiharapkan untuk berpikir sendiri tetapi hanya melakukan apa yang
diperintahkan.Tahap kedua dalam rangkaian kesatuan melibatkan bawahan secara
lebih aktifdalam pekerjaan mereka sendiri. Tahap ketiga adalah stewardship, yang
mewakiliperubahan signifikan dalam pola pikir dengan memindahkan tanggung jawab
danotoritas dari pemimpin ke pengikut. Servant Leadership mewakili tahap stewardship,di
mana para pemimpin menyerahkan kendali dan membuat pilihan untuk
membantukaryawan. Sepanjang kontinum, fokus kepemimpinan bergeser dari pemimpin
ke pengikut\ 
1. Authoritarian Management 
Pemahaman tradisional tentang kepemimpinan adalah bahwa pemimpin adalahmanajer yang
baik yang mengarahkan dan mengendalikan orang-orangnya.Pengikut adalah bawahan yang
patuh yang mengikuti perintah. Pemimpin otokratismembuat keputusan dan
mengumumkannya kepada bawahan. Kekuasaan, tujuan,dan hak istimewa berada bersama
mereka yang berada di puncak organisasi. Pada tahap ini, para pemimpin menetapkan strategi
dan tujuan serta metode danpenghargaan untuk mencapainya. Stabilitas dan efisiensi
organisasi adalah yangterpenting, dan pengikut secara rutin dan dikendalikan bersama dengan
mesin danbahan mentah. Bawahan tidak diberi suara dalam menciptakan makna dan
tujuanuntuk pekerjaan mereka dan tidak ada kebijaksanaan tentang bagaimana
merekamelakukan pekerjaan mereka. Pola pikir kepemimpinan ini menekankan kontrol top-
down yang ketat, standardisasi dan spesialisasi karyawan, dan manajemen
denganpengukurandananalisisimpersonal. 
2. Participative Management 
Sejak tahun 1980 an, banyak perusahaan yang telah mengusahakan agar parakaryawannya
turut berperan aktif. Seorang pemimpin bisa meningkatkan partisipasikaryawan melalui
employee suggestion program, participation group, dan qualitycircle. Walaupun sudah
banyak program, kadang program tersebut tidakmemberikan otoritas apapun ke karyawan. 
3. Stewardship 
Stewardship adalah suatu kepercayaan dimana seorang pemimpin sangatbertanggung jawab
kepada orang lain begitu pula untuk perusahaan, tanpamencoba untuk mengontrol orang lain,
mendefinisikan arti dan tujuan untuk oranglain, atau menjaga orang lain. Ada 4 prinsip yang
berkaitan dengan stewardship: 
1. Adopt a partnership mindsetSebagai mitra, pemimpin dan pengikut, kita harus
jujur satu sama lain,bertanggung jawab bersama untuk menentukan visi dan tujuan,
dan salingbertanggung jawab untuk hasil yang bermanfaat. 
2. Give decision-making power and the authority to act to those closest to
thework and the customerDi sini artinya, kita harus mengintegrasikan, mengatur, dan
melakukan pekerjaan,jadi setiap orang yang menjadi pemimpin, juga harus melakukan
pekerjaan intidari perusahaan. 
3. Tie rewards to contributions rather than formal positionsJadi dengan adanya
stewardship, setiap orang bisa mendapatkan kompensasiyang sesuai dengan apa yang
telah mereka kontribusikan, bukan hanya sekedarjabatan formal. 
4. Expect core work teams to build the organization Jadi disini kita harus
mengandalkan kerjasama dari tim karyawan untukmendefinisikan tujuan yang ada,
mengontrol, dan mengatur diri mereka sendiriuntuk merespon perubahan lingkungan
dan marketplace. Jadi seorang Stewardship leader menuntun atau memimpin
perusahaannya tanpa bersikap mendominasi dan pemimpin tersebut memfasilitasi
pengikutnya tanpa mengontrol mereka 
4. The Servant Leader 
 Servant leadership adalah seorang pemimpin yang melayani kebutuhan orangmelebihi
kepentingan dirinya sendiri, membantu orang lain bertumbuh danberkembang, dan
menyediakan kesempatan untuk yang lain agar bisa mendapatkankeuntungkan secara
material dan emosional. Ada 4 persepsi dasar menurut RobertGreenleaf 
1. Put service before self-interestDalam pandangan ini, perusahaan ada untuk
menyediakan pekerjaan yangberarti bagi seseorang, seperti orang itu ada untuk
melakukan pekerjaan bagiperusahaan. 
2. Listen First to affirm othersSeorang servant leader harus bisa mendengarkan
secara otentik. 
3. Inspire trust by being trustworthyServant leader membuat sebuah kepercayaan
dengan mengerjakan apa yangmereka katakan ingin lakukan, jujur ke yang lain, dan
berfokus kepadakesejateraan yang lain. 
4. Nourish others and help them become wholeServant leader peduli tentang
pengikut dan percaya kepada potensi unik darimasing-masing orang yang akan
berdampak secara positif ke dunia.Prioritas dari seorang servant leader adalah
memberikan pelayanan ke karyawan,pelanggan, pemegang saham, dan ke publik. 
5. Adam Grant  
1. Grant mempelajari kekuatan pelayanan kepada orang lain sejak mahasiswa
sarjana di Harvard. 
2. Dia menemukan tujuan dalam pekerjaannya ketika menyadari dampaknya
pada mahasiswa lain.  
3. Grant menjadi profesor terkemuka di Wharton School dan membantu
mahasiswa dengan berbagai cara. 
4. Dia meyakini bahwa pelayanan kepada orang lain dapat meningkatkan
motivasi dan produktivitas 
5. Data eksperimen mendukung klaimnya, termasuk contoh pekerja pusat
panggilan yang meningkatkan kinerja setelah mendengar cerita inspiratif. 
6. LEADING WITH COURAGE 
Seorang pemimpin terkadan harus meraih ke dalam diri mereka untuk mencarikeberani dan
kekuatan karakter untuk melayani yang lain, menahan godaan, berlakudengan baik dan lain-
lain. 
1. What is courage? Courage adalah kekuatan mental dan moral untuk terlibat, menahan,
dan mengatasibahaya, kesulitan, dan ketakutan 
1. Courage means accepting respnsibility  
Pemimpin membuat sesuatu hal yang berbeda dalam dunia ketika mereka mauuntuk
melangkah dan mengambil tanggung jawab pribadi. Disaat yang lain
hanyamembiarkan kehidupan berjalan dengan semestinya, tapi seorang pemimpin
akanmembuat suatu hal tersebut terjadi. 
2. Courage often means nonconformity  
Suatu kepemimpinan yang berani artinya berani melawan arus, melawan
tradisi,mengurangi batasan, dan memulai perubahan. Seorang pemimpin akan
mengambil resiko yang besar. Salah satu contohnya dilakukan oleh Ried Prostitusi
legal di Cartagena, Kolombia, tetapi seorang agen Rahasia Amerika Serikat diduga
menolak membayar, menyebabkan skandal dan pemecatan beberapa agen. Paula Reid,
manajer pengawas baru di kantor Miami Secret Service, bertindak cepat setelah
menerima laporan tentang keributan di hotel tempat agen-agennya menginap. Reid
tidak memedulikan legalitas prostitusi, tetapi menganggap kunjungan ke klub strip,
minum berlebihan, dan menggaji pelacur tidak dapat diterima etisnya bagi agen Secret
Service yang melindungi presiden AS. Berdasarkan informasi dari manajer hotel,
Reid mengusir sekelompok agen dari negara itu dan melaporkan "pelanggaran serius"
kepada atasan. Skandal ini mengguncang Secret Service, menempatkan Direktur Mark
Sullivan dan pimpinan lainnya dalam tekanan. Reid menunjukkan bahwa ia tidak
mentoleransi mentalitas "anak laki-laki akan menjadi anak laki-laki" dan menekankan
pentingnya integritas dalam dunia saat ini. 
 
3. Courage means pushing beyond the comfort zone  
Mengambil suatu kesempatan artinya seorang pemimpin harus berani
untukmendorong diri mereka melewati batas zona nyaman mereka. Ketika seseorang
bisamelewati batas zona nyaman mereka, mereka telah mengatasi suatu
dindingketakutan dalam diri mereka.  
4. Courage means asking of what you want and saying what you think  
Seorang pemimpin harus berani untuk berbicara dan mengeluarkan apa yangmereka
mau dan mereka ingin sampaikan. 
5. Courage means fighting for what you believe  
Keberani artinya adalah kita berjuang untuk mendapatkan nilai hasil yangbermanfaat.
Pemimpin bisa mengambil resiko, tetapi mereka melakukan itu untuksuatu tujuan
yang tinggi. 
 

Bagaimana Keberanian Berlaku untuk Kepemimpinan Moral?

-Bertindak Seperti Pemimpin Moral Memerlukan Keberanian Pribadi

Untuk mempelajari kepemimpinan moral, seorang pemimpin harus terlebih dahulu


memahami tentang diri mereka sendiri termasuk didalamnya kekuatan dan kelemahan
mereka, kepada siapa mereka mengabdi, dan memiliki sifat yang tidak hanya terikat pada
adat yang telah ada (fleksibel). Kepemimpinan moral juga berarti bahwa Anda akan
membangun hubungan dimana diperlukan kemampuan untuk mendengarkan, mampu
memahami pengalaman individu terhadap individu lainnya, dan membuat diri Anda menjadi
lebih mudah mendapat kritikan.

-Menentang Perilaku Tidak Etis Memerlukan Keberanian

Whistleblowing merupakan tindakan dimana karyawan melakukan pengungkapan atas


praktik ilegal, tidak bermoral, dan tidak etis yang terjadi dalam perusahaan. Karyawan yang
melakukan tindakan whistleblowing mempunyai risiko yang tinggi atas hilangnya pekerjaan
mereka, dikucilkan oleh rekan kerja, ataupun bisa dipindahkan ke posisi yang tidak
diinginkan.

Finding Personal Courage

-Yakin dan percaya pada tujuan yang lebih baik

Keberanian biasanya datang ketika kita sedang berjuang untuk apa yang kita percaya.
Pemimpin yang memiliki komitmen emosional yang kuat terhadap visi/tujuan yang luas
mampu menemukan kekuatan untuk menghadapi ketakutan.

-Berhubungan dari dan dengan orang lain

Peduli kepada orang lain dan memiliki dukungan dari orang lain merupakan sumber potensial
kekuatan untuk bertahan dalam hidup yang penuh kesulitan. Orang yang merasa kesepian
akan mengambil risiko yang kecil karena mereka merasa akan kehilangan/rugi. Menariknya,
media sosial membuat orang-orang lebih mudah mengenal dengan satu sama lain untuk
akhirnya saling mendukung walaupun juga terdapat bukti yang menunjukkan bahwa media
sosial sebenarnya malah mengurangi ikatan personal yang dalam antar individu. Sehingga
orang kesulitan untuk mengekspresikan keberaniannya.

- Memanfaatkan Frustrasi dan Kemarahan

Pernahkah Anda merasa ketika sedang marah maka Anda cenderung akan melupakan rasa
ketakutan atau kegagalan, malu, ataupun rasa takut bahwa orang lain tidak akan menyukai
Anda? Rasa marah, dalam kadar yang masih bisa terkontrol, merupakan emosi sehat yang
mampu membawa energi untuk bergerak/bangkit maju ke depan. Tantangannya adalah untuk
memanfaatkan kemarahan dan menggunakannya pada saat yang tepat.

-Mengambil Langkah yang kecil

Keberanian bisa diartikan sebagai kemampuan untuk membuat keputusan yang kemudian
dikembangkan melalui pikiran dan praktik secara sadar. Pemimpin yang berani tidak bersifat
gegabah dan nekat, tapi lebih ke mereka yang sudah bisa mengembangkan kemampuan dan
sumber yang mereka butuhkan nanti ketika mereka perlu untuk mengambil langkah yang
sulit. Mereka juga mampu sebagai contoh bagi pengikutnya untuk menjadi berani bertindak
sesuai tingkah laku dan menolong orang lain berlatih menjadi berani juga. Pemimpin yang
baik akan tahu bahwa ketika muncul isu/masalah etika yang sulit merupakan bagian penting
dari pekerjaan mereka untuk menyelesaikannya.

In The Lead

Jenderal Stanley A. McChrystal adalah seorang jenderal bintang empat yang pensiun dari
Angkatan Darat Amerika Serikat setelah bertugas selama lebih dari 34 tahun. Dia terkenal
karena memimpin Joint Special Operations Command secara rahasia selama Perang Teluk
Persia dan memimpin pasukan Amerika dan koalisi di Afghanistan. McChrystal
mengutamakan kepemimpinan organisasional dan kesejahteraan pengikutnya. Ia membangun
filosofi kepemimpinannya berdasarkan nasihat dari mentornya, Letnan Jenderal John Vines,
yang merupakan contoh pemimpin pelayan yang sempurna. Baginya, keberanian berasal dari
komitmen dan investasi pada para pengikutnya, terutama mereka yang berada di garis depan.
McChrystal menghargai pengorbanan dan keberanian seorang prajurit muda yang
menjalankan tugas di tempat yang sulit seperti pos pemeriksaan di Baghdad.

Case Study

Russell Hart mendapatkan penugasan manajemen sementara di divisi Timur Tengah Kresk
International di Riyadh setelah serangan jantung mendadak pendahulunya, Bill Andrews.
Setelah enam bulan penugasan, Russell melakukan perjalanan ke Dallas untuk melaporkan
situasi perusahaan di wilayah tersebut dan juga berbicara tentang perbaikan kesehatan Bill
Andrews. Russell memiliki kekhawatiran tentang manajemen di divisi tersebut, terutama
terkait dengan Youssef Said, yang Russell anggap memiliki perilaku yang tidak sesuai
dengan budaya dan etika perusahaan. Namun, Russell juga khawatir bahwa jika ia
mengungkapkan kekhawatirannya, hal itu dapat merusak peluangnya untuk mendapatkan
penugasan permanen. Dia bimbang apakah harus jujur dalam laporan pertamanya atau
menahan informasi tersebut untuk sementara waktu. Christopher, asisten Russell,
memberikan nasihat agar Russell berpikir matang sebelum memutuskan apa yang akan
dikatakannya dalam rapat dewan.

Apa yang seharusnya Russell Hart sertakan dalam laporannya tentang Youssef Said?
Mengapa? Apa yang akan kamu lakukan jika berada di posisinya?

Jawab:

• Russell Hart harus melaporkan bahwa Youssef melakukan perjanjian dan pembayaran yang
tidak dicantumkan dalam laporan keuangan, serta menyajikan bukti yang akurat agar dewan
percaya.

• Jika saya berada dalam posisi Russell, saya akan melaporkan apa yang terjadi di dalam
perusahaan, terutama tindakan yang dapat menyebabkan masalah di masa depan. Namun,
ketika saya melaporkan semua aktivitas yang terjadi di perusahaan, saya harus menyertakan
bukti yang akurat agar dewan percaya.
Jumlah atau jenis keberanian apa yang dibutuhkan agar Hart dapat mengungkapkan
segalanya dengan jujur? Bagaimana Anda akan menyarankan Hart untuk memperoleh
keberanian itu?

Jawab:

Hart membutuhkan pengakuan dari karyawan bahwa mereka diperlakukan secara tidak adil.
Hart juga harus dapat memanfaatkan frustrasi dari bawahan yang sering dihina oleh Youssef
atau Bill untuk mendapatkan pengakuan bahwa mereka diperlakukan dengan tidak baik.

Pada tahap berapa dalam skala perkembangan moral Kohlberg Anda akan menempatkan
Youssef Said, Russell Hart, dan Bill Andrews? Mengapa?

Jawab:

 Bill Andrews: Berada pada tahap orientasi konvensional, di mana individu lebih ingin
memenuhi kepentingan orang lain dan mengikuti aturan atau harapan yang ditetapkan oleh
orang lain kepada individu. Hal ini terlihat dari upaya Bill untuk memenuhi harapan dewan
meskipun harus mengorbankan orang lain dan melakukan tindakan curang.
 Youssef Said: Berada pada tahap orientasi instrumental relatif, di mana seseorang
melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan
apakah tindakan tersebut benar atau salah. Hal ini terlihat dari Youssef yang melakukan
pembayaran dan perjanjian tanpa mencatatnya dalam laporan keuangan, padahal itu tidak
boleh dilakukan, namun demi memenuhi kebutuhannya ia melakukannya.
 Russell Hart: Berada pada tahap postkonvensional, di mana individu berusaha
mewujudkan tindakan tanpa bergantung pada hubungan dengan kelompok atau orang lain,
dan individu tersebut berusaha melindungi hak-hak orang lain. Hal ini terlihat dari upaya Hart
untuk menyampaikan laporan yang jujur kepada dewan dan melindungi karyawan yang
ditindas.

Anda mungkin juga menyukai