Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Dan BISNIS

USAHA KECIL Dan KEWIRAUSAHAAN

Makalah ini disusun memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen dan
Bisnis

Dosen Pengampu :
Siti Abdillah Nurhidayah, S.E., M.M

Oleh :
1. Eka Susanti (60219066)
2. Ferry Putra A (60222062)
3. Kurniawati Khamalia (60222087)
4. Anggit Galuh Puji S (60222022)
5. Fina Febriana (60222205)
6. Alfina Damayanti (60222016)
7. Lafran Eddi Kundamaya (60222088)

Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Selamat (UNISS)
Kendal
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya
sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas Makalah “Usaha Kecil dan
Kewirausahaan” ini dengan selesai, terima kasih juga kami ucapkan kepada
teman-teman satu kelompok yang telah mendukung dan berdiskusi dalam
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan mudah-mudahan Makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dimasa yang akan datang.
Dalam penilisan Makalah ini tentuya masih banyak kekurangan yang perlu
perbaikan dan kritikan dari semua pihak yang telah membacanya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih yang tiada tara kepada pihak yang
telah membantu dan mendorong dalam dalam memperoleh materi Makalah ini.
Semoga pihak-pihak yang telah membantu menjadi amalan baik dan dapat
imbalan yang sepadan dari Allah SWT, aamiin.

Tim Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................1
3. Tujuan.................................................................................................1
4. Manfaat...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
2.1 Manajemen Usaha Kecil........................................................................3
1. Profil dan Karaktersitik Bisnis Usaha Kecil Menengah.....................8
2. Kendala Bisnis Usaha Kecil dan Menengah.....................................10
3. Strategi dan Pengelolaan Bisnis Usaha Kecil Menengah.................12
2.2 Kewiraswastaan, Wiraswasta, Wiraswastawan.................................14
1. Kewiraswastawan.............................................................................14
2. Wiraswasta........................................................................................15
3. Unsur – unsur Penting Wiraswasta...................................................16
BAB III PENUTUP.....................................................................................22
Kesimpulan...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perusahaan kecil sangat melekat pada sendi-sendi perekonomian


masyarakat, di setiap sector usaha ekonomi, baik skala kecil maupun sekala besar
selalu sangat mempengaruhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan, dan juga bagi
lingkungan perusahaan, baik kebutuhan sumber bahan baku produk, kebutuhan
tenaga kerja, dan inovasi dari kebutuhan hubungan yang saling mempengaruhi
untuk kemajuan perekonomian bangsa.

Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia merupakan salah satu sektor


yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional
khususnya dalam penyerapan tenaga kerja. Industri mikro dan kecil telah
membuktikan bahwa mereka merupakan industri yang tangguh dan mampu
bertahan melewati kondisi-kondisi sulit, yaitu krisis ekonomi. Hitt, Ireland dan
Hoskisson (2001) menyebutkan bahwa keunggulan usaha kecil dibanding usaha
besar adalah fleksibilitas, kecerdikan dan ketangkasan yang dimiliki oleh usaha
kecil.

Kewirausahaan secara umum adalah suatu proses dalam mengerjakan


sesuatu yang baru atau kreatif dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam
memberikan nilai lebih. Usaha kecil menengah atau perusahaan-perusahaan kecil
memerlukan suatu strategi dan tingkat kewirausahaan untuk suatu kesuksesan dan
keberhasilan dalam pertumbuhan usaha kecil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang anda ketahui tentang manajemen usaha kecil?


2. Bagaimana Kewirausahaan dan Wiraswasta dalam berbisnis?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui manajemen usaha kecil
2. Untuk mengetahui Kewirausahaan dan Wiraswata
1.4 Manfaat

Dalam penyusunan Makalah berjudul “Usaha Kecil dan Kewirausahaan”


ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri maupun
pembaca dan masyarakat luas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Usaha Kecil

Manajemen Usaha Kecil, meliputi : Konsepsi dan batasan usaha kecil,


Karakteristik dan dinamika permasalahan usaha kecil, Konsepsi manajemen usaha
kecil, Fungsi manajemen usaha kecil, Manajemen operasional perusahaan
(Pemasaran, Keuangan, SDM dan Produksi).

Usaha Kecil yaitu usaha yang kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta
(tidak termasuk tanah dan bangunan), Memiliki omzet tahunan sebanyak Rp 1
milyar; Milik WNI; Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung atau
tidak langsung dengan Usaha Menengah (UM) atau Usaha Besar (UB); Bentuk
usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang
berbadan hukum, termasuk Koperasi.

Manajemen usaha kecil dapat didefinisikan sebagai suatu proses


manajemen yang diselenggarakan oleh orang-orang yang diberi wewenang dan
tanggung jawab untuk mengelola sumber daya usaha kecil (manusia, keuangan,
fisik, dan informasi) guna mencapai sasaran organisasi usaha secara efektif dan
efisien.

Usaha kecil sebagai sebuah organisasi bisnis, keseluruhan fungsi


manajemen sebaiknya dijalankan dengan mempertimbangkan jenis dan skala
bisnis dari usaha yang dilakukan. Jadi manajemen usaha kecil karena skala usaha
bisnisnya lebih kecil, maka pengelolaan sumber daya organisasi bisnis dari usaha
kecil lebih sederhana dan mudah dikelola, sehingga fungsi operasional dari
manajemen usaha kecil lebih mudah direncanakan bahkan dikendalikan.

John G. Glover mendefinisikan manajemen sebagai berikut "Manajemen


sebagai kepandaian manusia dalam menganalisis, merencanakan, memotivasi,
menilai dan mengawasi penggunaan secara efektif sumber-sumber daya manusia
dan bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu”.

Oliver Sheldon memberikan definisi "Manajemen sebagai fungsi dalam


industri mengenai pelaksanaan kegiatan-kegiatan di dalam batas yang ditetapkan
dalam administrasi lapangan kerja yang telah ditetapkan”.

Louis Allen memberikan definisi "Manajemen sebagai suatu bentuk


pengetahuan yang sistematis yang didasarkan atas prinsip umum yang digunakan
dalam praktek bisnis“.

Griffin, menjelaskan “Manajemen adalah proses merencanakan dan


mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan
sumber daya manusia, keuangan, fisik, dan informasi guna mencapai sasaran
organisasi secara efektif dan efisien”.

Mc. Farland, “Manajemen adalah suatu proses di mana orang-orang yang


diberi wewenang menciptakan dan menjalankan organisasi dalam memilih dan
mencapai tujuannya”.

Tiga hal penting konsep manajemen, yaitu :

1. Proses, yaitu proses berjalannya fungsi-fungsi pokok manajemen seperti


perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian secara
terus-menerus sejalan dengan dinamika perusahaan (organisasi).
2. Wadah yang menyangkut kelembagaan atau organisasi tempat orang-orang
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
3. Manusia yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menjalankan
organisasi atau lembaga yang dibentuknya.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil dapat dikelompokkan


menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal mencakup
peran pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
pertumbuhan usaha kecil, sedangkan faktor internal yang menentukan kesuksesan
usaha adalah variabel individu meliputi karakteristik pengusaha/pemilik dan
kompetensi kewirausahaan (Sarwoko, 2013).

Keberhasilan usaha kecil terbukti ditentukan oleh karakteristik dan


kompetensi wirausaha, namun jika lingkungan usaha semakin dinamis dan
persaingan yang semakin meningkat maka keberhasilan usaha tidak terlepas dari
peran strategi.

A. Profil dan Karaktersitik Bisnis Usaha Kecil Menengah


1. Profil Bisnis Usaha Kecil Menengah
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peranan penting
dalam perekonomian di Indonesia. UKM memiliki proporsi sebesar
99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak
56,54 juta unit. Usaha Kecil dan Menengah telah mampu membuktikan
eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia.
Ketika badai krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998
usaha berskala kecil dan menengah yang relatif mampu bertahan
dibandingkan perusahaan besar. Karena mayoritas usaha berskala kecil
tidak terlalu tergantung pada modal besar atau pinjaman dari luar dalam
mata uang asing. Sehingga, ketika ada fluktuasi nilai tukar, perusahaan
berskala besar yang secara umum selalu berurusan dengan mata uang
asing adalah yang paling berpotensi mengalami imbas krisis.

2. Karakteristik Bisnis Usaha Kecil Menengah


Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi
Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat
Statistik (BPS), Keputusan Menteri Keuangan No 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994, dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang
disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha
Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang
mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan
tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah
(UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang
memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp
10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
Karakteristik UKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang
melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang
bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Karakteristik ini yang
menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.
Menurut Bank Dunia, UKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis,
yaitu : 1). Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang); 2). Usaha Kecil
(jumlah karyawan 30 orang); dan 3). Usaha Menengah (jumlah karyawan
hingga 300 orang).

Dalam perspektif usaha, UKM diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu :

1. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai


kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai
sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi
belum memiliki sifat kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4. Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar
(UB).
B. Kendala Bisnis Usaha Kecil dan Menengah

Berikut ini beberapa kendala hambatan yang sering muncul dalam Usaha
Kecil Menengah :

1. Kendala Internal
a. Modal
 Sekitar 60-70% UKM belum mendapat akses atau pembiayaan
perbankan.
 Diantara penyebabnya, hambatan geografis. Belum banyak
perbankan mampu menjangkau hingga ke daerah pelosok dan
terpencil. Kemudian kendala administratif, manajemen bisnis
UKM masih dikelola secara manual dan tradisional, terutama
manajemen keuangan. Pengelola belum dapat memisahkan antara
uang untuk operasional rumah tangga dan usaha.
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
 Kurangnya pengetahuan mengenai teknologi produksi terbaru dan
cara menjalankan quality control terhadap produk.
 Kemampuan membaca kebutuhan pasar masih belum tajam,
sehingga belum mampu menangkap dengan cermat kebutuhan
yang diinginkan pasar.
 Pemasaran produk masih mengandalkan cara sederhana mouth to
mouth marketing (pemasaran dari mulut ke mulut). Belum
menjadikan media sosial atau jaringan internet sebagai alat
pemasaran.
 Dari sisi kuantitas, belum dapat melibatkan lebih banyak tenaga
kerja karena keterbatasan kemampuan menggaji.
 Karena pemilik UKM masih sering terlibat dalam persoalan
teknis, sehingga kurang memikirkan tujuan atau rencana strategis
jangka panjang usahanya.
c. Hukum
Pada umumnya pelaku usaha UKM masih berbadan hukum
perorangan.
d. Akuntabilitas
Belum mempunyai sistem administrasi keuangan dan manajemen yang
baik.
2. Kendala Eksternal
a. Iklim usaha masih belum kondusif.
Koordinasi antar stakeholder UKM masih belum padu. Lembaga
pemerintah, institusi pendidikan, lembaga keuangan, dan asosiasi
usaha lebih sering berjalan masing-masing.
Belum tuntasnya penanganan aspek legalitas badan usaha dan
kelancaran prosedur perizinan, penataan lokasi usaha, biaya
transaksi/usaha tinggi, infrastruktur, kebijakan dalam aspek pendanaan
untuk UKM.
b. Infrastruktur
1) Terbatasnya sarana dan prasarana usaha terutama berhubungan
dengan alat-alat teknologi.
2) Kebanyakan UKM menggunakan teknologi yang masih
sederhana.
c. Akses
1) Keterbatasan akses terhadap bahan baku, sehingga seringkali
UKM mendapatkan bahan baku yang berkualitas rendah.
2) Akses terhadap teknologi, terutama bila pasar dikuasai oleh
perusahaan/grup bisnis tertentu.
3) Belum mampu mengimbangi selera konsumen yang cepat
berubah, terutama bagi UKM yang sudah mampu menembus
pasar ekspor, sehingga sering terlibas dengan perusahaan yang
bermodal lebih besar.
C. Strategi dan Pengelolaan Bisnis Usaha Kecil Menengah

Secara makro, bisnis UKM perlu dikembangkan karena pertumbuhan


ekonomi memerlukan dukungan investasi. Pada kondisi keterbatasan investasi,
maka investasi perlu diarahkan pada upaya mengembangkan wirausaha baru, yang
banyak muncul di tingkat UKM. Bisnis UKM juga mampu menyerap tenaga kerja
yang sangat besar, lebih dari 90%.

UKM umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal dan tidak


bergantung pada impor, serta hasilnya mampu diekspor. Dengan demikian,
pengembangan UKM diharapkan akan meningkatkan stabilitas ekonomi makro,
karena menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga
akan membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pembangunan UKM
akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki keterkaitan
industri yang cukup tinggi. Karena keunikannya, maka pembangunan UKM
diyakini akan memperkuat fondasi perekonomian nasional.

Indonesia akan memiliki fundamental yang kuat jika UKM telah menjadi
pelaku utama yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian nasional.
Untuk itu, pembangunan koperasi dan UKM perlu menjadi prioritas utama
pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Pengelolaan bisnis merupakan proses pengelolaan sumber daya yang ada


untuk mencapai tujuan, biasanya meliputi kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengambilan tindakan dan pengawasan. Selanjutnya, objek
yang dikelola adalah sebagai berikut :

1. Pasar dan pemasaran harus memenuhi kebutuhan dan keinginan


pelanggan.
2. Produksi menghasilkan produk yang bagus, lebih mudah dan murah.
3. Sumber Daya Manusia yang terkait (internal maupun eksternal) dapat
memberikan manfaat kepada organisasi.
4. Keuangan perusahaan mengetahui keuntungannya atau kerugiannya dan
kekayaannya.
5. Kreativitas berfikir sesuatu yang baru (thinking new things).
6. Inovasi dengan melakukan sesuatu yang baru (doing new things).
7. Memobilisasi sumber-sumber daya dan mendinamisasi proses, sehingga
menjadi lebih efisien, lebih efektif, lebih produktif dan lebih
menguntungkan, serta lebih memberikan keberhasilan usaha.

Dalam upaya mengelola bisnis UKM agar bisnis ini dapat dikembangkan
dengan baik, maka faktor-faktor yang harus menjadi perhatian dan terus didorong
agar mampu mendukung pengembangan bisnis UKM secara maksimal adalah
sebagai berikut :

1. Sarana dan prasarana, meliputi akses jalan raya, listrik, air, telekomunikasi
yang merupakan faktor penting untuk mendukung kelancaran usaha.
2. Fasilitas fisik, meliputi lahan dan bangunan usaha sangat diperlukan oleh
sebagian besar bisnis UKM untuk meningkatkan kegiatan usaha mereka.
3. Fasilitas pendanaan, dengan tingkat bunga murah juga sangat diperlukan
untuk mendukung kegiatan usaha UKM. Kemudahan kredit dalam plafon,
tingkat bunga, jangka waktu, dan proses pengajuan sangat diharapkan oleh
pelaku usaha UKM.
4. Tenaga kerja, pelaku bisnis UKM menghadapi beberapa kendala seperti :
 Rendahnya pengetahuan dan keterampilan.
 Rendahnya motivasi.
 Kurang disiplin dan rendahnya produktifitas.
 Tenaga kerja belum dibayar memadai.
 Pemanfaatan teknologi informasi dan internet.
 Inovasi, khususnya inovasi dalam bentuk teknologi yang disertai
dengan peningkatan keahlian tenaga kerja.
 Pengadaan bahan baku. Permasalahan terkait dengan pengadaan
bahan baku seperti tidak tersedianya uang tunai dan kekurangan
modal; keterlambatan pasokan; seringkali dipengaruhi oleh cuaca;
harganya mahal dan tidak stabil.
 Peralatan produksi. Para pelaku bisnis UMKM membutuhkan
peralatan produksi yang memenuhi persyaratan berikut : murah,
praktis, suku cadang mudah didapat, tahan lama, dan dengan
teknologi terkini.

Dengan demikian, untuk dapat mengembangkan kegiatan usaha bisnis


UKM, maka perlu dilakukan upaya seperti : Kemudahan akses permodalan,
Bantuan pembangunan prasarana, Pengembangan skala usaha, Pengembangan
jaringan usaha, pemasaran dan kemitraan, Pengembangan sumber daya manusia,
Peningkatan akses teknologi, Mewujudkan iklim bisnis yang lebih kondusif.
(Statistik Perbankan Indonesia, 2015)

2.2 Kewiraswastaan, Wiraswasta, Wiraswastawan


1. Kewiraswastawan
Kewiraswastaan “Entrepreneurship” adalah kemampuan dan kemauan
seseorang untuk berisiko dengan menginvestasikan waktu, uang dan usaha untuk
memulai suatu perusahaan dan menjadikannya berhasil. Melalui upaya yang
dijalankannya, yang bersangkutan merencanakan dan mengharapkan kompensasi
dalam bentuk keuntungan dan juga kepuasan. Bidang usaha atau perusahaan yang
di bangun oleh seseorang dengan kepribadian tertentu (Wiraswastawan atau
Entrepreneur) sebagai alternative penyediaan lapangan kerja, minimal bagi si
pemilik modal itu, disebut wiraswasta.

Selain memperoleh keuntungan, berwiraswasta juga tak lepas dari


kemungkinan rugi. Sisi keuntungan berwiraswasta adalah kemungkinan untuk
mengatur tingkat keuntungan yang diharapkan (semakin giat usaha dan waktu
yang dicurahkan, akan semakin besar harapan perolehan keuntungannya), melatih
ketajaman intuisi bisnis, meningkatkan sifat tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri (juga terhadap keluarga dan bangsa), dan memiliki wewenang untuk
memerintah dan mengelola karyawannya. Sedangkan sisi kerugian
berwiraswasta adalah tanggung jawab yang benar terhadap kelangsungan usaha,
perlunya menjaga relasi yang baik terhadap pihak-pihak yang terkait dalam
rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, menaggung beban
akibat kerugian perusahaan, pencurahan waktu kerja, maupun bentuk
pengorbanan lainnya yang berkaitan dengan keluarga.

Pada umumnya orang yang tidak berani mengambil resiko akan


menghindari kesempatan berwiraswasta. Karena, dengan kerja kepada orang lain,
mereka memiliki tanggung jawab yang lebih ringan atas kerugian perusahaan,
memiliki jam kerja yang teratur dan seringkali memperoleh penghasilan
tambahan.

4. Wiraswastawan
Pengertian Wiraswastawan menunjuk kepada pribadi tertentu yang secara
kualitatif lebih dari kebanyakan manusia pada umumnya, yaitu pribadi yang
memiliki kemampuan untuk :

1. Berdiri di atas kekuatan sendiri;


2. Mengambil keputusan untuk diri sendiri;
3. Menetapkan tujuan atas dasar pertimbangan sendiri;
4. Mengambil resiko;
5. Menggerakan perekonomian masyarakat untuk maju ke depan;
6. Memanfaatkan kesempatan yang ada;
7. Supel, fleksibel dalam bergaul, menerima kritik membangun, dan
melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain;
8. Memperhatikan lingkungan sosial untuk mencapai taraf hidup yang lebih
baik bagi semua orang.

Dalam kaitannya dengan kemajuan perusahaan, peranan wiraswastawan, adalah :

1. Memimpin usaha secara teknis maupun ekonomis dengan berbagai aspek


fungsional;
2. Mencari keuntungan bisnis;
3. Membawa perusahaan kearah kemampuan perkembangan serta kontinuitas
atau berkelanjutan;
4. Memperkenalkan hasil produksi baru;
5. Memperkenalkan cara produksi yang lebih maju;
6. Membuka pasar;
7. Merebut sumber bahan mentah maupun bahan setengah jadi;
8. Melaksanakan bentuk organisasi perusahaan yang baru.

5. Unsur – unsur Penting Wiraswasta


Dalam berwiraswasta tercakup beberapa unsur penting yang saling
berkaitan. Unsur – unsur tersebut adalah :

1. Unsur Pengetahuan
Mencirikan tingkat penalaran yang dimiliki seseorang. Pada umumnya
unsure pengetahuan banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan orang.
2. Unsur Keterampilan
Pada umumnya keterampilan ini diperoleh melalui latihan dan pengalaman
kerja nyata. Wiraswastawan yang dilengkapi keterampilan tinggi atau
mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi.
3. Unsur Kewaspadaan
Merupakan paduan unsur pengetahuan dan sikap mental dalam
menghadapi keadaan yang akan datang. Kewaspadaan berkaitan dengan
pemikiran atau rencana tindakan untuk menghadapi sesuatu yang mungkin
terjadi atau di duga yang akan dialami.
4. Unsur sikap mental
Menggambarkan reaksi sikap dan mental seseorang ketik menghadapi
suatu situasi . Secara umum di tuntut adanya sikap mental yang fleksibel,
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan keadaan, dinamis, kreatif dan
inisiatif.

6. Perusahaan Kecil Dalam Lingkungan Perusahaan


Perusahaan kecil memegang peranan penting dalam komunitas perusahaan
swasta. Pengalaman di beberapa nergara maju (Amerika Serikat, Inggris, Jepang
dan sebagainnya) menunjukan bahwa komunitas perusahaan kecil memberikan
kontribusi yang perlu diperhitungkan di bidang produksi, pajak, penyedia
lapangan kerja dan lain sebagainnya. Seringkali dari perusahaan kecil muncul
gagasan-gagasan baru yang merupakan terobosan penting dalam kondisi
perekonomian yang tidak menguntungkan. Perusahaan-perusahaan yang sekarang
ini telah menjadi besar, seperti General Electric, IBM, PT. ASTRA Internasional
dan lain-lain, pada mulanya adalah perusahaan kecil. Dengan kiat-kiat tertentu
dari pelaku bisnis, perusahaan kecil dapat berkembang dengan menjadi
perusahaan raksasa seperti sekarang.

2.3 Cara memasuki Perusahaan


Secara umum ada tiga cara untuk memasuki perusahaan dan menjadikannya
sebagai hak milik. Ketiga cara tersebut adalah :

1. Membeli perusahaan yang telah dibangun


Membeli perusahaan yang telah dibangun dapat memberikan sejumlah
keuntungan untuk dalam kaitannya dengan lokasi perusahaan, evaluasi kinerja
perusahaan, efisiensi usaha, efisiensi waktu, maupun efisien dalam biaya
pendirian.

Pada umumnya orang berkenan membeli perusahaan yang telah dibangun,


bilamana atas dasar pengalaman dan fakta yang dirasakan lokasi perusahaan telah
terjamin dan menguntungkan. Jadi menghemat biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk kelayakan lokasi.

Dalam kaitannya dengan mengambil alih atas pertimbangan kinerja


perusahaan, tentuya pihak pengambil ahli telah memperhitungkan kemampuan
perusahaan atas dasar pelaksanaan yang nyata dapat dipelajari sehingga dapat
dilakukan penilaian tentang kesehatan perusahaan (misalnya catatan mengenai
utang pajak, laporan keuangan yang diaudit, pembukuan penjualan, urusan dengan
pengadilan, dan sebagainya).
2. Memulai perusahaan baru

Memulai perusahaan baru merupakan upaya yang menguntungkan


bilamana tak ada kemungkinan membeli perusahaan yang sudah dibangun atau
pembelian perusahaan yang sudah ada diperhitungkan tidak menguntungkan
(karena perusahaan yang akan diambilalih dinilai tidak sehat, operasionalnya tidak
efisien, pasarnya tidak memadai, pekerjaannya tidak kompeten, peralatan dan
teknologinya sudah ketinggalan zaman dan sebagainya).

Pembuatan perusahaan baru memungkinkan pemilik untuk bmemilih


lokasi, seleksi dalam rukrutmen tenaga kerja, pemilihan merk dagang, teknologi,
jenis peralatan dan sebagainya.

3. Membeli hak lisensi (Franchising atau Waralaba)

Pembelian hak lisensi “Franchising” dapat merupakan suatu keuntungan


tersendiri karena adanya kerjasama antara si pembeli hak lisensi “Franchisee”
dengan pihak yang hak lisensinya dibeli “Franchisor”. Dalam “Franchising”
terjadi hubungan bisnis yang berkesinambungan antara “Franchisee” dan
“Franchisor”. “Franchising” merupakan suatu persatuan lisensi menurut hukum
antara suatu pabrik “Manufacturing” atau perusahaan yang menyelenggarakan,
dengan penyalur “Dealer” untuk melakukan kegiatan.

Sistem Waralaba “Franchising” sendiri di mulai dengan apa yang disebut


“Product Franchise” (Waralaba Produk), yang lebih merupakan usaha agen
seperti Keagenan Mesin Jahit Singer, Keagenan Sepatu Bata dan sejenisnya. Pada
perkembangan selanjutnya, Waralaba Produk ini kemudian popular melalui
“Business Format Franchising (Sistem Waralaba Format Usaha), seperti Restoran
Kentucky Fried Chiken, Mc Donald, Es Teller 77, Ace Hardware, Continent
Hypermarket, Ray White Property, Ziebart, dan lain sebagainya.

4. Tipe – tipe Franchising


Dalam praktek pelaksanaannya, dijumpai adanya beberapa jenis Franchising,
yaitu :
1. Trade Name Franchising
Dalam hal ini, “Franchise“ memperoleh hak untuk memproduksi.
Contoh : PT. Great River memiliki hak untuk memperoduksi pakaian
dalam merk Triumph dengan lisensi dari Jerman.
2. Product Distribution Franchising
Dalam hal ini, “Franchisee” memperoleh hak untuk distribusi di wilayah
tertentu. Contoh : Soft Drink, Cosmetics, dan sebagainya.
3. Pure Franchising or Business Format
Dalam hal ini “Franchisee” memperoleh hak seluruhnya, mulai dari
“Trademark”, penjualan, peralatan, metode operasi, strategi pemasaran,
bantuan manajemen dan teknik, pengendalian kualitas dan lain-lain.
Contoh : Restaurant, Fast Food, Pendidikan, dan Konsultan.

Dalam hal pembelian hak isensi, beberapa faktor seperti pendanaan


pribadi, pertimbangan keluarga, naluri bisnis, kondisi perekonomian dan
sebagainya, perlu dipertimbangkan dengan seksama. Hal ini mengingat
“Franchising” dapat memberikan keuntungan maupun kerugian.

5. Keuntungan dan Kerugian Franchising


Keuntungan Bisnis Franchising ditunjukan oleh :

1. Pengalaman dan faktor sukses


2. Bantuan keuangan dari “Franchisor”
3. Brand Name dan Reputasi
4. Bisnis sudah terbangun
5. Standarisasi mutu
6. Biaya produksi rendah
7. Kesiapan menajamen
8. Bantuan manajemen dan teknik
9. Profit lebih tinggi
10. Perlindungan wilayah
11. Memperoleh manfaat Market Research dan Product Development
12. Risiko gagal kecil
13. Franchisor memberi bantuan berupa :
a. Pelatihan manajemen dan staf serta rekrutmen karyawan. Pelatihan
diberikan agar manajer dan bawahannya yang mengoprasikan
“Franchise” dapat memberikan service, produk, serta kualitas yang
sesuai dengan “Franchior”.
b. Pemilihan dan pengkajian lokasi dalam kaitanya dengan tingkat
kependuduakan angka pendapatan perkapita, latar belakang etnik, arus
lalu lintas, jarak dengan saigan, tempat parkir, dan lain lain.
c. Rancangan fasilitas dan rencana bangunan agar tempat serta suasana
“Franchise” mirip dengan aslinya dalam hal denah dan dekorasi
tempat atau ruangan.
d. Spesifikasi peralatan dan produk, sehubungan dengan upaya agar mutu
tetap sama, disamping untuk pengendalian jumlah penjualan,
“Franchise” diwajibkan untuk membeli berbagai peralatan/produk
yang di buat berdasarkan “Resep atau Ramuan Rahasia”.
e. Dukungan promosi dan iklan, “Ffranchisor” wajib mengkoordinasi
dan bertanggung jawab terhadap periklanan dan promosi yang
dilakakuan “Franchisor”. Pada umumnya biaya iklan di tanggung
bersama oleh semua otlet yang ada pada suhu Negara/wilayah, yag
berkisar 1% - 6% dari penjualan.
f. Bantuan pada pembukaan, “Franchise” untuk keperluan ini,
“Franchisor” akan memberikan pelatihan dan bantuan oprasional pada
saat lokasi “Franchise” akan di buka. “Franchisor” akan memberi
saran-saran dalam soal staf, perubahan fasilitas yang diperlukan dan
berbagai hal lain berdasarkan pengalaman.
g. Bantuan dalam pendanaan, secara umum “Franchisor” memiliki
hubungan baik dengan bank. Keadaan ini akan memudahkan dalam
pendanaan “Franchise” dengan syarat pinjaman lebih ringan karena
kepercayaan bank yang tinggi akan keberhasilan “Franchise”nya.
h. Pengawasan yang berlanjut, dalam pencatatan dan akuntansi,
konsultasi, pemeriksaa dan standar, promosi, pengendalian, kualitas,
nasihat hukum, riset maupun sumber-sumber matrial.
6. Kerugian – kerugian Franchising
1. Program pelatihan “Franchisor” terkadang jauh dari harapan
2. “Franchisor” hanya sedikit memberikan kebebasan
Sebelumnya telah di singgung bahwa “Franchising” memberkikan
keuntungan bagi “Franchising” maupun “Franchisor”. Secara umum
keuntungan bagi “Franchisor” adalah :
a. Usaha berkembang dengan investasi
b. Adanya pengembangan outlet
c. Memperoleh orang yang lebih gigih
d. Diskon yang diperoleh dari skala ekonomi
e. Memperoleh masukan yang lebih customized

2.4 Perbedaan antara Kewirausahaan dan Bisnis Kecil

Kewirausahaan adalah suatu bentuk usaha berskala lebih luas apabila di


bandingkan dengan bisnis kecil-kecilan, pelaku bisnis yang menerima resiko
maupun peluang yang ada karena menciptakan dan mengoprasikan bisnis baru.
Yang membedakan adala visi, aspirasi dan strategi. Wirausahawan termotivasi
untuk tumbuh berekspensi dan membangun yang artinya berani menanggung
resiko.

Bisnis kecil adalah suatu bentuk usaha berskala kecil yang di bangun
dengan tidak mempunyai rencana untuk pertumbuan-pertumbuhan yang hebat dan
hanya mencari pendapatan yang aman.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kewiraswastaan “Entrepreneurship” adalah kemampuan dan kemauan


seseorang untuk berisiko dengan menginvestasikan waktu, uang dan usaha untuk
memulai suatu perusahaan dan menjadikannya berhasil. Melalui upaya yang
dijalankannya, yang bersangkutan merencanakan dan mengharapkan kompensasi
dalam bentuk keuntungan di samping itu juga kepuasan. Bidang usaha atau
perusahaan yang di bangun oleh seseorang dengan kepribadian tertentu
(Wiraswastawan atau “Entrepreneur”) sebagai alternative penyediaan lapangan
kerja, minimal bagi si pemilik modal itu,kita sebut Wiraswasta.

Selain memperoleh keuntungan, berwiraswasta juga tak lepas dari


keuntungan berwiraswasta adalah kemungkinan untuk mengatur tingkat
keuntungan yang diharapkan, melatih ketajaman intuisi bisnis, meningkatkan sifat
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, keluarga dan bangsa, memiliki
wewenang untuk memerintah dan mengelola karyawannya. Sedangkan sisi
kerugian berwiraswasta yaitu tanggung jawab yang benar terhadap kelangsungan
usaha, perlunya menjaga relasi yang baik terhadap pihak-pihak yang terkait dalam
rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, menaggung beban
akibat kerugian perusahaan, pencurahan waktu kerja, maupun bentuk
pengorbanan lainnya yang berkaitan dengan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Ahyari. 1987. Manajemen Produksi I. Jakarta: Universitas Terbuka.


Alma, Buchari. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Penerbit Alfabeta.
Alteza, Muniya. 2011. Pengantar Bisnis (Teori dan Aplikasi di Indonesia).
Yogyakarta: FISIE UNY.
Amirullah, dan Hardjanto. 2005. PengantarBisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Anoraga, Pandji. 2007. Pengantar Bisnis (Pengelolaan Bisnis Dalam Era
Globalisasi). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Bank Indonesia. Statistik Perbankan Indonesia. Vol.13, No.4 Maret 2015.
Fuad, M. Et. Al. 2005. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Frensidy, Budi. 2010. Matematika Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Gitosudarmo, Indriyo. 1996. Pengantar Bisnis. Edisi 2 Yogyakarta: BPFE UGM.
Gitosudarmo, Indriyo. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM.
Hitt, Michael A., R. Duane Ireland, dan Robert E. Hoskisson. 2001. Manajemen
Strategis: Daya Saing & Globalisasi. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Hitt, Michael A., R. Duane Ireland, dan Robert E. Hoskisson. 2001. Manajemen
Strategis: Daya Saing & Globalisasi. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
James A.F. Stoner, R. Edward Freeman, Daniel A. Gilbert JR, PT. Prenhallindo,
Jakarta, 1996
Sarwoko, E., & Hadiwidjojo, D. 2013. Entrepreneurial Characteristics and
Competency as Determinants of Business Performance in SMEs. IOSR
Journal of Business and Management (IOSR-JBM), Vol.7 No.3.
Stephen P. Robbins, Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta. Erlangga.
Suryanto, Bambang. 2005. Manajemen Bisnis Usaha Kecil. Penerbit: TSmart

Anda mungkin juga menyukai