KAHFI AYUBA
NIM 202142130015
Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya
Oleh :
KAHFI AYUBA
NIM 202142130015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1,
Dosen Pembimbing 2,
Ir. Yusrudin, M. Si
Tanggal :
ii
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENANGKAPAN
(Fishing Time) TERHADAP HASIL TANGKAPAN
PADA ALAT TANGKAP JARING INSANG
(Gill Net) DI PERAIRAN KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG
Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya
Oleh :
KAHFI AYUBA
NIM 202142130015
Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Pertanian Penguji 1,
Universitas Dr. Soetomo Surabaya
Penguji 2,
Ir. Yusrudin, M. Si
Tanggal : .............
iii
KATA PENGANTAR
Dengan puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala Karunia - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
penelitian ini. Penulisan skripsi penelitian ini merupakan hasil penelitian yang
didapat dari analisa lapangan dengan judul : Pengaruh Perbedaan Waktu
Penangkapan (Fishing Time) Terhadap Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Jaring
Insang (Gill Net) Di Perairan Kepulauan Bangka Belitung.
Sehubungan dengan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan
skripsi ini terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Ir. Agus Sutoyo, M. Si selaku dosen pembimbing I.
2. Bapak Ir. Yusrudin, M. Si selaku dosen pembimbing II.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu kami, baik secara langsung maupun
tidak langsung hingga tersusunya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka
dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar - besarnya
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skrispi ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penulisan selanjutnya dan mudah mudahan hasil dari skripsi penelitian penelitian
ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Penulis
iv
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENANGKAPAN
(Fishing Time) TERHADAP HASIL TANGKAPAN
PADA ALAT TANGKAP JARING INSANG
(Gill Net) DI PERAIRAN KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG
Oleh :
Kahfi Ayuba, Agus Sutoyo, Yusrudin
ABSTRAK
Selat Karimata dan laut Natuna merupakan daerah fishing ground yang
terletak di bagian Timur pulau Bangka Belitung. Sumber daya ikan di perairan ini
didominasi oleh ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar dan ikan demersal. Salah Satu
alat Tangkap yang banyak digunakan adalah jaring insang. Pada penelitian
menggunakan perlakuan perendaman 2 jam 3 jam dan 4 jam dimana perlakuan 3
jam merupakan perlakuan ril nelayan, sedangkan 2 jam dan 4 jam perlakuan dalam
percobaan untuk mengetahui perbedaan dengan waktu ril nelayan. Tujuan
penelitian ini untuk mendapatkan data jenis produksi hasil tangkapan serta
mengatahui pengaruh lama perendaman terhadap hasil tangkapan jaring insang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental fishing
dengan mengguakan mata jaring 4 inchi sebanyak 3 lembar jaring. Analisa data
menggunakan analisa sidik ragam satu jalur. Jumlah berat produksi hasil tangkapan
pada jaring bottom gillnet dengan lama perendaman yang berbeda didapatkan hasil
dengan 4 jam sebesar 1.331 Kg, pada lama perendaman 3 jam diperoleh rata-rata
888,625 Kg, dan pada perendaman 2 jam diperoleh rata-rata hasil tangkapan
657,8125 Kg. Pengaruh lama perendaman pada uji ANOVA dijelaskan bahwa
diperoleh nilai Sign 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak artinya ada perbedaan hasil
tangkapan dengan lama waktu perendaman 4 jam,3 jam, dan 2 jam. F hitung 24,252
dan F tabel 3,20 artinya 24,252 >3,20 maka H0 ditolak artinya ada perbedaan antara
hasil tangkapan dengan waktu lama perendaman 4 jam, 3 jam, dan 2 jam.
v
RINGKASAN
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
RINGKASAN ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Maksud Dan Tujuan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2
1.5 Hipotesis............................................................................................... 3
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Jaring Insang ........................................................................... 4
Gambar 2.2 Jaring Insang Pertengahan ....................................................... 7
Gambar 2.3 Jaring Insang Hanyut ............................................................... 8
Gambar 4.1 Kapal Yang Digunakan ........................................................... 16
Gambar 4.2 Grafik Hasil Tangkapan .......................................................... 17
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Alat Dan Fungsinya .................................................................... 10
Tabel 3.2 Bahan .......................................................................................... 10
Tabel 4.1 Tabel Analisis Sidik Ragam ........................................................ 18
Tabel 4.2 Tabel Uji Normalitas Data .......................................................... 19
Tabel 4.3 Tabel Uji Homogenitas ............................................................... 20
Tabel 4.4 Uji Oneway Anova...................................................................... 20
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
kepala, bagian sirip atau terpuntal seluruh tubuhnya. Jaring insang didasarkan pada
pemikiran bahwa ikan - ikan yang tertangkap jaring disekitar operkulumnya pada
mata jaring (Martasuganda, 2002).
Hasil tangkapan jaring insang umumnya menangkap ikan pelagis
(permukaan air), tetapi juga biasa menangkap ikan demersal (dasar air). Jenis ikan
hasil tangkapan nelayan ada yang untuk dijual, ada juga ikan yang hanya dibawa
pulang untuk dikonsumsi. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan alat tangkap
jaring insang adalah ikan - kan yang hidupnya beruaya atau mempunyai daerah
renang di permukaan (surface), di dasar (bottom), dan dipertengahan (mid water),
tergantung dari jenis jaring insang yang dioperasikan (Mardiansyah et, al., 2015).
1.5. Hipotesis
a) H0 : Perbedaan waktu penangkapan (fishing time) pada alat
penangkapan jaring insang (gill net) diduga tidak berpengaruh terhadap
hasil tangkapan.
b) H1 : Perbedaan waktu penangkapan (fishing time) pada alat
penangkapan jaring insang (gill net) diduga akan berpengaruh terhadap jenis
produksi dan hasil tangkapan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
keterangan :
a. Jaring (webbing) e. Tali pelampung h. Tali pemberat
b. Pelampung sosis f. Pemberat
c. Tali ris atas g. Tali ris bawah
d. Pelampung utama
Gambar 2.1. Jaring Insang (Gill Net)
5
dilewati ikan atau hewan lainnya dan dibiarkan beberapa lama sampai ikan
menabrak dan terjerat memasuki mata jaring (mesh size). Lama waktu pemasangan
jaring insang disesuaikan dengan target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan
yang mengoperasikan (Martasuganda, 2005).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan
penangkapan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang adalah spesifikasi
alat (jenis bahan, panjang dan tinggi jaring, pengkerutan jaring, ukuran mata jaring
dan warna pada jaring), pengetahuan dan keterampilan nelayan, pengetahuan akan
musim, serta pengaruh oseanografi. Selain itu kedua gaya vertical yang bekerja
yaitu gaya apung dan khususnya gaya tenggelam dapat menentukan laju
tenggelamnya jaring hingga secara tidak langsung mempengaruhi lamanya waktu
operasi (Johannes et al., 2011).
Dalam pengoperasian alat tangkap jaring insang yang perlu diperhatikan
adalah arus, karena prinsip dari pada penangkapan dengan alat tangkap jaring
insang adalah menghadang pergerakan ikan sehingga pemasngan jaring dilakukan
dengan memotong atau membuat sudut terhadap arah arus. Usaha penangkapan
ikan atau udang dengan alat tangkap jaring insang akan lebih efektif bila dilakukan
secara kolektif bertujuan untuk mengurangi gerak ikan, sehingga terperangkap oleh
jaring secara terbelit (engtangled) atau terjerat pada jaring (Subani, 2008).
Adapun tahapan pengoperasian jaring insang yang biasa dilakukan oleh para
nelayan adalah sebagai berikut (Nugroho et al., 2016) :
1) Persiapan dalam operasi jaring insang meliputi persiapan alat tangkap
(meyiapkan jaring insang) dan mempersiapkan alat bantu penangkapan
(meyiapkan perahu, bahan bakar, senter, dan lain - lain).
2) pemasangan (Setting) adalah penurunkan jaring insang kedalam perairan
lalu kemudian memasang pelampuang pada tali ris atas dengan jarak yang
ditentukan dan memasang pemberat kemudian jaring diturunan kedalam
perairan.
3) Perendaman (Immersing) dilakukan setelah penurunan jaring insang
(setting) hingga dimulainya pengangkatan jaring insang (hauling),
diperkirakan jaring insang telah memperoleh hasil. Lamanya perendaman
dalam kegiatan ini ditentukan oleh nelayan sendiri, setelah waktu yang
7
ditentukan telah sesuai, maka akan dilakukan penarikan alat tangkap atau
hauling.
4) Penarikan (Hauling) jaring insang diangkat ke atas perahu dengan cara
ditarik secara perlahan tali ris atasnya. Pada saat proses hauling, ikan yang
tertangkap akan dilepaskan dari jaring dan dimasukan kedalam box ikan.
2.4. Metode Penangkapan
Menurut (Ayodhyoa, 1997) membedakan jaring insang berdasarkan metode
penangkapan dan daerah penangkapannya.
A. Jaring Insang Pertengahan (Midwater Gill Net)
Metode penangkapan jaring insang pertengahan (midwater gill net) berada
di pertengahan suatu perairan antara surfase gill net dan bottom gill net. Jaring
insang pertengahan juga biasa disebut floating net karena posisinya yang
mengapung di lapisan perairan laut yang disebabkan oleh berat lempeng pemberat
dan pelampung yang disesuaikan supaya jaring insang dapat terapung. Daerah
penangkapan juga hampir sama dengan daerah penangkapan jaring insang
permukaan, bukan di daerah pelayaran kapal - kapal besar.
Daerah penangkapan mengikuti keberadaan ikan dan perhitungan ekonomi
kegiatan penangkapan, yang kemudian diperhitungkan jarak tempuh dan kekuatan
kapal dalam melakukan penangkapan.
berbeda - beda. Ada sebagian kapal ikan yang mencari ikan dilaut lepas seperti di
Zona Ekonomi Eklusif (ZEE) dan ada yang hanya menangkap ikan diwilayah 12
mil dan bahkan ada yang hanya dilakukan di perairan 4 mil. Perbedaan wilayah
penangkapan ini tentu akan membedakan baik dalam jumlah hasil tangkapan
maupun jenis ikan yang didekat pantai.
Menurut (Nontji, 2007) menjelaskan bahwa ikan demersal memiliki habitat
di dasar suatu perairan, untuk mencari makan kepermukaan air akan dilakukan pada
malam hari dan kembali kedasar perairan pada pagi hari. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh (Rahmat, et. al, 2014) bahwa hasil tangkapan
yang dilakukan pada malam hari jauh lebih banyak ikan yang akan terjerat
dibandingkan dengan siang hari. Alasan ikan tertangkap kedalam mata jaring
karena keliling bagian akhir dari tutup insang (opercular) lebih kecil dari keliling
matang jaring (mesh perimeter) dan keliling badan ikan maksimum (maximum body
girth) lebih dari keliling mata jaring, karena keberadaan jaring susah untuk dilihat,
adanya study action, imitation action, dalam keadaan panik, mengikuti gerak alat
tangkap dan faktor - faktor lainnya.
2.6. Hasil Tangkapan / Produksi
Pengertian dari hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan maupun
binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil
tangkapan dari jaring insang ini bermacam - macam, namun alat tangkap ini lebih
banyak menangkap ikan - ikan pelagis, diantaranya ikan Lemuru (Sardinella spp),
Udang (Udang Barong, Lobster), Kembung (Restrellingger spp), Tembang (Clupea
sp), Layang (Decapterus Kuroides), dan Belanak (Mugil sp), Tongkol (Auxis sp),
Cakalang (Euthynnus sp). Jenis - jenis ikan tersebut yang umum tertangkap jaring
insang (Mardiansyah et al., 2015).
Jumlah produksi atau hasil tangkap nelayan merupakan jumlah seluruh hasil
tangkap laut yang didapat nelayan pesisir selama waktu kerja yang kemudian untuk
dijual kembali guna mendapat penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun input yang digunakan adalah mulai dari modal dan biaya produksi hingga
tenaga kerja. Sehingga output yang dihasilkan adalah seluruh hasil tangkap laut
oleh nelayan pesisir mulai dari berbagai jenis ikan, udang dan lobster.
BAB 3
MATERI DAN METODE PENELITIAN
size) 4” (10 cm) dengan ukuran tasi 0,35 sebanyak tiga lembar (piece), serta
menggunakan panjang tali ris atas 36 meter dan panjang tali ris bawah 41 meter dan
lebar 9 meter dengan ukuran tali 3 mili, pelampung sosis, pelampung utama, tali
nilon. Sedangkan untuk waktu perendaman yang digunakan adalah 2 jam, 3 jam,
dan 4 jam dimana terdapat 3 titik lokasi dan di setiap 1 lokasi terdapat 2 kali
sampling sehingga jumlah keseluruhan terdapat 6 kali sampling atau 6 kali
pengoperasian jaring insang.
Tahap pembuatan jaring diawali dengan pemasangan tali ris atas beserta
pemasangan pelampung, dimana untuk jumlah pelampung yang digunakan akan
disesuaikan dengan panjang jaring. Sedangkan untuk jarak pada tiap - tiap
pelampung akan disusaikan dengan pengukur yang telah dibuat terlebih dahulu
yaitu berjarak 1 meter. Kemudian akan dilanjutkan dengan pemasangan tali ris
bawah, tetapi untuk pemberat dipasang saat diatas kapal / perahu saat akan memulai
penelitian agar mudah dalam mempersiapkan jaring serta mudah dalam
menggabung tiap - tiap jaring. Jarak setiap pemberat kisaran 7 meter dan
menggunakan pemberat berbentuk lempengan yang terbuat dari semen yang dicetak
bulat dengan diameter sekitaran 25 cm. Alat yang akan dibuat tetap menggunakan
desain jaring seperti milik parah nelayan, dan untuk perakitan akan dibantu oleh
para nelayan yang sudah berpengalaman dalam pembuatan jaring insang.
Teknik operasi penangkapan dengan alat tangkap jaring insang ini nantinya
akan dibagi menjadi lima tahap, yaitu persiapan, menentukan daerah penangkapan
(fishing ground), pemasangan (setting), perendaman (soaking), dan penarikan alat
tangkap (hauling). Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan
operasi penangkapan, yaitu pemeriksaan mesin, pengisian bahan bakar dan
mempersiapkan alat tangkap jaring insang. Setelah semua persiapan telah siap yang
kemudian dilanjutkan menuju titik lokasi penangkapan (fishing ground).
Pemasangan (Setting) dari alat tangkap jaring insang akan dibantu oleh nelayan
yang biasa mengoperasikan kapal dan telah berpengalaman dalam penurunan alat
tangkap jaring insang.
Pemasangan dilakukan pada titik yang telah ditentukan yaitu diperairan
yang tidak banyak dilaluinya kapal - kapal agar jaring yang diperairan tidak
tersangkut dikapal yang melintas. Mencari daerah penangkapan (fishing ground)
12
lestari). Artinya, masih ada sekitar 119.209 ton/tahun (74.6%) ikan demersal yang
belum dimanfaatkan di laut Natuna. Beberapa jenis ikan di laut Natuna, yang
potensial untuk dikembangkan antara lain Ikan dari jenis kerapu, tongkol krai, teri,
tenggiri, ekor kuning/pisang-pisang, selar, kembung, udang putih/ jerbung, udang
windu, kepiting, rajungan, cumi - cumi dan sotong.
Daerah penangkapan ikan nelayan di perairan Natuna oleh nelayan
tradisional dan nelayan besar berada diseitar area perairan. Lokasi penangkapan itu
diantaranya adalah sekitar Pulau Bunguran, Natuna Besar, Pesisir Pulau Natuna,
Midai, Pulau Serasan, Tambelan, dan Laut Cina Selatan. Lokasi penangkapan kapal
besar umumnya adalah yang berada di luar lokasi 4 mill laut yang beradap di
wilayah laut Natuna, Laut Cina Selatan.
4.2. Kapal Penangkapan
Kapal yang digunakan dalam penangkapan ikan dalam penelitian berukuran
10 GT (Gross Tonnage) dengan kapasitas ABK berjumlah 20 – 30 orang dengan 1
nahkoda. Mesin jalan kapal yang digunakan memiliki tenaga penggerak mesin
diesel dengan merk Kubota dan menggunakan mesin jalan kapal ber merk
Mitsubishi dengan daya 100 HP (Horse Power) dan 120 HP. Kapal penangkap juga
dilengkapi dengan jangkar, lampu dan coolbox yang digunakan sebagai sarana
untuk membantu proses penangkapan ikan selama dilaut. Kapal penangkap ikan
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
23% 2 jam
46% 3 jam
31% 4 jam
Perlakuan
Ulangan
4 Jam 3 Jam 2 Jam
1 1.045 870 701
2 967 801 654
3 2.001 967 502
4 2.257 1.101 765
5 1.500 876 750
6 980 760 590
7 1.320 902 710
8 1.001 876 698
9 1.245 1.121 723
10 876 760 576
11 980 878 591
12 1.304 901 724
13 2.105 1.002 654
14 1.780 790 602
15 1.067 845 707
16 870 768 578
Total 21.298 14.218 10.525
Rata -
Rata 1.331 888,625 657,8125
Berat hasil tangkapan dalam Kg
19
2. Uji Homogenitas
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Hasil Analisis One Way Anova dapat dilihat pada tabel, dijelaskan bahwa
diperoleh nilai Sign 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak artinya ada perbedaan hasil
tangkapan dengan lama waktu perendaman 4 jam,3 jam, dan 2 jam. F hitung 24,252
dan F tabel 3,20 artinya 24,252 >3,20 maka H0 ditolak artinya ada perbedaan antara
hasil tangkapan dengan waktu lama perendaman 4 jam, 3 jam, dan 2 jam.
4.5. Faktor Kondisi Lingkungan
Perairan Kondisi lingkungan dari suatu perairan dapat menggambarkan
sebagai salah satu faktor yang dapat menggambarkan mutu dan kualitas dari suatu
perairan. Hal ini masih termasuk dalam kondisi yang mendukung berjalannya
aktifitas dari ikan dan suhu yang diperoleh masih dalam keadaan baik karena tidak
melebihi batas suhu terendah dan suhu tertinggi. Kisaran suhu yang baik bagi
pertumbuhan ikan yaitu berkisar 20ᴼC - 30ᴼC (Effendi, 2003). Sedangkan untuk
salinitas yang tergolong baik sesuai dengan pernyataan (Mainassy, 2017) dimana
dikatakan nilai salinitas dengan kisaran 25 ppt - 35 ppt merupakan sebaran salinitas
yang tergolong baik bagi pertumbuhan dari ikan dan bagi perkembangan hidup
ikan. Salinitas merupakan faktor yang tergolong penting bagi ikan dalam
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan perairan yang secara langsung
berpengaruh terhadap proses metabolisme dari ikan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang dilaksanakan adalah :
1. Jumlah berat produksi hasil tangkapan pada jaring bottom gillnet dengan lama
perendaman yang berbeda didapatkan hasil dengan 4 jam sebesar 1.331 Kg,
pada lama perendaman 3 jam diperoleh rata-rata 888,625 Kg, dan pada
perendaman 2 jam diperoleh rata-rata hasil tangkapan 657,8125 Kg.
2. Pengaruh lama perendaman pada uji ANOVA dijelaskan bahwa diperoleh nilai
Sign 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak artinya ada perbedaan hasil tangkapan
dengan lama waktu perendaman 4 jam,3 jam, dan 2 jam. F hitung 24,252 dan
F tabel 3,20 artinya 24,252 >3,20 maka H0 ditolak artinya ada perbedaan antara
hasil tangkapan dengan waktu lama perendaman 4 jam, 3 jam, dan 2 jam.
3. Perairan Kondisi lingkungan dari suatu perairan dapat menggambarkan sebagai
salah satu faktor yang dapat menggambarkan mutu dan kualitas dari suatu
perairan. Hal ini masih termasuk dalam kondisi yang mendukung berjalannya
aktifitas dari ikan dan suhu yang diperoleh masih dalam keadaan baik karena
tidak melebihi batas suhu terendah dan suhu tertinggi.
5.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan setelah dilaksanakannya penelitian ini yaitu,
diharapkan adanya peneltian lanjutan terkait metode eksperimental fishing dengan
menggunakan perlakuan yang berbeda terhadap hasil tangkapan jaring insang dasar
(bottom gillnet) dengan penelitian yang lebih lama (mewakili pasang surut, musim,
dan pengukuran parameter perairan) sehingga didapatkan jumlah data yang lebih
banyak dan lengkap dalam jangka waktu yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. (1983). Perikanan Laut. Angkasa, Bandung
Ayodhyoa, A.U. (1981). Alat Penangkapan Ikan. Balai Penelitian dan
Pengembangan Ikan. Jakarta
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap1 . 2015. Statistik Pelabuhan Perikanan
Samudera Belawan 2009. Belawan: Pelabuhan Perikanan Samudera
Belawan
Ghani, M. (2010). Analisis Pengembangan Perikanan Gill net di Kabupaten
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Bogor. Sekolah Pascasarjana
Institute Pertanian Bogor, 113.
Mardiansyah, Asriyanto, dan Setiyanto, I. (2015). Analisi Perbedaan Lama
Perendaman dan Waktu Pengangkatan Pada Jarring Koncong (Encircling
Gillnet) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kembung (Rastre-Linger
Sp) di Desa Pulolampes, Brebes. Journal Of Fisheries Resources
Utilization Management And Technology. 4(4): 57-66.
Martasuganda. S. (2002). Jaring insang (Gill Net) Serial Teknologi Penangkapan
Ikan Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Martasuganda, S. (2005). Jaring Insang Serial Teknologi Penangkapan Ikan
Berwawasan Lingkungan: Edisi Baru. Bogor: Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyono, (1986). Alat-Alat Penangkapan Ikan. Dinas Perikanan Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Tengah
Nugroho, D. P., dan Setiyanto, I. (2016). Pengaruh Perbedaan Hanging Ratio Dan
Lama Perendaman Jaring Insang Terhadap Hasil Tangkapan Betutu
(Oxyeleotris Marmorata) di Waduk Sermo, Kulonporogo. Journal Of
Fisheries Resources Ultilization Management And Technology, 5(1), 111
117.
Nontji, A. (2007). Laut Nusantara. Edisi Revisi Cetakan Kelima. Djambatan.
Jakarta.
Subani W, (2008). Alat Tangkap dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia.
Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Sugiono, (2013). Metode Penelitian Pendidika: (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Alfabeta.
Widiyanto, A. T., Pramonowibowo, P., dan Setiyanto, I. (2016). Pengaruh
Perbedaan Ukuran Mesh Size dan Hanging Ratio Serta Lama
Perendaman Jaring insang (Gill Net) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Red
Devil (Amphilophus Labiatus) Di Waduk Sermo, Kulonprogo. Journal
Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology,
5(2), 19– 26
Wirjawan B, Solihin A. 2015. Daerah Penangkapan Ikan. Bandung: Nuansa Aulia.
hlm 25-94
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian