Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENANGKAPAN


(Fishing Time) TERHADAP HASIL TANGKAPAN
PADA ALAT TANGKAP JARING INSANG
(Gill Net) DI PERAIRAN KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG

KAHFI AYUBA
NIM 202142130015

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
2023
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENANGKAPAN
(Fishing Time) TERHADAP HASIL TANGKAPAN
PADA ALAT TANGKAP JARING INSANG
(Gill Net) DI PERAIRAN KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG

Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Oleh :
KAHFI AYUBA
NIM 202142130015

Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1,

Ir. Agus Sutoyo, M. Si


Tanggal :

Dosen Pembimbing 2,

Ir. Yusrudin, M. Si
Tanggal :

ii
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENANGKAPAN
(Fishing Time) TERHADAP HASIL TANGKAPAN
PADA ALAT TANGKAP JARING INSANG
(Gill Net) DI PERAIRAN KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG

Dibuat Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan
Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Oleh :
KAHFI AYUBA
NIM 202142130015

Telah diuji pada tanggal : .......................................

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Pertanian Penguji 1,
Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Dr. Kejora Handarini, S.TP, MP Ir. Agus Sutoyo, M. Si


Tanggal : .................... Tanggal : ...............

Penguji 2,

Ir. Yusrudin, M. Si
Tanggal : .............

Penguji Tamu (Penguji 3) : ........................

iii
KATA PENGANTAR

Dengan puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala Karunia - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
penelitian ini. Penulisan skripsi penelitian ini merupakan hasil penelitian yang
didapat dari analisa lapangan dengan judul : Pengaruh Perbedaan Waktu
Penangkapan (Fishing Time) Terhadap Hasil Tangkapan Pada Alat Tangkap Jaring
Insang (Gill Net) Di Perairan Kepulauan Bangka Belitung.
Sehubungan dengan ini tidak lupa penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan
skripsi ini terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Ir. Agus Sutoyo, M. Si selaku dosen pembimbing I.
2. Bapak Ir. Yusrudin, M. Si selaku dosen pembimbing II.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu kami, baik secara langsung maupun
tidak langsung hingga tersusunya penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Maka
dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar - besarnya
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skrispi ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penulisan selanjutnya dan mudah mudahan hasil dari skripsi penelitian penelitian
ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Bangka Belitung, Januari 2023

Penulis

iv
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENANGKAPAN
(Fishing Time) TERHADAP HASIL TANGKAPAN
PADA ALAT TANGKAP JARING INSANG
(Gill Net) DI PERAIRAN KEPULAUAN
BANGKA BELITUNG

Oleh :
Kahfi Ayuba, Agus Sutoyo, Yusrudin

ABSTRAK
Selat Karimata dan laut Natuna merupakan daerah fishing ground yang
terletak di bagian Timur pulau Bangka Belitung. Sumber daya ikan di perairan ini
didominasi oleh ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar dan ikan demersal. Salah Satu
alat Tangkap yang banyak digunakan adalah jaring insang. Pada penelitian
menggunakan perlakuan perendaman 2 jam 3 jam dan 4 jam dimana perlakuan 3
jam merupakan perlakuan ril nelayan, sedangkan 2 jam dan 4 jam perlakuan dalam
percobaan untuk mengetahui perbedaan dengan waktu ril nelayan. Tujuan
penelitian ini untuk mendapatkan data jenis produksi hasil tangkapan serta
mengatahui pengaruh lama perendaman terhadap hasil tangkapan jaring insang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental fishing
dengan mengguakan mata jaring 4 inchi sebanyak 3 lembar jaring. Analisa data
menggunakan analisa sidik ragam satu jalur. Jumlah berat produksi hasil tangkapan
pada jaring bottom gillnet dengan lama perendaman yang berbeda didapatkan hasil
dengan 4 jam sebesar 1.331 Kg, pada lama perendaman 3 jam diperoleh rata-rata
888,625 Kg, dan pada perendaman 2 jam diperoleh rata-rata hasil tangkapan
657,8125 Kg. Pengaruh lama perendaman pada uji ANOVA dijelaskan bahwa
diperoleh nilai Sign 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak artinya ada perbedaan hasil
tangkapan dengan lama waktu perendaman 4 jam,3 jam, dan 2 jam. F hitung 24,252
dan F tabel 3,20 artinya 24,252 >3,20 maka H0 ditolak artinya ada perbedaan antara
hasil tangkapan dengan waktu lama perendaman 4 jam, 3 jam, dan 2 jam.

Kata Kunci: Jaring Insang, Lama Perendaman, Hasil Tangkapan.

v
RINGKASAN

KAHFI AYUBA. NIM 202142130015. PENGARUH PERBEDAAN WAKTU


PENANGKAPAN (Fishing Time) TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA
ALAT TANGKAP JARING INSANG (Gill Net) DI PERAIRAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG.
(dibawah bimbingan Ir. Agus Sutoyo, M. Si dan Ir. Yusrudin, M. Si)
Selat Karimata dan laut Natuna merupakan daerah fishing ground yang
terletak di bagian Timur pulau Bangka Belitung. Sumber daya ikan di perairan ini
didominasi oleh ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar dan ikan demersal.
Jaring insang merupakan satu jenis alat penangkapan ikan berupa lembaran
jaring yang dioperasikan dengan membentangkan jaring di perairan untuk
menghadang ruaya ikan sehingga ikan dapat tertangkap karena tersangkut pada
jaring terutama pada bagian insang, bagian kepala, bagian sirip atau terpuntal
seluruh tubuhnya.
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis produksi hasil
tangkapan serta mengetahui pengaruh lama rendaman (soaking time) terhadap hasil
tangkapan jaring insang (gill net).
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data jenis produksi hasil
tangkapan serta mengatahui pengaruh lama perendaman (soaking time) terhadap
hasil tangkapan jaring insang (gill net).
Jaring insang atau merupakan salah satu jenis alat tangkap. Pada umumnya,
jaring insang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama
ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan dengan
panjangnya. Pada lembaran jaring bagian atas diletakkan pelampung (float) dan
dibagian bawah dilengkapi pemberat (sinker). Jaring insang bisa terlentang di
dalam air karena adanya gaya berat (dari pemberat) dan gaya apung (dari
pelampung).
Analisa data menggunakan analisa sidik ragam satu jalur. Jumlah berat
produksi hasil tangkapan pada jaring bottom gillnet dengan lama perendaman yang
berbeda didapatkan hasil dengan 4 jam sebesar 1.331 Kg, pada lama perendaman 3
jam diperoleh rata-rata 888,625 Kg, dan pada perendaman 2 jam diperoleh rata-rata
hasil tangkapan 657,8125 Kg. Pengaruh lama perendaman pada uji ANOVA
dijelaskan bahwa diperoleh nilai Sign 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak artinya ada
perbedaan hasil tangkapan dengan lama waktu perendaman 4 jam,3 jam, dan 2 jam.
F hitung 24,252 dan F tabel 3,20 artinya 24,252 >3,20 maka H0 ditolak artinya ada
perbedaan antara hasil tangkapan dengan waktu lama perendaman 4 jam, 3 jam, dan
2 jam.

Kata kunci : Fishing Ground, Jaring Insang, Eksperimental Fishing.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
RINGKASAN ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Maksud Dan Tujuan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2
1.5 Hipotesis............................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Alat Tangkap Jaring Insang ................................................................. 4
2.2 Unit jaring Insang................................................................................. 5
2.3 Pengoperasian Jaring Insang ................................................................ 5
2.4 Metode Penangkapan ........................................................................... 7
2.5 Efektifitas Penangkapan jaring Insang ................................................. 8
2.6 Hasil Tangkapan / Produksi ................................................................. 9

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu ................................................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 11
3.3 Metode Penelitian ................................................................................ 12
3.4 Metode Pengambilan Data ................................................................... 12
3.5 Metode Analisa Data ............................................................................ 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 15
4.2 Kapal Penangkapan ............................................................................... 16
4.3 Hasil Tangkapan.................................................................................... 17
4.4 Hasil Uji Analisis Sidik Ragam ............................................................ 18
4.5 Faktor Kondisi Lingkungan .................................................................. 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 22
5.2 Saran...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Jaring Insang ........................................................................... 4
Gambar 2.2 Jaring Insang Pertengahan ....................................................... 7
Gambar 2.3 Jaring Insang Hanyut ............................................................... 8
Gambar 4.1 Kapal Yang Digunakan ........................................................... 16
Gambar 4.2 Grafik Hasil Tangkapan .......................................................... 17

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Alat Dan Fungsinya .................................................................... 10
Tabel 3.2 Bahan .......................................................................................... 10
Tabel 4.1 Tabel Analisis Sidik Ragam ........................................................ 18
Tabel 4.2 Tabel Uji Normalitas Data .......................................................... 19
Tabel 4.3 Tabel Uji Homogenitas ............................................................... 20
Tabel 4.4 Uji Oneway Anova...................................................................... 20

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Potensi sumber daya ikan di Indonesia sangat tinggi dan keberadaannya
tersebar hampir seluruh wilayah perairan Indonesia. Wilayah perairan Indonesia
terbagi atas sebelas perairan utama yang dikenal dengan Wilayah Pengelolaan
Perikanan Indonesia (WPPI). Menurut Wirjawan dan Solihin (2015) pembagian ini
merupakan suatu cara pengelolaan terhadap kegiatan penangkapan ikan,
konservasi, penelitian dan pengembangan perikanan sehingga terciptanya
pemanfaatan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Sumber daya ikan diharapkan
menjadi sumber peningkatan kualitas hidup dalam hal pendapatan, kesediaan
lapangan kerja dan sumber hewani bagi masyarakat.
Selat Karimata dan laut Natuna merupakan daerah fishing ground yang
terletak di bagian Timur pulau Bangka Belitung. Sumber daya ikan di perairan ini
didominasi oleh ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar dan ikan demersal. Laut
Natuna merupakan wilayah otoritas Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dan
sumber daya ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan
berdasarkan data statistik total produksi PPS Belawan pada tahun 2014 didominasi
oleh ikan jenis demersal sebanyak 19.269 ton (38,70 %), ikan pelagis kecil
sebanyak 16.142 ton (32,42%) dan ikan pelagis besar sebanyak 5.556 ton (11,16%).
Produksi perikanan di PPS Belawan tersebut mengalami penurunan setiap
tahunnya, untuk jenis ikan pelagis kecil dan ikan demersal memiliki presentase
penurunan sebesar -5,38 % per tahun dan -1,04 % per tahun (Direktorat Jendral
Perikanan Tangkap, 2015).
Pada penelitian ini menggunakan alat tangkap jaring insang (gill net). Jaring
insang yang digunakan para nelayan mulai dari jaring insang permukaan (surface
gill net), jaring insang pertengahan (midwater gill net), jaring insang dasar (bottom
gill net) yang dioperasikan pada waktu malam hari. Jaring insang merupakan satu
jenis alat penangkapan ikan berupa lembaran jaring yang dioperasikan dengan
membentangkan jaring di perairan untuk menghadang ruaya ikan sehingga ikan
dapat tertangkap karena tersangkut pada jaring terutama pada bagian insang, bagian
2

kepala, bagian sirip atau terpuntal seluruh tubuhnya. Jaring insang didasarkan pada
pemikiran bahwa ikan - ikan yang tertangkap jaring disekitar operkulumnya pada
mata jaring (Martasuganda, 2002).
Hasil tangkapan jaring insang umumnya menangkap ikan pelagis
(permukaan air), tetapi juga biasa menangkap ikan demersal (dasar air). Jenis ikan
hasil tangkapan nelayan ada yang untuk dijual, ada juga ikan yang hanya dibawa
pulang untuk dikonsumsi. Ikan yang menjadi tujuan penangkapan alat tangkap
jaring insang adalah ikan - kan yang hidupnya beruaya atau mempunyai daerah
renang di permukaan (surface), di dasar (bottom), dan dipertengahan (mid water),
tergantung dari jenis jaring insang yang dioperasikan (Mardiansyah et, al., 2015).

1.2. Perumusan Masalah


Pada penelitian ini akan mengujicobakan metode eksperimental fishing
dengan menggunakan lama waktu penangkapan yang berbeda pada pengoperasian
jaring. Namun dalam penurunan (setting) tidak berbeda dengan jaring insang pada
umumnya. Sehingga dapat dilihat hasil tangkapannya apakah memiliki pengaruh
dengan menggunakan waktu rendaman yang berbeda terhadap hasil tangkapan.

1.3. Maksud Dan Tujuan


Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis produksi hasil
tangkapan serta mengetahui pengaruh waktu penangkapan (fishing time) terhadap
hasil tangkapan jaring insang (gill net).
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data jenis produksi hasil
tangkapan serta mengatahui pengaruh waktu penangkapan (fishing time) terhadap
hasil tangkapan jaring insang (gill net).

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah memberikan informasi
tentang alat tangkap jaring insang (gill net) dan juga sebagai bahan referensi bagi
peneliti - peneliti lainnya.
3

1.5. Hipotesis
a) H0 : Perbedaan waktu penangkapan (fishing time) pada alat
penangkapan jaring insang (gill net) diduga tidak berpengaruh terhadap
hasil tangkapan.
b) H1 : Perbedaan waktu penangkapan (fishing time) pada alat
penangkapan jaring insang (gill net) diduga akan berpengaruh terhadap jenis
produksi dan hasil tangkapan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net)


Jaring insang adalah alat tangkap ikan dengan bentuk persegi panjang,
mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh badan jaring. Bahan
jaring terbuat dari monofilamen atau multifilamen dan merupakan alat tangkap
yang banyak digunakan oleh beberapa nelayan karena jaring insang sendiri
tergolong kedalam alat tangkap yang ramah lingkungan. Jaring insang sering
diterjemahkan dengan sebutan jaring rahang, jaring hanyut dan lain-lainnya sesuai
dengan daerah penangkapannya masing-masing. Jaring insang merupakan alat
tangkap yang dioperasikan secara pasif dan menetap pada suatu perairan. Jaring
insang merupakan alat tangkap yang selektif, dalam pengoperasian jaring insang
dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang berbeda akan menangkap jenis ikan
dan ukuran ikan yang berbeda. Alat tangkap ini biasanya dipasang pada perairan
terbuka atau di tepi sungai dengan arus yang pelan (Ghani, 2010).

keterangan :
a. Jaring (webbing) e. Tali pelampung h. Tali pemberat
b. Pelampung sosis f. Pemberat
c. Tali ris atas g. Tali ris bawah
d. Pelampung utama
Gambar 2.1. Jaring Insang (Gill Net)
5

2.2. Unit Jaring Insang


Jaring insang atau merupakan salah satu jenis alat tangkap. Pada umumnya,
jaring insang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama
ukurannya pada seluruh jaring, lebar lebih pendek jika dibandingkan dengan
panjangnya. Pada lembaran jaring bagian atas diletakkan pelampung (float) dan
dibagian bawah dilengkapi pemberat (sinker). Jaring insang bisa terlentang di
dalam air karena adanya gaya berat (dari pemberat) dan gaya apung (dari
pelampung). Menurut (Badan Standarisasi Nasional, 2006) kontruksi jaring insang
sebagai berikut :
1) Jaring utama adalah lembaran jaring yang tergantung pada bagian tali ris
atas dimana jaring utama pada alat tangkap ini memiliki ukuran diameter
dan ukuran mata jaring (mesh size) yang akan disesuakan dengan ukuran
ikan yang menjadi target penangkapan.
2) Tali ris bagian atas merupakan tempat untuk menggantungkan jaring utama
dan tali pelampung. Tujuan untuk menghindari agar jaring insang tidak
terbelit saat dilakukan pengoperasian.
3) Tali ris bawah akan diberikan pemberat agar kedudukan jaring insang dapat
tergelantung dengan baik di dalam sebuah perairan.
4) Tali pelampung merupakan tali yang digunakan untuk memasang
pelampung yang terbuat dari bahan seperti haizek, vinylon atau bahan
lainnya yang bisa dijasikan sebagai taki pelampung.
5) Pelampung penanda untuk mengetahui posisi dari jaring insang serta
sebagai penanda saat jaring tidak diikatkan pada sebuah kapal.
6) Pelampung utama agar jaring insang tidak tenggelam ke dalam sebuah
perairan.
7) Pelampung sosis / pelampung jaring bertujuan agar pada bagian atas jaring
dapat terbentang karena adanya gaya taring dari pemberat.
2.3. Pengoperasian Jaring Insang
Secara umum pengoperasian jaring insang dilakukan secara pasif, tetapi ada
juga yang dilakukan secara semi aktif pada siang hari. Pengoperasian jaring insang
secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari, dengan atau tanpa bantuan
cahaya. Kemudian jaring insang dipasang di perairan yang diperkirakan akan
6

dilewati ikan atau hewan lainnya dan dibiarkan beberapa lama sampai ikan
menabrak dan terjerat memasuki mata jaring (mesh size). Lama waktu pemasangan
jaring insang disesuaikan dengan target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan
yang mengoperasikan (Martasuganda, 2005).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan
penangkapan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang adalah spesifikasi
alat (jenis bahan, panjang dan tinggi jaring, pengkerutan jaring, ukuran mata jaring
dan warna pada jaring), pengetahuan dan keterampilan nelayan, pengetahuan akan
musim, serta pengaruh oseanografi. Selain itu kedua gaya vertical yang bekerja
yaitu gaya apung dan khususnya gaya tenggelam dapat menentukan laju
tenggelamnya jaring hingga secara tidak langsung mempengaruhi lamanya waktu
operasi (Johannes et al., 2011).
Dalam pengoperasian alat tangkap jaring insang yang perlu diperhatikan
adalah arus, karena prinsip dari pada penangkapan dengan alat tangkap jaring
insang adalah menghadang pergerakan ikan sehingga pemasngan jaring dilakukan
dengan memotong atau membuat sudut terhadap arah arus. Usaha penangkapan
ikan atau udang dengan alat tangkap jaring insang akan lebih efektif bila dilakukan
secara kolektif bertujuan untuk mengurangi gerak ikan, sehingga terperangkap oleh
jaring secara terbelit (engtangled) atau terjerat pada jaring (Subani, 2008).
Adapun tahapan pengoperasian jaring insang yang biasa dilakukan oleh para
nelayan adalah sebagai berikut (Nugroho et al., 2016) :
1) Persiapan dalam operasi jaring insang meliputi persiapan alat tangkap
(meyiapkan jaring insang) dan mempersiapkan alat bantu penangkapan
(meyiapkan perahu, bahan bakar, senter, dan lain - lain).
2) pemasangan (Setting) adalah penurunkan jaring insang kedalam perairan
lalu kemudian memasang pelampuang pada tali ris atas dengan jarak yang
ditentukan dan memasang pemberat kemudian jaring diturunan kedalam
perairan.
3) Perendaman (Immersing) dilakukan setelah penurunan jaring insang
(setting) hingga dimulainya pengangkatan jaring insang (hauling),
diperkirakan jaring insang telah memperoleh hasil. Lamanya perendaman
dalam kegiatan ini ditentukan oleh nelayan sendiri, setelah waktu yang
7

ditentukan telah sesuai, maka akan dilakukan penarikan alat tangkap atau
hauling.
4) Penarikan (Hauling) jaring insang diangkat ke atas perahu dengan cara
ditarik secara perlahan tali ris atasnya. Pada saat proses hauling, ikan yang
tertangkap akan dilepaskan dari jaring dan dimasukan kedalam box ikan.
2.4. Metode Penangkapan
Menurut (Ayodhyoa, 1997) membedakan jaring insang berdasarkan metode
penangkapan dan daerah penangkapannya.
A. Jaring Insang Pertengahan (Midwater Gill Net)
Metode penangkapan jaring insang pertengahan (midwater gill net) berada
di pertengahan suatu perairan antara surfase gill net dan bottom gill net. Jaring
insang pertengahan juga biasa disebut floating net karena posisinya yang
mengapung di lapisan perairan laut yang disebabkan oleh berat lempeng pemberat
dan pelampung yang disesuaikan supaya jaring insang dapat terapung. Daerah
penangkapan juga hampir sama dengan daerah penangkapan jaring insang
permukaan, bukan di daerah pelayaran kapal - kapal besar.
Daerah penangkapan mengikuti keberadaan ikan dan perhitungan ekonomi
kegiatan penangkapan, yang kemudian diperhitungkan jarak tempuh dan kekuatan
kapal dalam melakukan penangkapan.

Gambar 2.2. Jaring Insang Pertengahan


(Sumber. Keboen Ikan, 2012)
8

B. Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Net)


Menurut (Arisman, 1983) menjelaskan berdasarkan cara kegiatan
penangkapan jaring insang. Jaring insang hanyut adalah jaring yang dibiarkan
hanyut mengikuti pergerakan arus air, dan salah satu ujungnya akan diikat pada
bagian kapal agar jaring tersebut tidak hilang. Ikan yang akan tertangkap ialah ikan
pelagis (ikan yang hidupnya dipermukaan air).

Gambar 2.3. Jaring Insang Hanyut


(Sumber. Keboen Ikan, 2012)

2.5. Efektifitas Penangkapan Jaring Insang


Daerah dan waktu penangkapan menjadi salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan yang akan dilakukan oleh nelayan. Jaring insang dioperasikan pada
malam hari dengan kedalaman perairan antara 7 - 10 m. Usaha penangkapan ikan
dengan menggunakan jaring insang dominan dilakukan pada malam hari.
Alasannya, karena indera penglihatan dari ikan maupun hewan air lainnya sulit
untuk mendeteksi keberadaan jaring yang berada dalam perairan. Faktor alasan
tertangkap atau tidaknya ikan pada jaring insang di mata jaringnya adalah karena
adanya pengaruh dari indra ikan seperti indera penglihatan, penciuman, lateral line
dan pengaruh lain kemungkinan bisa ditimbulkan karena adanya suatu pengaruh
dari konstruksi alat tangkap, kondisi perairan, kondisi cuaca dan pengaruh kondisi
lainnya. Ikan - ikan yang tertangkap jaring insang disebabkan tersangkut pada suatu
mata jaring atau tergulung oleh mata jaring tersebut (Mulyono, 1986).
Sesuai jenis alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan yang berbeda -
beda maka area penangkapan dan radius penangkapan pun diantara nelayan pun
9

berbeda - beda. Ada sebagian kapal ikan yang mencari ikan dilaut lepas seperti di
Zona Ekonomi Eklusif (ZEE) dan ada yang hanya menangkap ikan diwilayah 12
mil dan bahkan ada yang hanya dilakukan di perairan 4 mil. Perbedaan wilayah
penangkapan ini tentu akan membedakan baik dalam jumlah hasil tangkapan
maupun jenis ikan yang didekat pantai.
Menurut (Nontji, 2007) menjelaskan bahwa ikan demersal memiliki habitat
di dasar suatu perairan, untuk mencari makan kepermukaan air akan dilakukan pada
malam hari dan kembali kedasar perairan pada pagi hari. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh (Rahmat, et. al, 2014) bahwa hasil tangkapan
yang dilakukan pada malam hari jauh lebih banyak ikan yang akan terjerat
dibandingkan dengan siang hari. Alasan ikan tertangkap kedalam mata jaring
karena keliling bagian akhir dari tutup insang (opercular) lebih kecil dari keliling
matang jaring (mesh perimeter) dan keliling badan ikan maksimum (maximum body
girth) lebih dari keliling mata jaring, karena keberadaan jaring susah untuk dilihat,
adanya study action, imitation action, dalam keadaan panik, mengikuti gerak alat
tangkap dan faktor - faktor lainnya.
2.6. Hasil Tangkapan / Produksi
Pengertian dari hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan maupun
binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil
tangkapan dari jaring insang ini bermacam - macam, namun alat tangkap ini lebih
banyak menangkap ikan - ikan pelagis, diantaranya ikan Lemuru (Sardinella spp),
Udang (Udang Barong, Lobster), Kembung (Restrellingger spp), Tembang (Clupea
sp), Layang (Decapterus Kuroides), dan Belanak (Mugil sp), Tongkol (Auxis sp),
Cakalang (Euthynnus sp). Jenis - jenis ikan tersebut yang umum tertangkap jaring
insang (Mardiansyah et al., 2015).
Jumlah produksi atau hasil tangkap nelayan merupakan jumlah seluruh hasil
tangkap laut yang didapat nelayan pesisir selama waktu kerja yang kemudian untuk
dijual kembali guna mendapat penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun input yang digunakan adalah mulai dari modal dan biaya produksi hingga
tenaga kerja. Sehingga output yang dihasilkan adalah seluruh hasil tangkap laut
oleh nelayan pesisir mulai dari berbagai jenis ikan, udang dan lobster.
BAB 3
MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu


Penelitian dilakukan di perairan kepulauan bangka belitung (selat karimata
dan laut natuna) dan dilaksanakan pada bulan desember 2022 – januari 2023.
3.2. Alat Dan Bahan
A. Alat
alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Alat Dan Fungsinya
Alat Fungsi
Kapal Transportasi yang digunakan untuk
menuju fishing ground
Jaring Insang Alat penangkap ikan
Alat Tulis Mencatat data yang didapatkan
Kamera Media pengambilan dokumentasi
Gps Memperoleh koordinat
Coolbox Tempat penyimpanan ikan hasil
tangkapan
Timbangan Mengukur berat hasil ikan tangkapan
Sumber : Peneliti (2022)
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Bahan
Bahan Fungsi
Ikan Sampel penelitian
Sarung tangan Pelindung tangan
Sumber : Peneliti (2022)
3.3. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan jaring insang dengan teknik eksperimental fishing,
dimana untuk pembuatan alat tangkap atau jaring insang yang akan dirakit sendiri
dimana alat dan bahan jaring insang akan dibeli seperti, jaring dengan ukuran (mesh
11

size) 4” (10 cm) dengan ukuran tasi 0,35 sebanyak tiga lembar (piece), serta
menggunakan panjang tali ris atas 36 meter dan panjang tali ris bawah 41 meter dan
lebar 9 meter dengan ukuran tali 3 mili, pelampung sosis, pelampung utama, tali
nilon. Sedangkan untuk waktu perendaman yang digunakan adalah 2 jam, 3 jam,
dan 4 jam dimana terdapat 3 titik lokasi dan di setiap 1 lokasi terdapat 2 kali
sampling sehingga jumlah keseluruhan terdapat 6 kali sampling atau 6 kali
pengoperasian jaring insang.
Tahap pembuatan jaring diawali dengan pemasangan tali ris atas beserta
pemasangan pelampung, dimana untuk jumlah pelampung yang digunakan akan
disesuaikan dengan panjang jaring. Sedangkan untuk jarak pada tiap - tiap
pelampung akan disusaikan dengan pengukur yang telah dibuat terlebih dahulu
yaitu berjarak 1 meter. Kemudian akan dilanjutkan dengan pemasangan tali ris
bawah, tetapi untuk pemberat dipasang saat diatas kapal / perahu saat akan memulai
penelitian agar mudah dalam mempersiapkan jaring serta mudah dalam
menggabung tiap - tiap jaring. Jarak setiap pemberat kisaran 7 meter dan
menggunakan pemberat berbentuk lempengan yang terbuat dari semen yang dicetak
bulat dengan diameter sekitaran 25 cm. Alat yang akan dibuat tetap menggunakan
desain jaring seperti milik parah nelayan, dan untuk perakitan akan dibantu oleh
para nelayan yang sudah berpengalaman dalam pembuatan jaring insang.
Teknik operasi penangkapan dengan alat tangkap jaring insang ini nantinya
akan dibagi menjadi lima tahap, yaitu persiapan, menentukan daerah penangkapan
(fishing ground), pemasangan (setting), perendaman (soaking), dan penarikan alat
tangkap (hauling). Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan
operasi penangkapan, yaitu pemeriksaan mesin, pengisian bahan bakar dan
mempersiapkan alat tangkap jaring insang. Setelah semua persiapan telah siap yang
kemudian dilanjutkan menuju titik lokasi penangkapan (fishing ground).
Pemasangan (Setting) dari alat tangkap jaring insang akan dibantu oleh nelayan
yang biasa mengoperasikan kapal dan telah berpengalaman dalam penurunan alat
tangkap jaring insang.
Pemasangan dilakukan pada titik yang telah ditentukan yaitu diperairan
yang tidak banyak dilaluinya kapal - kapal agar jaring yang diperairan tidak
tersangkut dikapal yang melintas. Mencari daerah penangkapan (fishing ground)
12

dibantu oleh nelayan yang telah berpengalaman. Lama setting berkisar 15 - 20


menit dengan cara menurunkan terlebih dahulu ujung jaring yang telah dipasangi
pelampung utama dan untuk ujung jaring yang terakhir akan diikatkan pada kapal
agar jaring tersebut tidak hilang terbawa arus.
Pengangkatan alat tangkap (hauling) jaring pertama dilakukan setelah
waktu perendaman telah mencapai 2 jam. Setelah proses hauling selesai sekitar 20
sampai dengan 30 menit akan dilanjutkan dengan penarikan jaring insang kedua
yang telah terendam selama 3 jam dan seterusnya sampai dengan jaring ketiga
dengan perendaman 4 jam.
Proses pengoperasian alat tangkap jaring insang akan diturunkan secara
bersamaan dengan lokasi yang sama, tetapi untuk pengangkatan (hauling) saja yang
berbeda dengan waktu yaitu 2 jam, 3 jam dan 4 jam. Pengoperasian jaring insang
dilakukan selama 2 bulan di tiga titik lokasi, dimana masing - masing lokasi akan
dilakukan dua kali ulangan. Setiap ulangan menggunakan tiga lembar jaring dengan
waktu perendaman antara 2 jam, 3 jam, dan 4 jam perendaman dengan
menggunakan mata jaring (mesh size) 4” (10 cm).
Hasil tangkapan akan disimpan kedalam cool box dan dipisah sesuai dengan
perlakuan masing-masing agar tidak tercampur. Data yang dikumpulkan meliputi
jenis ikan, jumlah ekor ikan dan lama perendaman alat tangkap dengan masing -
masing perlakuan serta suhu dan salinitas perairan penelitian.
3.4. Metode Pengambilan Data
Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan suatu
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2013). Pada penelitian ini
pengambilan data menggunakan beberapa metode, yaitu dengan survey langsung
kelapangan dan metode eksperimental fishing.
A. Metode Survey
Metode survey yang dilakukan dalam penelitian untuk mencari informasi /
data mengenai kondisi dilapangan serta mencari narasumber yang memiliki
hubungan dengan penelitian ini.
B. Metode Eksperimental Fishing
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
fishing. Menurut (Nazir, 1983) dalam (Mubin, 2012) , metode eksperimen adalah
13

observasi dibawah kondisi buatan (artificial condition), dimana kondisi tersebut


dibuat dan ditentukan oleh peneliti, dengan demikian peneliti eksperimental adalah
peneliti yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian
serta adanya kontrol. Metode ini merupakan suatu objek metode yang digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya suatu hubungan sebab akibat serta berapa besaran
hubungan sebab akibat tersebut, dengan cara melakukan perlakuan - perlakuan
tertentu pada beberapa kelompok eksperimental.
Menurut (Srigandono, 1981), metode eksperimental fishing adalah suatu
metode yang terencana untuk memperoleh fakta baru atau memperkuat ataupun
membentah fakta yang ada serta memperoleh suatu kesimpulan yang jelas terutama
mengenai kebenaran suatu hipotesisi yang mencakup hubungan sebab dan akibat
dengan melakukan pengontrolan terhadap suatu variabel atau leih yang
pengaruhnya tidak kita kehendaki.
Metode eksperimental fishing penelitian ini menggunakan lama waktu
perendaman dengan menggunakan 3 perlakuan waktu yaitu, 2 jam, 3 jam, dan 4
jam perendaman serta 6 ulangan / lokasi yang berbeda dengan menggunakan mata
jaring (mesh size) 4” (10 cm) sebanyak tiga lembar (piece). Sedangkan untuk
penurunan (setting) dalam satu hari sebanyak dua kali penurunan dengan titik loaksi
yang berbeda. Dalam satu kali penurunan akan menggunakan lama waktu
perendaman yang telah ditentukan sebelumnya dimana dalam sekali pengoperasian
jaring akan diturunkan dilokasi yang sama.
Pengangkatan (hauling) akan mulai dari jaring yang pertama diturunkan
terlebih dahulu. Jaring yang telah mencapai perendaman 2 jam akan diangkat dan
dipisahkan dengan jaring yang belum mencapai waktu yang ditentukan. Sedangkan
untuk jaring yang menggunakan waktu perendaman 3 jam dan 4 jam akan tetap
dibiarkan di dalam perairan. Setiap hasil tangkapan yang dinaikan keatas kapal
dengan lama waktu perendaman yang berbeda akan dipisah / pilah dengan
menggunakan peti box yang berbeda untuk mengetahui hasilnya.
3.5. Metode Analisa Data
Sesuai dengan penelitian dan jenis data, maka analisis yang digunakan
dalam penelitian eksperimen ini adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan
rumus statistika yang berbeda, atau hubungan dengan variabel, serta melakukan
14

interpretasi perbandingan antara hasil penelitian dengan yang diprediksi sebelum


penelitian. Anaisa data adalah proses peyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Analisa data pada penelitian ini meliputi analisa untuk mengetahui pengaruh
waktu operasional alat tangkap bottom gillnet terhadap hasil tangkapan ikan dilihat
dari segi jumlah berat. Apabila dalam suatu percobaan perlu menguji adanya
perbedaan dalam hasil (y) antara ulangan. Pada setiap perlakuan mengambil
pengamatan (ulangan), maka dapat dilakukan analisa keragaman, dimana ragam
total terdiri dari ragam ulangan, kelompok dan ragam acak.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian


A. Pulau Bangka Belitung
Pulau Bangka Belitung terletak di sebelah pesisir Timur Sumatra Selatan,
berbatasan dengan Laut China Selatan di sebelah utara, Pulau Belitung di timur
dan Laut Jawa di sebelah selatan yaitu 1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107°
Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang ± 180 km. Batas
wilayah Kabupaten Bangka adalah sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Laut Natuna
 Sebelah timur berbatasan dengan Laut Natuna dan Selat Gaspar
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Pangkal Pinang dan Kabupaten
Bangka Tengah
 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bangka Barat, Selat
Bangka dan Teluk Kelabat.
B. Laut Natuna
Potensi sumberdaya ikan laut Natuna berdasarkan studi identifikasi potensi
sumberdaya kelautan dan perikanan Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011 adalah
sebesar 504.212,85 ton per tahun atau sekitar hampir 50% dari potensi WPP
711dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (80% dari potensi lestari)
mencapai 403.370 ton. Pada tahun 2014, pemanfaatan produksi perikanan tangkap
laut Natuna mencapai 233.622 ton atau mencapai 46% dari total potensi lestari
sumberdaya ikan.
Potensi ikan pelagis Kabupaten Natuna mencapai 327.976 ton/tahun,
dengan jumlah tangkapan yang dibolehkan sebesar 262.380,8 ton/tahun (80% dari
potensi lestari). Pada tahun 2014, tingkat pemanfaatan ikan pelagis hanya mencapai
99.037 atau 37.8% dari total jumlah tangkapan yang dibolehkan. Selebihnya yaitu
sebesar 163.343,8 ton/tahun (62.25%) belum dimanfaatkan. Selain jenis ikan
pelagis, ikan demersal juga memiliki peluang produksi yang tidak kalah besar.
Potensi ikan demersal di Kabupaten Natuna mencapai 159.700 ton/tahun, tingkat
pemanfaatan pada tahun 2014, hanya sebesar 40.491 ton (25.4% dari potensi
16

lestari). Artinya, masih ada sekitar 119.209 ton/tahun (74.6%) ikan demersal yang
belum dimanfaatkan di laut Natuna. Beberapa jenis ikan di laut Natuna, yang
potensial untuk dikembangkan antara lain Ikan dari jenis kerapu, tongkol krai, teri,
tenggiri, ekor kuning/pisang-pisang, selar, kembung, udang putih/ jerbung, udang
windu, kepiting, rajungan, cumi - cumi dan sotong.
Daerah penangkapan ikan nelayan di perairan Natuna oleh nelayan
tradisional dan nelayan besar berada diseitar area perairan. Lokasi penangkapan itu
diantaranya adalah sekitar Pulau Bunguran, Natuna Besar, Pesisir Pulau Natuna,
Midai, Pulau Serasan, Tambelan, dan Laut Cina Selatan. Lokasi penangkapan kapal
besar umumnya adalah yang berada di luar lokasi 4 mill laut yang beradap di
wilayah laut Natuna, Laut Cina Selatan.
4.2. Kapal Penangkapan
Kapal yang digunakan dalam penangkapan ikan dalam penelitian berukuran
10 GT (Gross Tonnage) dengan kapasitas ABK berjumlah 20 – 30 orang dengan 1
nahkoda. Mesin jalan kapal yang digunakan memiliki tenaga penggerak mesin
diesel dengan merk Kubota dan menggunakan mesin jalan kapal ber merk
Mitsubishi dengan daya 100 HP (Horse Power) dan 120 HP. Kapal penangkap juga
dilengkapi dengan jangkar, lampu dan coolbox yang digunakan sebagai sarana
untuk membantu proses penangkapan ikan selama dilaut. Kapal penangkap ikan
dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Kapal Yang Digunakan Dalam Penelitian


17

4.3. Hasil Tangkapan


A. Jenis Ikan Hasil Tangkapan
Pada penelitian terdapat beberapa jenis ikan hasil tangkapan menggunakan
alat tangkap jaring insang dasar (Bottom Gillnet). Dapat dilihat pada lampiran 1
Hasil tangkapan ikan dan dokumetasi selama penelitian.
B. Hasil Tangkapan
Nilai rata - rata atau mean pada perlakuan 3 jam jika ditarik lurus pada 2
jam dan 4 jam maka nilai rata - rata akan bertemu pada garis standar deviasi
sehingga lama perendaman tidak memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan.
Hasil tangkapan ikan berdasarkan beratnya dapat dilihat pada gambar 4.2.

Grafik Hasil Tangkapan

23% 2 jam
46% 3 jam
31% 4 jam

Gambar 4.2. Grafik Hasil Tangkapan


Perlakuan perendaman selama 2 jam dan 3 jam menghasilkan tangkapan
lebih banyak tetapi pada perlakuan 4 jam menghasilkan tangkapan lebih berat dean
penangkapan :
 Perendaman selama 2 jam : 657,8125 kg.
 Perendaman selama 3 jam : 888,625 kg.
 Perendaman selama 4 jam : 1.331 kg.
Hal ini disebabkan oleh keadaan perairan saat 4 jam sedang pasang
sehingga menyebabkan keadaan arus lebih kuat dimana arah renang ikan akan
cenderung berlawanan atau mengikuti arah arus sehingga ikan akan tertangkap
karena menabrak dan terpuntal/terjerat pada badan jaring. Ikan bereaksi secara
langsung terhadap perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh arus dengan
mengarahkan dirinya secara langsung pada arus
Menurut (Cayre et al, 1993) Pada perilaku ikan yang melawan arus dikenal
sebagai Rheotaksis positif, sedangkan perilaku mengikuti arus dikenal sebagai
18

Rheotaksis negatif. Pasang surut di perairan menyebabkan terjadinya arus di


perairan yang disebut arus pasang surut dan arus surut. (Norman et al, 2012)
menyatakan bahwa arus permukaan laut disebabkan oleh adanya angin yang bertiup
di atasnya, bentuk dasar perairan, letak geografi dan tekanan udara. Akibatnya arus
yang mengalir di permukaan lautan merupakan hasil kerja gabungan faktor - faktor
tersebut. dimana keadaan arus berpengaruh terhadap pola renang ikan.
4.4. Hasil Uji Analisis Sidik Ragam
Pengujian terhadap jumlah tangkapan individu berat
Data Pengamatan dilapangan dapat dilihat pada Tabel 4.1 :

Perlakuan
Ulangan
4 Jam 3 Jam 2 Jam
1 1.045 870 701
2 967 801 654
3 2.001 967 502
4 2.257 1.101 765
5 1.500 876 750
6 980 760 590
7 1.320 902 710
8 1.001 876 698
9 1.245 1.121 723
10 876 760 576
11 980 878 591
12 1.304 901 724
13 2.105 1.002 654
14 1.780 790 602
15 1.067 845 707
16 870 768 578
Total 21.298 14.218 10.525
Rata -
Rata 1.331 888,625 657,8125
 Berat hasil tangkapan dalam Kg
19

Berdasarkan data diatas, rata-rata hasil tangkapan (Kg) pada lama


perendaman 4 jam sebesar 1.331 Kg, pada lama perendaman 3 jam diperoleh rata-
rata 888,625 Kg, dan pada perendaman 2 jam diperoleh rata-rata hasil tangkapan
657,8125 Kg.
Analisa Data
1. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Suatu data hasil penelitian dikatakan terdistribusi normal
apabila nilai sign (p-value) hasil analisis lebih besar dari 0,05. Hasil Uji
normalitas data hasil tangkapan (Kg) dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

4 Jam 3 Jam 2 Jam


N 16 16 16
Normal Parametersa,b Mean 1331,13 888,63 657,81
Std. 462,075 111,402 76,065
Deviation
Most Extreme Absolute ,216 ,202 ,201
Differences Positive ,216 ,202 ,143
Negative -,159 -,124 -,201
Test Statistic ,216 ,202 ,201
Asymp. Sig. (2-tailed) ,044c ,079c ,082c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Analisis pertama diperoleh hasil kolmogorov smirbov sebesr 0,216 dengan
probabilitas atau sign 0,044. Karena nilai Sign 0,044 > 0,05 berarti distribusi
variabel hasil tangkapan adalah normal.
Analisis kedua diperoleh hasil kolmogorov smirnov hitung sebesar 0,202
dengan probabilitas atau sign 0,079. Karena nilai Sign 0,079 > 0,05 berarti
distribusi variabel hasil tangkapan adalah normal
20

2. Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Levene
Statistic df1 df2 Sig.

Hasil Based on Mean 20,247 2 45 ,000


Tangkapan Based on Median 11,179 2 45 ,000
Based on Median and 11,179 2 17,067 ,001
with adjusted df
Based on trimmed 17,522 2 45 ,000
mean

Test Of Homohenity bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang


digunakan mempunyai varians yang sama (homogen). Jika sampel tidak
mempunyai varian yang sama, maka tidak dapat dilakukan uji one way anova.
Berdasarkan hasil analisa Test Of Homogenity pada Tabel diperoleh nilai sig
Mean menunjukkan angka 0,000 > 0,05 yang berarti bahwa data terdistribusi
Homogen.
Pengujian asumsi normalitas dan homogenitas ragam yang melandasi uji
One Way Anova telah dilakukan bahwa data hasil pengamatan telah memenuhi
kedua asumsi tersebut. Sehingga selanjutnya data hasil penelitian akan diuji
menggunakan uji One Way Anova pada taraf nyata 5%. Apabila hasil uji One
Way Anova menunjukkan berbeda signifikan maka akan dilanjutkan dengan uji
BNT 5% untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan antar perlakuan
3. Uji One Way Anova

ANOVA

Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.

Between 3746295,375 2 1873147,688 24,252 ,000


Groups
Within Groups 3475639,937 45 77236,443
Total 7221935,313 47
21

Hasil Analisis One Way Anova dapat dilihat pada tabel, dijelaskan bahwa
diperoleh nilai Sign 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak artinya ada perbedaan hasil
tangkapan dengan lama waktu perendaman 4 jam,3 jam, dan 2 jam. F hitung 24,252
dan F tabel 3,20 artinya 24,252 >3,20 maka H0 ditolak artinya ada perbedaan antara
hasil tangkapan dengan waktu lama perendaman 4 jam, 3 jam, dan 2 jam.
4.5. Faktor Kondisi Lingkungan
Perairan Kondisi lingkungan dari suatu perairan dapat menggambarkan
sebagai salah satu faktor yang dapat menggambarkan mutu dan kualitas dari suatu
perairan. Hal ini masih termasuk dalam kondisi yang mendukung berjalannya
aktifitas dari ikan dan suhu yang diperoleh masih dalam keadaan baik karena tidak
melebihi batas suhu terendah dan suhu tertinggi. Kisaran suhu yang baik bagi
pertumbuhan ikan yaitu berkisar 20ᴼC - 30ᴼC (Effendi, 2003). Sedangkan untuk
salinitas yang tergolong baik sesuai dengan pernyataan (Mainassy, 2017) dimana
dikatakan nilai salinitas dengan kisaran 25 ppt - 35 ppt merupakan sebaran salinitas
yang tergolong baik bagi pertumbuhan dari ikan dan bagi perkembangan hidup
ikan. Salinitas merupakan faktor yang tergolong penting bagi ikan dalam
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan perairan yang secara langsung
berpengaruh terhadap proses metabolisme dari ikan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang dilaksanakan adalah :
1. Jumlah berat produksi hasil tangkapan pada jaring bottom gillnet dengan lama
perendaman yang berbeda didapatkan hasil dengan 4 jam sebesar 1.331 Kg,
pada lama perendaman 3 jam diperoleh rata-rata 888,625 Kg, dan pada
perendaman 2 jam diperoleh rata-rata hasil tangkapan 657,8125 Kg.
2. Pengaruh lama perendaman pada uji ANOVA dijelaskan bahwa diperoleh nilai
Sign 0,000 < 0,05 , maka H0 ditolak artinya ada perbedaan hasil tangkapan
dengan lama waktu perendaman 4 jam,3 jam, dan 2 jam. F hitung 24,252 dan
F tabel 3,20 artinya 24,252 >3,20 maka H0 ditolak artinya ada perbedaan antara
hasil tangkapan dengan waktu lama perendaman 4 jam, 3 jam, dan 2 jam.
3. Perairan Kondisi lingkungan dari suatu perairan dapat menggambarkan sebagai
salah satu faktor yang dapat menggambarkan mutu dan kualitas dari suatu
perairan. Hal ini masih termasuk dalam kondisi yang mendukung berjalannya
aktifitas dari ikan dan suhu yang diperoleh masih dalam keadaan baik karena
tidak melebihi batas suhu terendah dan suhu tertinggi.

5.2. Saran
Saran yang dapat disampaikan setelah dilaksanakannya penelitian ini yaitu,
diharapkan adanya peneltian lanjutan terkait metode eksperimental fishing dengan
menggunakan perlakuan yang berbeda terhadap hasil tangkapan jaring insang dasar
(bottom gillnet) dengan penelitian yang lebih lama (mewakili pasang surut, musim,
dan pengukuran parameter perairan) sehingga didapatkan jumlah data yang lebih
banyak dan lengkap dalam jangka waktu yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. (1983). Perikanan Laut. Angkasa, Bandung
Ayodhyoa, A.U. (1981). Alat Penangkapan Ikan. Balai Penelitian dan
Pengembangan Ikan. Jakarta
Direktorat Jendral Perikanan Tangkap1 . 2015. Statistik Pelabuhan Perikanan
Samudera Belawan 2009. Belawan: Pelabuhan Perikanan Samudera
Belawan
Ghani, M. (2010). Analisis Pengembangan Perikanan Gill net di Kabupaten
Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Bogor. Sekolah Pascasarjana
Institute Pertanian Bogor, 113.
Mardiansyah, Asriyanto, dan Setiyanto, I. (2015). Analisi Perbedaan Lama
Perendaman dan Waktu Pengangkatan Pada Jarring Koncong (Encircling
Gillnet) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kembung (Rastre-Linger
Sp) di Desa Pulolampes, Brebes. Journal Of Fisheries Resources
Utilization Management And Technology. 4(4): 57-66.
Martasuganda. S. (2002). Jaring insang (Gill Net) Serial Teknologi Penangkapan
Ikan Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Martasuganda, S. (2005). Jaring Insang Serial Teknologi Penangkapan Ikan
Berwawasan Lingkungan: Edisi Baru. Bogor: Jurusan Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyono, (1986). Alat-Alat Penangkapan Ikan. Dinas Perikanan Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Tengah
Nugroho, D. P., dan Setiyanto, I. (2016). Pengaruh Perbedaan Hanging Ratio Dan
Lama Perendaman Jaring Insang Terhadap Hasil Tangkapan Betutu
(Oxyeleotris Marmorata) di Waduk Sermo, Kulonporogo. Journal Of
Fisheries Resources Ultilization Management And Technology, 5(1), 111
117.
Nontji, A. (2007). Laut Nusantara. Edisi Revisi Cetakan Kelima. Djambatan.
Jakarta.
Subani W, (2008). Alat Tangkap dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia.
Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Sugiono, (2013). Metode Penelitian Pendidika: (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Alfabeta.
Widiyanto, A. T., Pramonowibowo, P., dan Setiyanto, I. (2016). Pengaruh
Perbedaan Ukuran Mesh Size dan Hanging Ratio Serta Lama
Perendaman Jaring insang (Gill Net) Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Red
Devil (Amphilophus Labiatus) Di Waduk Sermo, Kulonprogo. Journal
Of Fisheries Resources Utilization Management And Technology,
5(2), 19– 26
Wirjawan B, Solihin A. 2015. Daerah Penangkapan Ikan. Bandung: Nuansa Aulia.
hlm 25-94
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Hasil Tangkapan 1 Hasil Tangkapan 2

Hasil Tangkapan 3 Pengecatan Deck Kapal

Penurunan Jaring Perbaikan Jaring

Anda mungkin juga menyukai